BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lingkungan - Al Atiyatul Khusna BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial

  yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Ada tiga jenis lingkungan antara lain (Lenihhan & Fletter, 2000) : 1.

  Lingkungan Fisik adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang tidak bernyawa. Misalnya air, kelembaban, udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya.

2. Lingkungan Biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh-tumbuhan hewan serta mikroorganisme.

  3. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan manusia dan usah-usahanya untuk mempertahankan kehidupan seperti pendidikan pada tiap individu, rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan ekonomi.

  4. Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah, lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban udara serta lingkungan social yaitu kepadatan penghuni. Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang yang menggunakan untuk tempat berlingdung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan baik untuk kesehatan jasmani dan rohani.

  Lingkungan yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat memberikan tempat untuk berlingdung dan serta dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis dan maupun sosial. Lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain (Lubis, 2000) :

  1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

  a. Suhu yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar konstruksinya sedemikian rupa sehingga suhu tidak berubah banyak dan agar kelembaban udara dapat di jaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah.

  b. Harus cukup memberi pencahayaan baik siang maupun malam.

  c. Lingkungan harus segar dan bersih.

  2. Perlindungan terhadap penularan Penyakit

  a. Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga selain kebutuhan makan dan minum terpenuhi, juga cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan lingkungan.

  b. Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik. c. Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi permukaan sumber air bersih.

B. Teori Adaptasi Keperawatan Lingkungan Menurut Calista Roy

  Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 diLos Angeles California. Beliau mengungkapkan model konseptul adaptasi sebagai berikut : 1.

  Manusia Manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sistem adaptif manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input kontrol, output dan proses umpan balik.

  2. Lingkungan Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya dengan lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.

  3. Kesehatan Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan.

  Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

4. Keperawatan

  Sebagai ilmu keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada orang- orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan

C. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kejadian Dermatitis

  Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejadian Dermatitis, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan, kontak dengan penyebab dermatitis, lingkungan tempat tinggal, perilaku dan hygienitas. Pada umumnya, lingkungan yang buruk (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit dermatitis. Berikut ini akan diuraikan mengenai lingkungan fisik dan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian dermatitis (Depkes RI, 2005) :

  1. Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara. Lingkungan yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi kesehatan. Kelembaban udara dapat diukur dengan alat hygrometer yang memenuhi syarat kesehatan 40-60% dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan < 40% - > 60 %. Sedangkan bakteri staphylococcus seperti halnya bakteri lain akan tumbuh subur pada kelembaban lingkungan 80 % (Launita & Indriatmi 2000).

  Menurut penelitian Hari Purnomo (2000) Kelembaban udara yang tidak sesuai akan menimbulkan berbagai macam penyakit, kelelahan, menurunkan daya konsentrasi, gemetar dan menurunkan kekuatan otot. Hidup pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan. Sedangkan pada lingkungan yang dingin dan lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme dermatitis. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa kulit menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme.

  2. Sumber Air Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. Air juga merupakan bahan pelarut paling baik. Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan (Tambing, 2000).

  Menurut penelitian Diah Cahyani Permana Sari dari Infrastuktur Permukinam Jakarta (2006), Suplai air bersih dan sanitasi menjadi masalah utama dibanyak negara, dari 20% total populasi masyarakat tidak mendapatkan akses sumber air yang sehat dan aman. Wabah Water-borne dari polusi tinja yang mencemarkan air permukaan menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Pencemaran air juga menyebabkan berbagai macam penyakit kulit salah satunya dermatitis. Peran air dalam terjadinya penyakit kulit atau dermatitis dapat disebabkan antara lain : a. Rasa

  Sumber air biasanya tidak memberi rasa atau tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam atau amis, rasa pait, asin dan sebagainya.

  b. Kekeruhan Kekeruhan disebabkan oleh zat yang tersuspensi yang bersifat anorganik dan organik. Zat anorganik biasanya dari lapukan logam atau batuan. Sedangkan organik berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

  Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, apalagi bagi kesehatan kulit yang dapat menyebabkan dermatitis karena di dalam air keruh terdapat mikroba dan bakteri.

  c. Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran atau pipa, yang dapat membahayakan kesehatan.

  d. Warna Air sebaiknya tidak berwarna karena untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat. Selain itu zat organik ini berbahaya untuk kesehatan kulit.

