1 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN DALAM MENGATASI PASIEN STROKE SAAT MERUJUK KE RSUD JOMBANG

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN DALAM
MENGATASI PASIEN STROKE SAAT MERUJUK KE RSUD JOMBANG
Didik Saudin, Achdiat Agoes, Ika Setyo Rini
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK
Pendahuluan: Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak ditandai
adanya gangguan aliran darah karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
tertentu di otak. Keberhasilan penanganan stroke sangat tergantung dari kecepatan,
kecermatan dan ketepatan terhadap penanganan awal atau waktu emas dalam
penanganan stroke adalah ± 3 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa
faktor yang memepengaruhi keterlambatan dalam penanganan rujukan pasien stroke ke
RSUD Jombang. Metode : Penelitian ini menggunakan methode Survey Cross Sectional
merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko atau efek melalui observasi. Responden berjumlah 60 orang yang didapatkan
dengan metode rule of thumb. Hasil dan Analisa : Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat korelasi keterlambatan pasien stroke saat merujuk ke RSUD Jombang
diantaranya jarak rujukan didapatkan signifikasi p value 0.021 dan pendampingan
rujukan didapatkan p value 0.026. Berdasarkan uji regresi logistik disimpulkan bahwa ke
2 faktor mempunyai korelasi yang sama dengan keterlambatan pasien stroke dengan OR
jarak rujukan sebesar 2.42 dan OR Pendampingan sebesar 2.27 serta diperkirakan

keterlambatan pasien stroke sebesar 23.4%. Diskusi dan kesimpulan: Diantara variabel
independen 6 faktor yang berpengaruh terhadap variabel dependen hanya ada dua
variabel yang memiliki korelasi yaitu jarak rujukan dan pendampingan petugas saat
melakukan rujukan ke RSUD Jombang. Kedua fakor memiliki kekuatan dan pengaruh
yang sama saat melakukan rujukan pada kasus stroke ke RSUD Jombang.
Kata Kunci: Stroke, Keterlambatan, Rujukan, Faktor yang mempengaruhi
ABSTRACT

Background: Stroke is a brain attack which occur suddenly marked by the interruption
of blood flow due to blockage or rupture of blood vessels of the brain. The success of
stroke treatment is highly dependent on the speed, accuracy and precision of the
handling of the initial or the golden time in the treatment of stroke is ± 3 hours. This
study aims to determine some of the factors that affect delays in the handling of a stroke
patient referrals to hospitals Jombang. Method: This study uses a method Cross
Sectional Survey is a research study to study the dynamics of the correlation between
risk factors or the effects through observation. Respondents were 60 people who
obtained the rule of thumb method. Result and Anlisys : The results of this study
indicate that there is a correlation delay time stroke patients referred to hospitals
Jombang include a reference distance obtained significance p value of 0.021 and
referral assistance obtained p value 0.026. Based on logistic regression test concluded

that to two factors have the same correlation with the delay of stroke patients with a
referral by the distance OR OR 2:42 and 2:27 as well as the assistance of an estimated
delay of 23.4% of stroke patients. Discussion and summary: Among the independent
variables six factors that only two variables affect the dependent variable they are
referral time and advocacy officer when making referrals to Jombang General Hospital.
Both factor have the same power and influence when making reference to the Stroke
case at Jombang General Hospital.
Keywords : Stroke, Delay, Referral, Factors affecting

1

2 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12
Peneliti
PENDAHULUAN
Stroke merupakan
serangan

otak

mendadak


yang

dengan

salah

timbul
ditandai

satu
secara

adanya

gangguan aliran darah karena adanya
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
dalam otak yang menyebabkan sel–sel
otak kekurangan darah beserta zat-zat
yang dibawa oleh darah seperti oksigen

dan makanan yang dapat mengakibatkan
kematian pada sel–sel tersebut dalam
waktu

singkat

(Agoes,

2012).

