Dalam arbitrase dikenal dengan syarat formal dan syarat material, Syarat Formal ini harus memenuhi 3

TINJAUAN YURIDIS ATAS PEMBATALAN PUTUSAN BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI)

Oleh:

BUDI SATRIA & MADDENIA AYU Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul

ABSTRAK

Dalam era bisnis tanpa batas dewasa ini, arbitrase merupakan lembaga penyelesaian sengketa yang sangat populer digunakan oleh kalangan pelaku bisnis. Namun demikian tidak jarang para pelaku bisnis, terutama mereka yang memenangkan perkara, dihinggapi kefrutasian apabila dihadapkan pada implementasi putusan arbitrase yang melibatkan pengadilan. Dalam proses penyelesaian sengketa pada arbitrase nasional, sebagaimana lazim dikenal dalam lembaga peradilan, pemeriksaan sengketa akan berujung pada sebuah putusan (putusan arbitrase nasional). Setelah putusan dibuat dan diucapkan pihak yang dikalahkan, apabila tidak puas, paling tidak mempunyai alternatif upaya hukum. Upaya hukum ini pada dasarnya adalah upaya hukum untuk membatalkan putusan arbitrase. Pengadilan dianggap sebagai otoritas yang berwenang untuk membatalkan putusan arbitrase. Dalam skripsi ini yang hendak diangkat adalah tentang upaya hukum berupa pembatalan putusan arbitrase oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan antara JACOB HENDRAWAN dan PT. UNICOMINDO PERDANA, beralamat di Jl. KH. Mansyur No. 59 Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh kuasa Syamsul Arief, SH. dan Andi Fatmawati, SH., Advokat dan Pengacara, berkantor di jalan Taman Kebon Jeruk Intercon Blok AA-III No.15, Jakarta Barat, sebagai Pemohon. MELAWAN PT. SAC NUSANTARA, beralamat di Lina Bulding Lantai Dasar, Jl. HR. Rasuna Said Kav.B-7, Kuningan, Jakarta Selatan, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya H.Ernatno Sudarno, SH., Edwar NH Abraham, JD. dan David Abraham, BSL, berkantor di Prince Building, lantai 10, Jalan Jendral Sudirman Kav.3-4 Jakarta 10220, sebagai Termohon. Penulis menggunakan bahan penelitian untuk menganalisa dan menerapkan Undang-Undang No.30 tahun 1999 sebagai bahan acuan.

Key Words: Arbitrase, Sengketa

Pendahuluan

adalah bidang hukum. Kemajuan Kemajuan dunia perdagangan

dibidang niaga ini secara faktual dengan segala aspeknya, ternyata tidak

berbanding sejajar dengan adanya bisa berdiri sendiri, dimana bidang yang

akibat-akibat hukum dari sengketa paling menonjol dan dominan dalam

yang terjadi dalam dunia bisnis itu menopang kelancaran kegiatan bisnis ini

sendiri. Bentuk sengketa tersebut juga

dengan litigasi dalam pendekatannya permasalahannya, ruang lingkupnya,

baik

inti

melalui simplifikasi prosedur. lingkungan atau pihak-pihak yang

Apabila penyelesaian dengan terlibat dan juga kadang menjadi

cara litigasi, maka secara jelas proses komplikasi kalau menyangkut antar

penyelesaian sengketanya dilakukan di negara dimana undang-undangnyapun

pengadilan. Namun apabila dilakukan belum tentu sama. Dalam hal

dengan melalui Arbitrase, berarti terjadinya sengketa dagang/bisnis

penyelesaian sengketa dimana pihak seperti itu, maka mau tidak mau, suka

netral dipilih secara pribadi dan atau tidak suka akan membawa para

dibiayai oleh para pihak yang pelaku bisnis untuk menyelesaikan

bersengketa melalui prosedur arbitrase sengketanya itu ke proses peradilan.

yang merupakan peraturan yang Namun, ada alternatif yang

diterapkan oleh lembaga arbitrase. lebih baik dan efektif yaitu diselesaikan

Berdasarkan banyak pe- dengan putusan yang final dan

ngalaman dari para pelaku bisnis yang mengikat

pernah menyelesaikan sengketa bisnis- Penyelesaian Sengketa (APS), baik

melalui

Alternatif

nya di badan peradilan formal, mereka dengan bentuk-bentuk APS tertentu

diwajibkan beracara di pengadilan yang maupun dengan arbitrase. Dalam

berpedoman kepada kitab undang- Undang-undang No.30 tahun 1999

undang formal seperti KUHPer atau tentang Arbitrase dan Alternatif

BW, yang di dalam pelaksanaannya Penyelesaian Sengketa, arbitrase

akan menempatkan mereka pada dipisahkan dengan APS. APS adalah

posisi yang saling berhadapan. sekumpulan prosedur atau mekanisme

Dalam penyelesaian sengketa yang berfungsi memberi alternatif

yang menggunakan peradilan formal atau pilihan suatu tata cara

seperti ini, maka tidak jarang dari penyelesaian sengketa melalui bentuk

mereka baik yang menang maupun APS atau arbitrase agar memperoleh

yang kalah menjadi hilang muka putusan akhir dan mengikat pihak ”.

terutama terhadap klien dan mitra Arbitrase pada awalnya merupakan

bisnis mereka, dan juga menanggung prosedur yang berdiri sendiri, tetapi

akibat-akibat lain yang tidak dewasa ini dipandang sebagai bagian

sebanding dengan besarnya kasus dari APS walaupun hampir sama

sengketa mereka. Di samping akibat- akibat itu, maka ada beberapa hal yang

merupakan sarana alternatif dalam diantaranya adalah PUTUSAN yang

menyelesaikan sengketa bisnis. mengakibatkan status benar dan salah

Karena mereka berpendapat bahwa serta menang dan kalah. Putusan

penyelesaian sengketa bisnis melalui pengadilan seperti ini, sering kali

pengadilan formal, pada umumnya dirasakan

secara relatif akan memakan waktu hubungan mereka dengan mitra

sangat

mengganggu

yang lama, prosedurnya dirasakan bisnisnya dikemudian hari. Putusan

berbelit-belit dan kompleks. ternyata merupakan bagian yang

Sebenarnya sudah menjadi penting dalam acara pengadilan

jurisprudensi tetap, bahwa apabila formal dan bisa berpengaruh cukup

dalam suatu perjanjian terdapat signifikan terhadap psikologis para

klausula, bahwa para pihak pihak. Tidak jarang putusan dari

menyetujui bahwa apabila terjadi suatu perkara perdata akan berbuntut

sengketa, maka tidak akan dibawa ketidak puasan dari pihak yang kalah

ke pengadilan, tetapi memilih arbitrase, dalam jangka waktu yang lama.

hal ini akan dihormati oleh pengadilan Dalam prakteknya, sebelum

sendiri. Dalam hal terjadi sengketa, Majelis Hakim melanjutkan suatu

maka justru penyelesaiannya ialah di perkara perdata, biasanya selalu

luar pengadilan.