  3. Suhu Lingkungan Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan derajat tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi (Depkes RI,

  1998):

  a. Suhu kering, yaitu suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu setelah diadaptasikan selama kurang lebih sepuluh menit, umumnya suhu kering antara 26 – 34 ºC.

  b. Suhu basah, yaitu suhu yang menunjukkan bahwa udara telah jenuh oleh uap air, umumnya suhu basah lebih rendah daripada suhu kering, yaitu antara 20-25 ºC.

  Secara umum, penilaian suhu dengan menggunakan termometer. Berdasarkan indikator pengawasan, suhu lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25 ºC, dan suhu lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 20 ºC atau > 25 ºC.

  Suhu berperan penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan tekanan darah. Suhu yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan kehilangan panas tubuh dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan melalui proses evaporasi.

  Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi untuk terkena penyakit kulit dan agen yang menular (Lennihan & Fletter 2000).

  Bakteri staphylococcus merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40 º C, akan tetapi tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 ºC (Launita & Indriatmi, 2000).

  4. Pencahayaan Lingkungan Pencahayaan alami adalah penerangan yang bersumber dari sinar matahari (alami), yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca. Cahaya berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (Depkes RI, 2000) :

  a. Cahaya Alamiah Cahaya alamiah yakni matahari.

  b. Cahaya Buatan

  Cahaya buatan yaitu cahaya yang menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan lain-lain.

  Kualitas dari cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya (brightness of the source).

  Secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah dengan menggunakan lux meter, yang diukur di ruangan, pada tempat setinggi < 84 cm dari lantai, dengan ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila < 50 lux atau > 300 lux, dan memenuhi syarat kesehatan bila pencahayaan antara 50-300 lux.

D. Hygienitas

  Hygienitas adalah perilaku kesehatan untuk mempertahankan diri dari suatu penyakit, salah satunya adalah penyakit dermatitis. Hygienitas dapat diartikan upaya untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia, sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan. Lingkungan yang tidak sehat misalnya sumber air yang tercemar dan menimbulkan dampak pada pencemaran air yang biasa dikonsumsi sehari

  • hari. Kebersihan kandang ternak juga berpengaruh karena apabila tidak dibersihkan dan tidak di rawat banyak bakteri yang tumbuh dan banyak menyebabkan penyakit salah satunya penyakit dermatitis. Faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis dengan hygienitas (Abramovits & Azwar, 2000) yaitu :

  1. Perilaku Perilaku dapat diartikan sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir dan bersikap. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.

  Menurut Ensiklopedi Amerika (2000), perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.

  Dilihat dari pengertian di atas dalam fenomena masyarakat Indonesia kebersihan diri suatu individu dalam hal perilaku berbeda - beda. Misalnya dalam satu rumah atau keluarga pemakaian sabun mandi dan handuk mandi digunakan secara bergantian, bukan hanya di lingkungan keluarga di lingkungan pondok pesantren juga sering terjadi.

  Hal tersebut dikarenakan tidak menjaga kebersihan diri, akibatnya terserang penyakit dermatitis. Apalagi penyakit tersebut dapat menular.

  Maka sebaiknya dalam pemakaian sabun dan handuk mandi setiap individu berbeda-beda.

  Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dalam batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasi menjadi empat kelompok yaitu : a.

  Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

  b.

  Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking ).

  behavior c.

  Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

  d.

  Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, yang mencakup makan dengan menu seimbang, olah raga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan narkoba. Istirahat cukup, mengendalikan stress, dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

  2. Personal hygine Dalam kehidupan sehari - hari kebersihan merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikologi seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal - hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan serta tingkat perkembangan.

  Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

  artinya perseorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka.

  Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).

  Menurut Depkes (2000) Faktor–faktor yang mempengaruhi

  personal hygiene adalah : a.

  Citra tubuh (Body image) Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya penderita dermatitis minder karena adanya perubahan fisik sehingga penderita tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

  b.

  Praktik sosial Pada masyarakat desa mayoritas pekerjaan adalah petani maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c.

  Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita dermatitis ia harus menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

  d.

