26 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

  

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN

KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS)

KECAMATAN TURI LAMONGAN

  

Husniyatur Rohmah*, Faizatul Ummah**, Diah Eko Martini***

…………......……….…… …… . .….

  

ABSTRAK

…… … ......………. …… …… . .….

  Pengetahuan akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian kolostrum, semakin baik tingkat pengetahuan ibu maka perilaku ibu akan semakin baik juga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan tentang Kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum. Desain penelitian yang dugunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel yang diambil sebanyak 33 responden, pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, waktu penelitian bulan Desember 2008. Data penelitian ini diambil dengan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan observasi untuk mengetahui perilaku pemberian kolostrum. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan meggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (75,8%) berpengetahuan Baik dan sebagian besar responden (78,7%) memberikan kolostrumnya. Setelah dilakukan uji statstik dengan meggunakan uji Fisher Exact diperoleh hasil ada hubungan pengetahuan dengan pemberian kolostrum dengan nilai signifikan p = 0,004 <0,05. Ada beberapa hal yang memepengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang terhadap pemberian kolostrum, antara lain karena faktor usia, informasi, pengalaman, pekerjaan, kesadaran dan sikap petugas kesehatan yang proaktif. Melihat hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat untuk meningkatkan informasi pada masyarakat tentang kolostrum.

  Kata Kunci : Pengetahuan, pemberian kolostrum.

  PENDAHULUAN . …… . … … .

  Air susu ibu ( ASI ) merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena bayi baru lahir dalam kondisi lemah dan memerlukan zat yang dibutuhkan tubuh yaitu antibodi, antibodi sendiri dapat diperoleh melalui air susu ibu terutama kolostrum. Kolostrum terdiri dari cairan kental yang mudah dicerna usus bayi, dimana kandungan proteinnya sangat tinggi dan kadar lemaknya rendah, sangat kaya dengan zat anti bodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi (Iis Sinsin, 2008:105).

  Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature), zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi dari penyakit (Kartika, 2008 : 77). Kolostrum juga memiliki faktor pertumbuhan yang menolong perkembangan normal dan pematangan saluran pencernaan. Pematangan saluran pencernaan membantu bayi mencerna dan menyerap susu serta mencegah penyerapan protein yang tidak bisa dicerna oleh bayi (dr. Ramaiah S, 2005 : 25). Sehingga Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya (Suradi R, 2003 : 100).

  Namun saat ini masih banyak ibu-ibu yang masih belum mengerti akan pentingnya kolostrum. Para ibu membuang kolostrum atau susu jolong yang keluar pertama karena masih dianggap kotoran ASI. Padahal kolostrum banyak mengandung gizi dan zat kekebalan bagi tubuh. Bayi baru lahir hanya akan disusui bila ASI telah berwarna putih (Suradi R, 2003 : 100).

  Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama setelah dilahirkan pada tahun 1997 jumlahnya hanya 8% dan turun menjadi 3,7% pada tahun 2002. Dari data Bidan Desa Geger Turi Lamongan pada bulan Mei 2008 diperoleh data bahwa ibu post partum adalah sebanyak 10 orang, 70 % diantaranya tidak memberikan kolostrum pada bayi yang baru dilahirkannya.

  Dari study pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juni 2008 di BPS Desa Geger Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan didapatkan 20 ibu post partum dimana dari jumlah tersebut hanya 7 (35 %) ibu post partum yang memberikan kolostrum pada bayinya, dan 13 (65 %) lainnnya tidak memberikan kolostrumnya. Dari 13 ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya sebagian besar mereka belum mengerti tentang kolostrum.

  Tujuan penelitian diatas untuk Mengetahui Hubungan pengetahuan ibu post partum tentang kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di BPS Kecamatan Turi Kab. Lamongan.

METODE PENELITIAN

  Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti hubungann tingkat pengetahuan ibu post partum tentang pentingnya kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

  Mengingat sangat pentingnya kolostrum, maka pengetahuan ibu post partum tentang kolostrum bagi bayi baru lahir sangat diperlukan. Dalam hal ini dibutuhkan peran bidan sebagai educator untuk memberikan pengetahuan dan pelaksanaan inisisasi menyusui dini dari program pemerintah kepada ibu post partum untuk bayi baru lahir dan merubah prilaku membuang kolostrum atau susu jolong. Sehingga bayi tidak akan mudah terserang penyakit infeksi (Suradi R, 2003 : 100)

