DAN METROPATI PADA GERRIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENZCILIUM IIRIDICA TUM

Vol. I X No. 2
1981

Bulletin Penelitian Kesehatan
Healtl~Studies in Indonesia

LAPORAN PENDAHULUAN RlENGENAI PEND,$RAMAN PERIREN AL
DAN METROPATI PADA GERRIL (MERIONES UNGUICULATUS)
DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENZCILIUM I/IRIDICA TUM
Iwan T. Budiarso*, Roedyanto Tjokrosapoct~o,Ir~iiaHassan,
Frans Sukardi, T j a n d ~ aTcdjakusuman** dan J o l ~ nF. Tuitc***

Twenty four female gerbils were alloted into 4 groups and each group consisted of 6 animals. Group
A was fed with standard diet used as control. Groups B, C and 5 were fed with diets respectively
containing 2,5 %, 5 and 10 % concentrations of dried ground cldtures o f Penicillium viridicatum.
Three gerbils from each group were killed at the end of 5 and I2 week feeding period respectively. No
clinical sign was observed in test groups, other than decrease of body weight. Gross lesions were
observed in animals which were killed at the end of 12 week feediizgperiod. Lesions included hj~dropic
degeneration, hemorrhages, and necrosis of perirenal fatty tissue. Tlze rcnal parenchyma showed the
feature of toxicosis. Microscopic lesions of degeneration, hemorrhages, necrosis and itlflammatoty cells
infiltration of penrenal tissue. 71ze kidney showed focal dilatation and collapse o f tubulus.


PENDAHULUAN
Penelitian ~nengenai penemuan nietabolit
bersifat racun yang dihasilkan oleh berbagai
jenis cendawan sebagai surnber penyebab penyakit dan tumbuh ganda pada hewan dan manusia, mernbuka suatu lernbaran bidang baru
dalarn ilmu kedokteran. Cendawan-cendawan
ini dapat rnencernari berbagai rnacam bahan
pokok rnakanan dan biji-bijian komoditi pertanian. Di Indonesia, penelitian rnengenai niikotoksin dan mikokarsinogen belum banyak
mendapat perhatian. Hal ini merupakan suatu
tantangan yang sungguh-sungguh di antara para
ahli kesehatan niasyarakat. Penelitian yang
pernah diberitakan niengenai Ilubungan antara
pepcernaran makanan oleh mikotoksin dengan
kemungkinan timbulnya penyakit atau tumbuh
ganda pada hati hanya terbatas pada aflatoksin
saja (Pang dkk, 1972, 1974, Pang, 1977, a,
1977 b.). Padahal yang disebut nukotoksin
yang dapat rnenirnbulkan penyakit dan tumbuh
ganda itu banyak sekali jenisnya. Hal ini sudah
pernah dilaporkan oleh BUDIARSO (1978 a,


*
**
***

Staf peneliti, Puslit Kanker dan Pengembangan
Radiologi, Badan Litbangkes. Departemen Kesehatan.
Bagian Patologi Anatomik, F:.'cultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Department of Botany and Plant Pathology, Perdue
University, Lafoyette, Indian - U.S.A.

1978 b) sebagai suatu liasil penelitian dan penelusuran kepustakaan.
CARLTON, TUITB dan MlSLEVEC (1970)
adalah kelompok peneliti yang pertania-tama
rnelaporkan niengenai kcracunan P. viridicatum
pada niencit. Kelainan patologi1:nya terdiri
dari perdarahan dan nekrosa dari hati. Ginjalnya mengalami degencrasi dan nekrosa pada
bagian kortck. Di dalam lumen tubuli d i t e ~ n u kan endapan silindcr protein dengan atau
tanpa pigmen e~npetlu.Laporan ini telali diteguhkan ole11 hasil pcnelitian dari BUDIARSO

dkk ( 1 971 a , 197 1 b) d a n HlJDIARSO(1978 b),
Selain mencit, liewan-hew an percobaan lain
yang peka terhadap P. viridicatum adalah tikus
(CARLTON dan TUITE , 1970 a), marmot dan
babi (CARLTON clan TUITE, 1970 b), domba,
bebek, dan kera (BUDIARSO, 1975). Pada kesempatan ini penulis melaporkan kelainan patologi anatomik pada gerbil yang disebabkkn
mikotoksin P viridicatuin.