Keberhasilan penanganan stroke sangat
tergantung dari kecepatan, kecermatan
dan ketepatan terhadap penanganan awal

Handayani (2014) menjelaskan dalam
penelitianya

dalam penanganan stroke adalah ± 3 jam,
dalam 3 jam


awal

setelah

mendapatkan serangan stroke, pasien
harus segera mendapatkan terapi secara
komprehensif dan optimal dari tim gawat
darurat rumah sakit untuk mendapatkan
hasil pengobatan yang optimal (Morton.
2012). Kasus paling sering di Indonesia
keterlambatan penanganan pasien ke
rumah sakit sejak awal serangan stroke
terjadi, sehingga beberapa penelitian yang
alasan

keterlambatan

pasien stroke yang datang ke rumah sakit
masih sangat sedikit (Wirawan & Putra,
2013).


keberhasilan

penanganan

kondisi pre-rumah sakit pada keluarga
pasien dengan stroke sangat dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan keluarga dalam
mendeteksi serangan stroke, keluarga
mampu mengidentifikasi faktor risiko
terjadinya stroke, lokasi kejadian yang
jauh

dari

pelayanan

pendampingan
sistem


teman

support,

kesehatan,

hidup

sebagai

riwayat

stroke

sebelumnya, penyakit penyerta stroke
yang

berhubungan

dengan


tingkat

keparahan stroke, dan faktor ekonomi

Beberapa

Waktu emas (golden window)

mengidentifikasi

menurut

dalam pembiayaan perawatan.

(Kemenkes, 2014).

artinya

sebelumnya


faktor

keterlambatan

menekankan komponen dari perawatan
pasien berpusat pengambilan keputusan
keluarga

pada

koordinasi,
keluarga

saat

penanganan,

komunikasi,
pasien


serta

dukungan

pemberdayaan

fasilitas kesehatan (Charles, 2013). Faktor
demografik dan sosial budaya sangat
memengaruhi

alasan

keterlambatan

seorang pasien stroke datang ke rumah
sakit (Rizaldi, 2012). Faktor lain dalam
keterlambatan
stroke


pelayanan

adalah

penanganan

pengalaman

dan

kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan awal stroke. Oleh karena itu
faktor pengalaman, kemampuan, fasilitas
kesehatan,
memberikan

sistem

rujukan

pelayanan

awal

dalam
stroke,

Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 3

merupakan

salah

keterlambatan

satu

faktor

dalam

penanganan

stroke

mempengaruhi

(Traynelis, 2012).

tranportasi

ambulan

dapat

keterlambatan

dalam

mengatasi pasien stroke saat merujuk ke

Pelayanan IGD merupakan ujung

RSUD Jombang.

tombak rumah sakit yang memberikan
layanan pertama bersifat gawat darurat

METODE

pada pasien dengan kreteria ancaman

Penelitian

ini

menggunakan

rancangan

Survey

2014). Penanganan tahap pra rumah sakit

merupakan

suatu

di

lemah,

mempelajari dinamika korelasi antara

walaupun telah berkembang pelayanan

faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

IGD PKM akan tetapi aplikasi secara

cara

nyata permasalahan yang dihadapi oleh

pengumpulan data sekaligus pada suatu

perawat

hanya

saat (point tima approach). Pengambilan

sementara.

data dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Setelah itu dilakukan tindakan sementara

Juni 2016. Besar sampel pada penelitian

maka

adalah

ini berdasar pengukuran untuk analisis

transport rujuk ke rumah sakit yang lebih

univariat, bivariat dan multivariat, yaitu

lengkap fasilitasnya (Kusumaningrum,

dengan rule of thum, dengan besar

2013). Penanganan yang baik dan rujukan

sampelnya minimal adalah 60 responden.

kematian

dan

Indonesia

kecacatan

masih

IGD

penanganan

mampu

sangat

Puskesmas

yang

tindakan

(Kemenkes,

besifat

selanjutnya

menempatkan sebagai bagian

Cross

penelitian

pendekatan,

Analisa

data

Sectional

obsevasi

yang

untuk

atau

digunakan

dari penanganan pra rumah sakit. Dengan

dalam

penanganan yang benar pada jam-jam

analisisi bivariat menggunakan uji Chi

pertama, angka kematian dan kecacatan

Square kemudian menentukan beberapa

stroke paling tidak

variabel yang memiliki hubungan secara

akan berkurang

sebesar 30% (Wirawan & Putra, 2013).

penelitian

ini

menggunakan

signifikasi dengan p value 3 jam 36 (60%)
jumlah Percent
Profesi
Pendamping

berpengaruh terhadap variabel kebijakan

Bidan

3

5.0

rujukan, jarak ke RSUD, Pendampingan

Dokter

2

3.3

rujukan, pendidikan perujuk, pelatihan

Perawat

55

91.7

dan jenis ambulan.