  .… … .… Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik korelasi

  (hubungan antar dua variabel) dengan pendekatan “cross sectional” (Hubungan dan asosiasi) dimana setiap obyek penelitian hanya terobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Nursalam, 2003: 83). Populasinya adalah seluruh ibu post partum di BPS Kecamatan Turi Kab. Lamongan selama bulan Desember 2008 sebanyak 36. variabel independentnya adalah pengetahuan ibu post partum sedangkan variabel dependentnya adalah perilaku pemberian kolostrum. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Analisa penelitian menggunakan fisher exact

  HASIL . PENELITIAN

  …

  Masih banyaknya ibu-ibu post partum yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah, pengalaman yang kurang, petugas titak berperan aktif, sosial budaya dan tradisi turun-temurun, beberapa faktor inilah yang mendukung timbulnya anggapan bahwa kolostrum adalah kotoran yang harus dibuang dan baru bisa diberikan setelah susu berwarna putih. Akibatnya, para ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Sehingga bayi akan rentan terhadap berbagai macam penyakit diantaranya adalah infeksi, diare, pneumoni, radang otak dan kanker yang selanjutnya akan mengakibatkan kematian pada bayi (Suradi R, 2003 : 100).

  Usia Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 33 orang. Distribusi responden menurut umur akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

  Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Usia di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Bulan Desember Tahun 2009.

  Usia Frekuensi Presentase (%) 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun

  26

  4

  3 78,8 12,1 9,1

  Total 33 100

  Sumber : Data Primer 2008 Dari data diatas didapatkan sebagian besar responden adalah usia 21-25 tahun yaitu 26 orang (78,8%) dan sebagian kecil adalah usia 31-35 tahun sebanyak 3 orang (9,1%).

  1. Data Umum 1). Karakteristik Responden Berdasarkan

  2). Karakteristik Responden Berdasarkan

  33 100

  Sumber : Data Primer 2008 Dari data diatas didapatkan bahwa sebagian besar ibu post partum adalah tidak bekerja yaitu sebanyak12 orang (36,4%), dan sebagian kecil adalah bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 1 orang (3%).

  2. Data Khusus 1). Pengetahuan Ibu Post Partum tentang

  Kolostrum

  Tabel 4 Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Kolostrum di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Bulan Desember 2008.

  Pengetahuaan Frekuensi Prosentase (%) Baik Kurang

  25

  8 75,8 34,2 Total

  Sumber : Data Primer 2008 Dari data diatas didapatkan hampir seluruhnya ibu post partum adalah berpengetahuan baik yaitu sebanyak 25 orang (75,8%), dan sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 orang (24,2%).

  12 12,1 3,0 30,3

  2). Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir.

  Tabel 5 Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Bulan Desember 2008.

  Perilaku Frekuensi Prosentase (%) Memberikan Tidak memberikan

  26

  7 78,7 21,2 Total

  33 100

  Sumber : Data Primer 2008 Dari data diatas didapatkan bahwa sebagian besar ibu memberikan kolostrum pada bayinya, yaitu sebanyak 26 orang (78,8%), dan sebagian kecil tidak memberikan kolostrum sebanyak 7 orang (21,2%).

  3).

  18,2 36,4 Total 33 100

  6

  Tingkat Pendidikan

  1 12,1 27,3 33,3 24,2 3,0

  Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Bulan Desember Tahun 2008.

  Pendidikan Frekuensi Prosentase (%) Tidak sekolah SD

  SMP SMA PT

  4

  9

  11

  8

  Total 33 100

  10

  Sumber : Data Primer 2008 Dari data diatas didapatkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu post partum yang menjadi responden yaitu 11 orang (33,3%) berpendidikan SMP dan sebagian kecil yaitu sebanyak 1 orang (3%) berpendidikan PT.

  3).

  Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

  Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Bulan Desember 2008.

  Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%) Petani PNS

  Swasta Wiraswasta Tidak Kerja

  4

  1

  Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Kolostrum dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi baru lahir.

  Tabel 6 Tabulasi Silang antara Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada BBL Di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Bulan Desember 2008.

  Fisher Exact dengan hasil p<0,05 dimana p =

  Faktor kedua yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, menurut Wahid (2007) dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dalam aspek fisik dan psikologis, sehingga dengan bertambahnya usia seseorang akan menjadi semakin tua sehingga akan sulit dalam menerima hal-hal yang baru karena semakin menurunnya daya ingatan. Dalam hal ini sebagian besar responden adalah berusia antara 21-25 tahun sebanyak 78,8% karena usia ini merupakan usia dewasa muda dan usia reproduktif dimana belum terjadi proses degenerasi dan daya ingat terhadap informasi yang diterima akan mudah diingat dan difahami, sehingga dapat terwujud dengan adanya pengetahuan yang baik.

  Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenara pengetahuan. Menurut Wahid (2007) pengetahuan akan terbentuk dari pengalaman, semakin banyak pengalaman yang diperoleh seseorang maka akan mendorong seseorang untuk banyak mencari informasi. Dalam hal ini sebagian besar responden tidak pernah mendapatkan pengalaman tentang menyusui/kolostrum karena seebagian besar responden adalah ibu post-partum primi dan belum memiliki pengetahuan yang baik, karena mereka belum pernah menyusui. Hal ini wajar bila pengetahuan ibu kurang karena ibu belum pernah mendapat pengalaman.

  Namun dalam hal ini masih ada ibu post partum yang berpengetahuan kurang, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan ibu masih rendah dan pengalaman ibu yang kurang. Sebagian ibu post partum yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 10 orang. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan mempengaruhi pendidikan yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin banyak pengetahuan yang didapat karena pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan dengan adanya seseorang yang berpendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

  8 orang (24,2%). Adanya pengetahuan ibu yang baik kemungkinan disebabkan karena salah satu faktor yaitu faktor pertama adalah pendidikan informal seperti informasi, Menurut Wahid (2007), informasi dapat membantu mempercepat memperoleh pengetahuan yang baru. Oleh karena itu semakin banyak informasi yang diperoleh maka pengetahuannnya akan semakin baik. Oleh karena itu ibu post partum dapat berpartisipasi baik dalam memberikan kolostrum karena dengan pengetahuan yang baik akan mempermudah ibu dalam menerima informasi, ini dapat dilihat dari informasi yang diberikan oleh bidan pada ibu setelah bersalin.

  Dari tabel 4 didapatkan data bahwa pengetahuan ibu tentang kolostrum yang baik sebanyak 25 orang (75,8%), yang kurang sebanyak

  .… .…

  PEMBAHASAN

  0,004 maka H 1 Diterima yang berarti Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

  Dari tabel 6 didapatkan mayoritas pengetahuan ibu tentang kolostrum baik dengan perilaku pemberian kolostrum yaitu 92 %, hampir sebagian besar pengetahuan ibu kurang tentang kolostrum dengan perilaku tidak memberikan kolostrum adalah 62,5 %. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Uji Chi Square karena tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji dengan

  Pemberian Kolostrum n % Tidak memberikan

  7 21,2 26 78,8 33 100

  8 100 100 Total

  25

  92 37,5

  3

  23

  5 8,0 62,5

  2

  Memberikan n % n % Baik Kurang

1. Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Kolostrum

2. Perilaku Pemberian Kolostrum Pada BBL

  Dari tabel 5 didapatkan bahwa sebagian besar perilaku ibu post partum adalah memberikan kolostrum pada bayinya yaitu sebanyak 26 orang (78,8%) dan yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya adalah sebanyak 7 orang (21,2%). Dalam hal ini responden yang sudah memberikan kolostrum pada bayinya sebagian besar mereka berpengetahuan baik.

  Faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan. Menurut S Notoatmodjo (2003:17) terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif artinya seseorang harus tahu terlebih dahulu terhadap obyek tertentu dimana orang tersebut mulai mencoba melakukan sesuatu seperti memberikan kolostrum pada bayinya yang sesuai dengan apa yang dikehendakinya, seseorang akan berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap rangsangan yang sebenarnya. Dengan pengetahuan yang baik maka orang tersebut akan berperilaku baik pula hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan baikyang memberikan kolostrum yaitu sebanyak 92%.

  Faktor pendorong yang mempengaruhi perilaku adalah peran aktif petugas kesehatan. Menurut teori Green dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan bahwa sikap dan peran aktif petugas kesehatan merupakan faktor pendorong dalam pembentukan perilaku kesehatan. Sikap petugas kesehatan yang aktif dalam memberikan informasi pada masyarakat sangat mendorong masyarakat untuk berperilaku yang benar dalam kesehatan. Seperti halnya dalam penelitian ini sebagian besar ibu post partum memberikan kolostrum karena mereka pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan pada saat setelah bersalin, yaitu mereka dianganjurkan oleh bidan untuk segera menyusui bayinya.