ditawarkan kepada para pihak untuk Dalam arbitrase dikenal dengan mengambil jalan damai, dan tidak

syarat formal dan syarat material, jarang jalan ini ditempuh oleh para

Syarat Formal ini harus memenuhi 3 pihak yang lebih nyaman karena

(tiga) hal pokok, yaitu : putusannya cenderung secara relatif

1. Normatif, yaitu sebuah aturan lebih memenuhi rasa keadilan. Dalam

formal yang baku dari sebuah hal para pihak mengambil jalan

produk hukum. Salah satu contoh damai dengan membuat akad damai,

syarat formal normatif yang maka lembaga ARBITRASE adalah

paling sederhana yang terdapat merupakan lembaga institusi yang

dalam Pasal 45 Undang-undang tepat untuk menyelenggarakan proses

No.30 tahun 1999, adalah pada yang dimaksud. Dan dibeberapa

huruf a, dimana disebutkan dalam negara yang sudah maju, “commercial

setiap putusan arbitrase harus arbitration” sudah dianggap sebagai “a

mememuat kepala putusan yang

perbedaan pendapat dan argumen- YANG MAHA ESA”.

tasi dari para pihak berserta

2. Konstruktif, artinya bentuk formal semua bukti disampaikan dalam dari putusan arbitrase harus

forum persidangan tersebut dimuat secara struktur dengan

(arbitrase) untuk dibuktikan ke- mengacu kepada ayat ( 1 ) huruf

benarannya oleh mereka sendiri

a s/d j Pasal 45 Undang-undang atau kuasanya, sampai bisa No. 30 tahun 1999.

diterima oleh para pihak dan para

3. Informatif, artinya putusan ini

arbiter.

2. Final, artinya bahwa terhadap pihak, uraian singkat materi yang

memuat semua identitas dari para

putusan arbitrase tidak dapat disengketakan dan bagaimana

dilakukan banding maupun kasasi. duduk perkara yang disengketakan,

Setidaknya berdasarkan Pasal 60 pertimbangan dan pendapat

Undang-undang No.30 tahun 1999, arbiter atau majelis arbiter serta

maka putusan arbitrase adalah tempat dan tanggal putusan dibuat

final dan mengikat. Namun hal dan tanda tangan arbiter atau

ini tidak berarti bahwa terhadap majelis arbiter.

putusan tersebut sudah tidak dapat

Material adalah dilakukan upaya hukum sama mengenai materi atau isi dari putusan

Syarat

misalnya dengan itu sendiri yang harus

sekali

menggunakan Pasal 70 Undang- menunjukan bahwa putusan arbitrase

dapat

undang No.30 tahun 1999 yang itu bersifat langsung, final dan

menyatakan bahwa, terhadap mengikat.

putusan arbitrase para pihak dapat

1. Langsung, bahwa putusan arbitrase mengajukan permohonan pem- diambil

batalan apabila putusan tersebut langsung antara para pihak atau

bersama-sama

secara

diduga mengandung unsur-unsur kuasanya dan para arbiter, dimana

sebagai berikut : para pihak arbiter mengemukakan

a) Surat atau dokumen yang diajukan pendiriannya dalam sengketa

dalam pemeriksaan, setelah tersebut dan mereka masing-

putusan dijatuhkan, diakui palsu masing menyampaikan argumentasi

atau dinyatakan palsu. serta duduk

perkara

dari

arbitrase yang diberikan oleh para ahli yang disembunyikan oleh pihak

hukum, yakni : Frank Elkoury dan Edna lawan.

Elkoury

dalam bukunya How

c) Putusan diambil dari hasil tipu Arbitration Works mengartikan ; muslihat yang dilakukan oleh

“Arbitrase adalah suatu proses yang salah satu

mudah atau simpel yang dipilih oleh pemeriksan sengketa.

pihak

dalam

para pihak secara suka rela yang ingin

3. Mengikat, artinya bahwa setiap agar perkaranya diputus oleh juru putusan arbitrase harus bisa diterima

pisah yang netral sesuai dengan dan dilaksanakan oleh semua pihak.

pilihan mereka dimana keputusan Pasal 60 Undang-undang No.30

mereka berdasarkan dalil-dalil tahun 1999 menyebutkan bahwa ;

dalam perkara tersebut. Para pihak “Putusan arbitrase bersifat Final

setuju sejak semula untuk menerima dan Mempunyai kekuatan hukum

putusan tersebut secara final dan tetap dan mengikat para pihak”.

mengikat”

Bahkan dalam Pasal 61 Undang- R. Subekti di dalam bukunya undang

yang berjudul “Kumpulan Karangan menyatakan bahwa ; “Dalam hal

No.30

tahun1999,

Hukum Perikatan Arbitrase Dan para pihak tidak melaksanakan

Peradilan” mengartikan arbitrase : putusan arbitrase secara sukarela,

“Arbitrase adalah penyelesaian atau putusan dilaksanakan berdasarkan

pemutusan sengketa oleh para hakim perintah ketua Pengaadilan Negeri

atau para hakim berdasarkan atas permohonan salah satu pihak

persetujuan bahwa para pihak akan yang bersengketa”.

tunduk pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para

Pengertian Arbitrase

hakim yang mereka pilih atau tunjuk Kata arbitrase berasal dari kata

tesebut.”

arbitrare (Latin), arbitrage (Belanda), Sedangkan menurut H. arbitration (Inggris), yang berarti

Priyatna Adurrasyid dalam bukunya kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu

“Arbitrase & Alternatif Penyelesaian menurut kebijaksanaan atau damai oleh

Sengketa:

arbiter atau wasit. “Arbitrase adalah merupakan suatu tindakan hukum dimana ada pihak

PUTUSAN PEMBATALAN ATAS

selisih pendapat antara dua orang

PUTUSAN BANI N0. 127/ VII/ ARB-

(atau lebih) maupun dua kelelompok

BANI/ 2000 DI PENGADILAN

(atau lebih) kepada seseorang atau

NEGERI JAKARTA SELATAN

beberapa ahli yang disepakati bersama Pihak-pihak yang berperkara dengan tujuan memperoleh suatu

antara lain adalah Jacob Hendrawan dan keputusan final dan mengikat.”