BAHAN DAN METODE
Biakan Ceizduwan: Seratus ml larutan niedium dari campul-an Czapek, Cora Steep dan
Dexirosa dan dite~npatkan kc dalam tabung
Erlemcyer yang berukuran 500 ml. Kemudian
disuciliamakan pada suhu 131' C selama 15 menit. Se telah dingn, keesokan hariny a diinokulasi dengan spora dari I'erzicilliunz viridicatum

CORRECTION / RALAT

1.

Bulletin Health. Studies In Indonesia/Bulletin Penelitian Kesehatan Vol. IX No. 1 1981. Page/
Halaman 15.

Notations

: as printed under Abstract should be printed as a Note

Catatan

: yang dicetak di bawah Abstract seharusnya sebagg catatan.

ABSTRACT
Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa yang mengancam kesehatan para transmigran
diselenggarakan beberapa survai morbiditas di beberapa daerah trnnsmigrasi yang terletak di sekitar
jalan raya trans - Sumatera. Penelitian ini adalah rnerupakan hasil salah satu survai di Propinsi
Lampung.
Dari penghuni kampung-kampung Waspada, Katya Tani, Ogan Baru dun Pagar Dewa diambil
darah, faeces dun dahaknya untuk diperiksa. Juga diselidiki nyamuk dun tikus serta ectoparasit
yang terdapnt pada tikus-tikus yang tertangkap. Seluruhnya diperiksa 273 orang. Dari 203 sampel
tinja, prevalensi Entamoeba histolytia adalah 4%, E. colt 22%, Endolimax nana 9%, Jodamoeba
butschlii lo%, Gardia lamblia 2%, Ascaris lumbricoides 59%. Trichuris trichiura 60%, dun cacing
tambang 42%. Kecuuli untuk cacing tambang, umur tidak mempunyai pengaruh atas prevalensi rate
Bakteria enteropathogen terdapat pada I orang dengan Shi~elladysenteriae, 2 orang dengan

Shiaella sonnei, I orang dengan Shinella flexneri, 2 orang dengan Salmonella typhi dun 2 orang
dengan Edwardnella tarda.
Dari 164 sampel dahak tidak ada satu yang positif akan basil tahan asam. Enam puluh anak
anak antara 0
9 tahun diperiksa limpanya dun hanya pada 2 anak (3%)terdapat limpa yang
teraba. Dan 273 orang hanya 5 orang (1,8%)mengandung microfilaria dun prevalensi malaria tertinggi terdapat di Karya Tani (6,7%), kebanyakan Plasmodium vivax. Serologis 18% dun 171 orang
mempunyai IhY antibody terhadap E. histolytica dun 4% terhadap Toxoplasma ~ondii;agglutinasi
tes terhadap Leptospira spp adalah 4% terhadap Pseudomonas Pseudomallei 2% positif
Dengan HI tes terhadap arbovirus Grup A (Chikungunya) dun Grup B (Japanese Encephalitis)
rnenunjukknn 73,3 - 75% dun 93,3 - 97,I % positif masing-masing. Semua golongan umur menunjukkan angka positif yang tinggi Dengan IFA tes prevalensi antibody positif untuk scrubtyphus
dun murine typhus adalah masing-masing 7,6% dun 37,1%. Scrubtyphus serologis positifterdapat
paling banyak pada umur 30 tahun ke etas. Tikus yang paling banyak tertangkap adalah e
s
rattus diardii dun R. exulans dun pada 80% tikus-tikus yang tertangkap (seluruhnya 86 ekor) dijumpai Leptonombidium deliense.
2.

