Imunodefisiensi 18 Pebruari 2015 [Compatibility Mode]
Imunodefisiensi & Autoimun
- Dorta Simamora
Imunodefisiensi Dorta Simamora
Defenisi
Immunodefisiensi : komponen sistem imun tidak dapat berfungsi secara normal . Akibatnya, penderita imundefisiensi menjadi lebih
rentan terhadap infeksi virus, jamur, bakteri, keganasan,
dan infeksi berulang (reaktivasi infeksi laten) Imunodefisiensi dapat disebabkan oleh penyakit genetik, infeksi atau diperoleh seperti pada AIDS karena HIV.
Sepuluh tanda imunodefisiensi Dua atau lebih gejala dalam satu tahun
Empat atau lebih Dua atau lebih infeksi telinga infeksi sinus dalam setahun berat dalam setahun
Pada bayi terjadi
kegagalanpeningkatan berat
badan dan gagal tumbuh Dua bulan atauDua episode atau
Kandidiasis Abses berulang persisten di mulut pada kulit dan atau di mana saja organ dalam usia >1 tahun Riwayat keluarga dengan imunodefisiensi primer Kebutuhan
Dua atau lebih penggunaan infeksi dalam
GANGGUAN FUNGSI SISTEM IM UN dan
PENYAKIT YANG M ENYERTAI
DEFISIENSI1. Sel B
2. Sel T
3. Fagosit 4. komplemen
ot it is media, pnemumonia rekuren
- Infeksi bakt eri rekuren
virus, jamur, dan prot ozoa
- Kerent anan meningkat
- Infeksi sist emik oleh bakt eri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakt eri piogenik
PEM BAGIAN DEFISIENSI SISTEM IM UN
- DEFISIENSI IM UN NONSPESIFIK
- DEFISIENSI IM UN SPESIFIK
DEFISIENSI IM UN NONSPESIFIK
1. DEFISIENSI KOM PLEM EN
peningkatan insiden infeksi atau penyakit
autoimun Lupus SLE. Defisiensi komplemen infeksi bakteri yang rekuren, sensitivitas terhadap penyakit autoimun. Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter.
a. DEFISIENSI KOM PLEM EN KONGENITAL
Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES.
b. DEFISIENSI KOM PLEM EN FISIOLOGIK
Defisiensi C7, dan C8 peningkatan kerentanan terhadap
septikemi meningokok dan gonokok.
Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatus
yang disebabkan karena kadar C3, C5, & faktor B yang masih rendah.
C3 infeksi mikroba & gangguan opsonisasi
C5 infeksi bakteri & gangguan kemotaksis
c. DEFISIENSI KOM PLEM EN DIDAPAT depresi sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi
protein/ kalori
2. DEFISIENSI INTERFERON (IFN) DAN LISOZIM
a. DEFISIENSI IFN KONGENITAL
Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
b. DEFISIENSI IFN DAN LISOZIM DIDAPAT Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori.
3. DEFISIENSI NK
a. DEFISIENSI KONGENITAL
Terjadi pada penderita dengan osteoporosis (defek osteoklas & monosit).
b. DEFISIENSI DIDAPAT
Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi
4. DEFISIENSI SISTEM FAGOSIT
Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan komplemen.
Contoh penyakit defisiensi fagosit :
1. CGD = Chronic Granulomatous Disease
Penyakit X-linked resesif pd usia 2 thn pertama Defek
neutrofil tidak mampu membentuk peroksid hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya.
2. Defisiensi G6PD (Glucose 6 phosphate dehydrogenase Anemia hemolitik karena defisiensi pembentukan NADPH .
Normal fagositosis mengaktifkan NADPH membentuk
peroksidase 3 . Sindrom lazy Leucocyte jumlah Neutrofil menurun respon kemotaksis tergangggu sehingga rentan terhadap infeksi mikroba Respon inflamasi terganggu.
