PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO P L

Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO
(P L T M)
1. PENDAHULUAN
Energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok dan memainkan peranan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa disadari manusia
hidupnya sudah tergantung pada energi listrik, baik itu untuk penerangan,
hiburan, memasak, mencuci dan sebagainya. Bila suatu ketika terjadi matinya
aliran listrik, maka pada saat itu akan terasa betapa listrik merupakan suatu
kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
Namun demikian saat ini hanya sekitar 53 % dari jumlah total penduduk
Indonesia yang mempunyai akses pada jaringan tenaga listrik yang ada.
Sementara 47 % penduduk hidup di daerah yang tidak terjangkau jaringan
listrik, karena keterbatasan infrastruktur dan kapasitas pembangkit listrik yang
tersedia.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik 53 % penduduk, pasokan utama
dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit yang mengkonversikan bahan bakar
fosil/BBM menjadi tenaga listrik, seperti pembangkit tenaga Diesel (PLTD) dan

Batubara (PLTU). Ditambah lagi kondisi PLN sekarang ini tidak lagi menambah
investasi untuk pembangkit dan jaringan yang ada. Sehingga bisa dikatakan
bahwa energi listrik yang dibangkitkan tidak bertambah, malahan karena
kesulitan dalam pemeliharaan bisa terjadi pemadaman bergilir pada suatu
lokasi atau area tertentu.
Dengan kondisi PLN yang seperti itu, maka bisa dipastikan 47 % jumlah
penduduk yang belum terjangkau jaringan listrik akan menjadi semakin sulit
untuk mendapatkan pasokan listrik. Ditambah lagi dengan masalah yang akan
dihadapi dalam penyediaan tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar
fosil, adalah aspek lingkungan (polusi) dan keterbatasan sumber daya alam.
Untuk itu perlu dipertimbangkan sumber energi alternatif

(sumber energi

terbarukan) yang ramah lingkungan. Pemilihan sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi seperti panas bumi, tenaga
surya, tenaga angin, biomassa, biogas, dan tenaga air merupakan hal yang
harus dipertimbangkan mulai saat ini.
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 1


Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Pemilihan dan penggunaan sumber energi pada suatu daerah ditentukan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :


Ketersediaan energi primer dan usaha pelestarian.



Kemampuan teknologi.



Ketersediaan dana.




Aspek lingkungan.



Aspek sosial budaya.

Dengan demikian diperlukan kebijakan energi yang tepat untuk suatu daerah
guna menjamin penggunaan atau pendayagunaan sumber energi ramah
lingkungan yang

dimiliki daerah tersebut. Salah satu sumber energi ramah

lingkungan yang sampai saat ini belum dimanfaatkan dan mempunyai potensi
yang sangat besar, dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah tenaga air.
Indonesia mempunyai potensi tenaga air sebesar 75.000 MW. Saat ini baru 2,5
% potensi tersebut termanfaatkan, yang sebagaian besar merupakan
pembangkit listrik tenaga air skala besar (PLTA). Alternatif pemanfaatan tenaga
air yang belum populer di Indonesia dan berpotensi untuk dikembangkan
adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil, atau yang lebih populer dengan
sebutan Mikrohidro (PLTMH) dan Minihidro (PLTM).


2. APAKAH PLTM
Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi) telah dikenal
sejak lama, mulai dengan teknologi sederhana seperti kincir air yang banyak
ditemukan di pedesaan sampai pada teknologi canggih yang menggunakan
berbagai macam turbin. Persyaratan pokok untuk suatu PLTM adalah
tersedianya air (debit) dan adanya jatuhan air (perbedaan tinggi, head). Air
akan dialirkan ke dalam turbin dan melalui sudu (runner), energi atau daya air
yang ada akan memutarkan poros turbin. Putaran poros turbin inilah yang akan
memutarkan generator untuk menghasilkan energi listrik. Contoh skema PLTM
ditunjukkan pada gambar 1.
Pembangkit listrik tenaga air skala kecil dapat dibagi 2 menurut kapasitas daya
yang dihasilkan. Bila kapasitas energi yang dihasilkan di bawah 200 kW disebut
Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH), dan bila kapasitas energi listrik yang
dihasilkan antara 200 kW sampai 5 MW disebut Pembangkit Listrik Minihidro
(PLTM). Pembangkit Mikro Hidro hanya cocok untuk kebutuhan beban yang
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 2

Proposal Pengembangan Potensi PLTM


–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

tidak terlampau besar, seperti kebutuhan rumah tangga dan pedesaan.
Kapasitas daya pembangkit Minihidro yang cukup besar memungkinkan
pemanfaatan yang luas, seperti untuk penyediaan tenaga listrik pada beberapa
kecamatan, ibukota kabupaten atau industri.