Unicomindo Perdana yang Sementara itu, Sudargo

PT.

didampingi oleh kuasa hukumnya yaitu Gautama

Syamsul Arief, SH. dan Andi arbitrase :

memberikan

batasan

Fatmawati, SH., selaku pemohon, “Arbitrase adalah cara-cara pe-

melawan PT. Sac Nusantara yang nyelesaian hakim partikulir yang tidak

diwakili oleh Kuasanya H. Ernanto terikat dengan berbagai formalitas,

Sudarno, SH, Edwar NH Abraham, JD. cepat dalam memberikan keputusan,

Dan David Abraham, BSL sebagai yang mudah untuk dilaksanakan

termohon.

karena akan ditaati para pihak.” Di dalam Undang-undang No.30

B. MENGENAI DUDUK PER-

tahun 1999 tentang Arbitrase dan

KARANYA

Alternatif Penyelesaian Sengketa, pada Pemohon dengan surat Pasal 1 angka 1 mengartikan arbitrase

permohonannya tertanggal 25 Maret sebagai berikut : Arbitrase adalah

2002 telah mengajukan Pembatalan cara penyelesaian suatu sengketa

Putusan Arbitrase ke Pengadilan Negeri perdata di luar peradilan umum yang

Jakarta Selatan yang telah didaftarkan di didasarkan perjanjian arbitrase yang

bawah register Nomor. 78/ Pdt.P/ 2002/ dibuat secara tertulis oleh para pihak

PN.Jak.Sel. yang telah mengemukakan yang bersengketa.

hal-hal pada pokoknya sebagai berikut: Dari beberapa definisi yang

Berdasarkan Akta Pendaftaran diberikan, satu sama lain tidak begitu

No.02/WASIT/2002/PN.JKT.PST. dan berbeda. Dalam pengertian yang lebih

No.127/VII/ARB- sederhana,

Putusan

BANI

arbitrase adalah cara BANI/2002 tertanggal 19 Pebruari 2000 penyelesaian sengketa diluar lembaga

telah didaftarkan di Pengadilan Negeri litigasi atau peradilan yang diadakan

Jakarta Pusat pada tanggal 7 Maret oleh para pihak yang bersengketa atas

dasar perjanjian.

I. BANI MELANGGAR / MENG-

pemeriksaan perkara Arbitrase

INTERVENSI KOMPETENSI

No. 127/VII/ARB-BANI/2000,

PENGADILAN

pada tanggal 4 Desember 2001,

1. Pada tanggal 18 Juli 2000 berkenaan dengan adanya Termohon mengajukan Per-

sengketa perkara perdata dan mohonan Arbitrase terhadap

perkara pidana diantara para Para Pemohon melalui BANI.

pihak, yang sampai sekarang

2. Atas permohonan ARBITRASE masih belum mempunyai tersebut Para Pemohon me-

kekuatan hukum tetap. ngajukan keberatan dengan

5. Meskipun tahu adanya surat alasan Sebagai Berikut :

ketua BANI dan keberatan dari

Masih adanya perkara perdata di

para pemohon, majelis Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

arbitrase tetap tidak peduli dan No.245/Pdt.G/1999/PN.JKT.Pst.

secara arogan tetap memeriksa , yang sampai sekarang masih

dan memutus perkara BANI. dalam

6. Dengan tetap memutus perkara mempunyai kekuatan hukum

proses

(belum

BANI No.127 /VII /ARB- tetap).

BANI/2000 sementara perkara-

perkara perdata dan pidana

Perkara Perdata No.300/ Pdt.G/ masih dalam proses (belum

2000/ PN.Jkt.Brt. di Pengadilan mempunyai kekuatan hukum

Negeri Jakarta Barat (sampai tetap), menunjukan BANI telah

sekarang belum mempunyai melanggar/mengitervensi kom-

kekuatan hukum tetap). petensi pengadilan.

3. Ketua BANI dalam suratnya Pelanggaran /intervensi atas

tertanggal 19 September 2000, kompetensi pengadilan tersebut, jelas

telah memberitahukan bahwa bertentangan dengan ketertiban umum,

BANI tidak dapat memproses dan akibatnya putusan BANI No.127/

perkara yang diajukan oleh

VII /ARB-BANI /2000 cacat hukum dan termohon, sampai adanya

harus dinyatakan batal demi hukum serta putusan yang telah mempunyai

tidak mempuyai kekuatan hukum. kekuatan hukum tetap.

4. Pemohon telah menyatakan

Penunjukan

Majelis Arbiter

keberatan atas dilanjutkannya

Bertentangan Dengan Persetujuan

Tertanggal 15 Mei 1996 dan

kesepakatan tertanggal 15

Bertentangan Dengan Peraturan

Mei 1996.

Bani.

Akan tetapi majelis BANI

tetap

melanjutkan per-

1. Bahwa persetujuan tertanggal 15 sidangan meskipun masalah Mei 1996 menyatakan sebagai

arbiter belum ada ke- berikut :

sepakatan. “…..,maka

2. Putusan BANI tersebut menyatakan perhitungan

khusus

tentang

BANI telah menunjuk arbiter untuk diserahkan kepada satu majelis

tersebut,

akan

Pemohon, atau penunjukan arbiter arbitrase yang terdiri dari :

oleh Pemohon dilakukan oleh Dua anggota yang ditunjuk

BANI.

pihak pertama.

penunjukan tersebut Dua anggota yang ditunjuk

Atas

Pemohon telah menolak dengan alasan : pihak kedua.

a) Penunjukan tidak sesuai dengan Kemudian keempat anggota

persetujuan tertanggal 15 Mei 1996, tersebut akan menunjukkan satu

yang menghendaki 2 (dua) arbiter orang yang bertindak sebagai

untuk Pemohon dan 2 (dua) arbiter ketua majelis arbitrase.

untuk Termohon, tetapi dalam pe- Putusan BANI tersebut

nunjukan tersebut, hanya menunjuk menyatakan

“termohon”

1 (satu) arbiter.

(PT.SAC NUSANTARA)

arbiter tersebut telah menunjuk H. Adi

b) Penunjukan

bertentangan dengan peraturan Andojo

BANI, dimana yang berwenang sebagai

Soetjipto,

SH.

menunjuk arbiter adalah ketua menyatakan tidak keberatan,

arbiter,

serta

BANI, dan penunjukan tentunya bila disepakati para pihak

harus sesuai dengan per-setujuan cukup menunjuk satu

tertanggal 15 Mei 1996. arbiter.

Bahwa Pemohon tidak

PUTUSAN

BANI DIAMBIL

sepakat atas penunjukan

BERDASARKAN TIPU MUSLIHAT

satu arbiter tersebut sebab

DENGAN CARA MENGGELAPKAN

bertentangan

dengan

FAKTA-FAKTA.

