Analisis Sistem Pengendalian Internal Ya

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL YAYASAN PENDIDIKAN
(STUDI PADA YAYASAN PAULUS MAKASSAR)
Oleh: Kunradus Kampo
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis efektifitas sistem pengendalian keuangan
yang diterapkan Yayasan Paulus Makassar dengan menggunakan komponen sistem
pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway
Commission (COSO) framework. Penelitian menggunakan metode analisis atas 26
komponen pengendalian COSO dan metode wawancara. Teknik analisis ini digunakan
untuk mengidentifikasi keberadaan elemen-elemen pengendalian internal dan bagaimana
pelaksanaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (73%) elemenelemen pengendalian internal sudah dimiliki oleh yayasan, meskipun dalam
pelaksanaannya masih harus disempurnakan. Dengan hasil tersebut mengindikasikan
sistem pengendalian internal yayasan belum dapat menjamin ketersediaan informasi
keuangan yang akurat, andal, dan terutama dalam usaha melindungi asset yayasan secara
aman.
Kata-kata kunci: Sistem Pengendalian Internal, Instrumen COSO, Yayasan Paulus
Makassar

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem pengendalian internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan
prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan menjaga aktiva
perusahaan, memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi,
mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan, dan mengukur kesesuaian dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan pihak manajemen (AICPA, 1987) dalam Hall
(2007).
Dalam setting SPI, diperlukan suatu sistem akuntansi yang menghasilkan laporan
keuangan dan sistem anggaran yang memungkinkan mekanisme pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan internal. Laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban
kepada stakeholders dan anggaran menjadi sarana penilaian efisiensi dan efektivitas
operasional.
Yayasan sebagai entitas nirlaba memerlukan dana untuk mendukung aktivitas
operasi, pertumbuhan dan ekspansi. Dana yayasan dan unit karya diperoleh dari
1

masyarakat dan stakeholder lainnya sehingga dibutuhkan pengelolaan dana secara
bertanggungjawab melalui sistem kelola keuangan dan sistem pengendalian yang andal.
Ciri khas pelayanan yayasan dalam KAMS adalah universal dan berpihak kepada yang

lemah.
1.2 Perumusan Masalah
Yayasan Paulus Makassar mengelola beberapa unit pendidikan dengan wilayah
operasi yang cukup luas, meliputi; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi
Barat. Fenomena bahwa terjadi kecenderungan kurang berkembangnya sekolah-sekolah
yang dikelola Yayasan Paulus Makassar merupakan lingkaran permasalahan, yaitu:
sebaran sekolah yang mencakup wilayah luas, jenjang sekolah yang bervariasi, jumlah
siswa yang belum ideal, sehingga berdampak pada kesejahteraan guru yang relatif
rendah dibandingkan dengan pegawai negeri, kurang memadainya fasilitas, dan mutu
pendidikan yang relatif tidak berbeda dengan sekolah-sekolah non-Katolik, menuntut
adanya usaha-usaha konkrit untuk mencari solusi terbaik. Masalah penelitian yang
dirumuskan adalah: Bagaimanakah efektivitas SPI Yayasan Paulus Makassar selama ini?

1.3 Tujuan Penelitian
Pendekatan sistem dapat menjadi salah satu alternatif awal untuk memastikan
adanya tata kelola yang mampu mengamankan asset, mencatat keuangan secara akurat
dan menyajikan informasi yang andal dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Analisis SPI bertujuan untuk menganalisis pengendalian yang selama ini diterapkan oleh
yayasan dalam mengontrol keuangannya. Untuk itu perlu diketahui efektifitas
pengendalian yang selama ini diterapkan dengan menggunakan metode dan teknik

tertentu untuk mengukurnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
mengevaluasi pengendalian yang telah diterapkan yayasan. Tujuan khusus yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah; menganalisis dukungan lingkungan pengendalian,
kompetensi dalam menilai dan menaksir risiko, aktivitas pengendalian, pengendalian
informasi dan komunikasi, sistem pengawasan internal dan eksternal yayasan.
Hasil penelitian ini dapat menentukan langkah strategis yayasan untuk merancang
model SPI yang terdiri dari: (1) rencana strategis yaitu adanya gambaran yang jelas
mengenai;

entitas

tanggung

jawab,

pemisahan tugas,

prosedur


dokumentasi,
2

pengendalian fisik, verifikasi independen, dan pengendalian SDM dalam 5 komponen
pengendalian COSO, (2) rancangan aplikasi meliputi: rancangan dokumen, prosedur
otorisasi, dan distribusi dokumen, (3) rancangan infrastruktur dan teknologi.
Dari hasil penelitian ini yayasan akan mendapatkan
efektivitas

pengelolaan

sumberdayanya

dan

menjadi

gambaran mengenai

langkah


awal

untuk

mengembangkan sistem tata kelola yang berbasis anggaran.

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan
prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan menjaga aktiva
perusahaan, memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi,
mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan, dan mengukur kesesuaian dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan pihak manajemen (AICPA, 1987) dalam Hall
(2007). Sistem pengendalian internal dirancang dengan tujuan pokok, yaitu : menjaga
asset, menjamin keakuratan pencatatan transaksi dan reliabilitas informasi, menjamin
kesesuaian pengelolaan keuangan menurut prinsip berterima umum, mendorong efesiensi
organisasi, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dan aturan hukum yang

berlaku (Romney & Steinbart, 2009).
Weygant, et.all (2012) mengemukakan 6 prinsip pengendalian,

yaitu:

pembentukan tanggung jawab, pemisahan tugas, prosedur dokumentasi, pengendalian
fisik, verifikasi independen internal, dan pengendalian manusia.
Studi Hamzah Ritchi (2010) mengidentifikasi pengendalian aplikasi dalam proses
bisnis dengan menggunakan pengendalian COSO, menyimpulkan bahwa pemahaman
proses bisnis sangat berpengaruh dalam mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan
pengendalian internal. Dengan kerangka tujuan pengendalian COSO, tujuan efektifitas,
efisiensi dan penjagaan asset diakomodasi dengan menetapkan tujuan pengendalian
untuk proses operasi. Sementara tujuan keandalan laporan keuangan dan juga penjagaan
asset difasilitasi dengan menetapkan tujuan pengendalian untuk proses informasi.
2.2 Sistem Pengendalian Internal menurut COSO frame work
3

Sistem Pengendalian Internal menurut Committee of Sponsoring Organisations of
the Treadway Commission (COSO) meliputi 5 komponen yaitu:
1) lingkungan pengendalian.

