Hasil magang kuliah kerja lapang (KKL)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah kerja lapang (KKL) merupakan bagian dari kurikulum yang
harus dilaksanakan mahasiswa khususnya bagi yang mengambil sarjana
yang
kegiatannya
merupakan
pengabdian
mahasiswa
terhadap
nasyarakat. KKL adalah penerapan dari seluruh mata kuliah yang telah di
dapat dalam perkuliahan terhadap aktifitas kegiatan yang nyata.
Dalam kegiatan penelitian, mahasiswa diajak untuk menyesuaikan antara
teori, penerapan serta menelaah potensi dari kelemahan yang ditemui
dalam instansi serta merumuskannya sebagai kegiatan pengabdian.
Melalui KKL mahasiswa dapat menerapkan ilmu, teknologi, dan seni
dalam memecahkan dan menanggulangi masalah-masalah yang terjadi.
Saat ini perkembangan dan teknologi semakin maju, hal tersebut
menuntut adanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas,
kecakapan, dan kemampuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
yang dimilikinya untuk mampu bersaing, khusunya memasuki era
globalisasi.
Sumber daya manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan
suatu organisasi sebab mempengaruhi efisiensi dan efektivitas guna
mencapai tujuan suatu organisasi. Untuk menjawab masalah tersebut di
atas, maka perlu pendidikan yang berkualitas tinggi diimbangi individu
yang terampil dan profesional serta kemampuan yang dimilikinya dalam
menghadapi dunia nyata yang semakin berkembang.
1
Dengan demikian Kuliah Kerja Lapang (KKL) adalah langkah awal
bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan mengaplikasikan mata kuliah
yang telah diperoleh dibangku perkuliahan.,agar kegitan tersebut dapat
menjadi sarana guna membandingkan teori dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Dunia kerja kini semakin kompetitif, sistem rekruitmen
makin ketat dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan akan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkompeten.
Kuliah
memberikan
Kerja
Lapang
pengalaman
(KKL)
merupakan
kepada
kepada
suatu
wadah
mahasiswa(i)
untuk
dapat
berpartisipasi langsung dalam pelaksanaan pembangunan yang memiliki
relevansi dengan bidang pendidikan yang dimilikinya.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi dari
berbagai macam sumber daya manusia yang tersedia sebagai langkah
awal untuk memperoleh pengalaman kerja di suatu instansi.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis memilih melaksanakan
kegiatan magang pada Kementerian Kehutanan Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar yang terletak di Jalan
Perintis Kemerdekaan Km 9 Ujung Pandang . Di mana kegiatan magang
berlangsung dari tanggal 03 November s.d. 31 Desember 2014.
B. Temuan
Dalam hal sumber daya manusia, masalah yang saya dapatkan yaitu
dari segi latar belakang pendidikan dimana masih terdapat pegawai yang
memiliki pendidikan yang sederajat SMU, padahal jika dilihat dari segi
2
standarisasi pekerjaan, sebaiknya dikualifikasikan untuk tingkat sarjana
sederajat serta yang memiliki dedikasi yang tinggi. Dalam hal ini sangat
mempengaruhi kualitas pekerjaan pegawai.
C. Tujuan dan Kegunaan Magang
1. Tujuan Pelaksanaan Magang
a. Untuk memperkenalkan mahasiswa pada lingkungan kerja
sesungguhnya
sehingga
mahasiswa
dapat
dikatakan
memperoleh pengalaman kerja seperti yang telah penulis
lakukan pada kantor Kementerian Kehutanan Balai Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar
b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan serta wawasan
yang luas yang tidak didapatkan atau tidak diberikan pada saat
perkuliahan sehingga dapat dijadikan sebagai pengetahuan
tambahan.
c. Untuk
membentuk
kepribadian
mahasiswa
yang
kokoh
sehingga sadar akan tugas, tanggungjawab, dan kewajibannya.
d. Untuk memperoleh pengetahuan melalui keterlibatannya secara
langsung
dalam
melakukan
pekerjaan
pada
instansi/perusahaan.
e. Untuk
melatih
mahasiswa
sebagai
calon
tenaga
kerja
profesional dengan belajar sambil mempraktekkan pengetahuan
yang dimiliki guna meningkatkan kemampuan, keterampilan,
dan kreatifitas.
