Wasiat Cinta (1) Wasiat Cinta (1) Wasiat Cinta (1)

Menjalani kehidupan yang berputar 360° tak mudah, begitu yang dialami gadis yang baru
lulus SMU ini. Syifa Ramesthy namanya. Dia anak tunggal, kematian ayahnya membuatnya
hidup jauh dari kata cukup. Kini ia tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang kecil tidak
seperti rumahnya yang dahulu.
Ketika sedang menata pakaian untuk dimasukkan ke lemari, dia menjumpai sebuah barang
yang ia merasa itu tidak asing, ia menanyakan kepada ibunya. Kata ibu itu hadiah dari
almarhum kakek yang diberikan ketika ulang tahunnya yang ke 15. Barang itu adalah
mukenah. Melihat mukenah itu dia mengingat sesuatu, ia sadar selama 2 tahun terakhir ini dia
lupa kepada sang pencipta, mungkin dengan terjatuhnya dia di keadaan yang seperti ini jalan
dar-Nya agar Syifa mengingat-Nya kembali.
Terdengar suara adzan ashar berkumandang, Syifa yang saat itu tengah sendiiran di rumah
karena ibunya pergi membeli makan, langsung keluar mencari sumber suara tersebut.
“Hai, kamu tetangga baru ya ?”, sapa seseorang yang rumahnya bersebelahan dengan rumah
Syifa, ia bernama Widya. Melihat Syifa yang keluar membawa mukenah, widya mengira
bahwa Syifa akan pergi ke Musholla sehingga Widya mengajaknya untuk sholat berjamaah
ke Musholla. Sepulang dari Musholla ia beradu pandang oleh seorang pemuda di Teras
Musholla.
Widya menyambut kedatangan Syifa dengan baik, dia ramah, dia juga mengajak Syifa untuk
mengikuti pengajian pengajian rutin di Musholla, sekaligus untuk akrab dengan remaja putri
di kampung tersebut.
Ketika di rumah Syifa menyadari bahwa dompetnya hilang, ia kembali ke Musholla dan

jalan-jalan menuju Musholla barang kali saja jatuh.
“inikah yang sedang kamu cari ?”, ucap seorang pemuda, pemuda yang beradu pandang
dengannya tadi. Dengan ragu dan gugup Syifa menjawab iya itu miliknya. Dari pertemuan ini
Syifa mengetahui nama dari Pemuda tersebut yaitu Baihaqi.
Widya bekerja di sebuah butik, Syifa juga ingin bekerja. Sebagai tetangga yang baik Widya
memasukkan Syifa, sehingga kini Syifa juga bekerja di tempat Widya bekerja. Syifa hanya
tinggal bersama dengan ibunya, orang tuanya satu satunya.
Hari pertama kerja, atasan kerja atau bisa di bilang bos yang bernama Pak Suyono
mengajaknya makan siang. Dengan berat hati ia pun ikut makan siang bersama Pak Suyono.
Setelah makan siang, banyak yang menggunjing keberadaan Syifa, Widya membelanya. Ia
juga memberi nasehat supaya Syifa tidak mendengarkan apa yang dikatakan teman-teman
lainnya. Kesan hari pertama kerja sudah membuat Syifa menjadi datar saja tidak ada yang
menarik perhatiannya.

Suatu hari, langkahnya terhenti ketika ia melewati Musholla ketika senja. Ia mendengar
seseorang tengah melagukan ayat al-Quran begitu Indah sehingga ia terenyuh. Ia pun
menangis. Suara itu berhenti, Baihaqi pemuda kemarin keluar. Ternyata dia yang melagukan
ayat-ayat Al-Quran dan membuat Syifa menangis. Mereka berdua bercakap-cakap lalu
pulang.
Keesokannya Syifa yang sekarang ikut belajar mengaji dirumah Emak Haji, bertanya tanya