Defisiensi fagosit Disfungsi Fagositosis
- Dapat berkisar dari infeksi kulit ringan sampai infeksi sistemik yang berat
- – Infeksi kulit, furunkulosis, abses visceral atau perirectal dengan pembentukan granuloma, limfadenitis, ginggivitis
- –
Penyembuhan luka yang buruk, kurangnya nanah
- Terutama rentan terhadap infeksi bakteri virulen
Staphylococcus
- – spesies
- – Organisme Gram-negatif
II. DEFISIENSI IM UN SPESIFIK
2. DEFISIENSI IM UN KONGENITAL ATAU PRIM ER
A. DEFISIENSI IM UN PRIM ER B gangguan perkembangan pada sel B.
B. DEFISIENSI IM UN PRIM ER SEL T Penderit a dengan defisiensi sel T kongenit al sangat rent an t erhadap infeksi virus, jamur, dan prot ozoa.
Sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi sel T juga
disert ai gangguan produksi Ig t idak adanya respons t erhadap vaksinasi dan infeksi berulangKehamilan Fetus allograf dengan antigen paternal Ig meningkat karena pengaruh estrogen Usia tahun pertama
Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20, tp
IgG dewasa sekitar usia 5thnBayi prematur lebih mudah terinfeksi karena sedikit
menerima Ig dari ibuUsia Lanjut Imunodefisiensi spesifik fisiologik
Imunodefisiensi spesifik
I. Imunodefisiensi primer sel B
a. Gangguan perkembangan sel B ex : - hypogamaglobulinemia (tidak ada Ig/ sangat sedikit). - Dalam jumlah normal sel B tidak dapat berkembang menjadi Sel B yang matur
b. Insiden atopy dan penyakit autoimun menjadi meningkat
II. Imunodefisiensi primer sel T (infeksi oportunistik) a. Sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur dan protozoa.
b. Berpengaruh thd aktivasi dan proliferasi sel T disertai dengan gangguan produksi Ig tidak ada respon thd vaksinasi. ex : sindrom DiGeorge.
c. Insiden terhadap malignanci pada (CVID) Common variable
Imunodefisiensi spesifik
III. Defisiensi kombinasi Sel B dan sel T berat Severe combined immunodeficiency disease (SCID )
Penderita rentan terhadap infeksi virus, bakteri jamur dan protozoa Tidak adanya sel B dan T terlihat dari limfositopenia diterapi dengan transplantasi sumsum tulang
Combined immunodeficiency
- Syndrome:
Wiskott -Aldrich syndrome
- Trias: eksim, t rombositopenia, imunodefisiensi
Ataksia-teleangiektasia
- Ataksia serebelar, teleangiektasia okulokutaneus
Sindrom DiGeorge
- Delesi kromosom 22q11
Infections associated w ith cellular immune defects
Contoh Penyakit
Kelainan / Kerusakan yang
disebabkan
Dampak klinis Defisiensi imunitas kombinasi (Severe Combined
Immunodeficiency/ SCID)
Penurunan jumlah sel T, sel B,
sel NK, dan/ atau ant ibodi
Rentan terhadap infeksi virus, fungi, dan bakteri karena kecacatan pada sistem kekebalan selular dan humoral .X-linked agammaglobulinemia
Kegagalan mat urasi sel B di
sumsum t ulang belakang
Penurunan atau sama sekali t idak ada produksi sel B dan ant ibodi
Sindrom DiGeorge
Ket idaksempurnaan
perkembangan organ
t imus dan kegagalan mat urasi
sel T
Rentan terhadap infeksi virus dan fungi karena kegagalan sistem imunitas humoralSindrom Wiskott -Aldrich
Cacat fungsi t rombosit , sel T,
dan kekurangan ant ibodi
(terutama IgA )
Rentan terhadap ekzema atopik dan infeksi yang mudah kambuh
Cacat pada sel B sehingga
Kadar IgM di dalam t ubuh menjadi berlebihan dan
Terapi
Defisiensi Sel-B Terapi pengganti dengan suntikan gamma globulin IV Penderita CVID
Terapi antimikroba (mencegah infeksi respiratorius,
komplikasi seperti pneumonia, sinusitis/ otitis media)
M etronidazol (flagyl)/ kuinakrin hidroklorida (Atabrine)
selama 7 hari jika adaya infestasi intertisnal oleh Giardia Lamblia
Jika ada anemia pernisiosa . Suntikan vitamin B12 sebulan
sekali
- Defisiensi Sel-T
- - Terapi topical dengan mikronazol - Suntikan amfoterisin B IV
- Terapi oral dengan klotrimazol & ketokonazol
Terapi Defisiensi sel B dan sel T
- Transplantasi sumsum t ulang
- Sunt ikan immunoglobulin IV
* Fakt or yang berasal dari t hymus
- Transplantasi kelenjar t himus
M alnutrisi
Infeksi
Obat, trauma, tindakan kateterisasi
Penyinaran
Penyakit berat
Kehilangan imunoglobulin/ leukosit
Stres
Agamaglobulinemia dengan timoma (disertai
menghilangnya sel B total dari sirkulasi) AIDS Faktor faktor yang mempengaruhi Imunodefisiensi didapat (sekunder)Progression of HIV infection
Autoimun
Dorta Simamora
Defenisi Autoimun
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen
jaringan sendiri yang disebabkan oleh mekanisme normalnya gagal untuk mempertahankan self tolerance sel B, sel T atau keduanya.