2) aktivitas pengendalian.
3) penilaian risiko.
4) informasi dan komunikasi.
5) monitoring.

Secara komprehensif ke-5 komponen pengendalian tersebut digunakan untuk
menilai efektivitas pencapaian tujuan organisasional.
Gambar 1 menggambarkan Penerapan Proses Pengendalian Internal
secara komprehensif.

Sumber: The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(COSO, 2009)
1) Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam
membangun, mendukung, dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian. Lingkungan pengendalian menentukan iklim organisasi yang dapat
menumbuhkan kesadaran

karyawan terhadap


pengendalian.

Lingkungan

pengendalian meliputi:
a. Integritas dan nilai-nilai etika, standar perilaku dan etika yang harus
dilaksanakan semua komponen dalam perusahaan.
b. Komitmen terhadap kompetensi, perusahaan harus memiliki karyawan yang
kompeten dan dapat dipercaya agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan
standar dan kebijakan yang telah ditetapkan.
4

c. Filosofi manajemen dan gaya operasi, sikap dan kesadaran manajemen akan
pentingnya pengendalian intern perusahaan.
d. Struktur organisasi, rerangka hubungan formal untuk mencapai tujuan
perusahaan.
e. Perhatian dan pengarahan, dewan direksi dan komite audit dalam mendeteksi
penyimpangan dan membuat langkah-langkah perbaikan.
f. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab, wewenang dan tanggung jawab
dengan mekanisme yang jelas.

2) Penilaian risiko
Manajemen puncak harus memiliki seperangkat alat yang dapat digunakan untuk
menilai risiko. Komponen alat penilaian risiko dalam struktur pengendalian
internal meliputi; identifikasi, analisis risiko yang relevan, dan mengelola risiko.
3) Aktivitas pengendalian
Perusahaan seharusnya mengembangkan aktivitas pengendalian spesifik melalui
kebijakan, praktik, dan prosedur agar manajemen dapat mengendalikan kegiatan
operasional perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi; aktivitas pengendalian
untuk pencapaian tujuan pelaporan keuangan dan aktivitas pengendalian untuk
proses informasi yang dibedakan atas pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi.
4) Informasi dan komunikasi
Informasi harus dapat diidentifikasi, diproses, dan dikomunikasikan dengan baik
agar dapat menjadi dasar untuk mengambil keputusan. Sistem informasi
akuntansi harus dirancang dengan mempertimbangkan unsur-unsur pengendalian
yang mampu menjaga keakuratan, keandalan, dan keamanan terhadap asset
perusahaan.
5) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan oleh perusahaan melalui dua aktivtas yaitu;
surpervisi rutin yang dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari, dan supervise

dalam bentuk audit struktur pengendalian internal dan akuntansi.

5

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode yang terdiri atas:
3.1 Bahan Penelitian
Bahan penelitian terdiri atas jenis data dan sumber data.
1. Jenis data meliputi data yang diperoleh berupa keterangan narasumber mengenai caracara pengendalian yang diterapkan dan data laporan keuangan.
2. Sumber data terdiri atas: data primer dan sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi, check list dan
manuskrip wawancara meliputi tinjauan terhadap sistem akuntansi, kebijakan akuntansi,
unsur-unsur pengendalian. Sedangkan data sekunder yaitu data dokumentasi yang
diperoleh dari yayasan meliputi; struktur organisasi, dokumen pengendalian keuangan,
kebijakan akuntansi, dan laporan keuangan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, check list


dan

manuskrip wawancara dengan Ketua Yayasan Paulus Makassar, Kepala Kantor, Kepala
Sekolah, dan staf keuangan yayasan. Observasi dilakukan untuk mengamati secara
langsung prosedur dan cara-cara pengendalian yang dilaksanakan. Wawancara dan daftar
pertanyaan check list untuk mengetahui pandangan dan konfirmasi untuk mendapatkan
keyakinan terhadap sistem pengendalian yang telah diterapkan.
3.3 Definisi Operasional
Menurut COSO frame work, sistem pengendalian internal meliputi:
1) Lingkungan pengendalian adalah semua komponen dalam yayasan yang
berhubungan dengan sistem dan prosedur pengendalian internal.
2) Aktivitas pengendalian adalah kegiatan yang dilkasanakan menurut sistem,
pedoman, dan kebijakan yang telah ditetapkan.
3) Penilaian risiko adalah kemampuan yayasan untuk mengetahui risiko yang dapat
merugikan yayasan sehingga perlu menyusun strategi yang tepat untuk
mengatasinya.

