BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, pertama berasal dari dalam perusahaan yakni modal pemilik maupun laba ditahan (retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan yang lain berasal dari luar, yakni dalam bentuk pinjaman atau hutang dari pihak lain. Selain dari pinjaman, untuk memperoleh tambahan dana untuk kegiatan operasionalnya, beberapa perusahaan yang sudah go public dapat memperolehnya melalui penjualan saham pada investor atau pemilik modal.
Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya kepada publik adalah pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal berfungsi sebagai perantara untuk mempertemukan pemilik modal (investor) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (emiten). Pasar modal Indonesia terus mengalami perkembangan dan keberadaan pasar modal dirasakan sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. Pasar modal diharapkan dapat memfasilitasi penyaluran dana dari pihak investor sebagai pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana (emiten).
Fluktuasi harga saham di pasar modal dapat mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut akan mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham perusahaan tersebut menjadi statis. Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana terbatas, sehingga para investor tersebut akan berbalik untuk membeli saham- saham perusahaan lain.
Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu atau dengan kata lain, perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Salah satu kebijakan yang dapat diambil perusahaan adalah dengan melakukan stock split atau pemecahan saham (Kusniyah, 2012 : 3).
Menurut Jogiyanto (2003:415), Stock split (pemecahan saham) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham adalah 1/n dari harga sebelumnya, sehingga total ekuitas perusahaan tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis.
Meskipun secara teoritis tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak emiten yang melakukan kebijakan stock split. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan kepada publik atau yang dikenal dengan Trading Range Theory dan Signalling Theory (Jogiyanto, 2003: 416).
Signalling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan
sinyal atau informasi kepada investor tentang peningkatan return masa depan yang substansial. Jadi, jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Sedangkan Trading Range
Theory menyatakan bahwa pemecahan saham dilakukan supaya harga saham tidak
terlalu tinggi sehingga dengan harga yang tidak terlalu tinggi diharapkan akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Likuiditas saham merupakan jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Suatu saham dikatakan likuid apabila saham tersebut mudah diperjualbelikan dan mudah dicairkan sehingga banyak peminatnya. Likuiditas saham bisa diukur dengan Trading Volume Activity.
Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham akan menjadi lebih murah sehingga maka saham akan diminati oleh investor sehingga banyak investor yang melakukan pembelian saham. Dengan meningkatnya transaksi pembelian saham tersebut berarti volume perdagangan saham meningkat. Copeland (1979) menemukan hal yang sebaliknya mengenai likuiditas perdagangan, yaitu likuiditas perdagangan justru semakin rendah setelah stock
split. Hal ini disebabkan karena biaya transaksi pialang secara proporsi semakin
meningkat dan selisih harga yang diajukan pembeli dan harga yang diminta penjual (bid-ask spread) juga lebih tinggi dari sebelumnya.
Selain berdampak terhadap likuiditas perdagangan, kebijakan stock split juga berpengaruh terhadap return saham dan variance. Dengan dilakukannya kebijakan stock split, maka harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menimbulkan ekspektasi dan harapan dari investor untuk mendapatkan return yang tinggi atas saham tersebut, karena setelah pemecahan saham ada kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami peningkatan di masa depan.
Hal tersebut didukung oleh Brigham dan Houston (2006) yang menyatakan bahwa rata-rata harga saham sebuah perusahaan akan naik tidak berapa lama setelah perusahaan mengumumkan stock split. Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya fakta bahwa para investor memperlakukan pemecahan saham sebagai suatu pertanda adanya laba di masa depan yang lebih tinggi. Para investor membeli saham tersebut dengan ekspektasi untuk mendapatkan return yang tinggi, karena adanya kenaikan harga saham tersebut maka akan diikuti dengan kenaikan return.
Varians (variance) adalah salah satu besaran yang dapat digunakan untuk mengukur resiko investasi, yaitu memperhitungkan kemungkinan melencengnya
realized return terhadap expected return. Semakin besar fluktuasi harga saham
terhadap reratanya (varians), maka semakin besar pula risikonya. Ohlson dan Penman (1985) dalam Jogiyanto (2003: 419) menemukan bahwa resiko yang diukur dengan varian return setelah stock split lebih besar 30% dibandingkan dengan sebelum stock split. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Wulff (2002) yang meneliti tentang reaksi pasar terhadap pengumuman stock split pada pasar
10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000187424 0.000969759
Split
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.000097357 0.000203219
8 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk.
0.008659008 -0.004214404
7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.001885604 -0.013471155
5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.007319843 0.004761426
4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.008983498 0.040475229
3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. -0.001042523 0.006679075
2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. -0.006627698 -0.014448306
1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.00000000 -0.007619048
Return Saham Sesudah Stock
modal di Jerman. Wulff menemukan adanya peningkatan varians setelah peristiwa
Split Rata-Rata
Return Saham Sebelum Stock
Kode Emiten Nama Perusahaan Rata-Rata
No.
Tabel 1.1
Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split
Tahun 2011pemecahan saham yang diwakili oleh tahun 2011 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
variance sebelum dan sesudah stock split. Adapun rata-rata return, rata-rata
Trading Volume Activity (TVA), dan rata-rata variance sebelum dan sesudah
Penelitian ini mengamati seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split pada tahun 2011-2013 dengan melihat perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan
reaksi berlebihan dari para investor di pasar modal sehingga harga saham menjadi fluktuatif. Fluktuasi harga saham yang besar terhadap rata-ratanya menyebabkan varians menjadi semakin besar.
stock split. Peningkatan varians setelah stock split disebabkan karena adanya
- 0.000508871 0.015908919
Rata-rata return saham sebelum stock split = rata-rata dari return saham 7 hari sebelum stock split.
b.