Kegagalan pada toleransi imunitas sendiri
Penyakit autoimun adalah kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan olehPada penyakit tertentu antibodi yang diproduksi oleh tubuh ditujukan untuk melawan sel atau jaringan tubuh itu sendiri.
Tipe antibodi ini disebut autoantibodi dan
Penyakitnya disebut penyakit autoimun (autoimmune diseases).Etiologi autoimun
Teori tentang terjadinya penyakit autoimun :
- Reaksi silang dengan antigen bakteri
Rangsangan molekul poliklonal
- Kegagalan autoregulasi
VS.
AUTOIMMUNITY AUTOIMMUNE DISEASE
Autoimmune disease Autoimmunity
Bergant ung pada fakt or Self reakt ive limfosit dan genet ik virus dan hormon ant ibodinya kurang
- Terjadinya kerusakan
- Berpot ensi reversibel
yang parah pada jaringan
- Insidennya lebih t inggi
- Gejala klinis
pada usia menua
- Kejadiannya perlahan
t api fat al Familiar clust ering
Symptoms
Diagnosa beberapa simpt om pada penyakit aut oimmune parah
- Pembengkakan • Kelelahan • Depresi
- Ruam • Tubuh s>Kehilangan otot
- Tremor • >Irritability
- Kelelahan • Kehilangan n>Keringat berlebihan makan
- Insomnia • Kehilangan koordinasi
Penyakit autoimun : bila reaksi aut oimun kerusakan jaringan pat ologik
M ekanisme kerusakan akibat :
1. Dest ruksi sel (Ab >< permukaan sel)
2. Pembent ukan kompleks imun (Ag><Ab) kerusakan jaringan sist emik
3. Reaksi imunologik selular Sel T sit ot oksik t ersensensit asi rusak sel / jaringan (spesifik organ)
Factors influencing autoimmune diseases development
HLA, FcgR, FAS/ FASL, Complement proteinsEt iology of aut oimmune diseases. Kono, Dw ight H.,Theofilopoulos, Argyrios N. -
Kelley's Text book of Rheumat ology, 281-298.e5 © 2013
Faktor-faktor yang berkontribusi pada
perkembangan penyakit autoimun
1. Genetik , yaitu haplotipe HLA tertentu meningkatkan risiko penyakit autoimun.
2. Kelamin (gender), yaitu wanita lebih sering daripada pria.
3. Infeksi, yaitu virus Epstein-Barr, mikoplasma, streptokok,
Klebsiella, malaria, dll, berhubungan dengan beberapa penyakit autoimun;
4. Sifat autoantigen , yaitu enzim dan protein (heat shock protein)
sering sebagai antigen sasaran dan mungkin bereaksi silang dengan antigen mikroba;
5. Obat-obatan , yaitu obat tertentu dapat menginduksi penyakit
autoimun;
6. Umur , yaitu sebagian besar penyakit autoimun terjadi pada
Pathogenesis of autoimmune diseases Pathogenesis of autoimmune diseases E nvironment Hormones Critical Autoimmunity Genetic factors Stochastic factors threshold (loss of tolerance) Initiation of pathogenesis Dendritic cell
- • IFN? Secretion
Defective T independent • Defective priming Antigen presentation
Ab production Autoreactive T cell B cell
Increased activity Increased activity T and B cells Increased costimulation
•
activation
Cytokine help • Auto Ab production
- • •
Abnormal complement fixation Increased apoptosis Inflammation
Klasifikasi Penyakit autoimun
1. Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi yang khas organ.