3
f. Untuk memperlihatkan secara langsung kepada mahasiswa
tentang perilaku karyawan/pegawai,kemungkinan kendala dan
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
dunia
kerja,
guna
mempersiapkan strategi dan langkah- langkah yang ditempuh
untuk menghadapinya.
g. untuk menyiapkan sumber daya manusia sesuai tuntutan
zaman dalam era abad informasi dan teknologi
2. Kegunaan Pelaksanaan Magang
a. Bagi Perusahaan
1) Membantu ikut serta dalam kegiatan di Balai Pemantauan
dan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar.
2) Membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh di Balai Pemantauan dan Pemanfaatan
Hutan Produksi Wilayah XV Makassar.
3) Membantu pekerjaan pegawai Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar dalam
menjalankan tugasnya.
b. Bagi Penulis
1) Menambah bekal ilmu pengetahuan dan wawasan serta
kemampuan untuk menghadapi dunia kerja nantinya.
2) Melengkapi salah satu prasyarat sebelum mahasiswa
menyelesaikan masa studi kuliah.
4
3) Perguruan tinggi dapat memberikan manfaat pada institusi
mitra dengan menjadi jembatan dengan institusi lainnya,
misalnya antara UMKM dengan bank atau pemerinta.:
4) Menambah
mengenai
bekal
ilmu
penerapan
pengetahuan
administrasi
dan
serta
wawasan
menambah
kemampuan penulis dalam memahami keberadaan dunia
kerja.
5) Mendapat pengalaman mengenai cara berinteraksi di
lingkungan kerja.
6) Menambah wawasan dan pengalaman serta memperluas
pergaulan terutama dalam memperoleh ilmu pengetahuan
yang baru di bidang itu sendiri.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi
Wilayah XV Makassar
1.
Riwayat Pendirian
Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi dibentuk
pada tahun 1984 oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia yang
mengeluarkan Keputusan Nomor 101/Kpts-II/1984 tanggal 12 Mei
1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Informasi dan
Sertifikasi Hasil Hutan yang kemudian disingkat BISHH.
Diseluruh Indonesia BISHH dibagi atas sepuluh (10) wilayah
yang letaknya tersebar dibeberapa daerah.Balai Informasi dan
Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) adalah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan.
Kemudian berdasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 147/Kpts-II/1991 tanggal 13 Maret 1991, maka Balai
Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) berubah menjadi
Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Wilayah Departemen
Kehutanan dimana BISHH tersebut berkedudukan.
Kepala balai Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH)
secara teknis fungsional dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dibina
oleh
Direktur
Tertib
Peredaran
Hasil
Hutan
dan
secara administrasi berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
6
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dimana Balai
Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) berkedudukan.
Balai Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) mempunyai
tugas memberikan informasi dan bimbingan teknis serta melakukan
pengujian, pengawasan dan sertifikasi hasil hutan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut BISHH mempunyai
fungsi yaitu memberikan informasi dan bimbingan teknis pengujian,
melakukan sertifikasi hasil hutan, melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas penguji dan menilai hasil pengujian serta
melakukan pengujian hasil hutan.
Selanjutnya,Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 149/Kpts-II/99 tanggal 22 Maret 1999, Unit Pelaksana
Teknis Kantor Wilayah Departemen Kehutanan berubah menjadi
Balai Eksploitasi Hutan dan Penhujian Hasil Hutan (BEHPHH) serta
Loka Eksploitasi Hutan dan Pengujian Hasil Hutan (LEHPHH).
BEHPHH ini diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan
dan mengakomodasi kegiatan di bidang pengusahaan hutan.