Total

60

100.0

Rujuk

Sumber kuisioner, 2016
Dilihat dari tabel 2 jumlah yang
paling banyak profesi yang mendampingi
saat merujuk pasien stroke ke RSUD
Jombang adalah perawat sebanyak 55

.841

Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 5

Tabel 4: Hasil analisis bivariat

Tabel 5: Hasil Analisis Multivariat

Variabel

Variabel

Uji

Hasi P

Independ

dependen

analisis

Value

Regresi logistik
Variabel

Klasifikasi

Jumlah

Percentase

(n:60)

(%)

24

40

36

60

19

31.7

41

68.3

19

31.7

41

68.3

Baik

15

25

Kurang

45

75

SPK

1

1.7

Diploma 3

40

66.7

Ners

19

31.7

Pernah

36

60

Belum

24

40

5

8.3

Lengkap

3

5.0

Kurang

47

78.3

5

8.3

en

Kebijakan
Rujukan
Jarak

Lama

Chi-

rujukan

Square

Lama

Chi-

rujukan

Square

Lama

Chi-

rujukan

Square

Lama

Chi-

rujukan

Square

Lama

Chi-

rujukan

Square

Lama

Chi-

rujukan

Square

ke

RSUD
Pendampin
gan
Pendidikan

Pelatihan

Kelengkap
an

0.054

0.013

Lama

Cepat < 3

rujukan

jam
Lambat >
3 jam

0.015

Kebijakan Baik
0.214

Rujukan
Kurang
Baik

0.389
Jarak
0.631

ke Dekat < 7

RSUD

Jauh > 7
km

Ambulan
Pendampi

Hasil: Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan

ngan

masing-masing signifikasi (P Value) dari
hasil

bivariat.

km

Selanjutnya

Baik

dilakukan

analisis regresi logistik, oleh karena itu
yang memenuhi syarat uji regresi logistik

Pendidika
n

dengan p value < 0.05 adalah Jarak
rujukan ke RSUD Jombang dengan P
value 0.013 dan pendampingan saat

Pelatihan

rujukan ke RSUD Jombang dengan p

Pernah

value 0.015.

(apdate)
Jenis

Sangat

Ambulan

Lengkap

Lengkap
Tidak
Lengkap

6 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12
signifikasi jika nilai p value kurang dari

Hasil: Analisis Resgresi Logistik
Berdasarkan analisis pada tabel 5

0.05. Dalam hal ini tidak ada hubungan

pada regresi logistik didapatkan hasil

antara kebijakan rujukan dengan waktu

bahwa variabel yang berhubungan dengan

tanggap.

lama rujukan keterlambatan pasien stroke

peneliti dapat dipastikan bahwa semua

adalah jarak rujukan ke RSUD dengan

kasus stroke yang ada dillayanan RS

nilai p sebesar 0.021 dengan nilai OR

swasta di sekitar Jombang dan khususnya

0.242 maka interval kepercayaan 95%

PKM akan memberikan layanan rujukan

antara 0.072 sampai 0.81. Kemudian

ke

diikuti dengan variabel pendampingan

selanjutnya

oleh

peneliti

saat rujukan sebesar nilai p 0.026 dengan

keputusan

perawat

dalam

nilai OR 0.227 maka interval kepercayaan

informasi kepada pasien dan keluarga

95% antara 0.06 sampai 0.84.

untuk segera dilakukan rujukan ke RSUD

Berdasarkan

RSUD

pengamatan

Jombang.