kepada Emak Haji. Bagaimana melagukan ayat-ayat Al-Quran itu. Disini emak menerangkan
layaknya seorang guru. Ia menjelaskan bagaimana tata cara untuk melagukan Ayat-ayat AlQuran tersebut. Pertemuannya dengan Baihaqi kini menjadi sering, karena Baihaqi ternyata
juga Pengurus remaja-remaja Musholla, jadi ia sering mengikuti pengajian-pengajian yang
diselenggarakan.
Namun, pada suatu ketika, sudah dua hari Syifa tidak melihat Baihaqi. Ia menjadi khawatir.
Ia terus memikirkannya. Ibu Syifa, Ramesthy mengetahui sifat anaknya yang akhir-akhir ini
berubah. Syifa tidak menyadari bahwa ia jatuh cinta kepada Baihaqi.
Suatu hari ia memberanikan diri untuk bertanya kemana Baihaqi kepada temannya yang juga
remaja Musholla.
“Baihaqi sedang diuji oleh Allah, ia menderita penyakit Usus Besar sehingga ia harus
Operasi, sekarang ini kami sedang mengumpulkan sumbangan untuk biaya Baihaqi Operasi
masih 4 juta, masih kurang 2 juta. Baihaqi pemuda yang baik, sholeh, namun sedemikian
berat cobaan yang di terimanya”, penjelasan dari seorang teman Baihaqi. Dengan petunjuk
dari teman Baihaqi, Esoknya setelah pulang dari kerja ia mengajak ibunya untuk menjenguk
Baihaqi di Rumah Sakit, dengan membawa buah-buahan.
Diam-diam, Syifa lah yang membayari kekurangan Biaya Operasi Baihaqi.
Setelah pulang dari Rumah Sakit dan dia sembuh. Baihaqi kerumah Syifa. Disana ia
berterimakasih pada Syifa, dan Ibu Syifa. Syifa senang melihat Baihaqi sembuh dan sehat
kembali.
Melihat putrinya yang seperti ini, Ramesthy pun meyakinkan bahwa perasaan yang dimiliki

Syifa adalah perasaan Cinta kepada Baihaqi. Syifa ragu apakah Baihaqi juga mencintainya ?
Ibu pun memberi saran agar ia memberanikan diri untuk menanyakan hal ini kepada Baihaqi,
Syifa tidak berani, akhirnya Ibu pun mengusulkan agar Syifa bertanya jepada emak Haji yang
mengetahui benar ajaran islam bagaimana. Pasti Emak Haji juga mengetahui bagaimana
caranya agar kamu mngerti perasaan Baihaqi sesungguhnya.
Setelah mengaji dengan Emak, ia tidak langsung pulang namun ia berbicara kepada emak apa
yang dia rasakan dan meminta emak untuk memberikan solusinya.

Emak berkata “diriwayatkan suatu hadist, suatu hari Rasulullah didatangi wanita yang
menawarkan dirinya untuk diperistri Rasullullah. Rasulullah menolak dengan sangat halus
supaya tidak membuat wanita itu sakit”, seketika itu hening. Emak pun menyarankan agar
Syifa seperti wanita tersebut, Syifa terkejut hal tersebut pada zaman sekarang merupakan
sesuatu yang dipandang rendah oleh masyarakat. Emak tetap menyarankan karena memang
begitulah solusinya. Syifa berpikir dan dia pun semakin membulatkan tekadnya.
Keesokan harinya, dia melewati masjid dan mendengar lagi sura lantunan ayat-ayat AlQuran, yang melantunkan pun tidak lain tidak bukan ia adalah Baihaqi. Dia menunggu suara
itu, dia meresapi, dia renungkan suara itu hingga airmatanya menetes lagi. Setelah Baihaqi
selesai membaca ayat-ayat Al-Quran ia melihat Syifa tengah duduk. Mereka berdua pun
berbicara. Tiba saatnya Syifa mengatakan sama seperti apa yang dikatakan Wanita itu.
Baihaqi hanya terdiam dan menunduk. Syifa mengulangi pertanyaannya, dan Baihaqi pun tak
memberi jawaban. Syifa pun pergi.