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
6341/Kpts-II/2002 tanggal 17 Agustus 2002, Balai Eksploitasi Hutan
dan Pengujian Hasil Hutan dan Loka Eksploitasi Hutan dan
Pengujian Hasil Hutan berubah lagi menjadi Balai Sertifikasi
Penguji Hasil Hutan (BSPHH).
Berdasarkan
P.557/Menhut-II/2006
Peraturan
tanggal
7
Menteri
29
Kehutanan
Desember
2006
Nomor
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan
Produksi, Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan berubah menjadi
Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi yang dibagi
menjadi beberapa wilayah. Salah satunya adalah BPPHP Wilayaj
XV Makassar dengan wilayah kerjanya di Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas BPPHP
Melaksanakan sertifikasi tenaga teknis bidang Bina Produksi
Kehutanan, penilaian sarana dan metode pemanfaatan hutan
produksi serta pengembangan informasi, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pemanfaatan hutan produksi lestari
b.
Fungsi BPPHP
1) Penyusunan rencana, program dan evaluasi pelaksanaan
tugas pokok Balai,
2) Penilaian kerja dan pengembangan profesi tenaga teknis
bidang Bina Produksi Kehutanan.
3) Penyiapan tenaga teknis bidang Bina Produksi Kehutanan
dan penyiapan rekomemdasi pemberian izin operasional
teknis fungsional.
4) Penilaian sarana dan pengembangan metode pemanfaatan
hutan produksi yang digunakan oleh tenaga teknis bidang
Bina Produksi Kehutanan.
8
5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja
usaha pemanfaatan hutan produksi jangka panjang, dan
dokumen peredaran hasil hutan.
6) Pelaksanaan pengembangan informasi pemanfaatan hutan
produksi lestari.
7) pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga
3. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya personil yang berkualifikasi dalam jumlah yang
dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas pengukuran dan
pengujian hasil hutan serta optimalisasi pemanfaatan dan
pengelolaan hasil hutan serta iuran kehutanan guna tercapainya
pengelolaan hutan produksi lestari.
b.
Misi
Untuk mewujudkan visi tersebug, Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayaj XV Makassar menetapkan
misi sebagai berikut :
1) Tercapainya personil yang berkualitas.
2) Meningkatkan profesionalisme tenaga teknis bidang Bina
Produksi Kehutananm
3) Meningkatkan kegiatan pengukuran dan pengujian hasil
hutan
dalam
rangka
pengolahan hasil hutan.
9
optimalisasi
pemanfaatan
dan
4) Mengembangkan metode pengujian hasil hutan dan sistem
pengelolaan hutan produksi lestari.
5)
Mewujudkan sistem informasi pengujian hasil hutan dan
pengelolaan hutan produksi lestari
B. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar.
BPPHP Wilayah XV Makassar dipimpin oleh seorang Kepala
Balai yaitu Bapak Ir. Hendrik Ruamba yang membawahi langsung
tiga seksi/bagian yaitu Subbagian Tata Usaha yang dijabat oleh
Ir.Husriana, Seksi Sertifikasi Tenaga Teknis yang dijabat oleh
Ir.Baharuddin dan yang tetakhir adalah Seksi Pemantauan dan
Evaluasi Hutan Produksi yang dijabat oleh Ir. Siti Aminah,MM serta
kelompok Jabatan Fungsional yang diketuai oleh S.Ilham Assegaf,
S.Hut. Struktur organisasi BPPHP secara skematis diilustrasikan
dalam gambar 1
10
Kepala Balai
Subbagian Tata
Usaha
Seksi
Seksi
Sertifikasi Tenaga
Teknis
Pemantauan dan
Evaluasi Hutan
Produksi
Kelompok Jabatan
Fungsional
Gambar I. Struktur Oranisasi BPPHP Wilayah XV Makassar
2. Job Description
11
a. Kepala Balai
Pemimpin
langsung
dalam
Kantor
Balai
Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar
b. Subbagian Tata Usaha
1) Membantu kepala balai dalam memimpin pelaksanaan
tugas.