  Budaya Di sebagian masyarakat apabila ada penderita dermatitis sakit tidak boleh dimandikan.

  e.

  Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu atau kosmitik tertentu dalam perawatan diri dapat menyebabkan alergi terhadap kulit apabila tidak cocok.

  f.

  Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu apabila sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

E. Dermatitis 1.

  Definisi Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. Pengertian umum dari dermatitis adalah suatu reaksi radang terhadap banyak rangsang, reaksi ini dapat berasal dari luar (eksogen) maupun dari dalam (endogen). Dermatitis adalah penyakit residif menahun dengan ruam polimorfik, terutama berupa vasikel yang tersusun berkelompok dan simetris, yang disertai rasa gatal yang hebat.

  Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan gejala subjektif gatal dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. Peradangan tersebut merupakan reaksi kulit terhadap zat endogen maupun eksogen misalnya zat kimia, bakteri dan fungus (Siregar, 2000).

2. Faktor-faktor penyebab dermatitis (Wijayakusuma & Purnawan, 2008) :

  Penyebab dermatitis kadang–kadang tidak diketahui sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, misalnya : a.

  Zat kimia, protein, bakteri dan jamur b. Alergi bedu, serbuk bunga tanaman atau bulu hewan c. Alergi atau toleransi terhadap makanan tertentu d. Pemakaian kosmetik dan perhiasan imitasi (bahan kimia lainnya) e. Virus dan infeksi lainnya f. Lingkungan kotor

  Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit dermatitis adalah sensitivitas terhadap gluten (protein gandum), kelembabab udara, tekanan dan gesekan pada kulit. Dari pemeriksaan imunoflouresensi langsung dapat dibuktikan adanya perubahan beberapa immunoglobulin (IgA, IgG, IgM) di ujung papilla dermis. Karena itu faktor sensitivitas diduga berperan penting dalam menimbulkan penyakit.

  3. Patofisiologi Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui kerja kimiawi atau fisik. Pertama bahan kimia merusak sel derma secara langsung dengan absorsi membrane sel kemudian merusak sistem sel. Mekanisme kedua setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara non spesifik. Misalnya setelah kulit terpapar asam sufat maka akan menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel sehingga memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase. Asam arakidonat kemudian dirubah siklooksigenisi menghasilkan prostagladin dan tromboksan. Lipoosigenase menghasilkan leukotin. Prostagladin dapat mengakibatkan dilatasi pembuluh darah sehingga kulit terlihat berwarna merah dan mempengaruhi saraf sehingga terasa gatal.

  Beberapa faktor mungkin mempengaruhi tingkat respon kulit. Jumlah dan konsentrasi paparan bahan kimia juga penting. Iritan kimia kuat, asam dan basa menghasilkan reaksi yang sedang dan parah. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban yang tinggi dapat berpengaruh (Dipro, 2005).

  4. Klasifikasi dermatitis yaitu (Sugianto & Rihatmadja, 2004) : a.

  Dermatitis atopic Dermatitis atopic adalah yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat atopic. b.

  Dermatitis seboroik Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata, dan muka, kronik dan superficial.

  c.

  Dermatitis statis Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan aliran darah vena ditungkai bawah.

  d.

  Dermatitis (ekzema) nonspesifik Dermatitis (ekzema) nonspesifik adalah suatu erupsi epidermal yang dapat berlangsung akut, kronik, terlokalisir atau generalis.

  e.

  Dermatitis pomfolik Dermatitis pomfolik adalah dermatitis yang ditandai dengan adanya vesikula yang dalam mengenai telapak tangan, kaki, dan sisi jari-jari.

  f.

  Dermatitis otosentisisasi Dermatitis otosentisisasi adalah perluasan yang cepat dari reaksi ekzematus atau vesikuler.

  g.

  Dermatitis numler Dermatitis numler adalah dermatitis yang bentuk lesinya bulat seperti uang logam.

  h.

  Dermatitis xerotik Dermatitis xerotik adalah dermatitis yang terjadi pada musim dingin dan sering dijumpai pada orang tua dan mempunyai predisposisi dapat dijumpai pada laki - laki dan perempuan. i.

  Dermatitis kontak Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis yang disertai dengan adaanya spongiosis atau edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan - bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. j.