Bulletin Health Studies In Indonesia/Bulletin Penelitian Kesehatan Vol. IX No. 2 1981 Page/Halaman 24.

Dalam judul


: LAPORAN PENDAHUL UAN MENGENAI PENDARAHAN PERIRE-

NAL DAN METROPATI F'ADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICA TUM.
Harap diralat menjadi : LAPORAN PENDAHULUAN MENGENAI PERDARAHAN PERIRENAL DAN NEF ROPATI PADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICATUM.
: LAPORAN PENDAHUL UAN MENGENAI PENDARAHAN PERIREThe title
NAL DAN METROPATI PADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICATUM.
Should read

: LAPORAN PENDAHUL UAN MENGENAI PENDARA HAN PERIRE-

NAL DAN NEFROPATI PADA GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN MIKOTOKSIN PENICILIUM VIRIDICATUM.

Pendarahan disebabkan P. Viridicatum

yang mengandung kadar masing-masing 2,5 %,
5 % dan 10 %. Semua hewan percobaan ini
ditempatkan dalarn kandang plastik yang diberi
alas serbuk gergaji. Setiap kandang diisi 2 ekor.
Makanan dan air minum diberikan secara ad
libitum Kandang dibersihkan dan alas diganti

seminggu sekali. Semua hewan percobaan ditirnbarlg berat badannya sebelum percobaan
dimulai dan setiap minggu selama masa percobaan.

Biakan ini diinokulasikan pada suhu 23' C
selama 2 minggu. Misolia dan sporanya lalu dipisahkan dari cairan sodium dengan melalui
kertas saring Whatman No. 1. Lalu biakan
cendawan direndam dalam larutan chloroform
selama 24 jam. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 5 0 ' ~selama 5 hari. Biakan ini lalu digiling sampai menjadi tepung halus.
Hewan percobaan darz perlakuan : 24 ekor
gerbil betina dewasa dibagi menjadi 4 kelompok. Grup A terdiri dari 6 ekor dan diberi
makanan standar. Grup B, C dan D masingmasing terdiri dari 6 ekor dan diberi rnakanan
yang dicampur dengan tepung biakan cendawan

Table I

Pemenksaan makroskopik: Masing-masing 3
ekor gerbil dibunuh pada akhir minggu ke-5
dan ke-1 1 untuk pemeriksaan patologi anatomik (Tabel 1).

Jumlah Gerbil yang diperiksa, Rata-rata berat badan, Perdarahan Perirenal

dan Kelainan Tubuler Ginjal dari Gerbil yang diberi Makan Berbagai Kadar
Tepung Biakan Cendawan Penicilium viridicatum

grup B dan C, dan 2 ekor dari grup D yang dibunuh pada akhir minggu ke-1 1 menunjukkan
adanya bercak-bercak perdarahan dan nekrosa
dari jaringan lemak sekitar ginjal kanan dan kiri.
Di sampirig itu, jaringan lernak tersebut juga kelihatan mengalami degenerasi hidropik. Ketiga
kapsul ginjal dari ketiga gerbil grup D yang
dibunuh pada akhir minggu ke-11, tampak berbintik-bintik keputihan dan aspeknya mengkilat.
Perubahan mikroskopik: Perubahan perdarahan, nekrosa dan degenerasi jaringan sekitar
ginjal yang terlihat secara makroskopik, diteguhkan ole11 pemeriksaan mikroskopik. Ternyata proses peradangan ini juga ada yang menjalar sampai pada jaringan otot para-lumbal.
Perubahan dari parenchyln ginjal ditemukan masing-masing 1 ekor dari grup B dan grup
D, dan 2 ekor dari grup C yang dibunuh pada
akhir rninggu ke-1 1. Ganlbaran perubahan ginjal dari ketiga grup itu kurang lebih sama.