Baik Pembangkit Mikrohidro

maupun Minihidro dapat diinterkoneksikan dengan jaringan listrik PLN (grid
connection).

Gambar 1 : Skema PLTM

3. MENGAPA MEMILIH PEMBANGKIT LISTRIK MINI
HIDRO ?
Seperti diutarakan di atas Pembangkit Listrik Mikro Hidro hanya cocok untuk
memenuhi kebutuhan beban yang tidak terlalu besar, seperti kebutuhan rumah
tangga di pedesaan. Untuk mencukupi kebutuhan listrik yang cukup besar dan
mencakup wilayah beberapa kecamatan atau lebih, maka pembangkit Listrik

Mini Hidro merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan. PLTM
menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable energy)
yaitu tenaga air. Air sungai sebagai sumber energi, mengalir terus-menerus
sehingga

PLTM yang direncanakan

dengan

baik dapat

dimanfaatkan

sepanjang hari, sepanjang tahun. Perbedaan utama antara PLTM dengan
PLTA skala besar, adalah bangunan bendungan / waduk.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 3

Proposal Pengembangan Potensi PLTM


–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

PLTA skala besar menggunakan bendungan / waduk untuk mengumpulkan air
dan

menciptakan

beda

tinggi

buatan

(artificial

head).

Pembangunan

bendungan besar (waduk) memerlukan studi/kajian yang mendalam karena

berpotensi mengubah ekosistem baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, disamping akan menimbulkan masalah sosial masyarakat daerah
genangan. Sebagain besar PLTM tidak menggunakan cara ini, tetapi
menggunakan sistem run - off river, dimana air tidak tertahan pada sebuah
bendungan.

Sedikit kasus PLTM yang menggunakan bendungan untuk

menciptakan beda tinggi buatan (arificial head) , kalau ada, skala bendungan
yang dibuat juga relatif kecil, sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan
juga tidak berarti.
Pada sistem “run off river”, sebagian air sungai diarahkan ke saluran pembawa,
kemudian dialirkan melalui pipa pesat (penstock) menuju turbin. Selepas dari
turbin air dikembalikan lagi ke alliran sungai lagi. Dengan demikian PLTM tidak
banyak mempengaruhi lingkungan atau mengurangi air untuk keperluan
pertanian. Yang terpenting pembangunan PLTM tidak memerlukan relokasi
tempat tinggal masyarakat setempat akibat pembuatan bendungan/waduk.
Keuntungan PLTM dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan
bahan bakar fosil seperti PLTD atau PLTU (Batubara) adalah bahwa PLTM
tidak mengeluarkan emisi gas buang apapun ( Cox, Nox, Sox). Sebagai contoh

sebuah PLTD dengan kapasitas listrik terbangkit sebesar 200 kW berpotensi
membuang CO2 ke atmosfir sebesar 4.000 ton selama 5 tahun operasi.
Disamping itu PLTM tidak memerlukan bahan bakar apapun. Masukan energi
primer berupa aliran massa air yang

tidak dikurangi, namun hanya

dimanfaatkan energinya dalam jarak ketinggian tertentu atau diambil energi
potensialnya saja.
Keuntungan lain dengan adanya PLTM maka akan meningkatkan mutu
kehidupan dan perumbuhan ekonomi masyarakat pengguna listrik dari PLTM
tersebut. Jika pemanfaatan potensi ini dilakukan dengan konsep yang tepat,
dalam

jangka

panjang

akan


mendorong

peningkatan

produktivitas,

menciptakan lapangan pekerjaan serta kegiatan ekonomi baru. Jadi di satu
pihak PLTM menggunakan energi yang ramah lingkungan yang belum
termanfaatkan, maka di lain pihak

akan membentuk kesadaran dan

memberdayakan masyarakat pengguna PLTM untuk dapat melakukan kegiatan
secara mandiri, serta akan mendorong masyarakat untuk tetap melestarikan

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 4

Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––


dan menjaga kelestarian air sebagai sumber energi untuk PLTM. Gambar 2
sampai gambar 7 memperlihatkan contoh bagian-bagian dari suatu PLTM.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 5

Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Gambar 2 : Bendung

Gambar 3 : Saluran Pelimpah

Gambar 4 : Bak Penenang

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 6

Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Gambar 5 : Bak Penenang
Gambar 5 : Penstock

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 7

Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Gambar 6 : Turbin

Gambar 7 : Rumah Pembangkit

4. PERKIRAAN

POTENSI

PLTM

DI

KABUPATEN

MANGGARAI BARAT
Secara geografis, Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah yang sangat
strategis karena merupakan pintu gerbang ekonomi Pulau Flores dari arah
barat (Jawa, Bali, NTB). Infrastruktur transportasi pendukung ekonomi yang
tersedia di kabupaten ini adalah Bandar Udara Komodo dan Pelabuhan Laut
Labuan Bajo.
Kabupaten Manggarai Barat adalah kabupaten baru, pecahan dari Kabupaten
Manggarai. Ibu kota kabupaten ini adalah

