Tindak Pidana Pencabulan Dalam Keluarga
PROSES PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK KANDUNG YANG DILAKUKAN OLEH AYAHNYA
Fachri Bey 1 , Furqanul Ichsan 1 1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta
Salemba Raya 6, Jakarta 10430 [email protected]
Abstract
The problem of abuse within the family environment is not a secret anymore, it is proven by the reports in the media which includes cases of abuse like this is difficult to uncover because it is still considered taboo to be disseminated, and if to tell the other person means it will bring shame on family. Based on the above, then the problem will be the writer suggested the writing of this research is, What about efforts to control the problem of abuse within the family of the child of his father had done? The purpose of this study was to determine the response problems in the family sexual abuse against the child of his father had done. In this paper the authors obtain the necessary data through library research. The nature of this writing is descriptive of a method that takes data in writing to be elaborated so as to obtain a thorough overview and understanding
Keywords: Proof, Sexual Abuse, Children
Pendahuluan
nya pengetahuan dari pihak korban. Banyak korban Tindak pidana pencabulan dalam lingku-
yang melaporkan kejadian tindak pidana pencabulan ngan keluarga ini juga merupakan salah satu bentuk
itu setelah beberapa hari atau beberapa minggu perilaku menyimpang. Hal ini merupakan tantangan
setelah kejadian itu terjadi.
bagi aparat penegak hukum dan masyarakat. Oleh Bukti telah terjadinya pencabulan dapat hi- sebab itu maka pelaku kejahatan ini sudah se-
lang apabila korban tidak segera melapor telah ter- pantasnya mendapat sanksi berupa hukuman yang
jadinya pencabulan pada dirinya. Hal-hal tersebut setimpal dengan perbuatannya. Melihat makin ma-
menyulitkan penyidik dalam mengumpulkan alat raknya kasus pencabulan dalam lingkungan ke-
bukti, yang kemudian akan menyulitkan bagi jaksa luarga akhir-akhir ini, ternyata ada anggapan dari
dalam membuktikan di muka persidangan bahwa te- sebagian masyarakat bahwa putusan hakim terhadap
lah terjadi suatu tindak pidana pencabulan. pelaku pencabulan dalam lingkungan keluarga di-
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka per- rasa kurang sitimpal dengan perbuatannya yang je-
masalahan yang akan penulis kemukakan dalam pe- las-jelas sangat merugikan pihak korban baik keru-
nulisan penelitian ini adalah, Bagaimana upaya pe- gian fisik maupun mental.
nanggulangan masalah pencabulan di dalam keluar- Dalam proses pembuktian pada kasus tin-
ga terhadap anak kandung yang dilakukan ayahnya? dak pidana pencabulan sangatlah mempengaruhi ke-
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menge- adaan psikologis korban, korban harus memberikan
tahui upaya penanggulangan masalah pencabulan di keterangan yang detail pada saat proses pembuktian
dalam keluarga terhadap anak kandung yang dila- mengenai apa yang telah menimpanya. Lemah dan
kukan ayahnya.
kurangnya alat bukti dalam tindak pidana penca- Dalam penulisan ini penulis memperoleh bulan menyebabkan banyak pelaku yang lolos dari
data yang diperlukan melalui penelitian kepus- jeratan hukum. Hal tersebut terjadi karena kurang-
takaan. Sifat penulisan ini adalah deskriptif yaitu
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
oleh orang-orang yang justru dihormati oleh anak- serta pemahaman secara menyeluruh. Penelitian ini
anak yang jadi korbannya, seperti kakek, ayah kan- dianalisis secara kualitatif yaitu menjelaskan me-
dung, kakak kandung, ayah tiri, guru sekolah, guru ngenai proses pembuktian tindak pidana pencabulan
agama, pengelola asrama, pendamping kegiatan, terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayah-
atau orang-orang dewasa lain di sekitar korban yang nya dengan mengadakan studi kasus dan metode
seharusnya justru dapat menjadi contoh dan pe- pustaka yang pada akhirnya mencapai suatu ke-
lindung anak-anak itu. Tidak jarang tindak pen- simpulan yang merupakan tujuan penulisan ini.
cabulan ini dilakukan justru pada siang hari ketika (Soerjono Soekanto, 1984)
ibu si korban tidak ada di rumah. Pencabulan merupakan suatu perwujudan
Pembahasan
tidak sempurnanya rasa tanggung jawab dari se- Dari ruang lingkup kekerasan seksual,
seorang terhadap sesama manusia. Pencabulan ada- mengenal adanya pencabulan, yaitu segala perbua-
lah suatu hasil interaksi akibat adanya suatu intere- tan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbua-
lasi antara fenomena yang ada dan saling mempe- tan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu
ngaruhi. Sekarang yang penting adalah memahami birahi, misalnya: ciuman, meraba-raba bagian ke-
fenomena mana saja yang mempengaruhi eksistensi maluan, meraba-raba buah dada, dan termasuk pula
pencabulan tersebut. Hal ini adalah penting ber- bersetubuh. (R.Soesilo, 1995)
hubung dengan penentuan siapa atau apa saja yang Dalam masyarakat, khususnya orangtua ter-
harus ditangani dalam menghadapi dan mengatasi hadap anaknya seringkali mengidentikkan pelaku
permasalahan pencabulan ini. (Arief Gosita, 1993) pencabulan dengan sosok orang tak dikenal yang
Selain itu pencabulan pada umumnya dilan- mengintai dari balik tembok sekolah, memakai ju-
dasi oleh rasa tertekan dalam mewujudkan ekspresi bah hitam dengan wajah misterius atau tidak jarang
seksual, disamping terdapat unsur-unsur tertentu pelaku tersebut identik dengan seseorang yang ber-
lainnya seperti balas dendam atau sakit jiwa, pe- wajah buruk dan misterius. Hal ini menyebabkan
nyebab lain terjadinya pencabulan oleh seorang para orang tua selalu mengingatkan anaknya agar
ayah terhadap anaknya adalah karena pengaruh as- selalu berhati-hati terhadap orang yang tidak di-
pek struktural yaitu situasi dalam masyarakat yang kenal dan yang mempunyai wajah seperti penjahat.
semakin kompleks.