6

4) Informasi dan komunikasi adalah hasil kegiatan operasional yayasan yang
diproses secara sistematis, akurat, dan andal sehingga dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan.
5) Monitoring adalah pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan khususnya
pengelolaan keuangan.
3.4 Instrumen Penelitian
Check list SPI COSO digunakan untuk melakukan konfirmasi terhadap
keberadaan elemen pengendalian internal yang ditetapkan oleh yayasan. Check list SPI
meliputi 5 komponen utama pengendalian COSO yang terdiri atas 26 pertanyaan. Setiap
item pertanyaan membutuhkan jawaban tertutup “YA” menunjukkan adanya elemen
pengendalian atau “TIDAK” menunjukkan tidak adanya elemen pengendalian.
Manuskrip wawancara untuk mendapatkan jawaban langsung tentang pelaksanaan
pengendalian internal yayasan. Analisis kesesuaian antara struktur organisasi, pembagian
tugas, otorisasi, dan pertanggungjawaban atas laporan keuangan dengan hasil Check list
dan hasil wawancara digunakan untuk menarik simpulan tentang efektivitas
pengendalian yang telah dilaksanakan.
3.5 Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian ini adalah Yayasan Pendidikan Paulus Makassar
yang mengelola sekolah-sekolah mulai tingkat TK, SD, SMP, dan SMA dan tersebar
pada 3 propinsi yaitu; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.
3.6 Informan
Penelitian ini melibatkan beberapa informan yang memberikan informasi
mengenai pelaksanaan SPI Yayasan Paulus, yaitu:
1. Ketua Umum Yayasan : P. Drs. Alex Lethe, Pr.
2. Kepala Kantor Yayasan : P. Drs. Dominikus Natan Sande’, Pr.
3. Kepala Sekolah

: P. Drs. Herman Panggalo, SPd, Pr.

4. Kep. Bagian Akuntansi : Ibu Etty Pondaag, S.E., Ak.

7

3.7 Bagan Alir Penelitian
Secara garis besar, penelitian dibagi dalam tahap analisis sebagai berikut:

Harapan Manajemen:
Manajemen Yayasan

1. Jenis pengendalian
2. Pengukuran

Identifikasi masalah

Rekomendasi

Pengukuran dan analisis

Observasi

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Yayasan Paulus Makassar
4.1.1 Sejarah Singkat
Yayasan Paulus Makassar didirikan di Makale Kabupaten Tana Toraja tahun
1950 oleh Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders nama Yayasan Paulus dengan tujuan
mengadakan pengajaran di Indonesia dan khususnya pengajaran Katolik. Seiring
perkembangan Gereja Katolik yang berpusat di Makassar maka Kantor Yayasan
berkedudukan di Makassar. Anggaran Dasar, Azas, visi, misi, dan tujuan yayasan telah
mengalami beberapa kali perubahan yang tentunya disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan masyarakat khususnya lingkungan pendidikan.
Nama Yayasan Paulus Makassar digunakan Akta Pendirian dari Departemen
Hukum dan HAM berdasarkan SK Menteri Hukum dan HAM No. AHU.841.AH.01.02
tahun 2008, yang dimuat dalam Lembaran Berita Negara No. 41 tanggal 24 Desember
2008. Maksud dan tujuan pendirian yayasan meliputi: bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan.
Secara geografis, Yayasan Paulus Makassar mengelola unit pendidikan (sekolah)
yang tersebar pada 3 wilayah provinsi yang ada di Sulawesi, yaitu meliputi; Sulawesi
8

Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Penyebaran sekolah ini pada dasarnya
mengikuti wilayah penyebaran gereja Katolik di wilayah Keuskupan Agung Makassar.
Yayasan Paulus Makassar mengelola sekolah yang berbeda-beda tingkatannya, mulai
dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun tidak semua provinsi mengelola
semua tingkatan sekolah tersebut. Gambaran sekolah-sekolah yang dikelola oleh
Yayasan Paulus Makassar ditunjukkan pada tabel 1, sebagai berikut:
Tabel 1
Data Sekolah Menurut Wilayah Kerja
No.

Nama Provinsi

TK

SD

SMP

SMA

1

Sulawesi Selatan

8

6

11

4

2

Sulawesi Tenggara

1

2

-

-

3

Sulawesi Barat

1

-

1

1

10

8

12

5

Jumlah

Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013
Dalam usaha mewujudkan visi, misi, dan tujuannya, Yayasan Paulus Makassar
terus berbenah baik dalam hal pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai tetapi lebih khusus lagi dan sangat penting adalah dukungan sumberdaya
manusia yang menjadi penggerak utama pendidikan. Jumlah sumberdaya manusia yang
telah membaktikan dirinya dalam usaha menyelenggarakan dan memajukan pendidikan
yang dikelola Yayasan Paulus Makassar sampai awal tahun 2013 ini sebanyak 604
orang, yang terdiri atas 492 tenaga pendidik dan 112 tenaga kependidikan. Sumberdaya
manusia yang direkrut yayasan, pada umumnya dikaryakan pada sekolah-sekolah
sebagai tenaga pendidik (guru). Tenaga-tenaga kependidikan (non guru) juga direkrut
terutama untuk dikaryakan sebagai staf administratif di sekolah-sekolah dan kantor
yayasan. Data sumberdaya manusia yang dikaryakan dalam jajaran Yayasan Paulus
Makassar ditunjukkan dalam tabel 2 dan tabel 3, sebagai berikut:

9

Tabel 2
Data Sumber Daya Manusia Menurut Unit Kerja

No.

Unit Pendidikan

Tenaga

Tenaga

Pendidik

Kependidikan

(Guru)

(Non Guru)

1

Taman Kanak-Kanak (TK)

31

7

2

Sekolah Dasar (SD)

124

30

3

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

185

33

4

Sekolah Menengah Atas (SMA)

152

23

5

Kantor Yayasan

-

19

492

112

Jumlah
Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013

Tabel 3
Data Sumber Daya Manusia Menurut Jenjang Pendidikan
No.