Labuan Bajo. Labuan Bajo

merupakan kota pantai dimana sektor pariwisata dan perikanan mendominasi
kegiatan perekonomi penduduk

daerah ini. Sebagai kabupaten baru,

pemerintah setempat sedang giat-giatnya membangun agar tidak ketinggalan
dengan daerah lainnya.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 8

Proposal Pengembangan Potensi PLTM

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Masalah yang kini dihadapi oleh pemerintah setempat adalah kurangnya
pasokan listrik karena sumber pembangkit listrik (PLTD Gorontalo dan PLTD
SR. Lembor) sudah tidak bisa lagi menanggung beban yang ada.
Berjalan ke arah timur (menuju Ruteng), kabupaten ini, terutama di Kecamatan
Sanonggoang, mempunyai potensi alam yang cukup baik untuk dijadikan
sumber tenaga listrik. Potensi itu adalah alur-alur sungai yang memiliki banyak
terjunan dan kondisi Catchment Area-nya yang ditutupi oleh hutan primer.
Kondisi alam demikian merupakan aset yang bisa dikembangkan sebagai
pembangkit listrik tenaga air skala kecil atau umum disebut sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM). Ditambah dengan perhatian dari
pemerintah pusat

dalam bidang Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik

Skala Kecil Tersebar yang dituangkan dengan KEPMEN Energi dan Sumber
Daya Mineral No. 112 K/30/MEM/2002, akan lebih memudahkan Pemerintah
Daerah Kabupaten Manggarai Barat untuk memberdayakan potensi sumber
daya air yang dimilikinya. Dengan demikian akan memberikan dampak positif
baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Beberapa potensi yang ada adalah sebagai berikut :
a. Cunca Wulang, Sungai Mese (Wae Mese) memiliki 2 terjunan dengan
ketinggian masing-masing  30 m dan  15 m.
b. Cunca Rame, memiliki terjunan dengan ketinggian  100 m.

5. USULAN PROGRAM
Dengan didasari adanya kebutuhan listrik yang besar di Kabupaten Manggarai
Barat dan kondisi pemerintah dewasa ini mengenai kebijakan energi yang
menitikberatkan pada penggunaan pembangkit berbahan bakar fossil dan
PLTA skala besar, serta ketersediaan potensi energi air yang masih belum
termanfaatkan secara optimal dan ditambah dengan konsep pembentukan
kesadaran masyarakat dalam kegiatan pembangunan di daerahnya serta untuk
melestarikan

lingkungan

masih

dirasa

sangat

kurang,

maka

kami

mengusulkan :


Studi Potensi Tenaga Air di seluruh Kabupaten



Kegiatan Feasibility Study (FS) PLTM.



Kegiatan Rancangan Teknis Terinci (RTT) PLTM.



Kegiatan Pembangunan PLTM.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 9

Proposal Pengembangan Potensi PLTM



–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Kegiatan Perawatan lingkungan di seluruh daerah tangkapan air
(catchment area) antara lain dengan program reboisasi.



Penyuluhan melalui lembaga pendidikan, lembaga yang ada di
masyarakat mengenai pentingnya menjaga alam sekitar/ lingkungan

6. PENUTUP
Dengan adanya program ini diharapkan program pembangunan di wilayah
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dapat dicapai serta untuk lebih
memacu perekonomian daerah. Dengan demikian pemerintah dan masyarakat
mampu untuk mandiri, sehingga dapat menentukan apa yang baik bagi dirinya
sendiri. Dimasa depan masyarakat tidak hanya berperan sebagai konsumen
listrik yang pasif, yang harus menerima segala keinginan produsen, tetapi
dapat ikut beperan dalam menentukan kebijakan yang terbaik bagi daerahnya.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– 10

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANTAN TENAGA KERJA DI KECAMATAN JATIROTO KABUPATEN LUMAJANG UNTUK BEKERJA KE BALI

0 83 83

ANALISIS OVEREDUCATION TERHADAP PENGHASILAN TENAGA KERJA DI INDONESIA BERDASARKAN SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL 2007

6 234 19

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

EFEK TIMBAL (Pb) PADA BEDA POTENSIAL LISTRIK PERMUKAAN DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.)

0 47 18

FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MINAT TENAGA KERJA INDONESIA UNTUK KEMBALI BEKERJA KE LUAR NEGERI DI DESA KEDUNG JAJANG KECAMATAN KEDUNG JAJANG KABUPATEN LUMAJANG

1 42 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN ALUMUNIUM DI DESA SUCI KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER The factors that influence the alumunium artisans labor income in the suci village of panti subdistrict district jember

0 24 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PELINTINGAN PADA PERUSAHAAN ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

0 17 55

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18