Para orang tua juga mengingatkan anak-anaknya Masalah pencabulan dalam lingkungan ke- agar tidak menerima pemberian apapun dari orang
luarga ini bukan menjadi rahasia lagi, hal ini ter- yang tidak dikenal. Ironisnya, saat ini di Indonesia
bukti dengan adanya pemberitaan di media massa sangat marak akan kasus pencabulan yang dilaku-
yang memuat kasus- kasus pencabulan seperti ini kan oleh orang-orang terdekat. Akhirnya mitos-mi-
sulit untuk diungkap karena masih dianggap tabu tos pencabulan di Indonesia, seperti pelakunya ada-
untuk disebarluaskan, dan jika sampai diceritakan lah orang-orang tak dikenal, korban selalu berpa-
pada orang lain berarti akan membawa aib bagi kaian seksi, dan dilakukan pada malam hari ternyata
keluarga.
harus dipatahkan oleh kenyataan bahwa pencabulan Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 226
Pencabulan merupakan kejahatan yang sangat me- Ayah yang melakukan pencabulan terhadap resahkan masyarakat dan mempunyai tingkat ke-
anak gadisnya akan melukai bukan hanya hatinya, seriusan yang tinggi dan mengundang fear of crime
akan tetapi juga membekaskan tanda baku (stigma) (ketakutan pada kejahatan) dalam masyarakat, yang
dalam diri si anak seumur hidupnya. Korban kurang menyebabkan masyarakat merasa tidak aman. Pen-
percaya diri dan sulit mempercayai orang lain, dan cabulan merupakan kejahatan seks atau perzinahan,
korban dapat pula melarikan diri dari rumah, ter- yang dinyatakan oleh Syariat Islam sebagai per-
paksa kawin muda atau yang lebih memilukan lagi buatan melanggar hukum, yang layak dijatuhi hu-
si anak membunuh dirinya sendiri. kuman maksimal, karena membawa akibat yang buruk, mengundang kejahatan dan dosa (Umar,
Tindak Pidana Pencabulan Dalam Keluarga
1990). Hukum Pidana ialah hukum yang mengatur Pencabulan termasuk juga bersetubuh telah
tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-ke- tercakup di dalamnya. Menurut Pasal 81 ayat (1)
jahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan ma- Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun
na diancam dengan hukuman yang merupakan suatu 2002 Tentang Perlindungan Anak, terdapat hubu- penderitaan atau siksaan.(Kansil, 2004) Sanksi atau
ngan antara si pembuat cabul dengan orang yang di- hukuman merupakan akibat hukum yang dibeban- cabuli. Hubungan yang terdapat pada kasus tindak
kan kepada pelanggar suatu norma hukum yang ber- pidana pencabulan ini adalah hubungan keke-
laku. Dengan demikian, hukum pidana atau sanksi luargaan dimana si pembuat memiliki kewajiban
pidana berarti hukuman yang diberikan kepada se- hukum untuk melindungi, menghidupi, memelihara,
seorang karena melanggar norma hukum pidana mendidiknya, dan hubungan ini dipandang mem-
yang berlaku.
permudah pelaksanaan kejahatan. Terhadap pemahaman ini, kiranya dapat Pencabulan terhadap anak kandung yang di-
diperoleh batasan-batasan tertentu untuk men- lakukan oleh ayahnya, merupakan bentuk kejahatan
jelaskan kapan dapat diterapkannya hukuman pidana seks yang sangat meresahkan masyarakat pada
ini terhadap seseorang. Batasan tersebut di atas ada- umumnya dan keluarga khususnya. Keluarga meru-
lah ketika terjadinya pelanggaran suatu norma hu- pakan bentuk dari kelompok-kelompok sosial yang
kum pidana perlu dijatuhkan suatu hukuman yang ada dalam masyarakat yang merupakan bentuk ge-
menimbulkan derita berupa pemidanaan terhadap mein schaft.
pelaku sebagai sanksi istimewa dimana sanksi Adapun pengertian gemein schaft adalah:
yang diberikan lebih berat dibanding sanksi yang Bentuk kehidupan bersama di mana anggota-
terdapat dalam lingkup hukum lainnya, seperti hu- anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni
kum privat misalnya.
dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hu- Mengenai pengertian hukum pidana sendiri bungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan
terdapat beberapa pengertian yang diungkapkan oleh batin yang memang telah dikodratkan, kehidupan
beberapa ahli hukum. Antara lain oleh Simons, se- tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan or-ganis.
orang ahli hukum pidana dari Belanda, yang dalam (Soerjono, 2003)
bukunya berjudul Leerboek van het Nederland Strafrecht menyatakan bahwa:
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
“Hukum Pidana adalah sejumlah peraturan yang tersebut menunjukkan unsur-unsur peristiwa pidana merupakan bagian hukum positif yang mengandung
sebagai berikut, “Istilah tindak pidana mencakup larangan-larangan dan keharusan-keharusan lain
yang ditentukan oleh negara atau kekuasaan perbuatan manusia yang harus melawan hukum, di- lain yang berwenang untuk menentukan peratu-
ancam dengan pidana, terjadi karena kesalahan dan ran-peraturan pidana; larangan atau keharusan mana
yang disertai ancaman pidana, dan apabila hal ini dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung dilanggar timbullah hak dari negara untuk me-
jawab”.
lakukan tuntutan, menjalankan pidana dan melak- sanakan pidana”.(Kanter dan Sianturi, 2002)
Di samping itu Moeljatno menambahkan Dari pengertian tersebut di atas, dapat dike-
setelah memilih perbuatan pidana sebagai terjema- tahui bahwa pada dasarnya Hukum Pidana adalah
han dari “Strafbaar feit”, dalam perumusannya hukum publik yang pelaksanaannya dapat dipak-
„pembatasan‟ sebagai perbuatan yang dilarang dan sakan oleh negara. Dalam teori hukum pidana, hu-
diancam dengan pidana barangsiapa melanggar la- kum pidana dalam arti objektif adalah hukum pida-
rangan tersebut dan perbuatan itu harus pula betul- na yang berlaku pada saat ini atau hukum pidana
betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan positif yang disebut ius poenale sedangkan hukum
yang tak boleh atau menghambat akan tercapainya pidana dalam arti subjektif adalah hak dari negara
tata dalam pergaulan masyarakat yang dicita-citakan untuk mengaitkan pelanggaran terhadap suatu pera-
oleh masyarakat itu. Makna perbuatan pidana, seca- turan dengan hukuman yang disebut dengan ius
ra mutlak harus mengandung unsur formil, yakni poeniendi. (L. Marpaung, 2005)
mencocoki rumusan undang-undang dan unsur ma- Dalam perspektif yang terdapat dalam ma-
teriil, yakni sifat bertentangannya dengan cita-cita syarakat lazimnya tindak pidana kesusilaan itu ber-
mengenai pergaulan masyarakat atau sifat melawan macam-macam bentuk dari tindak pidana kesusilaan
hukum.