  3. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang Kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

  Dari tabel 6 didapatkan hasil bahwa ibu yang berpengetahuan kurang sebagian besar tidak memberikan kolostrum sebanyak 7 orang (62,5%), ibu yang berpengetahuan baik sebagian besar memberikan kolostrum sebanyak 23 orang (92,0%).

  Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi

  Square menunjukkan hasil tidak memenuhi

  syarat, maka peneliti melakukan uji dengan

  Fisher Exact dimana didapatkan nilai p =

  0,004 < 0,05 maka H 1 Diterima dimana dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu Post partum dengan perilaku pemberian kolostrum.

  Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang yang tidak memberikan kolostrum kemungkinan disebabkan karena salah satu dari ketiga faktor seperti faktor predisposisi dan pendorong yang tidak terpenuhi. Faktor predisposisi seperti kurangnya pengetahuan ibu post partum tentang kolostrum, sehingga ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Karena dari dalam individu sendiri belum terjadi proses perilaku yang sempurna, sehingga walaupun seseorang yang pendidikannya tinggi belum tentu berpartisipasi baik dalam memberikan kolostrum atau sebaliknya seseorang yang pendidikannya rendah justru berpartisipasi baik dalam memberikan kolostrum. Sedangkan faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan yang baik, dalam hal ini pengetahuan ibu post partum tentang kolostrum kemungkinan dipengaruhi oleh peran aktif petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kolostrum, yaitu penyuluhan diberikan pada saat ibu setelah bersalin dianjurkan untuk segera menyusui bayinya.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik sebagian besar berperilaku baik. Karena dalam berperilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan sebagainya. Begitu juga sebaliknya orang yang berpengetahuan tidak baik sebagian besar berperilaku kurang. Karena juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : PT.

  YBPSP

  Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :

  Saifudin Abdul Bari. (2002). Buku Panduan

  Seri 1 . Jakarta : Trubus Agriwidya

  Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Roesli Utami. 2000, Mengenal ASI Eksklusif

  Jakarta : Salemba Medika Ramaiah S, ( 2005). ASI dan Menyusui.

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

  Medika Nursalam. (2003). Konsep Dan penerapan

  Praktis Metodologi Riset Keperawatan . Jakarta : Salemba

  Rineka Cipta Nursalam, Pariani. (2002). Pendekatan

  Kesehatan Dan Ilmu Perilaku . Jakarta:

  Rineka Cipta (2007). Promosi

  . …

  1. KESIMPULAN

  Kartika (2008). Sehat Setelah Melahirkan Soeparto O, Putra ST, Haryanto (2000).

  Persalinan . Jakarta : PT. Gramedia

  Aksara. Iis Sinsin. (2008). Masa Kehamilan dan

  Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat . Batam : Bina Rupa

  Aziz alimul H.(2007). Metode Penelitian

  Suatu Pendekatan Praktis . Jakarta : PT. Rineka Cipta.

  Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian

  . . . DAFTAR PUSTAKA . . .

  3) Bagi masyarakat Diharapkan masyarakat bersedia ikut dalam penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan untuk menambah informasi tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

  2) Bagi peneliti yang lain Diharapkan bagi peneliti yang lain dapat melanjutkan penelitian dengan memperbanyak sampel dan memperluas penelitian tidak hanya pada penilaian kolostrum. Dalam hal ini peneliti merekomendasikan judul “Hubungan peran keluarga dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir”.

  1) Bagi instansi yang terkait Diharapkan petugas kesehatan memberi pengetahuan tentang pentingya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Dan memberikan motivasi bagi ibu yang memiliki pengetahuan kurang juga berpartisipasi kurang dalam pemberian kolostrum.

  2. SARAN

  1) Sebagian besar ibu post partum di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan mempunyai pengetahuan baik tentang kolostrum. Dan sebagian kecil ibu mempunyai pengetahuan kurang tentang kolostrum. 2) Sebagian besar ibu yang berpengetahuan baik memberikan kolostrum pada bayinya. 3) Sebagian besar ibu yang berpengetahuan kurang belum memberikan kolostrum. 4) Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kolostrum dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di BPS Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

  Panduan Pada Ibu Hamil dan Masa Nifas . Klaten : Kawan kita

  Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya :

  GRAMIK Soedjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk

  Tenaga Kesehatan . Jakarta : EGC Suradi R, dkk. (2004). Manajemen Laktasi.

  Jakarta : Perinasia Wahid, dkk. (2006). Konsep Dasar Promosi Kesehatan.