Pemenksaan mikroskopik: Semua alat-alat
tubull seperti jantung, paru, hati, ginjal, limpa,
lambung, usus dan pankreas dikumpulkan dan
diawetkan dalam laru tan formalin 10 %. Se telah
matang, kemudian diproses untuk pembuatan

kupe histologi menurut cara yang rutin dan diwarnai dengan hematoxylin dan eosin.
I-1ASIL PERCOBAAN

Gejala Winik: Gerbil-gerbil dari kelompok
peicobaan lianya mcnunjukkan gejala kurang
mau makan dan penurunan berat badan khususnya Grup D. (Tabel 1). Gerbil dari kelompok
kontrol tidak menunjukkan gejala-gejala kelainan.
Perubahan rnakroskupik: Scmua gerbil, baik
dari kelompok kontrol rnaupun dari percobaan yang dibunuh pada akliir minggu ke-5
tidak nampak adanya kelainan dari semua
alat-alat tubuhnya. Masing-masing 1 ekor dari
25

lwan

T. Budi:~rso,dhk

dan nekrosa jaringan pel-irenal. Variasi dari kelainan gambar patologi anatomik ini tidak terlalu mengherankan, karena nlungkin sekali jenis strain P. viridicahltn yang dipakai, cara
proses pembiaka~l cendawan, dan macam
jenis liewan percobaan adalali berlainan atau

heterogen, sehingga tidaklah mustaliil bahwa
respon yang bervariasi tcrsebut dipengarulii
oleh satu atau lebih Ihktor-faktor atau oleh
kombinasi dari faktor-faktor yang terdapat dalam percobaan tersebut.
Di samping perbedaan gambar patologianatomik daripada mencit, gerbil ini tcmyata
jauh resisten. Karena pada mencit yang diberi
niakanan 1 0 % P. ~)iridicatunzakan mengalami
derajat niortalitas lebili dari 5 0 % dalani jangka
waktu 3 m i n g p . Sedangkan gerbil pada penelitian ini tidak ada yang mati setelah diberi makan P. viridicatum dengan kadar yang sama selama 1 1 minggu.

Perubahan ginjal ini terdiri dari tlegcncrasi
albumin bagian tubuli kontorti dan dilatasi
tubuli terutama di bagian kortek. Dilatasi tubuli ini sifatnya lokal dan penyebarannya secara acak. Epitcl dari tubuli yang mengalami
dilatasi it11 kelihatan rnenjadi pipill. Sedangkan
tubuli nonnal yang terletak di sebelahnya nienjadi kolaps dan atrofi, selingga tanipak seperti
jaringan parenchyrn yang hiperseluler. Alatalat tubuh lainnya seperti jantung, paru, hati,
limpa, lambung, usus dan pankreas tidak menunjukkan perubahan.

DISKUSI
Penelitian niengenai keracunan berbagai jenis hewan percobaan yang disebabkan oleh niikotoksin P. viridicatum sudah banyak dilaporkan (BUDIARSO dkk., 1969, 1970, 1971 a,

1971 b , 1976; BUDIARSO, 1975, 1978 b ,
CARLTON dkk.. 1968, 1970, CARLTON and
TUITE, 1970 a , 1970 b , KROGH dan HASSELAGER, 1969, FRlIS dkk., 1969, KROGH,
1970) dan ternyata kepekaan reaksinya bervarias~. Dari sekian banyak jenis liewan yang
pcrnah dicoba, ternyata mcncit adalali hewan pcrcobaan yang p a l ~ n gpcka. Pada iiic~lcit secara konsisten ditemukan kerusakan pada
hatinya dan juga seringkali disertai perubahan
pada ginjalnya.