tersebut yaitu perzinahan, homoseksual (pasangan Kata kesusilaan telah dipahami oleh setiap
yang sama yaitu berjenis kelamin laki-laki), lesbian orang sebagai suatu pengertian adat sopan santun
(pasangan yang sama yaitu berjenis kelamin perem- dalam hal yang berhubungan dengan seksual atau
puan), prostitusi (pelacuran), pencabulan, perko- dengan nafsu birahi. Tindak pidana pencabulan
saan. dalam keluarga itu termasuk dalam tindak pidana
Diantara beberapa istilah tersebut di atas melanggar kesusilaan. Dengan alasan, untuk kejaha-
yang paling tepat untuk dipakai adalah istilah peris- tan melanggar kesusilaan terdapat pada Pasal 81
tiwa pidana, karena yang diancam pidana bukan ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.23
saja yang berbuat atau bertindak tetapi juga yang Tahun 2002 dan Pasal 88 ayat (1) Undnag-Undang
tidak berbuat atau tidak bertindak. Sehubungan de- Republik Indonesia No.23 Tahun 2002 Tentang
ngan perbedaan penggunaan istilah tersebut, dalam perlindungan anak. Sedangkan untuk pelanggaran
penulisan ini istilah yang lebih banyak digunakan golongan pertama (kesusilaan) itu dirumuskan da-
adalah “tindak pidana” seperti yang telah beberapa lam pasal 532 sampai dengan 535 KUHP. Apabila
kali disebutkan pada bagian lain di atas. Pemilihan menganut pendapat pada umumnya ahli hukum
untuk menggunakan istilah ini didasarkan pada per- yang menyatakan bahwa kesusilaan adalah suatu pe-
timbangan yang mengacu pada pemikiran seorang ngertian adat istiadat mengenai tingkah laku dalam
ahli hukum, D. Simons, dimana perumusan Simons Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 228 ahli hukum, D. Simons, dimana perumusan Simons Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 228
hukum korban.
Pengertian tindak pidana pencabulan adalah Menurut Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang segala macam wujud perbuatan, baik yang dilaku-
Republik Indonesia No.23 Tahun 2002 Tentang per- kan pada diri sendiri maupun dilakukan pada diri
lindungan anak, yaitu, “Setiap orang yang mengeks- sendiri maupun dilakukan pada orang lain mengenal
ploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud dan yang berhubungan dengan alat kelamin atau ba-
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, gian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu
dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh seksual.
tahun”.
Tindak pidana kesusilaan mengenai Dalam isi pasal tersebut, terlihat jelas sekali perbuatan pencabulan diatur dalam Pasal 81 ayat (1)
bahwa pencabulan dilakukan dengan mereka yang Undang-Uundang Republik Indonesia No.23 Tahun
dikategorikan khusus yaitu yang dipercayakan ke- 2002, Tentang Perlindungan Anak, yaitu tentang
padanya untuk diasuh, dididik atau dijaga. Setiap pencabulan dengan kekerasan/ancaman kekerasan
anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hu- yang berbunyi, ”Setiap orang yang dengan sengaja
kum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan me-
penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan sek- maksa anak melakukan persetubuhan dengannya
sual (pencabulan) selama dalam pengasuhan orang atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
tua, atau walinya, atau pihak lain manapun yang penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pa-
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut. ling singkat 3 (tiga) tahun. ”
Sampai saat ini masih banyak terdapat tin- Penjelasan pada pasal di atas yaitu melaku-
dak pidana kesusilaan khususnya tindak pidana pen- kan tindak pidana pencabulan dengan cara mengan-
cabulan dalam keluarga dan di sini anak kandung cam apabila kemauan dari si pelaku tidak dituruti
yang menjadi korbannya. Padahal dalam keluarga maka pelaku akan melakukan tindakan kekerasan.
seorang anak harus mendapat perlindungan dan ka- Misalnya mengelus-elus atau menggosok-gosok pe-
sih sayang serta harus dihindarkan dari segala ben- is atau vagina, memegang buah dada, mencium mu-
tuk kekerasan.
ut seseorang dengan mengancam terlebih dahulu. Ada empat bentuk kekerasan yang terjadi Sedangkan pengertian tindak pidana pen-
pada anak khususnya dalam keluarga. Pertama, abulan dalam keluarga yang dalam kasus ini ada-
kekerasan seksual, meliputi eksploitasi seksual ko- lah pencabulan terhadap anak kandung yang di-
mersial termasuk penjualan anak untuk tujuan pros- lakukan oleh ayahnya adalah segala macam wujud
titusi, perkosaan, pemaksaan seksual. Kedua, keke- perbuatan baik yang dilakukan pada diri sendiri
rasan fisik, tindakan itu meliputi pemukulan dengan maupun dilakukan pada orang lain mengenal dan
benda keras, menampar, menendang. Ketiga, keke- yang berhubungan dengan alat kelamin atau bagian
rasan emosional atau sering disebut kekerasan ver- tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu seksual,
bal. Bentuk itu umumnya dilakukan dalam bentuk didukung dengan faktor adanya hubungan darah dan
membentak, memarahi, dan memaki dengan menge- hubungan itu disalahgunakannya, yang padahal si
luarkan kata-kata yang tidak pantas. Keempat, ada- lah kekerasan penelantaran. Bentuk itu umumnya
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
lesaikan setiap tindakan yang sudah dipandang me- kesehatan yang memadai, putus sekolah, memaksa
rugikan kepentingan umum di samping kepentingan anak menjadi pengemis, buruh pabrik, dan jenis-je-
perseorangan.
nis pekerjaan yang dapat menghalang tumbuh kem- Tindak pidana pencabulan dalam keluarga bang anak.
yang akan dibahas adalah tindak pidana pencabulan Dapat ditegaskan bahwa tindak pidana pen-
yang dilakukan seorang ayah kepada anak kandung- cabulan dalam keluarga merupakan salah satu ben-
nya sendiri atau bisa diberi pengertian lain yaitu tuk kekerasan yang mengakibatkan seorang anak,
perbuatan cabul terhadap anak, anak tirinya, dan lain khususnya anak di bawah umur mengalami trauma
sebagainya. Hal tersebut tetap masuk dalam tindak yang dapat membuat jiwa dan mental anak tersebut
pidana kesusilaan khususnya pencabulan. menjadi penakut bahkan bisa menjadi orang yang putus asa selama dia menjalani kehidupannya di
Pembuktian
lingkungan tempat tinggalnya maupun di masya- Menurut pendapat Soepomo, membuktikan rakat.
dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dalam arti luas dan arti terbatas.