Pengamatan
adalah
memberi

Semakin jauh jarak rujukan ke

Jombang guna mempercepat tindakan

RSUD jombang pada pasien stroke

selanjutnya, beberapa responden yang

dengan jarak >7 km tanpa kemacetan

merujuk ketika timbang terima pasien

akan mengalami keterlambatan sebesar 2

secara administrasi membawa dokumen

kali dibanding jarak kurang dari 7 km.

yang dilengkapi dengan surat rujukan,

Dengan tingkat kepercayaan 95% antara

meskipun ada beberapa perawat yang

0.072 sampai 0.81. Sedangkan pada

menandatangani surat rujukan tersebut

pendampingan yang kurang baik akan

tanpa ada kolaborasi/advis oleh dokter

mengalami keterlambatan sebesar 2 kali

yang berwenang di wilayah puskesmas

dibanding

layanan IGD.

pendampingan

Kemudian diperoleh juga

yang

baik.

kepercayaan

95% antara 0.06 sampai 0.84

Keputusan rujukan dan kecepatan
dalam pelaksanaan melakukan tindakan
rujukan

Faktor

membantu

dalam

meminimalkan mortalitas dan kecacatan

PEMBAHASAN
Hubungan

sangat

Melaksanakan

(Abdullah et al. 2015). Upaya dari

Kebijakan Rujukan Dengan Lama

masyarakat

Rujukan/Waktu Tanggap

adanya

Hasil analisis antara kebijakan

secara
ambulan

mempercepat

upaya

langsung

dengan

desa

mampu

dalam

mencari

rujukan dengan lama rujukan ke RSUD

layanan

Jombang didapatkan nilai p value 0.054

jombang, ada beberapa responden yang

dimana uji Chi Square dikatakan nilai

masih

secara

langsung ke

mengeluhkan

tentang

RSUD

upaya

Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 7

rujukan dikarenakan pembiayaan melalui

dilakukan dengan pendampingan oleh

BPJS

secara

tenaga kesehatan, akan tetapi beberapa

administrasi harus memiliki rujukan dari

pendampingan tidak sesuai standart seperti

faskes 1 atau rujukan dokter keluarga.

pemberian

Hal ini juga bukan merupakan kesulitan

memeriksa tekanan darah, Nadi, Respirasi,

bagi

petugas

atau

KJS

masyarakat

dimana

yang

mengunakan

tindakan

duduk

di

minimal

samping

seperti

pasien,

fasilitas BPJS, karena rujukan dapat

terpasang monitor, komunikasi dengan

dilengkapi secara administrasi selama

IGD, dan kolaborasi dengan tim medis.

perawatan di RSUD Jombang.

Hal ini diperkuat oleh adanya ambulan
desa yang menjadi alat transport pasien

Hubungan

Faktor

Pendampingan

Perawat Atau Petugas Kesehatan Saat
Merujuk

Dengan

hasil

mendapatkan

pelayanan

gawat

darurat.
Dukungan pengamatan peneliti

Lama

yang memperkuat dalam pendampingan

Rujukan/Waktu Tanggap
Dari

untuk

analisis

antara

rujukan

adalah

komunikasi,

petugas

lama

dalam pendampingan sangat berpengaruh

rujukan ke RSUD Jombang didapatkan

dalam memberikan informasi layanan

nilai P value 0.015 dimana uji Chi Square

sehingga pasien dan keluarga dengan

dikatakan nilai signifikasi jika nilai p

kasus gawat darurat stroke dapat segera

value kurang dari 0.05. Ada hubungan

dirujuk ke pelayanan yang lebih baik,

faktor pendampingan pertugas dengan

sehingga dapat meminimalkan delay atau

waltu tanggap/lama rujukan.

keterlambatan yang dapat mengakibatkan

pendampingan

rujukan

dengan

Menurut Luti & hasanbasri (2012)

kematian dan kecacatan.

menungungkapkan bahwa tenaga yang
mendampingi dalam melakukan rujukan

Hubungan Faktor Pelatihan Perawat

adalah seorang perawat atau paramedis

Saat

yang sudah mampu dan berpengalaman

Rujukan Dengan Waktu Tanggap

saat menangani kasus gawat darurat,

Menangani

Serta

Mengirim

Dari hasil analisis antara pelatihan

keterlambatan

kegawat daruratan dengan lama rujukan

stroke akan lebih

ke RSUD Jombang didapatkan nilai P

dihindari untuk meminimalkan kematian

value 0.389 dimana uji Chi Square

dan

pengamatan

dikatakan nilai signifikasi jika nilai p

penelitian ini adalah semua pasien yang

value kurang dari 0.05. Maka tidak ada

maka

dalam

hal

penangnan kasus

ini

kecacatan.Hasil

dirujuk ke RSUD Jombang dengan stroke

8 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12
hubungan

antara

pelatihan

perawat

terhadap waktu tanggap/lama rujukan.