Jenjang Pendidikan

Jumlah

1

Pendidikan maksimum SD

14

2

Pendidikan maksimum SMP

15

3

Pendidikan SMA sederajat

103

4

Pendidikan D2

53

5

Pendidikan D3

66

6

Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1)

345

7

Pendidikan Sarjana Strata Dua (S2)

8

8

Pendidikan Sarjana Strata Tiga (S3)

-

Jumlah

604

Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013

4.1.2 Visi
Dengan semangat spiritualitas pendiri terwujud komunitas pendidikan yang setia
pada pencerdasan kehidupan bangsa, ciri khas Katolik, keunggulan, dan profesionalitas
(Renstra Yayasan Paulus Makassar, 2011-2015).

10

4.1.3 Misi
1.

Memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dengan semangat
cinta kasih, rela berkorban, adil, dan lebih berpihak kepada yang miskin.

2.

Menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan yang pluralis, demokratis,
adil, berbudaya, dan inklusif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

3.

Menciptakan komunitas pendidikan yang dijiwai ”semangat kebebasan dan
cinta kasih injili”, bermartabat, mengintegrasikan iman-ilmu, imankehidupan, serta iman-budaya.

4.

Mendampingi peserta didik agar mampu untuk mengemban tanggung jawab
yang benar, menggunakan kebebasan secara tepat, dan terlibat secara aktif
dalam bermasyarakat.

5.

Mendampingi peserta didik agar memiliki kecerdasan holistik: intelektual,
emosional, dan spiritual.

6.

Mendampingi peserta didik agar memiliki kepribadian yang religius, kreatif,
dan mandiri.

7.

Mendorong penyelenggara agar professional dalam merekrut, membina,
menghargai, dan memutuskan hubungan kerja.

8.

Mendampingi

pendidik

agar

profesional

dalam

pembelajaran,

pembimbingan, pelatihan, dan penilaian.
9.

Mendorong pengelola agar profesional dalam mengembangkan kurikulum.

10. Mengelola keuangan secara akuntabel, dan kredibel.
11. Mendorong penyelenggara dan pengelola agar mampu memfungsikan unsurunsur manajemen secara profesional.
4.1.4 Sasaran
1.

Peserta didik memiliki semangat cinta kasih, rela berkorban, adil, dan lebih
berpihak kepada yang miskin.

2.

Peserta didik memiliki wawasan kebangsaan yang pluralis, demokratis, adil,
berbudaya, dan inklusif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3.

Komunitas pendidikan yang dijiwai ”semangat kebebasan dan cinta kasih
injili”, bermartabat, mengintegrasikan iman-ilmu, iman-kehidupan, serta
iman-budaya.

11

4.

Peserta

didik

mampu

mengemban

tanggung

jawab

yang

benar,

menggunakan kebebasan secara tepat, dan terlibat secara aktif dalam
bermasyarakat.
5.

Peserta didik memiliki kecerdasan holistik: intelektual,

emosional, dan

spiritual.
6.

Peserta didik memiliki kepribadian yang religius, kreatif, dan mandiri.

7.

Penyelenggara agar profesional dalam merekrut, membina, menghargai, dan
memutuskan hubungan kerja.

8.

Pendidik profesional dalam pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, dan
penilaian.

9.

Pengelola (kepala sekolah) profesional dalam mengembangkan kurikulum.

10. Penyelenggara dan pengelola profesional dalam mengelola keuangan secara
akuntabel, dan kredibel.
11. Penyelenggara dan pengelola dalam memfungsikan unsur-unsur manajemen
secara profesional.
4.1.5 Strategi
Strategi Yayasan Paulus dibagi dalam 5 bidang pengembangan strategis meliputi:
1. Pengembangan spiritualitas pendiri Yayasan Paulus Makassar.
2. Pengembangan pencerdasan kehidupan bangsa.
3. Pengembangan kesetiaan terhadap ciri khas Katolik.
4. Pengembangan keunggulan dalam pendampingan siswa.
5. Pengembangan profesionalitas.
Dari 5 bidang pengembangan tersebut disusun butir-butir program strategis dan
rincian program untuk setiap bidang strategi (Renstra Yayasan Paulus Makassar, 20112015, bab III).
4.2 Sistem Pengelolaan Keuangan
4.2.1 Sistem Perencanaan
Tujuan penyusunan Renstra (Pengantar Renstra Yayasan Paulus Makassar, 20112015) adalah:
1. Menunjukkan arah yang hendak dituju.
2. Menjadi basis untuk melakukan perencanaan dan pengembangan.
12

3. Membentuk koordinasi antarbagian/tingkatan unit kerja.
4. Menciptakan kinerja unit yang baik.
5. Menghindari konflik akibat perbedaan persepsi.
6. Menjadi dasar dalam bekerja berdasarkan sistem.
7. Memungkinkan mengadakan evaluasi secara terarah.
Berdasarkan tujuan tersebut Yayasan Paulus Makassar telah menyusun Renstra
tahun 2011 – 2015, yang memuat 5 bidang pengembangan strategis dan 37 program
strategis dengan 192 rincian program yang akan dilaksanakan sepanjang periode 5 tahun.
Perencanaan 5 tahun secara