Unsur-unsur Tindak Pidana Pencabulan da- 1. Dalam arti luas
lam Keluarga
Membuktikan adalah membenarkan hubungan Dalam berbagai macam tindak pidana yang
hukum yaitu apabila hukum mengabulkan tun- ada, selalu ada unsur-unsur yang menjadi latar bela-
tutan penggugat, pengabulan itu mengandung kang terjadinya tindak pidana tersebut. Mulai dari
arti bahwa hakim mengambil kesimpulan bah- unsur-unsur dari dalam lingkup tindak pidana itu,
wa yang dikemukakan oleh penggugat adalah sampai dengan unsur-unsur dari luar lingkup tindak
benar. Berhubungan dengan itu membuktikan pidana itu khususnya dalam kasus tindak pidana
dalam arti luas adalah memperkuat kesimpulan pencabulan dalam keluarga.
hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Sebelum membahas unsur-unsur tindak pi-
2. Dalam arti terbatas
dana pencabulan dalam keluarga, sebaiknya kita Membuktikan dalam arti yang terbatas hanya membahas dahulu sesungguhnya apa yang menjadi
diperlukan apabila apa yang dikemukakan oleh unsur-unsur dari tindak pidana saja yaitu subyek,
penggugat dibantah oleh tergugat. Apa yang kesalahan, bersifat melawan hukum, suatu tindakan
tidak dibantah tidak perlu dibuktikan kebenaran yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang
yang tidak dibantah itu tidak perlu diselidiki dan terhadap pelanggaran diancam dengan pidana,
yang harus memberi bukti ialah pihak yang waktu tempat juga keadaan.
wajib membenarkan apa yang dikemukakan- Setiap tindakan yang bertentangan dengan
nya, jikalau ia berkehendak bahwa ia tidak hukum atau tidak sesuai dengan hukum, menyerang
akan kalah dalam perkaranya.(Soepomo, 1982) kepentingan masyarakat atau individu yang dilindu-
Hukum pembuktian merupakan sebagian ngi hukum, tidak disenangi oleh orang atau masya-
dari hukum acara pidana yang mengatur macam- rakat, baik yang langsung atau tidak langsung kare-
macam alat bukti yang sah menurut hukum.(Hari Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 230 macam alat bukti yang sah menurut hukum.(Hari Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 230
nek berusia 70 tahun dengan kacamata minus 4, jumpai dalam hukum pembuktian yaitu:
pada jarak 50 meter bersaksi dibawah sumpah,
1. Bukti adalah sesuatu hal (peristiwa dan seba- bahwa ia mengidentifisir terdakwa sedang mela- gainya) yang cukup untuk memperlihatkan kebe-
kukan tindak pidana, hakim tentu ragu-ragu un- naran sesuatu hal (peristiwa dan sebagainya)
tuk menerima alat bukti ini, akan tetapi jika sis-
2. Tanda bukti, barang bukti adalah apa yang men- tem ini dianut oleh suatu negara maka negara ter- jadi tanda sesuatu perbuatan (kejahatan dan se-
sebut harus menerima pembuktian seperti ini, bagainya)
karena keyakinan tidak boleh dijadikan pertimba-
3. Membuktikan mempunyai pengertian-pengertian ngan. Sistem ini disebut juga teori pembuk- sebagai berikut:
tian formil. Sistem pembuktian ini berusaha un-
a) Memberi (memperlihatkan) bukti; tuk menyingkirkan semua pertimbangan subjek-
b) Melakukan sesuatu sebagai bukti kebena- tif hakim dan mengikat hakim secara ketat dan ran, melaksanakan (cita-cita dan sebagai-
menurut peraturan pembuktian yang keras nya);
2. Sistem pembuktian conviction intime
c) Menandakan, menyatakan (bahwa sesuatu Pada sistem pembuktian ini Hakim menjatuhkan benar);
vonis semata-mata berdasarkan keyakinannya
d) Meyakinkan, Menyaksikan. saja. Hakim tidak perlu mencari alat bukti untuk
4. Bukti adalah sesuatu untuk meyakinkan kebe- membuktikan dakwaan yang dituduhkan kepada naran suatu dalil atau pendirian.(Bambang
terdakwa, melainkan hanya menggunakan penge- Waluyo, 1991)
tahuan nalar dan kebijaksanaannya, dan hakim memutuskan bersalah atau tidaknya terdakwa ti-
Jenis-jenis Sistem Pembuktian Pada Per-
dak perlu mempertanggungjawabkan apapun ke-
adilan Pidana
putusannya dengan demikian, nasib terdakwa sa- Ada 4 (empat) macam sistem pembuktian
ngat tergantung pada hati nurani, kebijaksanaan yang dikenal di berbagai negara di dunia, yaitu
dan pengalaman hakim dalam memutuskan per- (Andi, 2002):
kara. Sistem pembuktian ini dulu dianut antara
1. Sistem Pembuktian Positif (wettelijk positief) lain oleh peradilan jury di Perancis. Di Indonesia Pada sistem ini hakim menjatuhkan vonis se-
sistem pembuktian ini dianut yaitu pada penga- mata-mata berdasarkan alat-alat bukti yang di-
dilan distrik dan pengadilan kabupaten. Sistem sebut dalam undang-undang, artinya jika telah
ini memungkinkan hakim menyebut apa saja terbukti bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan
yang berdasarkan akan keyakinannya, misalnya alat-alat bukti yang disebut oleh undang-undang,
keterangan medium atau dukun. Pengadilan Swa- maka keyakinan hakim tidak perlu sama sekali.