1. Bahwa berdasarkan Laporan Polisi

3. Bahwa Perkara Pidana tersebut No.Pol

K/182/K/I/2000/SATGA sampai sekarang masih dalam OPS “C” tertanggal 28 Januari 2000,

Proses (belum ada kekuatan Pemohon melaporkan terjadinya

hukum tetap). Pemalsuan Akta No. 13 tertanggal

4. Bahwa pada tanggal 18 Juli 2000

6 Desember 1989 yang dikeluarkan telah mengajukan pemeriksaan oleh

ARBITRASE dengan dasar akta- Soetarmono, SH;

2. Bahwa dengan akta yang diduga  Akta Pernyataan No. 51 palsu tersebut Pemohon telah

tertanggal 12 Desember 1995. dipaksa untuk membuat akta-akta ;

 Akta Pernyataan dan Per-

tanggung Jawaban No. 137 Akta Pernyataan No. 51 tertanggal 12 Desember 1995

tertanggal 27 Desember 1995. dihadapan Notaris Irmadewi

 Akta Kuasa No.138 tertanggal Gunawan, SH;

27 Desember 1995.

 Akta Kuasa No.139 tertanggal

Akta Pertanyaan

dan

27 Desember 1995. Pertanggung jawaban No. 137

Perdamaian No.20 tertanggal 27 Desember 1995,

 Akta

tertanggal 12 Februari 1996. dihadapan Notaris Ny.

akta-akta tersebut Machrani Moertolo S, SH;

Dimana

dibuat berdasarkan keberadaan akta

Akta Kuasa No. 138 tertanggal

No. 13 tertanggal 6 Desember 1989

27 Desember 1995, dihadapan yang dikeluarkan oleh Notaris

Notaris Ny. Machrani Moertolo Djurnawati Soetarmono, SH. yang

S, SH; diduga palsu (perkara sampai

Akta Kuasa No. 139 tertanggal

sekarang masih dalam proses).

5. Bahwa Termohon pada saat Notaris Ny. Machrani Moertolo

27 Desember 1995, dihadapan

mengajukan perkara ke BANI, tidak S, SH;

pernah menyebutkan adanya

Akta Perdamaian (Dading) No.

dugaan

Pemalsuan Dokumen

20 tertanggal 12 Februari 1996,

tersebut.

dihadapan Notaris Ny. Machrani

6. Bahwa Putusan BANI No. 127/ VII/ Moertolo S, SH;

ARB-BANI/2000 jelas telah di- ambil berdasarkan tipu muslihat

5. Apabila Pengadilan Negeri yang

berpendapat lain mohon putusan dilakukan oleh Termohon, tidak

yang seadil-adilnya (ex aequo et saja

Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

C. DALAM

EKSEPSINYA

Penyelesaian Sengketa khusus Pasal

TERMOHON MENGAJUKAN:

1. Bahwa berdasarkan ketentuan mengintervensi Kompetensi Per-

70, juga sekaligus BANI telah

Pasal 72 (1) Undang-undang No. adilan, yang

30 tahun 1999 jo. Pasal 14 dan 16 Putusan BANI tersebut cacat

mengakibatkan

Undang-undang No. 30 tahun 1999, hukum dan harus dinyatakan batal

permohonan pembatalan putusan demi hukum serta tidak kekuatan

arbitrase ini seharusnya diajukan hukum.

ke Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Berdasarkan hal-hal tersebut di atas

Pusat, bukan kepada Ketua serta didukung oleh bukti-bukti yang sah

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. menurut hukum, mohon agar Pengadilan

Pasal 72 (1) Undang-undang

Negeri Jakarta Selatan dapat mem- No. 30 tahun 1999 menegaskan berikan putusan sebagai berikut :

permohonan pembatalan

1. Menerima dan mengabulkan putusan arbitrase harus

Permohonan Para Pemohon .

diajukan

kepada Ketua

2. Menyatakan Putusan BANI No. Pengadilan Negeri.

127/VII/ARB-BANI/2000 yang

Pasal 14 Undang-undang No. 30

1999 menegaskan Negeri Jakarta Pusat No.

tahun

Pengadilan Negeri adalah pe- 02/WASIT/2002/PN.Jkt.Pst.

ngadilan Negeri yang daerah pada tanggal 7 Maret 2002

hukumnya meliputi tempat batal demi hukum, serta tidak

tinggal Termohon. mempunyai kekuatan hukum. Pasal 16 Undang-undang No. 30

Menyatakan Putusan BANI No. tahun 1999 menegaskan Ter-

127/VII/ARB-BANI/2000, tidak mohon adalah pihak lawan

dapat dilaksanakan. Pemohon dalam penyelesaian

4. Membebankan seluruh biaya sengketa melalui arbitrase.

perkara pada Termohon.

2. Bahwa lebih dari itu, Putusan

Perkara Perdata Arbitrase Reg. No.127/VII/ARB-

b) Putusan

No.300/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Bar. BANI/2000 tanggal 19 Pebruari

merupakan sengketa antara 2002 yang menjadi objek

Pemohon dengan Pihak Ketiga pembatalan tersebut didaftarkan dan

yang tidak ada kaitan dan tidak dicatat di Pengadilan Negeri Pusat

mengikat Termohon, Ter- dengan akte pendaftaran No. 02/

mohon juga tidak ikut digugat WASIT/ 2002/PN.Jkt.Pst tanggal 7

dalam perkara tersebut. Maret 2002, bukan Pengadilan

c) Dua perkara pidana yang Negeri Jakarta Selatan.

dimaksud para Pemohon pada

3. Dengan demikian, Ketua Pengadilan butir 2, masih dalam tahap Negeri Jakarta Selatan tidak

penyidikan dan belum diproses berwenang

dan disidangkan di pengadilan, mengadili perkara permohonan

memeriksa

dan

secara yuridis pembatalan putusan arbitrase ini,

sehingga

pengaduan kepada polisi pemeriksaan perkara ini menjadi

tersebut baru dalam tahap wewenang

Ketua Pengadilan dugaan saja jangankan pe- Negeri Jakarta Pusat.

ngaduan atau laporan polisi, Berdasarkan segenap materi eksepsi

yang sudah diputus, akan tetapi tersebut,

belum mempunyai kekuatan putusan arbitrase harus ditolak atau

permohonan

pembatalan

hukum tetap saja tidak dapat setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

dijadikan dasar pertimbangan

1. Bahwa Termohon menyangkal dan untuk putusan perkara ini. menolak seluruhnya dalil para

d) Dalil tentang salinan akta palsu Pemohon.

ternyata baru dugaan, sampai

2. Bahwa mengenai dalil fakta yang saat ini belum ada putusan diajukan pemohon merupakan

apalagi yang telah mempunyai pemutarbalikkan fakta :

kekuatan hukum tetap yang

a) Putusan perkara

menyatakan salinan akta yang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

perdata

dimaksud palsu, padahal sesuai No.245/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Pst,

dengan ketentuan Pasal 70 dalam tingkat banding telah

huruf a Undang-undang No.30 diputus dan telah mampunyai

tahun 1999 jo. Penjelasan Pasal kekuatan hukum tetap.