Ex:
- Thiroiditis, dengan auto-antibodi terhadap tiroid;
- Diabetes M ellitus, dengan auto-antibodi terhadap pankreas
• Sclerosis multiple, dengan auto-antibodi terhadap susunan saraf
- Penyakit radang usus, dengan auto-antibodi terhadap usus.
2. Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukan auto antibodi melibatkan lebih dari satu organ.
Ex Systemic lupus erythemathosus (SLE), arthritis rheumatika,
Endocrine system Autoimmune (Hasimoto’s) thyroiditis
Hyperthyroidism (Graves’ disease; thyrotoxicosis)
Type I diabetes mellitus (insulin-dependent or juvenile diabetes)
Insulin-resistant diabetes
Autoimmune adrenal insufficiency (Addison’s disease) Autoimmune oophritis
Organ-specific autoimmune diseases
Hematopoietic system Autoimmune haemolytic anemia
Paroxysmal cold hemoglobinuria
Autoimmune thrombocytopenia Neuromuscular system Myasthenia gravis Autoimmune polyneuritis lemah otot
Multiple sclerosis
Experimental allergic encephalomyelitis
Skin
Pemphigus and other bullous diseases Cardiopulmonary System
Rheumatic carditis
Goodpasture’s syndrome
Postcardiotomy syndrome (Dressler’s syndrome)
- Organ-spesifik penyakit autoimun
- Aut oimun hemolit ik anemia
- Aut oimun t rombosit openia
- M yast henia gravis
- Penyakit Graves •
Goodpast ure Sindrom paru paru dan ginjal
- – Sistemik penyakit autoimun
- Lupus erit emat osus sist emik (SLE)
– Penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas atau
reaksi terhadap antigen mikroba
PENYAKIT Autoimun dimediasi oleh
ANTIBODI DAN KOM PLEKS IM UN
PENYAKITautoimun dimediasi oleh T SEL
- Organ-spesifik penyakit autoimun
- – Tipe 1 diabet es m ellit us –
M ult iple sclerosis penyakit sist em saraf yang m em pengaruhi ot ak dan sum sum t ulang
- * Sistemik penyakit autoimun *
- – Rheum at oid art hrit is –
Sist em ik sclerosis penyakit jaringan ikat yang t idak diket ahui penyebabnya dit andai oleh fibrosis kulit & organ visceral sert a
- * kelainan m ikrovaskuler
- – Sjogren syndrom e
- Penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas atau reaksi
terhadap antigen mikroba
- – Penyakit radang usus (penyakit Crohn, ulcerat ive colit is)
- – Inflam asi myopat hies gangguan endokrin, gangguan m et abolik,
Susceptibility Factors Gender
- Increased risk associated w ith gender.
- – e.g. Female to male ratio for
- SLE 10:1
- M ultiple sklerosis 5:1
- Hashimoto's thyroiditis 4:1
- But IDDM is 1:1 and AS is 0.3:1.
Susceptibility Factors Immune regulation genes
- Increased risk associated w ith changes in expression of immune regulation genes.
- Decreased expression of Fas, FasL, assoc w ith SLE.
- Decreased amount of Complement proteins (C1, C2, C4) has been assoc w ith SLE.
H
Sex-based Differences Estrogen
- - causes autoimmunity (generally) - stimulates prolactin secretion (helps regulate immune response) - stimulates the gene for CRH (corticotropin-releasing hormone) that promotes cortisol secretion - causes more T
1-dominated immune responses (promotes inflammation)
Testosterone
Faktor yang berperan pada autoimunitas
A. Sequestered antigen adalah antigen sendiri letak anatomi jauh sehingga tidak terpajan dengan sel B dan
sel T dari sistem imun. Keadaan normal
dilindungi dan tidak ditemukan untuk dikenal sistem imun.Faktor yang berperan pada autoimunitas B . Gangguan presentasi. Terjadi pada presentasi antigen , infeksi meningkatkan respon M HC dan kadar sitokin yang rendah
mis : TGF- dan gangguan respon terhadap
β
IL-2
Faktor yang berperan pada autoimunitas
C. Ekspresi M HC yang tidak benar.Sel pankreas pada penderita dengan β
IDDM mengekpresikan kadar tinggi M HC-1 dan M HC-2, subjek sehat mengekpresikan M HC-1 yang lebih sedikit dan tidak mengekpresikan
Faktor yang berperan pada autoimunitas D. Aktivasi sel B policlonal.
Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi
sel B policlonal oleh oleh virus EBV .LPS dan parasit malaria merangsang sel B secara langsung menimbulkan autoimunitas
Faktor yang berperan pada autoimunitas
E. Peran CD 4 dan reseptor M HC
Gangguan yang mendasari penyakit autoimun
sulit diidentifikasi.Penelitian pada model hewan menunjukkan bahwa CD-4 merupakan efektor utama
Faktor yang berperan pada autoimunitas
F. Keseimbangan Th1 dan Th2
Penyakit autoimun organ spesifik terbanyak terjadi melalui sel T CD4. Keseimbangan T1 dan th2 dapat mempengaruhi terjadinya autoimunitas. Th1 peran pada autoimunitas
Faktor yang berperan pada autoimunitas G. Sitokin pada autoimunitas. Sitokin dapat menimbulkan translasi berbagai faktor etiologis kedalam kekuatan patogenik
dan mempertahankan inflamasi fase kronis
serta destruksi jaringan .
Pembagian penyakit autoimun menurut mekanisme
autoantigen (AIHA, ITP, Grave,1. Melalui autoantibodi Hashimoto, miksedema primer, miastenia gravis, seliak)
2. Melalui antibodi dan sel T terbentuk kompleks imun
RA dan LES (sistemik), sindrome sjogren, guillainbare, miastenias gravis, grave, DM, hashimoto, ITP,
pemfigus, dermatomiositis (organ)3. Melalui kompleks antigen-antibodi LES, miastenia gravis, DM tipe I, sklerosis multipel
Penyakit Antigen target M ekanisme M anifestasi klinopatologi Anemia hemolitik Protein membran eritrosit Opsonisasi dan fagositosis Hemolisis, anemia autoimun (antigen golongan darah Rh) eritrosit Purpura Protein membran platelet Opsonisasi dan Perdarahan (gpIIb:integrin IIIa) fagositosis platelet trombositopenia autoimun (idiopatik) Pemfigus vulgaris Protein pada hubungan Aktivasi protease Vesikel kulit (bula) interseluler pada sel diperantarai antibodi, epidermal (epidemal cadherin) gangguan adhesi interseluler
Inflamasi yang Nefritis, perdarahan Sindrom Goodpasture Protein non-kolagen pada membran dasar glomerulus diperantarai komplemen paru ginjal dan alveolus paru dan reseptor Fc
Inflamasi, aktivasi Artritis, miokarditis Demam reumatik akut Antigen dinding sel makrofag streptokokus, antibodi bereaksi silang dengan antigen miokardium
Miastenia gravis Reseptor asetilkolin Antibodi menghambat Kelemahan otot, ikatan asetilkolin, paralisis modulasi reseptor Penyakit Graves Reseptor hormon TSH Stimulasi reseptor TSH Hipertiroidisme
Examples of Organ Specific
Lungs of a pat ient w it h Goodpast ure’sVit iligo Graves-Basedow s disease ´
Hashimot o’s disease Graves-Basedow s disease ´
(t hyroidit is)
- hyperfunct ion of t hyreoid,
HASHIM OTO’S THYROIDITIS
Kelenjar tiroid diserang oleh limfosit dan fagosit menyebabkan
keradangan dan tiroid menjadi bengkak (goiter)
Clinical feat ures of SLE
Bullous Pempigus
Goopast ure Sindrom Polyart rit is nodosa
Sistemik sklerosis Multiple sclerosis
Terapi pada Autoimmune Diseases
- Pharmacotherapy
- – Anti-inflammatories--steroids or NSAIDS.
- – Other specific drugs for symptoms e.g. insulin
- Possible Immunotherapies
- – Block co-stimulation
- – Peptide vaccines. Inject peptides to block M HC and prevent self peptides from binding.
- – Oral Tolerance. M BP ingested to induce tolerance.
PENGOBATAN
- Prinsip : supresi respons imun atau mengganti fungsi organ yang rusak
- Kontrol metabolik
- Obat antiinflamasi
- Imunosupresan
- Kontrol imunologis
riset
&
God bless You all...