praja menggunakan keyakinan hakim semata- Sistem ini sering kali bertentangan dengan ke-
mata. (Andi, 1996). Sistem ini bukan merupakan yakinan hakim, karena walaupun secara yuridis
sistem yang baik karena memberikan kebebasan formil suatu alat bukti itu sah, tetapi mungkin
yang terlalu besar kepada hakim, sehingga sulit alat bukti tersebut tidak bisa diterima oleh
untuk diawasi, disamping itu, pada sistem ini
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
dang, tetapi setelah itu masih diperlukan keya-
3. Sistem Pembuktian Laconviction Raissonne kinan hakim bahwa alat bukti tersebut benar-be- Teori ini disebut pembuktian yang berdasar ke-
nar dapat dipercaya, jika karena satu dan yang yakinan hakim sampai batas tertentu, menurut
lain hal hakim tidak yakin akan alat bukti ter- teori ini, hakim dapat memutuskan seseorang
sebut (negatif) dan ia tidak memakainya sebagai bersalah berdasar keyakinannya, keyakinan yang
dasar putusannya. Sistem ini dianut oleh negara didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian diser-
Belanda, Belgia serta negara-negara bekas jaja- tai dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan
hannya termasuk Indonesia. kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu.
Sebagai negara bekas jajahan Belanda, sis- Jadi, putusan hakim dijatuhkan dengan suatu
tem peradilan pidana di Indonesia masih mengacu motivasi.
pada sistem yang diwariskan pada jaman penjajahan Sistem atau teori pembuktian yang berdasar
Belanda, berbagai peraturan perundang-undangan keyakinan hakim sampai batas tertentu ini ter-
pidana yang berlaku di Indonesia pada saat ini, me- pecah kedua jurusan. Pertama yaitu pembuktian
ngacu pada peraturan perundang-undangan pada berdasar keyakinan hakim atas alas an yang logis
masa penjajahan Belanda. (Lamintang dan dan yang kedua ialah teori pembuktian berdasar
Lamintang, 2010)
undang-undang secara negative. Dengan demikian, sistem pembuktian Persamaan antara keduanya ialah keduanya sama
yang dianut di Indonesia adalah sistem pembuk- berdasar atas keyakinan hakim, artinya terdakwa
tian negatif (wettelijk negatief), seperti yang dianut tidak mungkin dipidana tanpa adanya keyakinan
oleh negara Belanda, hal ini dapat dilihat pada Pasal hakim bahwa ia bersalah.
183 KUHAP, yang menyatakan bahwa hakim tidak Perbedaannya ialah bahwa yang tersebut per-
boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecua- tama berpangkal tolak pada keyakinan hakim,
li apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada
yang sah dan Hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu kesimpulan yang logis, yang tidak didasar-
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa kan kepada undang-undang,tetapi pada sistem ini
terdakwa yang bersalah melakukannya. hakim memutuskan bersalah atau tidaknnya se- seorang berdasarkan keyakinannya yang didasari
Alat Bukti Yang Sah Menurut KUHAP
pada alasan yang masuk akal. Sistem ini juga Alat bukti yang sah menurut KUHAP ada di disebut pembuktian bebas, karena hakim bebas
Pasal 184 KUHAP, yaitu
menyebutkan alasan-alasan keyakinannya.
1. Keterangan Saksi
4. Sistem pembuktian Negatif ( negatief wetelijk)
2. Keterangan Ahli
Pada sistem pembuktian ini hakim menjatuhkan
3. Surat
vonis berdasarkan adanya alat bukti yang sah,
4. Petunjuk
serta ditambah dengan keyakinan hakim, bahwa
5. Keterangan terdakwa
benar telah terjadi tindak pidana dan terdakwa Adapun penjabaran kelima alat bukti yang sah yang bersalah. Pada sistem ini pertama-tama alat
adalah sebagai berikut:
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 232 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 232
1. Keterangan Saksi
perkawinan dan anak-anak saudara KUHAP adalah, keterangan dari seorang saksi
terdakwa sampai derajat ketiga. mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
c. Suami atau istri terdakwa, meskipun sendiri dan ia alami sendiri dengan menye-
yang sudah bercerai atau yang bersama- butkan alasan dari pengetahuan itu. Keterangan
sama sebagai terdakwa. seorang saksi saja tidak cukup untuk membuk- tikan bahwa terdakwa bersalah terhadap per-
Dalam KUHP diatur hak undur diri dari sak- buatan yang didakwakan kepadanya. Ketera-
si atas dasar adanya rahasia jabatan atau pekerja- ngan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri
annya yang diatur dalam Pasal 170 KUHAP. Pasal tentang suatu kejadian atau keadaan dapat juga
ini menyatakan bahwa mereka yang karena peker- digunakan sebagai alat bukti yang sah apabila
jaan, harkat martabatnya atau jabatannya yang me- keterangan saksi itu ada hubungannya satu de-
miliki kewajiban untuk menyimpan rahasia dapat ngan yang lainnya sedemikian rupa sehingga
minta dibebaskan dari kewajiban memberi ketera- dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau
ngan sebagai saksi. Pada penjelasan pasal tersebut, keadaan tertentu. Dalam menilai keterangan-
dikatakan bahwa pekerjaan atau jabatan yang memi- keterangan saksi, hakim harus dengan sungguh-
liki kewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan sungguh memperhatikan hal berikut:
oleh undang-undang. Jika tidak ada ketentuan yang
a. Persesuaian antara keterangan saksi satu de- mengatur hal tersebut, maka Hakim yang menentu- ngan yang lainnya.
kan sah tidaknya alasan yang dikemukakan untuk
b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan mendapatkan kebebasan tersebut. Orang yang harus alat bukti lain.
menyimpan rahasia jabatan, diantaranya adalah,
c. Alasan yang mungkin digunakan oleh saksi dokter, yang harus merahasiakan penyakit yang untuk memberi keterangan yang tertentu.
diderita oleh pasiennya. Sedangkan yang dimaksud
d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala orang yang karena martabatnya dapat mengundur- sesuatu yang pada umumnya dapat mempe-
kan diri adalah Pastor agama katolik, yang harus ngaruhi dapat tidaknya keterangan itu diper-
menjaga kerahasiaan orang-orang yang melakukan caya. Pada prinsipnya semua orang dapat
pengakuan dosa padanya. Setiap saksi yang membe- menjadi saksi, kecuali jika saksi memenuhi
rikan kesaksiannya di pengadilan wajib mengucap- kategori saksi sebagaimana disebut pada
kan sumpah atau janji menurut cara agamanya ma- Pasal 168 KUHAP, yaitu:
sing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang se- garis lurus ke atas atau ke bawah sam-
benarnya, sesuai dengan Pasal 160 ayat (3) KUHAP pai derajat ketiga dari terdakwa atau
pengucapan sumpah atau janji ini merupakan syarat yang bersama-sama sebagai terdakwa.