komprehensif

membentuk sebuah sistem

yang

pelaksanaannya berdampak pada keterlibatan pihak manajemen yayasan, kepala sekolah,
tenaga pendidik dan kependidikan, dan murid-murid sekolah.
4.2.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi
Prosedur Penerimaan Kas
Penerimaan kas (uang) yang diterima dari orangtua murid dikategorikan atas 2
kategori yaitu: kas yang harus disetor ke yayasan dan kas yang disimpan dan dikelola
sekolah. Kas yang disetor ke yayasan meliputi: uang sekolah, uang pangkal, dan uang
alat. Kas yang disimpan dan dikelola sekolah meliputi: uang seragam, uang praktikum,
uang pembinaan, uang buku, dan lain-lain yang manfaatnya berhubungan langsung
dengan proses pembelajaran.
Prosedur penerimaan kas melibatkan pihak sekolah dan pihak yayasan. Pihak
yang bertanggung jawab terhadap penerimaan kas adalah kepala sekolah, bendahara
sekolah, kepala perwakilan, team, kepala kantor yayasan, kepala bagian keuangan
yayasan, bagian akuntansi yayasan, bagian penerimaan uang (kasir) yayasan.
Prosedur penerimaan kas dibagi dalam 3 tahapan sebagai berikut:
1. Penerimaan kas dari kegiatan PMB dan Penerimaan kas rutin (harian).
2. Penyetoran tunai ke yayasan dan penyetoran tunai melalui bank.
3. Pelaporan bulanan (SPP), pelaporan 3 (tiga) bulanan (SPP).
Sistem Akuntansi dan dokumen transaksi
Sistem akuntansi Yayasan Paulus Makassar meliputi siklus akuntansi: buku
harian dan buku kas. Sistem akuntansi tersebut didukung dengan dokumen pendukung
dan bukti transaksi, meliputi: kuitansi Penerimaan Murid Baru (PMB), buku PMB, buku
13

slip setoran PMB, kartu uang sekolah, buku slip setoran (uang sekolah, uang pangkal,
dan uang alat), buku slip setoran ke bank, buku Sumbangan Peyelenggaraan Pendidikan
(SPP), buku SPP, dan map surat (arsip) setoran.

4.2.3 Sistem Pengawasan dan Pelaporan Keuangan
Sistem pengawasan dilakukan melalui struktur organisasi yang ada sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Sesuai uraian tugas fungsi pengawasan
melibatkan kepala perwakilan daerah dan badan pengawas yayasan. Fungsi pengawasan
dari badan pengawas yayasan akhir-akhir ini kurang optimum. Yang sangat berperan
dalam pengawasan adalah kepala perwakilan daerah. Program pengurus yayasan dalam
menunjang pengawasan adalah melakukan kunjungan minimum 2 kali dalam setahun
(terjadwal), dan bila dipandang perlu karena adanya kondisi tertentu maka dilakukan
kunjungan sesuai kebutuhan. Kunjungan pengurus yayasan ke sekolah-sekolah umumnya
melibatkan kepala perwakilan daerah masing-masing sekolah.
Pelaporan keuangan dilakukan sekolah kepada yayasan setiap akhir bulan.
Laporan sekolah harus mendapatkan persetujuan dari kepala perwakilan daerah sebagai
pengawas sebelum laporan dikirimkan kepada yayasan.
4.3 Sistem Pengendalian Internal
4.2.1 Identifikasi elemen-elemen pengendalian
Dari hasil identifikasi melalui data sekunder diperoleh adanya ketersediaan
elemen-elemen pengendalian internal yayasan. Elemen-elemen pengendalian internal
yayasan selama ini sebagian besar (73%) sudah ada. Keberadaan elemen-elemen
pengendalian internal tersebut ditinjukkan dalam 14tabel 4 berikut:
Tabel 4
Daftar elemen pengendalian internal
No.
1.

Keterangan
Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika
b. Komitmen dan Kompetensi
c. Filosofis Manajemen dan Gaya Operasi
d. Struktur Organisasi
e. Penetapan Otoritas dan Pertanggungjawaban
f. Kebijakan dan Prosedur SDM

Ya

Tidak








14

2.

3.

4.

5.

Penilaian Risiko
a. Rumusan Tujuan secara keseluruhan
b. Perumusan Tujuan institusi pada tingkat
kegiatan
c. Identifikasi Risiko
d. Analisis Risiko
e. Mengelola Risiko
Aktivitas Pengendalian
a. Review Pencapaian Kinerja Utama Pimpinan
b. Pembinaan sumber daya manusia
c. Pemrosesan Informasi
d. Pengendalian Fisik Asset Rawan untuk menjaga
keamanan asset
e. Penetapan dan Pemantauan Indikator dan
Ukuran Kinerja
f. Pemisahan Tugas mengurangi kesalahan,
pemborosan, dan kecurangan
g. Pelaksanaan Tranksasi berdasarkan otorisasi dari
pengawas
h. Pencatatan dan pengklasifikasian Transaksi
Secara Layak
i. Pembatasan Akses dan Pertanggungjawaban atas
Penyimpanan Aset
j. Pengendalian Internal dengan dokumentasi yang
jelas
Informasi dan Komunikasi
a. Informasi
b. Komunikasi
Monitoring
a. Monitoring Kegiatan Sedang Berjalan
b. Evaluasi Terpisah
c. Tindak Lanjut Atas Temuan Audit
Jumlah
Persentase




















19
73%


7
27%

Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013

4.2.2 Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam
membangun, mendukung, dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian. Lingkungan pengendalian menentukan iklim organisasi yang dapat
menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pengendalian.
Yayasan Paulus Makassar melalui rapat kerja tanggal 1 sampai dengan 3 Oktober
2010, memutuskan beberapa hal sebagai berikut:

15

1. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar meningkatkan
diri dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan pencerdasan kehidupan
bangsa yang menjadi tujuan negara.
2. Menegaskan

pelaku

pendidikan

Yayasan

Paulus

Makassar

untuk

mempertahankan ciri khas Katolik yang inklusif dalam semangat kebebasan dan
cinta kasih injili.
3. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar memahami,
menghayati, dan mengamalkan spiritualitas pendiri.
4. Mendorong

agar

pelaku

pendidikan

Yayasan

Paulus

Makassar

agar

melaksanakan pendampingan peserta didik yang bertanggungjawab, mampu
menggunakan kebebasan secara

tepat,

dan terlibat

dalam

kehidupan

bermasyarakat.
5. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar mengembangkan
kepekaan sosial dan kepedulian peserta didik dari keluarga mampu untuk
membantu dan membela yang miskin.
6. Mendorong