70 Undang-undang No.30 tahun

1999 alasan

ternyata tidak merujuk serta tidak putusan arbitrase karena

pembatalan

termasuk alasan yang dapat salinan

akta palsu harus digunakan untuk membatalkan dibuktikan dengan putusan

putusan arbitrase sesuai dengan pengadilan.

ketentuan Pasal 70 Undang-undang

3. Bahwa dalil permohonan butir 3 No.30 tahun 1999. tidak benar dan merupakan

6. Bahwa penunjukan Majelis pemutarbalikkan fakta : Surat BANI

Arbitrase sah dan tidak bertentangan tanggal

dengan peraturan dan tertib acara hanyalah

19 September

produk administratif, BANI dalam hal tertentu BANI bukan produk tehnis yustisial dan

menunjuk arbiter setelah surat tersebut, BANI

berwenang

meskipun belum ada kesepakatan kemudian menerbitkan surat lagi

salah satu pihak dan dalam perkara tanggal

ini yang menunjuk arbiter adalah menegaskan

9 Juli 2001

yang

Ketua BANI, bukan oleh pihak yang BANI dapat diajukan, surat

pemeriksaan

oleh

tidak berwenang. Bahwa Para terakhir ini ternyata sengaja

Pemohon pada saat proses sidang dimanipulasi dan tidak diungkapkan

akan dilaksanakan ternyata tidak Pemohon.

melaksanakan

kewajibannya

4. Bahwa dalil permohonan butir 4 membayar biaya sidang arbitrase, harus dikesampingkan :

masing-masing pihak Sesuai azas dan tertib acara perdata,

dimana

diwajibkan membayar separonya, sesuatu yang baru dugaan, tidak

maka terpaksa pihak Termohon dapat digunakan untuk dasar

yang membayar seluruhnya agar pertimbangan putusan berikutnya-

persidangan dapat berlangsung bahkan yang sudah diputus akan

(sesuai acara sidang BANI). tetapi belum mempunyai kekuatan

7. Bahwa dalil permohonan mengenai hukum tetappun, tidak dapat

BANI Diambil digunakan untuk dasar per-

“Putusan

Berdasarkan Tipu Muslihat Dengan timbangan putusan berikutnya.

Cara Menggelapkan Fakta- Fakta”

5. Bahwa dalil permohonan butir 6 tidak dapat dijadikan alasan untuk juga tidak benar hanya mengulang

membatalkan putusan arbitrase : dalil sebelumnya yang merupakan

“Sesuai ketentuan Pasal 70 pendapat subyektif, tidak benar dan

huruf a, b, dan c Undang-undang

No.30 tahun 1999 jo. Penjelasan Pasal Menimbang, bahwa dalil-dalil

70 Undang-undang No.30 tahun 1999, yang diajukan oleh Pemohon berupa alasan pembatalan putusan arbitrase

fotocopy surat-surat yang telah karena tuduhan dugaan adanya tipu

dibubuhi meterai dan telah dicocokkan muslihat, dugaan pemalsuan dokumen

dengan surat aslinya sebagai bukti. dan tidak pernah menyebutkan adanya

Menimbang, bahwa untuk dugaan pemalsuan dokumen harus

menyangkal bukti-bukti surat dari dibuktikan

Pemohon tersebut, pihak Termohon pengadilan.”

dengan

putusan

telah mengajukan bukti-bukti surat Berdasarkan kontra dalil tersebut,

berupa fotocopy yang telah dibubuhi Termohon mohon agar Pengadilan

meterai secukupnya dan telah Negeri Jakarta Selatan berkenan

dicocokkan dengan surat aslinya. memutuskan :

Menimbang, bahwa pihak BANI telah dipanggil untuk didengar

D. DALAM EKSEPSI :

keterangannya sebagai saksi akan

1. Menerima eksepsi Termohon. tetapi tidak hadir dipersidangan dan

2. Menyatakan Pengadilan Negeri mengirimkan surat tertanggal 2 April Jakarta Selatan tidak berwenang

2002 yang menyatakan keberatan untuk memeriksa dan mengadili perkara

menugaskan pejabat BANI sebagai ini.

saksi untuk didengar keterangannya. Menimbang, bahwa setelah

E. DALAM POKOK PERKARA :

pihak Pemohon

dan Termohon

1. Menolak permohonan para menyerahkan bukti-bukti surat, para Pemohon seluruhnya atau setidak-

pihak tidak mengajukan kesimpulannya tidaknya dinyatakan tidak dapat

dan memohon keputusan pengadilan. diterima.

Menimbang, bahwa perkara

2. Menghukum para Pemohon permohonan ini harus diputus dalam membayar semua biaya perkara,

waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterima atau mohon putusan yang seadil-

oleh Hakim yang memeriksa dan adilnya (ex aequo et bono).

mengadili perkara tersebut.

G. TENTANG PERTIMBANGAN DALAM MENGAMBIL PUTUSAN

F. PERTIMBANGAN

HAKIM

HUKUM YANG DIAMBIL OLEH PENGADILAN

Menimbang, bahwa per- Menimbang, bahwa untuk mohonan Pemohon pada pokoknya me-

dapat dikabulkan atau tidak permohonan mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri

tersebut, terlebih dahulu diper- Jakarta Selatan agar membatalkan

timbangkan hal-hal sebagaimana di- Putusan BANI No.127 /VII/ ARB-

uraikan di bawah ini ; BANI/2000 tertanggal 19 Pebruari 2002

Menimbang, bahwa ber- dalam sengketa antara PT. SAC

dasarkan bukti Pemohon yakni NUSANTAR

ternyata bahwa Putusan Arbitrase No. sekarang Termohon melawan JACOB

selaku

Pemohon

127/VII/ARB-BANI./2000 tertanggal 19 HENDRAWAN

Pebruari 2002 telah di daftarkan oleh UNICOMINDO PERDANA selaku

dan

PT.

Sekretaris Sidang BANI di Kepaniteraan Termohon sekarang Pemohon.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Menimbang, bahwa adapun

tanggal 7 Maret 2002, sedangkan dasar dan alasan Pemohon mengajukan

permohonan pembatalan putusan aquo permohonan

telah diajukan dan didaftarkan di Arbitrase tersebut karena putusan

pembatalan

Putusan

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta arbitrase No.127/VII/ARB-BANI/2000

Selatan di bawah register No.78/ Pdt.P/ adalah cacat hukum karena :

2002 /PN.Jkt.Sel. dengan demikian

1. BANI melanggar/ mengintervensi formalitas mengenai tenggang waktu kompetensi/wewenang Pengadilan

dan tempat pengajuan permohonan Negeri.

pembatalan putusan aquo tersebut

2. Penunjukan arbiter/ Majelis telah sesuai dengan Pasal 71 jo. 72 Arbitrase bertentangan dengan per-

Undang-undang No.30 tahun 1999. setujuan tanggal 15 Mei 1996 dan

Menimbang, bahwa Pasal 70 jo. bertentangan dengan peraturan

Pasal 72 Undang-undang No.30 tahun BANI.