2) Mewakili Kepala Balai apabila berhalangan hadir
3) Melakukan penyusunan rencana dan program, urusan
kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan,
dan rumah tangga serta penyiapan bahan evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan tugas Balai.
c. Seksi Sertifikasi Tenaga Teknis
1) Melakukan pengembangan profesi tenaga teknis bidang
bina produksi kehutanan
2) Penyiapan tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan
dan
rekomendasi
pemberian
ijin
operasional
teknis
fungsional
3)
Memberikan perpanjangan atau usul pencabutan izin
operasional teknis fungsional
d. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Hutan Produksi
1) Melakukan
penyiapan
bahan
penilaian
sarana
dan
pengembangan metode pemanfaatan hutan produksi yang
digunakan oleh tenaga teknis bidang bina produksi
kehutanan.
12
2) Menyiapkan bahan penilaian kinerja
3) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja
usaha pemanfaatan hutan produksi jangka panjang
4) Membuat rencana pemenuhan bahan baku industri.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
1) Terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagai
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai
dengan bidang keahliannya
2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinir
oleh seoranh tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh
kepala
balai.
Jumlah
tenaga
fungsional
ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan tenaga kerja
C. Pembahasan Temuan dan Solusi
D. Masalah
di
Instansi
Tempat
KKL
Adapun masalah yang dihadapi selama mengikuti Kuliah Kerja
Lapang (KKL) pada kantor Balai Pemantauan dan Pemanfaatan
Hutan
Produksi
Wilayah
XV
Makassar,
antara
lain
:
a. Tidak digunakannya fasilitas komputer secara maksimal, dimana
masih banyak pekerjaan yang dikerjakan secara manual dan
berulang-ulang.
b. Keterbatasan kursi dan meja kantor, sehingga dalam pelaksanaan
KKN
c.
mahasiswa
Minimnya
Pemantauan
kegiatan
menumpanh
teknis
Pemanfaatan
yang
Hutan
13
di
meja
dilaksanakan
Produksi
pegawai
oleh
Wilayah
Balai
XV
Makassar,sehingga kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh peserta
KKN
merupakan
Pemanfaatan
d.
e.
kegiatan
Hutan
Pembagian
kerja
Penyelesaian
2.
rutin
di
Produksi
yang
pekerjaan
Solusi
Ballai
wilayaj
tidak
yang
merata
butuh
Pemantauan
XV
Makassar.
pada
waktu
Pemecahan
dan
pegawai
lama.
Masalah
a.dari permasalahan pada point pertama,
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Peran PT Askrindo, yaitu memberikan jaminan kepada pemilik
proyek/Obligee/Bouwheer atau Bank terhadap kerugian yang
timbul akibat tidak terselesaikannya kewajiban pelaksana proyek/
principal atas suatu proyek dalam batas waktu yang telah
ditentukan.
2. Askrindo akan melakukan pembayaran klaim bilamana Principal
cidera janji (wanprestasi/Default) atas pekerjaan yang harus
diselesaikan sebagaimana batas waktu yang telah disepakati/
diperjanjikan dengan pemilik Proyek/Obligee/Bouwheer.
B. Saran
14
1. Bertindak tegas pada setiap principal dan menetapkan jangka
waktu dan batas waktu pengambilan sertifikat jaminan yang telah
dipesan, agar tidak terjadi penumpukan polis jaminan dan kwitansi
yang belum diambil dan belum dibayar.
2. Dengan melihat kondisi kantor PT Askrindo secara nasional
sebagai BUMN yang cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat,
maka sudah selayaknya kantor ini membutuhkan sarana gedung
baru yang lebih besar, lebih baik, dan dilengkapi dengan peralatan
alat tulis kantor yang lengkap untuk menambah citra PT Askrindo
serta untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat umumnya dan para customer.