mutlak suatu keterangan saksi atau ahli yang tidak
b. Saudara dari terdakwa atau yang ber- disumpah atau mengucapkan janji tidak dapat di- sama-sama sebagai terdakwa, saudara
anggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah ibu atau saudara bapak, juga mereka
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Dari penjelasan Pasal 186 KUHAP menye- butkan bahwa keterangan ahli diberikan pada waktu:
a. Di dalam persidangan atau berarti keterangan Keterangan ahli menurut Pasal 1 ayat (28)
2. Keterangan ahli
ahli ini disampaikan secara lisan langsung di de- KUHAP adalah, keterangan yang diberikan oleh
pan Hakim (sidang pengadilan). seseorang yang memiliki keahlian khusus ten-
b. Sebelum persidangan, pada waktu pemeriksaan tang hal yang diperlukan untuk membuat terang
oleh penyidik keterangan ahli dituangkan dalam suatu perkara pidana guna kepentingan peme-
bentuk laporan pemeriksaan penyidik yang biasa riksaan. Pasal 180 ayat (1) KUHAP menyatakan
dikenal sebagai berita acara pemeriksaan. bahwa dalam hal diperlukan untuk menjer-
Yang dapat membedakan antara alat bukti nihkan duduknya persoalan yang timbul di si-
keterangan ahli dengan alat bukti surat adalah: dang pengadilan, Hakim Ketua sidang dapat
a. Keterangan ahli adalah apabila ahli datang pada minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
waktu persidangan berlangsung dan ia membe- diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
rikan keterangan secara lisan. Dan apabila ia Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari
memberikan keterangan secara lisan dan memba- terdakwa atau penasehat hukum terhadap hasil
wa juga surat penunjang keterangan secara lisan keterangan ahli tersebut di atas, maka Hakim
maka tetap masuk pada alat bukti keterangan dapat memerintahkan agar dilakukan penelitian
ahli.
ulang. Penelitian ulang berarti Hakim meme-
b. Surat adalah yang dibuat dari seorang ahli me- rintahkan agar dihadirkan ahli lain dari instansi
nurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang sama atau instansi lainnya dari ahli yang
mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana terdahulu. Pasal 186 KUHAP mengatakan
yang menjadi tanggung jawabnya dan yang bahwa: “Keterangan seorang ahli adalah apa
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal yang yang seorang ahli nyatakan di sidang pe-
memuat pendapat berdasarkan keahliannya me- ngadilan.”
ngenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang Pada pasal tersebut dikatakan bahwa kete-
diminta secara resmi padanya. rangan ahli dapat diberikan pada waktu peme- riksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang di-
Di dalam KUHAP tidak dijelaskan secara tuangkan dalam bentuk laporan dan dibuat dengan
jelas apa yang dimaksud dengan keterangan ahli. mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan
Pasal 179 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa se- atau pekerjaan. Jika hal tersebut tidak diberikan pa-
tiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
da waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya umum, maka pemeriksaan di sidang pengadilan
wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. saksi ahli dapat diminta memberikan keterangan,
Selain dikenal adanya ahli kedokteran kehakiman, dan keterangan itu dicatat dalam berita acara pe-
maka berkenaan dengan kemajuan ilmu pengeta- meriksaan. Keterangan itu diberikan setelah ia
huan dan teknologi, dikenal juga ahli kimia kehaki- man untuk bidang-bidang keracunan, pembiusan,
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 234 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 234
sebab-sebab kematian, apakah ia keracunan atau cetakan, kertas, tinta). Khusus terhadap visum et re-
dari sebab yang lain. Kedua keterangan ini, ketera- pertum sebagai suatu keterangan ahli menurut
ngan saksi dan keterangan saksi ahli yang diberikan Staasblad Tahun 1937 Nomor 350 menyatakan:
tanpa disumpah tidak mempunyai kekuatan pem- “Visum et repertum dari para dokter yang di-
buktian melainkan hanya dapat dipergunakan untuk buat atas sumpah jabatan, yang diucapkan pada
menambah atau menguatkan keyakinan hakim. waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di
(Djoko dan Murtika, 1986)
Nederland atau Indonesia, ataupun atas sumpah khusus seperti dimaksud pada pasal dua, dalam
3. Surat
perkara pidana mempunyai kekuatan bukti, sepan- Informasi atau data dalam bentuk dokumen atau jang visum et repertum itu memuat keterangan ten-
surat dapat dijadikan alat bukti di pengadilan. tang apa yang dilihat oleh dokter itu pada benda
Pasal 187 KUHAP membagi alat bukti surat da- yang diperiksanya”. (Djoko, 1986)
lam empat kategori, yaitu:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk sumpah “assertori” yaitu saksi ahli memberikan ke-
Sumpah yang dimaksud oleh Pasal 2 ialah
resmi yang dibuat dihadapannya, yang me- terangan terlebih dahulu, kemudian baru disumpah
muat keterangan tentang kejadian atau kea- bahwa keterangan itu benar atau sumpah untuk me-
daan yang didengar, dilihat atau dialami nguatkan peryataan. Ada lagi penyumpahan “pro-
sendiri, disertai dengan alasan yang jelas misoris ”, yaitu sebelum saksi didengar kete-
dan tegas tentang keterangan itu. rangannya disumpah terlebih dahulu (sumpah ke-
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan pera- sanggupan untuk menyatakan hal yang benar).
turan perundang-undangan atau surat yang Terdapat perbedaan antara keterangan ahli
dibuat oleh pejabat mengenai hal yang ter- yang dibuat oleh ahli kedokteran kehakiman dengan
masuk dalam tata laksana yang menjadi yang dibuat oleh dokter bukan ahli kedokteran ke-
tanggung jawabnya dan atau surat yang di- hakiman yang disebutkan dalam penjelasan Pasal
buat oleh pejabat mengenai dan atau surat 133 KUHAP adalah keterangan yang diberikan oleh
yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
termasuk dalam tata laksana yang menjadi sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter
tanggung jawab dan atau sesuatu keadaan. bukan ahli kedokteran kehakiman disebut kete-
c. Surat keterangan dari seseorang ahli me- rangan”.