1999 dengan tegas menyatakan bahwa

Pengadilan Negeri berwenang mem- berdasarkan tipu muslihat yang

3. Putusan arbitrase

diambil

batalkan putusan arbitrase apabila dilakukan Termohon

putusan tersebut mengandung unsur- Pemohon dengan cara meng-

dahulu

unsur antara lain : gelapkan

a) Surat atau dokumen yang diajukan pemalsuan akte No.13 tanggal 6

fakta-fakta

dengan

dalam pemeriksaan setelah putusan Desember 1989.

dijatuhkan diakui palsu atau dinyatakan palsu.

proses/penunjukan majelis arbitrase menentukan yang disembunyikan

tersebut sudah terlihat bahwa pihak oleh pihak lawan.

BANI, dalam hal ini wakil ketua BANI

c) Putusan diambil dari tipu muslihat sudah tidak mengindahkan kesepakatan/ yang dilakukan oleh satu pihak

perjanjian antara Pemohon. Per- dalam pemeriksaan sengketa.

mohonan Termohon yang tertuang Pasal 15 ayat (5) Undang-

dalam persetujuan tanggal 15 Mei undang No.30 tahun 1999, terhadap

1996, dimana perjanjian tersebut pengangkatan arbiter yang dilakukan

berlaku sebagai Undang-undang bagi oleh Ketua Pengadilan Negeri

para pihaknya (Pasal 1320jo1338 sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

KUHPerdata) para pihak menghendaki tidak dapat diajukan upaya pembatalan.

Majelis Arbitrase terdiri dari 5 (lima) Dengan

orang akan tetapi penunjukkan pengangkatan seorang arbiter atau

demikian

terhadap

/pengangkatan majelis tersebut terdiri lebih oleh ketua BANI apalagi wakil

dari 3 (tiga) orang. Dengan demikian ketua BANI yang tidak sesuai dengan

pemilihan arbitrase jelas ketentuan undang-undang arbitrase

proses

bertentangan dengan perjanjian tanggal dapat dilakukan upaya pembatalan.

15 Mei 1996 .

Menimbang, bahwa walaupun Menimbang, bahwa ternyata dasar atau alasan permohonan

proses penyelesaian sengketa melalui tersebut ada 3 (tiga) pointer, namun

BANI masih terkait dengan perkara dengan demikian apabila salah satu

perdata yang prosesnya sedang berjalan dari ketiga point tersebut terbukti,

di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yaitu maka permohonan tersebut harus

Perkara No.245 /Pdt.G /1999 /PN.Jkt.Pst ditolak.

/tanggal 12 Nopember 1999. Menimbang, bahwa tidak

Menimbang, bahwa berdasar- mungkin ada arbitrase tanpa adanya

kan penempatan putusan perkara kesepakatan bersama (Pasal 4 Undang-

perdata dalam peradilan tingkat undang No.30 tahun 1999 dan Pasal

pertama Pengadilan Jakarta Pusat 1320

No.245/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Pst pada menyepakati Majelis Arbitrase yang

KUHPerdata)

termasuk

pokoknya menyatakan Pengadilan terdiri dari 5 (lima) orang.

Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara

maka putusan Arbitrase No. 127/ VII/ banding, jadi putusannya belum

ARB-BANI/2000 tanggal 19 Pebruari mempunyai kekuatan hukum tetap.

2002 harus dibatalkan. Dengan demikian saat ketua BANI

Menimbang, bahwa oleh karena Prof. Dr. H.Priyatna Addurrasyid, SH.

putusan Aquo dibatalkan, maka Ph,D yang menyatakan sengketa

sengketa antara Pemohon dan Termohon antara Pemohon dan Termohon belum

akan diperiksa oleh arbiter lain dapat diperiksa oleh BANI sudah tepat

setelah putusan perkara perdata No. dan benar. Jadi proses pemeriksaan

245/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Pst. mempunyai sengketa antara Pemohon dan

kekuatan hukum tetap. Termohon oleh Majelis Arbitrase

Mengingat Pasal 1320, 1338 BANI seharusnya ditunda sampai

KUHPerdata jo. Undang-undang No.30 menunggu putusan Perdata No. 245/

tahun 1999 tentang Arbitrase dan Pdt.G /1999 /PN.Jkt.Pst. itu Inkracht.

Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dengan demikian putusan Arbitrase No.127/VII/ARB-BANI/2000 adalah

H. MENGADILI

prematur atau belum waktunya untuk Menerima dan mengabulkan diputus.

permohonan para Pemohon JACOB Menimbang, bahwa ber-

dan PT. dasarkan pertimbangan-pertimbangan

HENERAWAN

UNICOMINDO PERDANA tersebut. tersebut di atas menurut pendapat

Membatalkan Putusan Arbitrase Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

No.127/VII/ARB-BANI/2000 terdapat cukup alasan untuk me-

BANI

tanggal 19 Pebruari 2002. ngabulkan permohonan Pemohon

Menyatakan bahwa putusan tersebut.

Arbitrase Aquo tidak mempunyai Menimbang, bahwa

kekuatan berlaku dan tidak menyebut mohonan Pemohon dikabulkan, maka

per-

para pihak secara benar (para Pemohon kepada Termohon dibebani membayar

dan Termohon).

biaya perkara yang timbul yang sampai Menyatakan bahwa sengketa kini dianggarkan sejumlah Rp.

antara para Pemohon dan Termohon 119.000.- (seratus sembilan belas ribu

akan diputus Arbiter lain setelah rupiah).

perkara perdata No. 245/ Pdt.G/ 1999/ Menimbang, bahwa oleh karena

PN.Jkt.Pst. mempunyai

internasinonal sejak lama, yaitu mulai hukum tetap.

kekuatan

dari Protokol Geneva 1923 sampai Menghukum Termohon untuk

dengan Konvensi New York 1958. membayar biaya perkara sejumlah

Pengadilan akan diminta campur Rp.119.000,- (seratus sembilan belas

tangan manakala proses arbitrase telah ribu rupiah).

selesai dan salah satu pihak tidak Demikianlah diputuskan pada

bersedia melaksanakan putusan arbitrase hari:

tersebut. Bukan lembaga arbitrase yang Selasa, tanggal 30 April 2002, putusan

dapat memaksakan pelaksanaan mana diucapkan pada hari itu juga di

putusan arbitrase tersebut, melainkan dalam persidangan yang ter-buka

lembaga pengadilan yang harus untuk umum oleh Torang H.

pihak yang menolak Tampubolon, SH. Hakim tunggal yang

memaksa

melaksanakan putusan arbitrase ditunjuk oleh Ketua Pengadilan

tersebut untuk mematuhinya. Negeri Jakarta Selatan tanggal 2

Pada prinsipnya tidak ada April 2002 untuk memeriksa dan

konflik yang berarti antara Pengadilan mengadili perkara permohonan ter-

yang sifatnya publik dengan Arbitrase sebut, dengan dibantu Toha Subarna,

yang sifatnya pribadi baik berdasarkan SH. Panitera Pengganti Pengadilan

hukum nasional maupun hukum Negeri tersebut, serta dihadiri oleh

Pengadilan yang Kuasa Pemohon dan Kuasa Termohon.

internasional.

mempunyai kekuatan memaksa, agar para pihak sejak semula telah sepakat

ANALISA YURIDIS TERHADAP

menyelesaikan perselisihan mereka

PUTUSAN PEMBATALAN ATAS

melalui arbitrase, mematuhi persetujuan

PUTUSAN BANI NO. 127/VII/ARB-

itu.