Mikotoksin lain, sepeltl aflatox~nd a ~ icitrinin telah dilaporkan sebagai bahan yang bersifat
nefrotoksik (KINOSITA dan SHIKATA, 1964,
NEWBERNE dkk, 1964), akan tetapi keracunan mikotoksin pada penelitian gerbil dapat dibedakan dari aflatoxicosis atau keracunan cirrinin. Karena pada yang akllir ini tidak
ditemukan pendarallan dari nekrosa pada
jaringan perircn.1. Bi samping itu, mikotoksin dari strain P. viridicattrm yang digunakan
dalam penelitian ini belum diketahui
zatnya. Mikotoksinnya terkandung di dalam
mycelia dan sporanya dan bukan di dalaln
media biakannya (BUDIARSO dkk., 1969).
Juga pada pemeriksaan arialisa secara kromatografi, bahwa biakan P. viridicaturn tidak mengandung aflatoxin (MISLIVEC dkk, i968).

spa

Perubahan makroskopik dan mikroskopik
dari gerbil pada penelitian ini yang paling nyata
adalah pendarahan dan nekrosa daripada jaringan sekitar ginjal dengan disertai degenerasi dan
dilatasi tubuli ginjal. Perubahan patologianatomik yang akhir-akhir ini mirip seperti
dari kelainan ginjal yang pernah dilaporkan pada mencit (BUDIARSO dkk., 1970, 1971,
CARLTON dkk., 1968, 1970), pada tikus
(CARLTON dan TUITE, 1970 a , KROGH dan
HASSELAGER. 1979), pada marmot (CARLTON dan TUITE, 1970 a) dan pada babi, (CARITON dan TUITE. 1970 a. KROGH dan HASSELAGER, 1969, ELLING dan MOLLER, 1973),
sekalipun perubahan makroskopiknya pada gerbil yang paling menonjol adalah pendarahan

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dr.D.T. Dcniis , Ketua U.S. Naval Medical Research Unit, Detachment-?,, Jakarta, yang
telah menyurnbangkan hewan gerbil yang digunakan untuk pcnelitian ini.

KEPUSTAKAAN

2. Budiarso, I.T., Carlton, W.W. and Tuite J.:
Pliototoxic syndrome induced in mice
by rice cultures of Perzicillium ~liridicatum
and exposurc t o sunlight. Path, Vet.
7 : 531 546 (1970).

1. Budiarso, I.T., Carlton, W. W. and Tuite, J.:
Hepatorenal damage in mice iqduced
by Penicillium viridicatum cultures,
mycelia, and chloroform extracts. Fed.
Proc. 2 8 : 304. (1969).

26

3,

Invesligatio~i ol sorne cultural corltlitioris o ~ itoxigc~licityof Pc,nicilli~ir~r
~jiritlicutlltl~.Tosicol. Appl. Pharin.
2 0 : 104 205 (Ic)71 a!.
4. -----------------------:
Invcsticatio~l of dose, age,
ancl tluratron of' a~l~ili~list!-atiori
o n tlie
hepatorenal da111:lge induced in riiice by
cultural p~.oducts of Per7icilli1rm viridicatur?l. Toxicol. Appl. Pllarn~.30 : 357379 ( 197 1 13).
5. Budiarso, I.T., Da~nlluri, A., I-lernomoadi
dan K~unawas, W.: blikotoksikosis p ~ u ' l
ayam kutuk discbahkan ole11 P ~ ' r l i c i l l i ~ l ~ ~ r
~jiridicantri~Ilemcr;~ Zoa. 6 9 : 23--28
(1 976).
0. Budial-so, I.T.: Aplast~c nnclnia in anirnals
W? e 111in ducc d by I~~~~zicilliunr
~iYididufz~
tures and rnycelia. Paper presented at the
Third Meeting of the Asian-Pacific
Division of the International Society o f
Haematology, Jakarta,8 12 June, 197.5.
7 . Bildiarso, 1.T.: Mikotoksiktais dan niikokarsinoget~esis pada liewall dari ~iianusia.
Medika No. 9, tli. 4 , 3 7 7 -- 3 8 3 (1978 a).
8. -------------------:
I'ercobaan penyakit hati menallurl pacla
nicncit yang disebabkan
~nikotoksinPcwic.illiut?l ~~iridic:utz~t?z
Kunip~llan Naskah Ilmiah Sinlposium Nasional Pcnyakit l-lati Mer~ahun. Ed. Pang,
R.T.L., Sjafocllal~ Noer, 11. clan Sulaiman, tl. A. Hai. S7 - 9 3 (1'378 b).
9 . Carltoll, W.W. ;111tlTuitc, J . : hlycotc?xicosis
inducetl in guinea pigs and rats by corn
cul turcs of' I'crlic.illilr~?li7zrio'icahlt~z.Toxicol. Appl. Fharni. 16, 345 36 1 (1 970a).
10. -------------:
Nephropatlly anti ecle~iiasyndrome
induced in nliniatnrc swine by corn
cultures of Penicillium viridicaturn. Path.
Vet. 7: 08 - 8 0 (1970 b).
I I . Carlton, W.W., Tuitc, J . arid h~lislivec.P.:
Investigations of tlie toxic effects in mice
of ccitriirl species of I'cnicillium. Toxicol. Appl. Pliarrii. I 3 : 372 - 387 (1968).
12. --------------- : Pathology of the toxicosis produced ill ~iiiceby cultulcs of Pc~izicillium
~~iri~lic~uturrz.
1'1 oc. 1st 1J.S. -- Japan Conf.
on 'Toxic Mict.oorganis~iis+ klonolulu,
FIaw~~ii.
Hal. 9 4 ( 1970).
13. Elling. F;. ;in~lMollcr, T.: Mq,~.otoxicnc----.--..----------.-.