agar

pelaku

pendidikan

Yayasan

Paulus

Makassar

agar

mendampingi peserta didik memiliki kecerdasan holistik.
7. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar agar memahami,
menghayati, dan mengamalkan filosofi pendidikan Katolik.
8. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar berlaku
professional dalam menyelenggarakan, mengelola, dan melaksanakan karya
pendidikan.
9. Menumbuhkembangkan penggalangan dan pengelolaan dana Yayasan Paulus
Makassar secara akuntabel dan kredibel.
10. Menumbuhkembangkan penyelenggaraan dan pengelolaan Yayasan Paulus
Makassar agar melaksanakan manajemen secara professional.
Gambaran lingkungan pengendalian yayasan diungkap oleh informan 1 melalui
wawancara sebagai berikut:
Filosofi manajemen yayasan adalah cara melihat karya sebagai pewartaan
gereja. Sekolah Katolik merupakan media pewartaan, karena salah satu karya pastoral
adalah pendidikan. Karena itu saya selalu melibatkan pastor paroki di mana sekolah
berada supaya ada pengawasan. Pastor Paroki dibuatkan Surat Keputusan (SK) untuk

16

membantu sebagai pembimbing rohani. Kadang ada yang bertanya berapa sumbangan
yayasan ke KAMS? Pertanyaannya seharusnya dibalik, berapa yang disumbang KAMS
kepada yayasan? Yayasan berpijak pada 4 pilar yaitu; mencerdaskan, setia pada
spiritualitas pendiri, ciri Katolik berpihak pada yang lemah dan profesionalitas. Itu yang
saya terapkan sudah 10 tahun.
Dari hasil wawancara mengindikasikan bahwa aspek penciptaan lingkungan
pengendalian telah dikembangkan Yayasan Paulus Makassar dan lembaga berusaha
untuk merumuskan dasar

bagaimana menciptakan lingkungan yang memungkinkan

adanya integritas dan nilai-nilai etika, standar perilaku dan etika yang harus dilaksanakan
seluruh komponen yayasan. Keputusan rapat tersebut juga menghendaki adanya
komitmen terhadap kompetensi,

yang dilandasi oleh filosofi manajemen dan gaya

operasi (bandingkan tabel 4), sikap dan kesadaran manajemen akan pentingnya
pengendalian internal yang baik. Usaha-usaha yayasan untuk menciptakan lingkungan
pengendalian yang baik sudah dilaksanakan meskipun masih perlu pembenahan
selanjutnya sebagaimana diungkap oleh informan 2 berikut:
Persoalan unit-sekolah dengan wilayah kerja yang luas sehingga kendala
komunikasi pasti ada. Barangkali memang masih harus dibenahi dalam pengelolaan
yayasan ini. Yayasan belum memiliki staf ahli untuk melihat peluang-peluang
pengembangan, misalnya dalam hal seleksi pegawai. Termasuk perlu konsultan untuk
memberikan masukan-masukan pengembangan yayasan. Usaha saya sekarang baru
sebatas membedakan 3 pos: uang pembangunan untuk sarana prasarana, uang alat
untuk running cost sekolah, uang sekolah untuk gaji. Untuk membangun perlu
mempertimbangkan kondisi keuangan. Untung ada pertemuan pengurus yayasan rutin
sekali sebulan untuk membicarakan hal-hal yang perlu dibenahi. Namun belum tertuang
dalam bentuk pedoman perencanaan yang dapat dievaluasi dan ditindaklanjuti.

4.2.2 Aktivitas pengendalian
Dalam struktur organisasi Yayasan Paulus Makassar menunjukkan rerangka
hubungan formal untuk mencapai tujuan yayasan melalui pembagian otoritas dan
tanggung jawab, wewenang dengan mekanisme yang jelas. Untuk menjamin bahwa
fungsi dan tanggung jawab masing-masing komponen yayasan dapat dilaksanakan
dengan baik maka perlu pengendalian yang baik pula. Pengendalian yang baik diperoleh
17

dari adanya aktivitas pengendalian yang akan menuntun semua komponen sistem untuk
bekerja menurut sistem, pedoman, dan kebijakan yang telah ditetapkan yayasan.
Beberapa aktivitas pengendalian yang dilaksanakan Yayasan Paulus Makassar
meliputi:
a. Penilaian kinerja, dilakukan melalui DP3 yang memuat tentang penetapan dan
pemantauan indikator dan ukuran kinerja.
b. Pembinaan sumberdaya manusia; untuk tenaga pendidik dilakukan melalui
pendidikan formal dalam bentuk studi lanjut maupun melalui kegiatan pelatihan,
lokakarya, seminar, dan lain-lain. Pembinaan bagi tenaga kependidikan dilakukan
melalui pelatihan-pelatihan terkait bidang kerja.
c. Pemrosesan data masih bersifat manual menggunakan perangkat komputer.
d. Pengendalian asset untuk menjaga keamanan asset; dilakukan secara terpadu
melalui bagian-bagian yang ada dalam struktur organisasi.
Pelaksanaan aktivitas pengendalian yayasan sebagaimana diungkap informan 1
sebagai berikut:
Prinsipnya ada tanggung jawab masing-masing sesuai wewenang. Yayasan
mempunyai wewenang mengenai administrasi, misalnya; pengangkatan sumberdaya
manusia, kenaikan golongan, dan sebagainya. Sekolah operasional pendidikan.
Tanggung jawab sudah jelas tidak perlu campur tangan.
Aktivitas pengendalian yayasan lebih dipertegas melalui ungkapan informan 2
sebagai berikut:
Biasanya kita adakan pertemuan antar kepala kantor, sekretaris, personalia, dan
bagian keuangan untuk menyusun rencana program, termasuk rencana kunjungan ke 4
wilayah daerah. Kita rencanakan kunjungan paling tidak 2 (dua) kali dalam setahun.
Kunjungannya lebih bersifat silahturahmi bukan mengadili sekolah-sekolah dengan
maksud untuk mengkonfirmasi informasi catatan perwakilan daerah dan catatan kantor
yayasan, untuk dikomunikasikan. Biasanya melibatkan perwakilan untuk membicarakan
sekolah dan menyampaikan masukan-masukan dari daerah maupun pertanyaan dari
yayasan.