15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah kerja lapang (KKL) merupakan bagian dari kurikulum yang
harus dilaksanakan mahasiswa khususnya bagi yang mengambil sarjana
yang
kegiatannya
merupakan
pengabdian
mahasiswa
terhadap
nasyarakat. KKL adalah penerapan dari seluruh mata kuliah yang telah di
dapat dalam perkuliahan terhadap aktifitas kegiatan yang nyata.
Dalam kegiatan penelitian, mahasiswa diajak untuk menyesuaikan antara
teori, penerapan serta menelaah potensi dari kelemahan yang ditemui
dalam instansi serta merumuskannya sebagai kegiatan pengabdian.
Melalui KKL mahasiswa dapat menerapkan ilmu, teknologi, dan seni
dalam memecahkan dan menanggulangi masalah-masalah yang terjadi.
Saat ini perkembangan dan teknologi semakin maju, hal tersebut
menuntut adanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas,
kecakapan, dan kemampuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
yang dimilikinya untuk mampu bersaing, khusunya memasuki era
globalisasi.
Sumber daya manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan
suatu organisasi sebab mempengaruhi efisiensi dan efektivitas guna
mencapai tujuan suatu organisasi. Untuk menjawab masalah tersebut di
atas, maka perlu pendidikan yang berkualitas tinggi diimbangi individu
yang terampil dan profesional serta kemampuan yang dimilikinya dalam
menghadapi dunia nyata yang semakin berkembang.
1
Dengan demikian Kuliah Kerja Lapang (KKL) adalah langkah awal
bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan mengaplikasikan mata kuliah
yang telah diperoleh dibangku perkuliahan.,agar kegitan tersebut dapat
menjadi sarana guna membandingkan teori dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Dunia kerja kini semakin kompetitif, sistem rekruitmen
makin ketat dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan akan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkompeten.
Kuliah
memberikan
Kerja
Lapang
pengalaman
(KKL)
merupakan
kepada
kepada
suatu
wadah
mahasiswa(i)
untuk
dapat
berpartisipasi langsung dalam pelaksanaan pembangunan yang memiliki
relevansi dengan bidang pendidikan yang dimilikinya.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi dari
berbagai macam sumber daya manusia yang tersedia sebagai langkah
awal untuk memperoleh pengalaman kerja di suatu instansi.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis memilih melaksanakan
kegiatan magang pada Kementerian Kehutanan Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar yang terletak di Jalan
Perintis Kemerdekaan Km 9 Ujung Pandang . Di mana kegiatan magang
berlangsung dari tanggal 03 November s.d. 31 Desember 2014.
B. Temuan
Dalam hal sumber daya manusia, masalah yang saya dapatkan yaitu
dari segi latar belakang pendidikan dimana masih terdapat pegawai yang
memiliki pendidikan yang sederajat SMU, padahal jika dilihat dari segi
2
standarisasi pekerjaan, sebaiknya dikualifikasikan untuk tingkat sarjana
sederajat serta yang memiliki dedikasi yang tinggi. Dalam hal ini sangat
mempengaruhi kualitas pekerjaan pegawai.
C. Tujuan dan Kegunaan Magang
1. Tujuan Pelaksanaan Magang
a. Untuk memperkenalkan mahasiswa pada lingkungan kerja
sesungguhnya
sehingga
mahasiswa
dapat
dikatakan
memperoleh pengalaman kerja seperti yang telah penulis
lakukan pada kantor Kementerian Kehutanan Balai Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar
b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan serta wawasan
yang luas yang tidak didapatkan atau tidak diberikan pada saat
perkuliahan sehingga dapat dijadikan sebagai pengetahuan
tambahan.
c. Untuk
membentuk
kepribadian
mahasiswa
yang
kokoh
sehingga sadar akan tugas, tanggungjawab, dan kewajibannya.
d. Untuk memperoleh pengetahuan melalui keterlibatannya secara
langsung
dalam
melakukan
pekerjaan
pada
instansi/perusahaan.
e. Untuk
melatih
mahasiswa
sebagai
calon
tenaga
kerja
profesional dengan belajar sambil mempraktekkan pengetahuan
yang dimiliki guna meningkatkan kemampuan, keterampilan,
dan kreatifitas.