-

--

pliropathy in pigs. Bull. World Health Ors a n . 4 9 : 41 1 4 1 8 (1973).
14. FI-iis, P., Hassclager, E. and Krogh, P. Isolation of citrini~i and oxalic acid from
P t ~ r i i c i l l i ~viridicatunl
~~z
Westling and their
~ieplirotoxicity in rats and pigs. Acta
Path. Microbiol. Scand. 7 7 : 559 - 5 6 0
~1069).
15. Krogh, P. and Hasselager, S.: Studies on
fungal ~icphrotoxicity.Ma1. 198 - 214.
Year book, Royal Vet. and Agri. College.
Conpenhagen, Denmark (1968).
16. Krogli, P.. Ilasselager, E. and Friis, P.: Studies on fungal nephrotoxicity. Acta.
Pathol. Scand. 7 8 : 401 - 4 13 (1 970).
17. ~ i k o s i t a , R. and Shikata, T.: On texic
moldy rice. In: Wogan. G.N.: Mycotoxins
in Foodstuffs. pp. 111-132, MIT.
Press Cambridge, Mass. (1964).
18. Mislivec, P., Hunter, J.H., and Tuite, J.:
Assay for aflatoxin production by the
genera Aspergillus and Penieilliunr Appl.
Microbiol. 16 : 1053 - 1055 (1968).
19. Newberne, P.M., Carlton, W.W. and Wogan,
G.N.: Hepaterna in rats and hepatoren*
injury in duckling fed peanut meal or
Aspergillus flavus extract. Path. Vet. 1 :
105 - 132 (1964).
20. Pang, R.T.L; Poerwokoesoemo, S.K. and
I;aryatli. D.: Aflatoxin and primary
cancer of liver in man. A study on 9
cases. Paper presented at the 4 t h Asian
Pacific Congress of Gastroenterology.
5-1 2 February 1972.
21. Pang, R.T.L., Musaini and Karyadi, D.:
Aflatoxin and primary hepatic cancer
in Indonesia. Paper presented a t the 5th.
World Congress of Gastroenterology.
Mexico 13 - 1 4 October 1974.
23. Pang, R.T.L., : Aflatoxin dalam epidemiologi karsinoma hati primer. Kertas kerja
yang dibacakan pada Simposium Nasional Kanker Saluran Makanan, Jakarta,
24 - 2 6 Nopember 1977.
23. Pan?. R.T.L. : The role of aflatoxin in
primary liver cancer. Paper presented at
the 3rd Asian Cancer Conference, September 26 - 3 0 , 1977; Manila, Philippines.