BANI/2000

Campur tangan yang dilakukan

1. Peranan Pengadilan

dalam

oleh pengadilan, misalnya menunjuk

Putusan Arbitrase.

arbiter ketiga, apabila arbiter pertama Arbitrase merupakan alternatif

dan arbiter kedua gagal menunjuk penyelesaian sengketa selain Pe-

Campur tangan ngadilan. Namun, bantuan Pengadilan

arbiter

ketiga.

Pengadilan berikutnya yaitu dalam hal masih dibutuhkan agar institusi arbitrase

membantu proses arbitrase untuk bisa berjalan efektif, hal ini diakui baik

mendapatkan bukti-bukti atau dokumen- oleh hukum nasional maupun hukum

dokumen

yang

diperlukan bagi

sengketa mereka. tidak boleh lebih dari tindakan-tindakan

menyelesaikan

Bahkan pengadilan dapat dianggap yang demikian itu. Pengadilan Negeri

sebagai tidak menghormati asas wajib menolak dan tidak akan campur

kebebasan berkontrak. tangan di dalam suatu penyelesaian

Oleh karena itu, dalam proses sengketa yang telah ditetapkan dalam

putusan arbitrase, undang undang ini.

pembatalan

pengadilan tidak berwenang untuk Pengadilan

memeriksa pokok perkara yang dalam menentukan apakah proses

berperan

besar

dipersengketakan oleh para pihak. arbitrase itu berhasil atau tidak,

Kewenangan pengadilan hanya sehubungan dengan penolakan salah

terbatas pada kewenangan untuk me- satu pihak untuk melaksanakan putusan

meriksa keabsahan dari segi prosedur arbitrase. Pengadilan memiliki kekuatan

pengambilan putusan arbitrase, antara memaksa agar pihak yang bersangkutan

lain, proses pemilihan para arbiter tunduk pada putusan arbitrase yang telah

hingga pemberlakuan hukum yang diambil. Proses dan alasan pembatalan

dipilih oleh para pihak dalam putusan arbitrase diatur dalam peraturan

penyelesaian sengketa. perundang-undangan suatu negara dan tidak diatur dalam sebuah perjanjian.

Efektivitas Eksekusi Putusan

Pembatalan putusan arbitrase berakibat

Arbitrase

Dalam Kewenangan

pada dinafikannya (seolah tidak pernah

Pengadilan.

dibuat) suatu putusan

Pengadilan tidak hanya Terhadap putusan arbitrase yang

arbitrase.

menerapkan hukum, tetapi juga me- dibatalkan, pengadilan dapat meminta

nemukan hukum atas masalah yuridis agar para pihak mengulang proses

yang berpedoman pada asas-asas arbitrase.

hukum. Asas-asas hukum itu diangkat Hanya saja pembatalan putusan

kepermukaan jika isi kaidah-kaidah arbitrase tidak membawa konsekuensi

hukum yang diajukan sebagai acuan pada pengadilan yang membatalkan

gugatan tidak mudah atau sangat sulit untuk memiliki wewenang memeriksa

ditemukan dalam proses pengambilan dan memutus sengketa. Apabila hal ini

hakim pengadilan dilakukan maka akan bertentangan

keputusan,

mempertimbangkan 3 (tiga) aspek dengan asas kebebasan berkontrak yang

putusan yaitu :

dimiliki oleh para pihak dalam

1. Kepastian hukum.

2. Kemanfaatan. ketentuan hukum, atau berdasarkan

3. Keadilan dan kepatutan. keadilan dan kepatutan”. Pada Badan arbitrase yang berperan

para pihak dapat mengambil putusan perkara yang telah

dasarnya

perjanjian untuk disepakati oleh para pihak yang

mengadakan

menentukan bahwa arbiter dalam bersengketa, dalam hal ini arbiter lebih

perkara wajib mendasarkan pertimbangan putusannya

memutuskan

berdasarkan ketentuan hukum pada aspek adil dan patut.

atau sesuai dengan rasa keadilan Meskipun

dan kepatutan (ex acquo et bono). No.30 tahun 1999 telah mengatur fungsi,

Undang-undang

Dalam hal arbiter diberi kebebasan kewenangan, dan hukum acara badan

memberikan putusan arbitrase, dapat saja terjadi titik

untuk

keadilan dan singgung kewenangan Pengadilan

berdasarkan

maka peraturan Umum dengan kewenangan absolut

kepatutan,

perundang-undangan dapat Arbitrase. Masalah titik singgung itu

dikesampingkan. Akan tetapi, dalam juga akan berpengaruh terhadap pe-

hal tertentu hukum memaksa harus laksanaan (eksekusi) putusan arbitrase.

dan tidak dapat Titik singgung kewenangan itu dapat

ditetapkan

dikesampingkan oleh arbiter. Dalam terjadi dalam hal-hal sebagai berikut :

hal arbiter

tidak diberi

a) Bahwa badan arbitrase juga kewenangan untuk memberikan berperan sebagai Pengadilan Swasta,

putusan berdasarkan keadilan dan sebenarnya memberikan putusannya

kepatutan maka arbiter hanya dapat lebih didasarkan pada aspek

memberikan putusan berdasarkan keadilan dan kepatutan tanpa

hukum materiil menyebutkan

kaidah

sebagaimana dilakukan oleh hukum dan kemanfaatan, artinya

aspek

kepastian

hakim. Dengan peran seperti ini, wasit/arbiter dapat mengesamping-

para pihak bersangkutan dapat saja kan peraturan perundang-undangan

“menolak” putusan arbitrase dengan yang berlaku Pasal 56 ayat 1 jo.

alasan subjektif bahwa putusan Penjelasannya

arbitrase tersebut kurang sesuai No.30 tahun 1999 menyatakan

Undang-undang

dengan keadilan hukum atau yang bahwa;

lainnya.

“Arbiter atau majelis arbitrase

b) Bahwa beberapa putusan arbitrase mengambil putusan berdasarkan

terdahulu

sebelum berlakunya

Undang-undang No.30 tahun 1999

a) Surat atau dokumen yang dapat digunakan pedoman untuk

diajukan dalam pemeriksaan, mempersoalkan kewenangan absolut

setelah putusan dijatuhkan, badan arbitrase. Misalnya perkara

diakui palsu atau dinyatakan yang pernah terjadi antara PT.Aji

palsu.