muat pendapat berdasarkan keahliannya me- Terdapat perbedaan antara keterangan saksi
ngenai sesuatu hal yang menjadi tanggung dan keterangan ahli. Keterangan saksi adalah ke-
jawabnya dan atau sesuatu keadaan. terangan yang diberikan mengenai hal yang ia ala-
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada mi, ia lihat dan ia dengar sendiri, sedangkan ke-
hubungannya dengan isi dari alat bukti yang terangan ahli adalah keterangan yang diberikan
lain.
atas dasar keahlian yang ia miliki, yang membe- Dalam KUHAP tidak dijelaskan hubungan rikan kesimpulan pendapat, seperti hal kematian,
alat bukti surat. Dalam Hukum Perdata dengan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
Hukum Pidana, menurut Andi Hamzah, sesuai de- logis untuk kemudian mengambil kesimpulan ngan jiwa KUHAP, maka kepada Hakim diserahkan
(Ranoemihardja, 1980).
pertimbangan mengenai hal itu. Dengan demikian hanya akta otentik yang dapat dipertimbangkan,
4. Petunjuk
sedangkan surat dibawah tangan seperti dalam Hu- Definisi petunjuk dalam Pasal 188 ayat (1) kum Perdata tidak dipakai lagi dalam Hukum Acara
adalah “perbuatan, kejadian atau keadaan yang Pidana. Akan tetapi sesuai dengan Pasal 197 butir d
karena persesuaiannya, baik antara yang satu KUHAP, maka surat lain atau surat dibawah tangan
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana masih mempunyai nilai, jika ada hubungannya
sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu dengan isi alat bukti lainnya.(Andi Hamzah,1989:2)
tin dak pidana dan siapa pelakunya”. (Djoko dan Visum et repertum merupakan salah satu
Murtika, 1986)
surat yang termasuk kategori ketiga alat bukti surat. Pada Pasal 188 ayat (2), petunjuk sebagaimana Pendefinisian visum et repertum adalah suatu surat
dijelaskan pada ayat (1) hanya dapat diperoleh keterangan yang dibuat oleh dokter berdasarkan ha-
dari keterangan saksi, surat dan keterangan ter- sil pemeriksaan atas tubuh manusia, mayat atau
dakwa. Terlihat bahwa alat bukti petunjuk sa- bagian tubuh atau yang diduga bagian tubuh ma-
ngat tergantung dengan alat-alat bukti yang lain, nusia, dibuat berdasarkan permintaan tertulis dari
dan alat petunjuk tersebut baru diperlukan da- pihak yang berwajib, berdasarkan sumpah, untuk
lam pembuktian apabila alat bukti lain belum kepentingan peradilan. (Abdul Mun‟im Idries,
dianggap cukup membuktikan kesalahan terdak- 1989)
wa. Undang-undang tidak memberikan penjela- Visum et Repertum adalah keterangan ter-
san tentang apa yang dimaksud dengan perbua- tulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran
tan, kejadian atau keadaan yang dapat dijadikan forensic atas permintaan penyidik yang berwenang
petunjuk melalui keterangan saksi, surat mau- mengenai hasil pemeriksaan medic terhadap ma-
pun keterangan terdakwa. Pengertian mengenai nusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau
petunjuk adalah:
diduga bagian tubuh manusia berdasarkan keilmu- “Segala sesuatu yang merupakan kesimpulan annya dan dibawah sumpah.
hakim sebagai hasil pengamatannya selama si- Visum et Repertum kemudian digunakan
dang pengadilan berlangsung dan yang dipe- bukti yang sah secara hukum mengenai keadaan ter-
rolehnya di luar sidang pengadilan dalam proses akhir korban penganiayaan, perkosaan, maupun kor-
penyelesaian perkara tersebut”. ban yang berakibat kematian dan dinyatakan oleh dokter setelah memeriksa (korban).
Mengenai kekuatan bukti petunjuk oleh Seorang dokter dalam bidang kehakiman
Pasal 188 ayat (3) KUHAP dikatakan: dalam mengungkap suatu perkara pidana yang ber-
“penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu pe- hubungan dengan perusakan tubuh, kesehatan dan
tunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh nyawa manusia, sehingga bekerjanya harus obyektif
hakim dengan arif bijaksana, setelah ia mengadakan dengan mengumpulkan kenyataan-kenyataan dan
pemeriksaan dengan penuh kecermatan berdasarkan menghubungkannya satu dengan yang lain secara
hati nuraninya”.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 236 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 236
melainkan harus disertai dengan alat bukti yang petunjuk dari segala sumber. Sumber yang dapat
lain.
dipergunakan hakim mengkonstruksi suatu alat bukti petunjuk terbatas dari alat-alat bukti yang
Proses penyidikan
secara terperinci telah ditentukan dalam Pasal Petugas yang berkewajiban menangani TKP 188 ayat (2) KUHAP, petunjuk hanya dapat di-
adalah petugas Polri (baik dalam dinas maupun di peroleh dari keterangan saksi, surat dan ketera-
luar dinas), PAMAPTA (Perwira Samapta), RE- ngan terdakwa.
SERSE, dan KAPOLSEK.
b. Nilai Kekuatan Pembuktian Petunjuk Sebuah proses penyidikan tindak pidana di- Kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk sama
awali dengan penanganan tempat kejadian perkara sifat dan kekuatannya dengan kekuatan alat bukti
yang baik dan benar serta memenuhi prosedur dan pembuktian keterangan saksi, keterangan ahli
ketentuan penyidikan yang berlaku. Tindakan Per- dan alat bukti surat. yaitu mempunyai sifat ke-
tama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP) adalah kuatan pembuktian yang bebas:
tindakan kepolisian yang harus dilaksanakan segera setelah terjadinya tindakan pidana untuk melakukan
Hakim tidak terikat atas kebenaran perse- pertolongan dan perlindungan kepada korban atau suaian yang diwujudkan oleh petunjuk. Petunjuk se- anggota masyarakat, penutupan dan pengamanan bagai alat bukti tidak bisa berdiri sendiri membuk-
tempat perkara. Suatu tindak pidana dapat diketahui tikan kesalahan terdakwa. Dia tetap terikat kepada
melalui laporan, pengaduan, tertangkap tangan, prinsip batas minimum pembuktian, oleh karena itu
ataupun diketahui langsung.