3
f. Untuk memperlihatkan secara langsung kepada mahasiswa
tentang perilaku karyawan/pegawai,kemungkinan kendala dan
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
dunia
kerja,
guna
mempersiapkan strategi dan langkah- langkah yang ditempuh
untuk menghadapinya.
g. untuk menyiapkan sumber daya manusia sesuai tuntutan
zaman dalam era abad informasi dan teknologi
2. Kegunaan Pelaksanaan Magang
a. Bagi Perusahaan
1) Membantu ikut serta dalam kegiatan di Balai Pemantauan
dan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar.
2) Membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh di Balai Pemantauan dan Pemanfaatan
Hutan Produksi Wilayah XV Makassar.
3) Membantu pekerjaan pegawai Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar dalam
menjalankan tugasnya.
b. Bagi Penulis
1) Menambah bekal ilmu pengetahuan dan wawasan serta
kemampuan untuk menghadapi dunia kerja nantinya.
2) Melengkapi salah satu prasyarat sebelum mahasiswa
menyelesaikan masa studi kuliah.
4
3) Perguruan tinggi dapat memberikan manfaat pada institusi
mitra dengan menjadi jembatan dengan institusi lainnya,
misalnya antara UMKM dengan bank atau pemerinta.:
4) Menambah
mengenai
bekal
ilmu
penerapan
pengetahuan
administrasi
dan
serta
wawasan
menambah
kemampuan penulis dalam memahami keberadaan dunia
kerja.
5) Mendapat pengalaman mengenai cara berinteraksi di
lingkungan kerja.
6) Menambah wawasan dan pengalaman serta memperluas
pergaulan terutama dalam memperoleh ilmu pengetahuan
yang baru di bidang itu sendiri.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi
Wilayah XV Makassar
1.
Riwayat Pendirian
Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi dibentuk
pada tahun 1984 oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia yang
mengeluarkan Keputusan Nomor 101/Kpts-II/1984 tanggal 12 Mei
1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Informasi dan
Sertifikasi Hasil Hutan yang kemudian disingkat BISHH.
Diseluruh Indonesia BISHH dibagi atas sepuluh (10) wilayah
yang letaknya tersebar dibeberapa daerah.Balai Informasi dan
Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) adalah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan.
Kemudian berdasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 147/Kpts-II/1991 tanggal 13 Maret 1991, maka Balai
Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) berubah menjadi
Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Wilayah Departemen
Kehutanan dimana BISHH tersebut berkedudukan.
Kepala balai Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH)
secara teknis fungsional dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dibina
oleh
Direktur
Tertib
Peredaran
Hasil
Hutan
dan
secara administrasi berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
6
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dimana Balai
Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) berkedudukan.
Balai Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) mempunyai
tugas memberikan informasi dan bimbingan teknis serta melakukan
pengujian, pengawasan dan sertifikasi hasil hutan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut BISHH mempunyai
fungsi yaitu memberikan informasi dan bimbingan teknis pengujian,
melakukan sertifikasi hasil hutan, melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas penguji dan menilai hasil pengujian serta
melakukan pengujian hasil hutan.
Selanjutnya,Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 149/Kpts-II/99 tanggal 22 Maret 1999, Unit Pelaksana
Teknis Kantor Wilayah Departemen Kehutanan berubah menjadi
Balai Eksploitasi Hutan dan Penhujian Hasil Hutan (BEHPHH) serta
Loka Eksploitasi Hutan dan Pengujian Hasil Hutan (LEHPHH).
BEHPHH ini diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan
dan mengakomodasi kegiatan di bidang pengusahaan hutan.