Rata-rata return saham setelah stock split = rata-rata dari return saham 7 hari setelah stock split. Sumber :Maret, 2014, diolah).
Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011 menunjukkan rata-rata return saham sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.1, menunjukkan adanya penurunan rata-rata return saham setelah stock
split terhadap 5 emiten pada tahun 2011, yaitu MTSM, JTPE, PBRX, INTA, dan
BTPN. Misalnya , rata-rata return saham PBRX (PT.Pan Brothers Tbk.) yang mengalami penurunan rata-rata return saham sebesar -34,95% dari 0.007319843 (sebelum stock split) menjadi 0.004761426 (setelah stock split).
Namun demikian, ada 5 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata
return saham, yaitu SSIA, AUTO, LSIP, MAIN, dan BBRI. Misalnya, rata-rata return AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata
return saham sebesar 305.55 % dari 0.008983498 (sebelum stock split) menjadi
0.040475229 (setelah stock split).Tabel 1.2 Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah8 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk.
Trading Volume Activity (TVA) setelah stock split terhadap 8 emiten pada tahun
2011, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, PBRX, INTA, BTPN, LSIP, dan BBRI.Berdasarkan Tabel 1.2, menunjukkan adanya penurunan rata-rata
stock split.
Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011 menunjukkan rata-rata Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah
Rata-rata TVA setelah stock split = rata-rata dari TVA 7 hari setelah stock split. Sumber :Maret, 2014, diolah).
b.
Rata-rata TVA sebelum stock split = rata-rata dari TVA 7 hari sebelum stock split.
Keterangan: a.
10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000708386 0.002814159
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.005846294 0.002157337
0.018267988 0.003147421
0.00142042318 0.00017041256
Stock Split
Tahun 2011
7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.094417539 0.01086275
5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.032238429 0.001979505
4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.001243493 0.003138511
3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.019406653 0.009322369
2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.04465194 0.004194424
1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000103072 0.000007976
Sesudah Stock Split
Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA)
(TVA) Sebelum Stock Split
Rata-Rata Trading Volume Activity
No Kode Emiten Nama Perusahaan
Misalnya , rata-rata Trading Volume Activity (TVA) BBRI (Bank Rakyat Indonesia Tbk.) yang mengalami penurunan rata-rata TVA sebesar -63,09% dari 0.005846294 menjadi 0.002157337. Namun demikian, ada 2 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata TVA, yaitu AUTO dan MAIN. Misalnya, rata- rata TVA AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata TVA sebesar 152,39 % dari 0.001243493 (sebelum stock split) menjadi 0.003138511 (setelah stock split).
Tabel 1.3 Rata-Rata Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
Rata-rata variance setelah stock split = rata-rata dari variance 7 hari setelah stock split. Sumber :Maret, 2014, diolah).
b.
Rata-rata variance sebelum stock split = rata-rata dari variance 7 hari sebelum stock split.
Keterangan: a.
10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000000000003 0.000000000358
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.0000000000670 0.0000000001867
0.000305491 0.000167621
8 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk.
0.001029239 0.000298406
6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.000038482 0.000120413
Tahun 2011 No.
5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.001145628 0.000919307
4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.000159948 0.015030645
3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.000044460 0.00073856
2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.000195491 0.00053679
1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000000 0.000406349
Split
Variance saham Sesudah Stock
Split Rata-Rata
Variance saham Sebelum Stock
Kode Emiten Nama Perusahaan Rata-Rata
Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011 menunjukkan rata-rata variance sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.3, menunjukkan adanya penurunan rata-rata variance setelah stock split terhadap 3 emiten pada tahun 2011, yaitu, PBRX, , BTPN, dan LSIP. Misalnya , Pan Brothers Tbk. rata-rata variance PBRX (PT. ) yang mengalami penurunan rata- rata variance sebesar 19,75 % dari 0.001145628 (sebelum stock split) menjadi 0.000919307 (setelah stock split). Namun demikian, ada 7 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata variance, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, AUTO,
INTA, BBRI, dan MAIN. Misalnya, rata-rata variance JTPE (PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.
) yang mengalami peningkatan rata-rata variance sebesar 174,58 % dari 0.000195491 (sebelum stock split) menjadi 0.00053679 (setelah stock split).
Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang event
study mengenai hubungan antara return saham , Trading Volume Activity (TVA),
dan variance di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan informasi stock split.Penelitian ini mencoba menganalisis perbedaan rata-rata return, rata-rata Trading
Volume Activity (TVA), dan rata-rata variance atas muatan informasi stock split.
Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan
return saham , Trading Volume Activity (TVA), dan variance pada Sebelum dan
Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan return saham,
Trading Volume Activity (TVA), dan variance yang signifikan sebelum dan
sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan
return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2013.
1.4 Manfaat Penelitian a.
Bagi perusahaan (emiten) Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi pertimbangan bagi perusahaan go public yang tertarik untuk menerapkan kebijakan stock split dalam mencapai tujuan perusahaan.
b.
Bagi investor Penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai stock split dalam memilih saham yang dianggap likuid.
c.
Bagi pihak lain Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut, sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna khususnya mengenai stock split.
d.
Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dan pola pikir tentang perbedaan return saham, Trading
Volume Activity (TVA), dan variance sebelum dan sesudah stock split.