agar petunjuk mempunyai nilai kekuatan pembuk- Dalam kasus pencabulan yang diatur dalam tian yang cukup, harus didukung dengan sekurang-
KUHAP, memerlukan ketelitian tinggi mulai dari kurangnya satu alat bukti yang lain.
penyidik. Karena kasus pencabulan biasanya tidak ada yang melihat, yang hanya saksi korban, ada ke-
engganan dari korban untuk melapor dan tempat Keterangan terdakwa menurut Pasal 189 ayat
5. Keterangan Terdakwa
kejadian yang jauh dari kantor polisi sehingga me- (1) KUHAP adalah apa saja yang terdakwa
nyulitkan polisi untuk memperoleh alat bukti. Aki- nyatakan di sidang pengadilan tentang per-
batnya barang bukti dapat hilang dengan seketika buatan yang ia lakukan, ketahui sendiri atau ala-
dan masyarakat kurang memiliki pengetahuan ba- mi sendiri. Istilah keterangan terdakwa tidak sa-
gaimana menyimpan alat bukti. ma dengan pengakuan terdakwa, karena dalam
Pentahapan proses penyidikan tindak pidana pengertian hukum yang dimaksud dengan ke-
pencabulan antara lain meliputi beberapa rangkaian terangan terdakwa bukan hanya berupa penga-
kegiatan mulai dari; diketahuinya peristiwa pidana, kuan saja tetapi juga meliputi penyangkalan
tindakan pertama di Tempat Kejadian Perkara terdakwa. Pasal 189 ayat (3) KUHAP dikatakan
(TKP), pemeriksaan terhadap saksi korban dan bahwa keterangan terdakwa saja tidak cukup
dimintakan visum et repertum kepada dokter, peme- untuk membuktikan bahwa ia bersalah mela-
riksaan terhadap saksi, dan pemeriksaan terhadap
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011
2. Pemotretan dan pembuatan sketsa; pemberkasan serta penyerahan berkas ke Kejaksaan
3. Penanganan korban;
Negeri.
4. Penanganan barang bukti.
Setelah penyidik menerima laporan atau Tindakan terakhir dari rangkaian penta- pengaduan, penyidik langsung membuat Laporan
hapan kegiatan tersebut adalah membuat laporan Polisi serta memasukkan dalam Buku Mutasi, ke-
polisi atau laporan hasil pengolahan tempat kejadian mudian melaporkan kepada kepala kesatuan wi-
perkara (TKP). Laporan ini dibuat oleh Unit atau layahnya dan juga memberitahukan kepada RESER-
anggota reserse yang mendatangi Tempat Kejadian SE untuk tindakan pengolahan Tempat Kejadian
Perkara (TKP). Pembuatan laporan ini bertujuan Perkara. Jika diperlukan dapat memberitahukan ke-
melaporkan kepada pimpinan dalam hal ini Kepala pada kesatuan atau instansi lain seperti pemadam
Direktorat Serse atau Kepala Satuan Tindak Pidana kebakaran, rumah sakit, PLN, POM ABRI dan lain- Tertentu tentang langkah-langkah yang telah dilaku- lainnya.
kan.
Sebelum mendatangi TKP dilakukan persia- Dalam kasus pencabulan penyidik meminta pan yaitu persiapan personil terdiri dari unsur-unsur
bantuan kepada dokter ahli forensik untuk me- SAMAPTA, RESERSE serta bantuan teknis yang
meriksa saksi korban. Untuk meminta bantuan meliputi Labkrim, identifikasi dan dokter. Setelah
dokter forensik penyidik mengajukan permintaan persiapan selesai tindakan pertama dalam hal kasus
tertulis kepada pihak Kedokteran Forensik (Lem- tindak pidana pencabulan di TKP adalah membe-
baga Kriminologi) untuk melakukan pemeriksaan rikan perlindungan dan pertolongan pertama. Tahap
serta dibuatkan visum et repertum. pertama mengadakan pencarian pelaku atau ter-
Pemeriksaan terhadap saksi korban harus sangka dengan meminta keterangan dari saksi mata
cepat dilakukan dan langsung dimintakan visum et atau yang dia dengar dan lihat sendiri. Tahap kedua
repertum, hal ini dikarenakan bukti-bukti telah ter- pencarian barang bukti, pencarian barang bukti ini
jadinya tindak pidana pencabulan akan langsung menggunakan metode yang disesuaikan dengan
diperoleh apabila saksi korban cepat langsung dipe- keadaan tempat, jumlah petugas dan pengumpulan
riksa untuk diperoleh keterangan apakah memang barang bukti. Pengambilan dan pengumpulan
benar telah terjadi tindak pidana pencabulan. barang bukti harus dilakukan dengan cara yang be-
Pemeriksaan harus cepat dilakukan oleh ka- nar disesuaikan dengan bentuk atau macam barang
rena bukti-bukti dari tindak pidana pencabulan mu- bukti yang diambil yang dapat berupa benda padat,
dah hilang. Bukti tersebut dapat berupa luka atau ce- cair, dan gas. Pengambilan dan pengumpulan ba-
dera yang khas yang menunjukan bahwa luka atau rang bukti dilakukan dengan maksud untuk mencari,
cedera tersebut terjadi akibat kekerasan yang bukan mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi petun-
suatu kecelakaan dan juga bukan karena penyakit. juk-petunjuk, keterangan dan bukti serta identitas
Hal penting lainnya adalah bahwa bukti tersangka.
adanya kekerasan tindak pidana pencabulan tersebut Pada dasarnya tindakan-tindakan yang dila-
harus relevan dengan keterangan yang diberikan kukan oleh penyidik di TKP meliputi:
oleh saksi korban. Suatu luka memar atau lecet kecil
1. Pemotretan umum (General Observation); di daerah pipi, leher, pergelangan tangan atau paha Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 238 1. Pemotretan umum (General Observation); di daerah pipi, leher, pergelangan tangan atau paha Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 3, Agustus 2011 238
hari dapat dicocokkan dengan keterangan-ke- relevan dengan riwayat terjadinya peristiwa, seperti
terangan lain yang telah diperiksa tadi. ditampar, dicekik, dipegangi dengan keras atau di-