dikatakan nilai signifikasi jika nilai p

Menurut Tintinalli et al (2010)
panik

dan

tidak

mempengaruhi

percaya

keterlambatan

pengambilan

keputusan

value 0.214 dimana uji Chi Square

value kurang dari 0.05. Maka dari analisis

diri

tersebut dikatakan tidak ada pengaruh

dalam

antara keterlambatan lama rujukan ke

melakukan

tindakan. Hal ini sangat berpengaruh

RSUD

Jombang

dengan

jenjang

pendidikan perawat.

terhadap layanan transportasi ambulan

Menurut penelitian Elysabeth et al

yang harus memiliki pengalaman dalam

(2015) mengungkapkan pengembangan

memberikan tindakan dalam perjalanan.

jenjang karir perawat dimana salah

Pengamatan penelitian ini dalam

satunya

lewat

peningkatan

tingkat

hal pengalaman dan pelatihan kegawatan

pendidikan,

bagi petugas transport ambulan saat

mendukung

perawat

melakukan rujukan dipastikan semua

mengaplikasikan

praktek

petugas telah mendapatkan pelatihan

professional yang berkwalitas khususnya

minimal

dalam bidang pelayanan penanganan

BLS.

Akan

tetapi

banyak

petugas ambulan yang tidak memperbarui
pelatihanya

karena

sifatnya

dimana

telah

terbukti
dalam

keperawatan

kondisi gawat darurat dan ambulan.

secara

Hasil pengamatan penelitian ini

administrasi untuk memenuhi persyaratan

didominasi petugas yang merujuk ke

surat izin kerja atau surat izin praktik

RSUD Jombang paling banyak adalah

mandiri. Dimana surat izin kerja ataupun

lulusan diploma 3 bidang perawat. Semua

surat izin praktik akan berlaku 5 tahun

petugas transport dalam ambulan harus

sedangkan dalam pelatihan BLS hanya

mematuhi standart operasional prosedur

berlaku 2 tahun. Kondisi yang tidak

(SOP)

sesuai dengan target tahapan dalam

rujukan. Dalam penelitian ini ketika

pelatihan khususnya penanganan gawat

dikaji dan dilakukan analisis semua

darurat.

jenjang pendidikan dengan hasil akhirnya

dalam

melaksanakan

tugas

adalah sama. Sedangkan profesi lain
Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan

hanya

Perawat

antara jenjang pendidikan tidak begitu

Dengan

Waktu

nampak

Tanggap/Lama Rujukan
Dari

hasil

analisis

8.3%

sehingga

hubungan

perbandingan

faktor

jenjang

antara

pendidikan dengan lama rujukan. Dilihat

pendidikan perawat dengan lama rujukan

dari sisi lain adalah faktor lama bekerja

ke RSUD Jombang didapatkan nilai p

dimana petugas ambulan saat merujuk

Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 9

rata-rata lama bekerja di institusinya

hanya 7 pelayanan PKM yang memiliki

minimal 5 tahun.

kategori

dekat

7 km, geografis medan

pendampingan

analisis
rujukan

dengan

Jombang

banyak

kerusakan,

kecamatan

yang

berlubang,

yang

ada

di

Menurut Sekoranja et al (2009)

juga menentukan kecepaatan transport

mengungkapkan hal yang mempengaruhi

ambulan dimana rata-rata waktu yang

kecepatan tindakan saat merujuk dan

diperlukan dalam perjalanan sebanyak 3

menangani kasus stroke adalah lokasi

jam.

demografi, semakin jauh lokasi kejadian
dengan rumah sakit semakin besar pula

Hubungan

kesempatan pasien untuk kehilangan

Peralatan

golden periode stroke. Jarak mulai dari

Ketersediaan

kejadian awal hingga kecepatan masuk

Darurat

rumah sakit saling berhubungan untuk

Menangani Rujukan Pasien Stroke

meminimalkan kecacatan dan kematian
pasien stroke.