18

Penegasan aktivitas pengendalian keuangan juga diungkap oleh informan 4
sebagai berikut:
Tidak ada konfirmasi atas rekening bank karena tidak ada selisih. Apa yang
diterima yayasan itu yang disetor ke bank. …… memang sekolah kadang mengeluh
karena tidak segera dipenuhi permintaan dananya, tapi kan disesuaikan dengan
uangnya, minus atau tidak.
Ungkapan informan 4 selaras dengan ungkapan informan 3 sebagai berikut:
Kontrol sangat baik, hanya bagaimana yayasan berpikir untuk mengelola dan
mencari sumber dana lain belum dilakukan selama ini.
Dari beberapa aktivitas pengendalian tersebut sebagaimana diungkap dalam hasil
wawancara mengindikasikan bahwa aktivitas pengendalian yayasan dalam bidang
sumberdaya manusia relatif memadai. Sementara dalam bidang pemrosesan data dan
pengendalian keamanan asset khususnya keuangan, mengindikasikan masih kurangnya
pemahaman mengenai pengendalian keuangan dan aktivitas pengendalian keuangan
masih minimum (bandingkan tabel 4).

4.2.3 Penilaian risiko
Strategi Yayasan Paulus dibagi dalam 5 bidang pengembangan strategis meliputi:
1. Pengembangan spiritualitas pendiri Yayasan Paulus Makassar.
2. Pengembangan pencerdasan kehidupan bangsa.
3. Pengembangan kesetiaan terhadap ciri khas Katolik.
4. Pengembangan keunggulan dalam pendampingan siswa.
5. Pengembangan profesionalitas.
Gambaran mengenai penilaian risiko yayasan disajikan dalam petikan wawancara
dengan informan 1 sebagai berikut:
Menurunnya peminat, banyak saingan, sekolah negeri makin bagus, sekolah
makin banyak, swasta juga semakin banyak dan menawarkan fasilitas yang lebih
bagus. Dari segi kualitas mungkin kurang lebih sama. Karena kita menekankan pada
proses bukan hasil. Secara teoritis kan, proses yang baik pasti hasilnya baik.
Yayasan hampir belum berinvestasi, baru menyimpan duit secara aman, itu kan bukan
investasi. Terkait pengembangan sumberdaya manusia terutama guru-guru, saya sering
19

mengatakan, apa pun kurikulumnya tapi yang menentukan sdmnya.

Bidang

pengembangan guru-guru belum dianggarkan khusus, baru sebatas pelatihan-pelatihan
bersama melalui KOMDIK KAMS. Ke depan sementara dalam proses merintis
kerjasama dengan penerbit untuk memprogramkan pelatihan-pelatihan bagi guru-guru.
Hal ini dibuat karena uang yayasan memang masih sangat terbatas. Tapi kami sudah
berusaha untuk melakukan perubahan secara bertahap. Misalnya gaji setiap tahun
direncanakan akan ada perubahan meskipun kecil, pengangkatan sdm secara bertahap
karena kesulitan dana pengembangan. Memang belum ada program terpadu. Program
dibuat awal tahun pelajaran dengan mempertimbangkan kondisi keuangan sekolahsekolah karena sebagian besar sekolah mengalami defisit, hanya beberapa sekolah yang
surplus. Kecuali pembinaan rohani harus dilaksanakan. Ada 12 sekolah di Makassar,
yang surplus hanya SMA Katolik Cenderawasih, SMP Garuda, dan SD . Pihak sekolah
tahu kalau minus setelah yayasan sampaikan baru mereka tahu minus. Mereka sangka
dengan bawa duit ke yayasan sudah bisa terpenuhi semua kebutuhan. Daya saing
berkurang, yang dilakukan adalah bagaimana supaya tetap memiliki “daya tahan”
ketimbang untuk bersaing secara kompetitif. Ke depan ada wacana menggabungkan unit
pendidikan termasuk perguruan tinggi. Seperti Yayasan Palisupadang Palapala apakah
gabung dengan Yayasan Paulus atau dengan STIKPAR Rantepao. Tapi masih perlu
kajian mendalam melalui masukan dan analisis pakar.
Dalam hubungannya dengan penaksiran risiko khususnya berkaitan dengan
perencanaan strategis yang menghendaki adanya anggaran tahunan, informan 3
mengungkapkan sebagai berikut:
Praktis anggaran tidak dibuat selama ini, karena untuk hal-hal rutin sudah jelas.
Bahwa ada penarikan sejumlah uang dari siswa untuk alat dan uang pembangunan,
yayasan melihat dan memutuskan untuk membangun. Memang anggaran belum
mendesak untuk harus dibuat. Tetapi kesan saya yayasan mau menang sendiri. Kalau
kami diundang pertemuan pembicaraan terlalu umum, lebih pada meminta
“kesabaran”. Tidak ada permintaan yayasan tentang usul dan ide untuk mengajak
berpikir bersama kepala sekolah mengenai masa depan keuangan yayasan.
Terkait keterlibatan dalam penyusunan anggaran informan 2 menungkapkan
bahwa penyusunan anggaran biasanya melibatkan kepala sekolah dan perwakilan daerah.