Dalam perjalanan pulang dia berpikir bahwa Baihaqi menolaknya, sakit yang dirasa Syifa
sama seprti yang dirasakan Pak Suyono. Kemarin Pak Suyono mengutarakan perasaannya
kepada Syifa, namun Syifa menolaknya. Baihaqi tidak bermaksud menyakiti hati Syifa.
Esoknya, baihaqi dimintai tolong untuk mengantar kakek dari tetangganya kembali ke luar
kota. Kakek mengerti bahwa Baihaqi sedang memikirkan sesuatu, awalnya Baihaqi tidak
menceritakan apa yang dia rasakan namun karena desakan dari kakek ia pun mulai bercerita.
Kakek tidak setuju dengan keputusan Baihaqi, diapun berkata “sekarang kakek bertanya,
apabila ada seseorang memakan ikan lalu dia menelan duri ikan sehingga tenggorokannya
terluka, apakah orang tersebut akan menjauhi dan tidak memakan itu lagi ? apakah keputusan
untuk tidak memakan ikan itu merupakan keputusan yang benar ?”, dan dengan spontan
Baihaqi menjawab “Tidak, itu keputusan yang salah bisa saja orang itu tidak berhati-hati
ketika ia memakan sehingga duri ikan tertelan dan menyebabkan tenggorokannya terluka”.
Kakek tertawa dan berbicara sekali lagi “itulah kau Baihaqi, Mungkin saja pada masa lalumu,
ketika kau jatuuh cinta kau tidak berhati-hati. Sakit dimasa lalu harus dijadikan sebagai
motivasi untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu sehingga masa depan menjadi lebih
baik”.
Sepulang dari mengantarkan kakek dia langsung kerumah Syifa, namun alangkah terkejutnya
dia bahwa rumah Syifa telah kosong, ia sadar ia membuat hati Syifa sakit sehingga Syifa
pindah meninggalkan desa itu. Menurut keterangan Widya, Syifa pindah ke kawasan lenteng
agung. Tanpa berpikir panjang. Baihaqi pun mencari rumah dikawasan Lenteng Agung, ia


terus mencari. Dengan di bantu pak Suyono dia berhasil menemukan rumah Syifa. Disitu
Baihaqi meminta maaf dan ia bersedia menikahi Syifa.
Mereka berdua hidup bahagia. Suatu ketika, syifa meminta izin ingin kerja. Namun Baihaqi
tidak mengizinkannya. Esoknya, baihaqi meminta izin untuk pergi jauh menjadi cleaning
service di kapal pesiar. Syifa tidak mengizinkan, hatinya menolak. Namun karena alasan
ekonomi dengan terpaksa iapun mengizinkan Baihaqi untuk pergi sementara.
Selang beberapa hari Baihaqi bekerja, kapal yang ditumpanginya pun hancur terkena ledakan,
Baihaqi terdampar, mukanya hancur karena terbakar, beruntung dia bertemu dengan Maulana
sahabatnya waktu di pesantren dulu. Maulana merawat Baihaqi. Ketika sadar, Baihaqi
mengalami Amnesia, ia lupa semuanya, bahkan awalnya ia lupa siapa dirinya. Ikut maulana
dia pun bekerja seperti Maulana, menembaki sekelompok orang yang menurut Maulana
adalah musuh islam. Baihaqi tetap tidak mengerti, setiap ia ingin mengingat siapa dia, selalu
saja dia pusing.
Beberapa bulan berlayar, mereka berdua di Padang tinggal di rumah Teman Maulana, Uda
Kholid. Disana Maulana dan Uda Kholid pergi melakukan misinya sedangkan Baihaqi
berisitirahat di rumah yang telah disediakan Uda Kholid. Setiap pagi, Najwa mengantarkan
makanan untuk Baihaqi. Najwa adalah seorang ibu dari satu anak bernama Shidiq. Setiap
sore Shidiq, meminta agar Baihaqi mengajarinya mengaji. Hingga pada suatu ketika, shidiq
meminta Baihaqi untuk menikah dengan ibunya karena shidiq membutuhkan sosok ayah