Faktor
Gawat

Darurat

Obat–Obatan

Dalam

Hasil

Kelengkapan

analisis

Serta
Gawat

Ambulan

antara

Saat

fasilitas

kelengkapan peralatan dan ketersediaan

Pengamatan peneliti dari jumlah

obat-obatan gawat darurat dalam ambulan

institusi perujuk paling banyak adalah

dengan lama rujukan ke RSUD Jombang

PKM, dari jumlah PKM yang ada di

didapatkan nilai P value 0.631 dimana uji

jombang teridentifikasi dari 34 PKM

Chi Square dikatakan nilai signifikasi jika

yang tersebar di kabupaten Jombang

nilai p value kurang dari 0.05. Maka dari

10 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12
analisis tersebut dikatakan tidak ada

banyak transport ambulan desa berfungsi

pengaruh

lama

sebagai ambulan transport alat untuk

rujukan ke RSUD Jombang dengan

memindah pasien. Petugas dan supir

fasilitas

dan

ambulan belum mengetahui secara pasti

ketersediaan obat-obatan gawat darurat

tugas dan fungsinya, walaupun beberapa

dalam ambulan.

desa mempunyai sarana poskesdes hanya

antara

keterlambatan

kelengkapan

peralatan

Pengamatan pada penelitian ini
banyak

responden

rujukan

hanya

yang

melakukan

didampinggi

beberapa

desa

yang

melaksakan

pendampingan kepada pasien dengan

secara

stroke ke RSUD Jombang, pada hasil

tranportasi, tidak ada tindakan stabilisasi

penelitian ini tidak ada hubungan secara

terlebih dahulu terutama pada pelayanan

langsung kelengkapan peralatan dan

PKM, hal ini juga beralasan karena pada

obat-obatan dalam ambulan terhadap

pelayanan

waktu tanggap/lama rujukan pada pasien

IGD PKM

tidak banyak

petugas yang ada, terutama pada waktu

stroke.

sore dan malam rata-rata terdapat 2 atau 3
petugas, respon tersebut juga dapat

Hubungan Kekuatan Antara Faktor

meminimalkan

Jarak Rujukan Dengan Pendampingan

keterlambatan

dalam

transportassi rujukan ambulan.

Saat Merujuk

Menurut Senapati (2015) dalam

Kekuatan hubungan antara faktor

transport rujukan kelengkapan alat gawat

jarak

darurat dan persiapan transport harus

pendampingan saat merujuk ke RSUD

standar sesuai kondisi gawat darurat.

Jombang memiliki kekuatan yang sama.

Petugas ambulan gawat darurat harus

Jarak

mempunyai kompetensi dalam penilaian

hubungan dengan nilai OR 0.242 dan

pasien

sakit.

pendampingan OR 0.227. Kedua faktor

Berdasarkan hasil penelitian ini banyak

tersebut jarak rujukan dan pendampingan

ambulan yang telah disebarkan keluruh

saat rujukan sama-sama memiliki nilai 2

desa hampir 306 unit kendaraan ambulan

kali keterlambatan, dimana semakin jauh

desa dengan standar ambulan tranportasi

jarak rujukan ke RSUD jombang pada

gawat darurat yang lengkap dengan

pasien stroke dengan jarak >7 km tanpa

peralatan,

kemacetan

stroke

terkadang

kelengkapan
terkategori

pra

obat
bukan

rumah

diikuti
obatan
obat

dengan
walaupun

emergency.

Kondisi dari hasil penelitian yang ada

rujukan

rujukan

dengan

mempunyai

akan

faktor

kekuatan

mengalami

keterlambatan sebesar 2 kali dibanding
jarak

kurang

dari

7

km.

Pada

pendampingan yang kurang baik akan

Didik Saudin, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan 11

mengalami keterlambatan sebersar 2 kali

melakukan rujukan pada kasus stroke ke

dibanding

RSUD Jombang.