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
6341/Kpts-II/2002 tanggal 17 Agustus 2002, Balai Eksploitasi Hutan
dan Pengujian Hasil Hutan dan Loka Eksploitasi Hutan dan
Pengujian Hasil Hutan berubah lagi menjadi Balai Sertifikasi
Penguji Hasil Hutan (BSPHH).
Berdasarkan
P.557/Menhut-II/2006
Peraturan
tanggal
7
Menteri
29
Kehutanan
Desember
2006
Nomor
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan
Produksi, Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan berubah menjadi
Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi yang dibagi
menjadi beberapa wilayah. Salah satunya adalah BPPHP Wilayaj
XV Makassar dengan wilayah kerjanya di Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas BPPHP
Melaksanakan sertifikasi tenaga teknis bidang Bina Produksi
Kehutanan, penilaian sarana dan metode pemanfaatan hutan
produksi serta pengembangan informasi, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pemanfaatan hutan produksi lestari
b.
Fungsi BPPHP
1) Penyusunan rencana, program dan evaluasi pelaksanaan
tugas pokok Balai,
2) Penilaian kerja dan pengembangan profesi tenaga teknis
bidang Bina Produksi Kehutanan.
3) Penyiapan tenaga teknis bidang Bina Produksi Kehutanan
dan penyiapan rekomemdasi pemberian izin operasional
teknis fungsional.
4) Penilaian sarana dan pengembangan metode pemanfaatan
hutan produksi yang digunakan oleh tenaga teknis bidang
Bina Produksi Kehutanan.
8
5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja
usaha pemanfaatan hutan produksi jangka panjang, dan
dokumen peredaran hasil hutan.
6) Pelaksanaan pengembangan informasi pemanfaatan hutan
produksi lestari.
7) pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga
3. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya personil yang berkualifikasi dalam jumlah yang
dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas pengukuran dan
pengujian hasil hutan serta optimalisasi pemanfaatan dan
pengelolaan hasil hutan serta iuran kehutanan guna tercapainya
pengelolaan hutan produksi lestari.
b.
Misi
Untuk mewujudkan visi tersebug, Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayaj XV Makassar menetapkan
misi sebagai berikut :
1) Tercapainya personil yang berkualitas.
2) Meningkatkan profesionalisme tenaga teknis bidang Bina
Produksi Kehutananm
3) Meningkatkan kegiatan pengukuran dan pengujian hasil
hutan
dalam
rangka
pengolahan hasil hutan.
9
optimalisasi
pemanfaatan
dan
4) Mengembangkan metode pengujian hasil hutan dan sistem
pengelolaan hutan produksi lestari.
5)
Mewujudkan sistem informasi pengujian hasil hutan dan
pengelolaan hutan produksi lestari
B. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Balai Pemantauan dan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar.
BPPHP Wilayah XV Makassar dipimpin oleh seorang Kepala
Balai yaitu Bapak Ir. Hendrik Ruamba yang membawahi langsung
tiga seksi/bagian yaitu Subbagian Tata Usaha yang dijabat oleh
Ir.Husriana, Seksi Sertifikasi Tenaga Teknis yang dijabat oleh
Ir.Baharuddin dan yang tetakhir adalah Seksi Pemantauan dan
Evaluasi Hutan Produksi yang dijabat oleh Ir. Siti Aminah,MM serta
kelompok Jabatan Fungsional yang diketuai oleh S.Ilham Assegaf,
S.Hut. Struktur organisasi BPPHP secara skematis diilustrasikan
dalam gambar 1
10
Kepala Balai
Subbagian Tata
Usaha
Seksi
Seksi
Sertifikasi Tenaga
Teknis
Pemantauan dan
Evaluasi Hutan
Produksi
Kelompok Jabatan
Fungsional
Gambar I. Struktur Oranisasi BPPHP Wilayah XV Makassar
2. Job Description
11
a. Kepala Balai
Pemimpin
langsung
dalam
Kantor
Balai
Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XV Makassar
b. Subbagian Tata Usaha
1) Membantu kepala balai dalam memimpin pelaksanaan
tugas.