seperti Baihaqi. Baihaqi menuruti perkataan Shidiq. Esoknya dia berbicara kepada Najwa,
Najwa menolaknya. Baihaqi mencoba berbicara kepada Istri Uda Kholid yang merupakan
kakak dari Najawa. Disitu dia menceritakan masa lalu kelam Najwa. Baihaqi bertekad akan
menemukan Sofyan dengan Najwa agar mereka berdua bisa bersatu kembali dan keinginan
Shidiq dapat terwujud.
Selang beberapa hari, Baihaqi mendatangi rumah Sofyan dan menjelaskan apa yang
sesungguhnya terjadi pada Najwa. Belum sempat Baihaqi selesai berbicara, terdengar suara
berteriak meanggil namanya, dan mengajaknya pergi karena sedang di kejar polisi. Suara itru
adalah Suara Maulana.
Dengan bergegas mereka berdua pergi.
Di Bali mereka tinggal disebuah hotel. Baihaqi melihat seorang perempuan, dia mengikuti
perempuan itu, dia merasa dia mengenal perempuan itu. Baihaqi mencuri KTP milik
perempuan itu. Ia adalah Syifa. Tanpa ia sadar ia berada di tengah jalan, Brukk! Ia tertabrak.
Ketika ia siuman, dia ingat semua yang ada pada masa lalunya, Syifa Ramesthy adalah
Istrinya yang telah ia tinggalkan, anak yang bersama Syifa tersebut pasti Anaknya. Maulana

tidak memberi tahu keadaan yang sebenarnya kepada Baihaqi disitu Baihaqi marah besar.
Maulana mencoba menjelaskan sesuatu agar Baihaqi percaya.
Esoknya Baihaqi menemui Syifa dan mencoba menjelaskan apa yang dialaminya, Syifa tidak
percaya. Syifa sekarang telah mempunyai menikah dengan Pak Suyono. Dia sudah bukan

milik Baihaqi. Baihaqi sedih.
Malamnya Maulana menelepon Baihaqi ia membawa kabar bahwa suami dari Syifa telah
meninggal, sekarang Syifa tengah bersedih Maulana Memberi saran agar Baihaqi menghibur
Syifa.
Untuk yang kedua kalinya Baihaqi datang, Syifapun tetap tidak mempercayainya. Syifa
semakin membenci Baihaqi karena dia merasa bahwa Baihaqi berbicara yang tidak-tidak.
Syifa mempercayai bahwa Baihaqi telah meninggal karena ledakan kapal pesiar tersebut.
Syifa disitu bercerita ketika dia ditinggal Baihaqi bekerja di kapal pesiar. Ibu Syufa
meninggal ketika Syifa melahirkan. Datang Pak Suyono yang meminangnya, dan menerima
dia apa adanya.
Pintu rumah terbuka, Maulana masuk. Syifa terkejut dan berkata “dia yang telah membunuh
suamiku, untuk apa dia kemari keluar kalian berdua”. Maulana menyuruh Baihaqi agar
menjadikan Syifa dan anaknya Sandera karena mereka berdua sudah di kepung polisi, mereka
berdua tertuduh teroris. Baihaqi tetap tidak mau melakukan apa yang diperintahkan Maulana.
Ia malah melindungi istri dan ananya.
Syifa, berpikiran bahwa Baihaqi lah yang menyuruh Maulana membunuh suaminya, Pak
Suyono. Namun baihaqi menjawab Tidak, dia tidak mengerti sama sekali. Maulana keluar dia
berusaha menyelamatkan diri dari kepungan polisi. Syifa tetap bersikeras tidak mau
menyelamatkan mereka berdua.
Disusul Baihaqi keluar, melihat keadaan temannnya yang tergelatak mati. Iapun, melakukan

penyerangan kepada polisi namun sayang. Ia pun juga tewas, namun ia lega,sebelum ia tewas
ia melihat Syifa dan Anaknya untuk terakhir kalinya.
Syifa pun menutup diri, dia memutuskan untuk tidak menikah lagi. Biarkan hidupnya dia
gunakn untuk membesarkan anaknya saja.