Kedua

pendampingan

faktor

yang

tersebut

baik.

mempunyai

pridiksi pengaruh dalam keterlambatan
saat merujuk pasien stroke sebanyak
23.4%, selebihnya adalah faktor lain
yang tidak dapat dimasukan dalam
analisis regresi logistik.

KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat
beberapa

keterbatasan

selama

pelaksanaan diantara lain: Koordinasi
dengan

layanan

EMS,

karena

mengunakan telepon secara langsung,
tidak mengunakan layanan radio medik
sehingga

peneliti

mengidentifikasi
komunikasi.
dengan

sulit

untuk

layanan

Selanjutnya

dinas

secara
koordinasi

kesehatan

yang

berhubungan transportasi ambulan desa
sebagai sebagai kesatuan transportasi
layanan ambulan se kabupaten Jombang.

SIMPULAN
Diantara variabel independen 6
faktor

yang

variabel

berpengaruh

dependen

hanya

terhadap
ada

dua

variabel yang memiliki korelasi yaitu
jarak rujukan dan pendampingan petugas
saat

melakukan

Jombang.

Kedua

rujukan
fakor

ke

RSUD
memiliki

kekuatan dan pengaruh yang sama saat

DAFTAR PUSTAKA
Agoes A. (2012). Faktor risiko stroke dan
penangulangannya.
Synaps
publishing house
Bintari R.K, Indah W, Setyoadi,
Kumboyono. Retty R. (2013).
Pengalaman Perawat unit gawat
darurat
puskesmas
dalam
merawat kecelakaan lalu lintas.
Jurnal Ilmu keperawatan. Vol 1
no 2 november. hal. 83-90
Charles Ellis. (2013). In-hospital delays
for stroke care: losing sight of
patient-centered care. European
Journal for Person Centered
Healthcare Vol 1 Issue 2 pp 381384
Dame E, Gita L, Siska N (2015).
Hubungan Tingkat Pendidikan
Perawat Dengan Kompetensi
Aplikasi
Evidence-Based
Practice.
Jurnal
skolastik
keperawatan vol. 1, no.1.hal 1420
Fauziah Abdullah Ali et al. (2015).
Analisis Pelaksanaan Rujukan
Rawat Jalan Tingkat Pertama
Peserta
Program
Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) Di
Puskesmas
Siko
Dan
Puskesmas Kalumata
Kota
Ternate Tahun 2014. Artkel
ilmiah. JIKMU, Vol. 5, No. 2
Hudak, C.M, Gallo B.M. Morton,P.G,
Fontaine, D. (2012). Critical
care
nursing:
A
holistic
appoarch. Eight edition. The
Mosby Company.
Ignasius L. Mubasyir H (2012).
Kebijakan pemerintah daerah
dalam meningkatkan sistem
rujukan
kesehatan
daerah
kepulauan di kabupaten lingga
provinsi
kepulauan
Riau.
Repisitory UGM

12 Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016. Hlm. 1-12
Keputusan
Menteri
Kesehatan
(Kemenkes). (2014). Pedoman
pengendalian stroke. Jakarta.
Kementrian Republik Indonesia
direktorat pengendalian penyakit
tidak menular
Laura T. (2012). Emergency department
nurses' knowledge of evidencebased ischemic stroke care.
Kedaidoscope vol.10 artikel 44.
Lina H. (2014). Analisis faktor yang
berhubungan dengan waktu
tanggap pasien stroke masuk
IGD RUSD Dr. Harjono
Ponorogo. Karya ilmiah Thesis.
Universitas Brawijaya Malang
Narakusuma Wirawan & Ida B.K. P.
(2013).
Prehospitalized
Management On Acute Stroke. ejurnal medika udayana 694–709.
vol. 2 no. 4
Rizaldi P. (2012). Mengapa pasien stroke
datang terlambat ke rumah sakit.
Medisinus, edisi: april vol 25 no
1 Hal.18-22
Sekoranja L, et al (2009). Factors
influencing emergency delays in
acute
stroke
management.
Department
of
Internal
Medicine,
Medical
School,
University Hospitals of Geneva.
Swiss med 139(27-28):393-9
Tjokorda Gede Agung Senapathi et al.
(2015). Medical Evacuation.
Medivac.
Fakultas
Kedokteran.Universitas Udayana