2) Mewakili Kepala Balai apabila berhalangan hadir
3) Melakukan penyusunan rencana dan program, urusan
kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan,
dan rumah tangga serta penyiapan bahan evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan tugas Balai.
c. Seksi Sertifikasi Tenaga Teknis
1) Melakukan pengembangan profesi tenaga teknis bidang
bina produksi kehutanan
2) Penyiapan tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan
dan
rekomendasi
pemberian
ijin
operasional
teknis
fungsional
3)
Memberikan perpanjangan atau usul pencabutan izin
operasional teknis fungsional
d. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Hutan Produksi
1) Melakukan
penyiapan
bahan
penilaian
sarana
dan
pengembangan metode pemanfaatan hutan produksi yang
digunakan oleh tenaga teknis bidang bina produksi
kehutanan.
12
2) Menyiapkan bahan penilaian kinerja
3) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja
usaha pemanfaatan hutan produksi jangka panjang
4) Membuat rencana pemenuhan bahan baku industri.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
1) Terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagai
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai
dengan bidang keahliannya
2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinir
oleh seoranh tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh
kepala
balai.
Jumlah
tenaga
fungsional
ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan tenaga kerja
C. Pembahasan Temuan dan Solusi
D. Masalah
di
Instansi
Tempat
KKL
Adapun masalah yang dihadapi selama mengikuti Kuliah Kerja
Lapang (KKL) pada kantor Balai Pemantauan dan Pemanfaatan
Hutan
Produksi
Wilayah
XV
Makassar,
antara
lain
:
a. Tidak digunakannya fasilitas komputer secara maksimal, dimana
masih banyak pekerjaan yang dikerjakan secara manual dan
berulang-ulang.
b. Keterbatasan kursi dan meja kantor, sehingga dalam pelaksanaan
KKN
c.
mahasiswa
Minimnya
Pemantauan
kegiatan
menumpanh
teknis
Pemanfaatan
yang
Hutan
13
di
meja
dilaksanakan
Produksi
pegawai
oleh
Wilayah
Balai
XV
Makassar,sehingga kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh peserta
KKN
merupakan
Pemanfaatan
d.
e.
kegiatan
Hutan
Pembagian
kerja
Penyelesaian
2.
rutin
di
Produksi
yang
pekerjaan
Solusi
Ballai
wilayaj
tidak
yang
merata
butuh
Pemantauan
XV
Makassar.
pada
waktu
Pemecahan
dan
pegawai
lama.
Masalah
a.dari permasalahan pada point pertama,
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Peran PT Askrindo, yaitu memberikan jaminan kepada pemilik
proyek/Obligee/Bouwheer atau Bank terhadap kerugian yang
timbul akibat tidak terselesaikannya kewajiban pelaksana proyek/
principal atas suatu proyek dalam batas waktu yang telah
ditentukan.
2. Askrindo akan melakukan pembayaran klaim bilamana Principal
cidera janji (wanprestasi/Default) atas pekerjaan yang harus
diselesaikan sebagaimana batas waktu yang telah disepakati/
diperjanjikan dengan pemilik Proyek/Obligee/Bouwheer.
B. Saran
14
1. Bertindak tegas pada setiap principal dan menetapkan jangka
waktu dan batas waktu pengambilan sertifikat jaminan yang telah
dipesan, agar tidak terjadi penumpukan polis jaminan dan kwitansi
yang belum diambil dan belum dibayar.
2. Dengan melihat kondisi kantor PT Askrindo secara nasional
sebagai BUMN yang cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat,
maka sudah selayaknya kantor ini membutuhkan sarana gedung
baru yang lebih besar, lebih baik, dan dilengkapi dengan peralatan
alat tulis kantor yang lengkap untuk menambah citra PT Askrindo
serta untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat umumnya dan para customer.
15