Karsa Engineering

putusan diambil Pemerintah Republik Indonesia,

Melawan

b) Setelah

ditemukan dokumen yang Departemen Kehakiman Republik

menentukan, yang Indonesia (Ditjen Hukum dan

bersifat

disembunyikan oleh pihak Perundang-undangan). Dalam kasus

lawan.

mengenai

c) Putusan diambil dari hasil tipu permasalahan

penyelesaian

muslihat yang dilakukan oleh pembayaran

mengenai

sisa

satu pihak dalam pembangunan rumah-rumah dinas di

pemeriksaan sengketa. Tangerang yang belum seluruhnya

Undang-undang No.30 tahun diselesaikan. Yang mana hal ini,

1999 dengan tegas mengatur yuridiksi kedua belah pihak sepakat untuk

namun dalam pratik menyelesaikanya di BANI atau di

arbitrase,

penyelesaian sengketa melalui lembaga pengadilan. Bukti dalam Pasal XI

arbitrase hanya dapat efektif jika para dari surat Perjanjian kedua belah

pihak yang terlibat dalam sengketa pihak.

mempunyai niat baik untuk menerima

c) Bahwa pada Pasal 70 Undang- dan menghormati keputusan arbiter. undang No.30 tahun 1999 sendiri

Efektivitas putusan arbitrase juga telah memuat beberapa alasan untuk

sangat tergantung ketaatan Pengadilan membatalkan putusan arbitrase.

Negeri untuk menghormati yuridiksi Pada Pasal 70 tersebut dinyatakan

lembaga arbitrase yang berwenang bahwa ;

untuk memeriksa dan memutuskan Terhadap putusan arbitrase, para

perkara yang mengandung klausula pihak

arbitrase. Jika kedua hal tersebut tidak permohonan pembatalan apabila

dapat

mengajukan

ada kepastian, maka penyelesaian putusan tersebut diduga me-

sengketa melalui arbitrase bisa jadi ngandung unsur-unsur sebagai

lebih lama dan mahal daripada proses berikut :

pengadilan negeri.

Konsekuensi

terhadap

tersebut. Artinya, walaupun akhirnya putusan arbitrase tersebut akan sangat

arbitrase berwenang untuk memerikasa ditentukan oleh sikap baik (good faith)

dan memutuskan sengketa tersebut, tetap dari para pihak yang telah memilih

saja sering terjadi konflik yuridiksi arbitrase tersebut. Artinya, putusan

dalam tahap melakukan eksekusi arbitrase tersebut haruslah menjadi

terhadap putusan arbitrase tersebut, putusan yang final dan mengikat (final

ataupun dalam hal salah satu pihak yang and binding) bagi kedua belah pihak

keberatan atas putusan arbitrase tersebut yang bersengketa tersebut. Adalah

meminta campur tangan Pengadilan sangat aneh bila para pihak yang

Negeri untuk membatalkan kembali berkontrak tersebut sepakat untuk

putusan arbitrase tersebut dengan mempercayakan penyelesaian sengketa

berbagai macam alasan. yang terjadi diantara mereka ke

Tidak tepat bila pengadilan lembaga arbitrase, akan tetapi kemudian

menganggap lembaga mempersoalkan

Indonesia

kewenangan dari arbitrase sebagai saingan yang akan lembaga alternatif, pemutus perkara

memudarkan pamor peradilan Indonesia. tersebut kembali ke pengadilan pada

Sebaliknya, pengadilan dalam hal ini saat putusan dari arbitrase tidak

haruslah melihat lembaga arbitrase menguntungkan salah satu pihak

yang membantu tersebut. Dengan kata lain, pengakuan

sebagai

mitra

pengadilan untuk mewujudkan keadilan. serta efektivitas dari putusan suatu

Seperti yang disampaikan oleh Ketua lembaga

Mahkamah Agung, Prof. Bagir Manan ; tergantung dari sikap tanggung jawab

“bahwa Mahkama Agung melihat dari para pihak yang telah memilih

bahwa upaya-upaya penyelesaian lembaga arbitrase tersebut.

sengketa yang dilakukan oleh para Ketidakmauan ataupun ketidak-

pihak di luar pengadilan akan sangat siapan

membantu beban pengadilan dalam membatasi kewenangannya atas adanya

menyelesaikan perkara-perkara yang klausula arbitrase, tidak hanya terjadi

begitu menumpuk. Bila demikian, upaya mengambil alih kewenangan yang

tentunya sikap pengadilan yang sebenarnya dimiliki oleh arbitrase untuk

cendrung mencurigai dan sering kembali memeriksa dan memutuskan sengketa

menguji materi ataupun subtansi yang tersebut, akan tetapi juga dalam upaya

telah diputuskan oleh lembaga arbitrase

pendapat asal dalam perjanjian nyelesaian sengketa di luar pengadilan

terdapat klausula arbitrase, dengan yang sebenarnya menjadi hak hukum

sendirinya lahir kewenangan absolut dari para pihak berdasarkan Pasal 1338

untuk menyelesaikan KUHPerdata.”

arbitrase

segala sengketa yang timbul dari perjanjian, tanpa memperdulikan

2.Ketentuan Undang-undang No. 30

jangkauan atau ruang lingkup

tahun 1999 Dalam Pembatalan

sengketa yang disebut dalam

Putusan Arbitrase.

rumusan klausula arbitrase. Terdapat

b. Teori dan Praktik mengenal penerapan yuridiksi arbitrase secara

kecenderungan

beberapa bentuk klausula. generalisasi dan absolut, tanpa mem-

Karena teori dan praktik atau perhatikan rumusan yang disepakati

sendiri membenarkan dalam perjanjian. Kecendrungan ini

hukum

berbagai cara perumusan klausula dapat keliru berdasarkan alasan

arbitrase.

sebagai berikut :

1. Berbentuk umum.

a. Menerapkan akibat hukum yang Bentuk klausula yang bersifat digariskan Pasal 3 secara absolut,

umum yang sering disepkati dalam tidak

perjanjian. Para pihak sepakat agar cenderungan penerapan yuridiksi

segala atau setiap sengketa yang arbitrase secara generalisasi dan

terjadi atau yang timbul dari absolut

perjanjian, akan diselesaikan oleh kekeliruan memahami ketentuan

timbul,

disebabkan

Rumusan klausula Pasal 3 Undang-undang tersebut.

arbitrase.

berbentuk umum berbunyi : Kesalahpahaman itu terjadi, sebagai

“Segala atau setiap sengketa yang akibat perumusan pasal itu sendiri

timbul dari perjanjian, para pihak tidak jelas. Rumusan Pasal 3

diselesaikan oleh Undang undang No.30 tahun 1999

demikian berarti “Pengadilan

Dengan

ketentuan Pasal 3 diterapkan secara berwenang

Negeri

tidak

absolut. Sengketa apa saja yang sengketa para pihak yang telah

untuk

mengadili

timbul dari perjanjian mutlak terikat dalam perjanjian arbitrase”.

dasar sengketa yang terjadi termasuk yuridiksi Pengadilan