  Dermatitis infektif Dermatitis infektif adalah suatu eczema yang disebabkan oleh suatu mikroorganisme ataupun produknya dan menyembuh bila organismenya sudah diobati. k.

  Dermatofitid Dermatofitid adalah dermatitis yang terjadi secara sekunder, jauh dari lesi infeksi, analog dengan tuberkulid kulit pada tuberculosis. l.

  Dermatitis eksfoliatifa generalisata Dermatitis eksfoliatifa generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuama yang hampir mengenai seluruh tubuh.

5. Tanda dan gejala penyakit dermatitis antara lain (Boerdiarja, 2000) : a.

  Bengkak b.

  Kemerahan (dapat berkembang menjadi vesikel kecil dan mengeluarkan cairan) c.

  Gatal d.

  Perih.

  6. Secara umum tingkat keparah dermatitis dapat dibagi menjadi tiga antara lain : a.

  Dermatitis ringan Dermatitis ringan secara karakteristik ditandai oleh adanya daerah gatal dan eritema yang terlokalisasi, kemudian diikuti terbentuknya vasikel dan bulla yang biasanya letaknya membentuk pola linier.

  b.

  Dermatitis sedang Selain rasa gatal eritema papul dan vasikel pada dermatitis ringan, tanda dan gejala pada dermatitis sedang juga diikuti bulla dan bengkak eritematous dari bagian tubuh.

  c.

  Dermatitis berat Dermatitis berat ditandai dengan adanya respon yang meluas ke daerah tubuh dan edema pada ekstremitas dan wajah. Rasa gatal dan iritasi yang berlebihan dapat menyebabkan pembentuka vesikel, blister dan bulla.

  7. Pengobatan pada penyakit dermatitis antara lain (Mackie, 2007) : a . Kompres Cara kompres : 1)

  Rendam kain putih halus ke air 2)

  Letakkan di lesi, 10-20 menit 3)

  Ganti dengan kain dan air yang bersih b.

  Antibiotik Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif. Diobati dengan penicillin atau ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim, supristol, septrin (efek aplasticanemia).

  c.

  Obat- obat topikal Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat topical dapat sering digunakan, beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit. Adapun obat topikalnya antara lian (Adhi, 1999) :

  1) Lotion

  Lotion memiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam air yang perlu di kocok.

  2) Bedak

  Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk, zinkoksida, bentonit atau pati jagung, kemudian ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun. Meski kerja medisnya singkat, bedak merupakan preparat higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit. 3)

  Krim Krim dapat berupa suspensi minyak, air atau emulsi dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur.

  4) Jel

  Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketika dioleskan pada kulit, bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa berminyak serta tidak meninggalkan noda. 5)

  Salep Salep bersifat menahan dan melumasi serta melindungi kulit.

  Bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis atau terlokalisasi.

F. Kerangka Teori

   Konsep Keperawatan Teori Adaptasi Calista Roy

  Konsep adaptasi Model Adaptasi Keperawatan Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti :

  • Manusia - Lingkungan - Kesehatan - Keperawatan Sehat - Sakit Keperawatan Hygienitas Faktor Lingkungan :
  • Kelembaban udara
  • Sumber air
  • Suhu lingkungan
  • Pencahayaan lingkungan Status kesehatan Dermatitis

Gambar 2.1. Kerangka Teori “Hubungan hygienitas dan Faktor Lingkungan

  Dengan Kejadian Penyakit Dermatitis Di Wilayah Puskesmas Somagede Kabupaten Banyumas” Sumber : Modifikasi Teori Adaptasi (Calista Roy, 2001).

G. Kerangka Konsep

  Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Faktor Lingkungan :

  • Kelembaban Udara -
  • Suhu Lingkungan -

Gambar 2.2. Kerangka Konsep “Hubungan hygienitas dan Faktor Lingkungan

  Dengan Kejadian Penyakit Dermatitis Di Wilayah Puskesmas Somagede Kabupaten Banyumas” H.

   Hipotesa

  Ha : Ada hubungan hygienitas dan faktor lingkungan dengan kejadian penyakit dermatitis di wilayah Puskesmas Somagede Kabupaten Banyumas.

  Sumber Air

  Pencehayaan Lingkungan 2.

  Hygienitas Kejadian

  Dermatitis