20

Strategi pengembangan yang dibangun yayasan dengan berpijak pada spiritualitas
pendiri untuk pencerdasan bangsa sesuai ciri khas Katolik menjadi penciri keunggulan
sekolah dan profesionalitas dalam pengelolaan yayasan sebagaimana terungkap dalam
hasil wawancara akan memberikan keunggulan kompetetif dalam menghadapi
persaingan di bidang pendidikan dasar sampai menengah. Strategi tersebut tampaknya
sudah diimplementasi dalam beberapa bidang seperti sumberdaya manusia, administrasi
dan keuangan, walaupun belum menyeluruh (bandingkan tabel 4). Pengembangan
keunggulan spesifik melalui pengembangan kompetensi sumber daya manusia belum
terprogram dengan baik karena kondisi keuangan yayasan masih kurang mendukung.
Strategi yayasan saat ini adalah bagaimana mengelola sumberdaya agar yayasan masih
tetap survive. Dengan kondisi keuangan yang ada,

yayasan berupaya melakukan

program pengembangan secara bertahap khususnya berkaitan dengan kesejahteraan
pegawai, pelatihan tenaga pendidik, dan pengangkatan pegawai. Bila dikaitkan dengan
evaluasi efektifitas strategi dalam pencapaian tujuan belum bisa terukur dengan baik
karena belum tersedianya anggaran yang berfungsi sebagai sarana implementasi strategi
yang telah ditetapkan.
4.2.4 Informasi dan komunikasi
Sistem dan prosedur yang baik menggambarkan semua aktivitas yang berdampak
pada aktiva, utang, pendapatan dan biaya yang terjadi, diproses secara sistematis, akurat,
dan andal sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan. Sebagai contoh
kebijakan dan pedoman untuk prosedur akuntansi yang jelas baru sebatas transaksi
penerimaan kas. Pada sisi lain, sangat penting adanya kebijakan dan pedoman untuk
prosedur akuntansi pengeluaran kas karena aktivitas pengeluaran kas sangat berpotensi
menimbulkan penyimpangan.
Sistem akuntansi yang tidak lengkap sampai pada penyusunan laporan keuangan
khsususnya neraca tahunan belum dapat memberikan informasi yang akurat dan andal
menjadi sarana komunikasi serta dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang
tepat. Neraca menjadi sangat penting untuk disusun karena gambaran mengenai kondisi
keuangan yayasan laporan laba rugi menunjukkan pendapatan dan biaya selama satu
tahun dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar kemampuan yayasan dalam
menghasilkan berapa laba (surplus) yang dapat menambah modal yayasan selanjutnya.

21

Gambaran mengenai informasi dan komunikasi yayasan dengan sekolah-sekolah
diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut:
Masing-masing sekolah mengelola uangnya sendiri, dan dilaporkan ke yayasan.
Yayasan menentukan pengeluaran. Sekolah mengelola dana rutin kecuali gaji, diperiksa
yayasan dan dibayar diperwakilan. Ada laporan tapi kayaknya tidak lengkap, praktis
anggaran yang besar-besar saja kalau sudah nilai jutaan yayasan. Mungkin neraca,
laba/rugi hanya yayasan dan Makassar tetapi belum lengkap.
Ungkapan informan1 tersebut juga didukung oleh ungkapan informan 2 sebagai
berikut:
Selama ini mau dikatakan bagaimana ya. Memang beberapa bagian diantaranya
yang bisa dinilai dengan uang misalnya sarana komputer, sarana belajar mengajar,
biasanya diutamakan dana yang dikelola sekolah. Kalau tidak cukup maka sekolah
berembuk dengan yayasan. Sebagian dana dikelola di sekolah, tetapi tidak diminta
laporan karena sudah jelas dari laporan setoran ke yayasan. Bagaimana uang
digunakan, tidak ditanya lagi tapi tergantung pada kreativitas sekolah dengan prinsip
maksimalkan untuk kepentingan sekolah. Kebanyakan permintaan dari sekolah mungkin
dikatakan hampir semua permintaan dipenuhi hanya masalah waktu, karena yayasan
harus mempertimbangkan keseimbangan untuk sekolah-sekolah yang ada. Ada memang
permintaan dana sekolah yang tidak pernah dipenuhi seperti permintaan lembaga studi.
Khusus kegiatan oleh lembaga studi tidak dipenuhi kecuali ada rekomendasi dari dinas
pendidikan. Memang keuangan yayasan sentral dalam hal laporan, tetapi masalah dana
dikelola di perwakilan. Yang dikirim ke yayasan hanya dana hari tua untuk diteruskan
ke KWI. Uang ada di unit masing-masing tapi laporan ada di sini (yayasan). Sampai
saat ini yayasan belum menyusun laporan laba rugi dan neraca.
Informasi keuangan juag diungkapkan oleh informan 3 sebagai berikut:
Tidak pernah ada informasi keuangan yayasan, hanya ada laporan dikirim ke
sekolah setelah akhir tahun, kami tidak pernah melaporkan keuangan. Tetapi bila ada
gejala keterlambatan pembayaran dari sekolah langsung yayasan tegur. Komunikasi
kurang lancar, dalam menenentukan uang sekolah selama ini saya hanya rasa-rasa.
Permintaan dana dari sekolah lebih banyak ditolak, bukan ditolak tapi ditunda. Kami
hanya duga-duga mengapa ditunda, contoh saya pernah minta pengecetan sekolah
dikabulkan setelah 5 tahun. Ada dana untuk sarana buku, seragam, praktikum dikelola

22

di sekolah, dan tidak diminta dilaporkan ke yayasan, tetapi dikeluarkan sesuai dengan
tujuannya dan kalau ada sisanya dibagi-bagi untuk kesejahteraan guru dan pegawai.
Kurang lengkapnya prosedur keuangan diungkapkan oleh informan 4 sebagai
berikut:
Ya, secara tertulis prosedur keuangan baru prosedur penerimaan uang. Kalau
pengeluaran langsung di yayasan. Kadang dari bos, ketua yayasan atau kepala kantor.
Kalau pengadaan barang diurus oleh bagian sarana.pertanggungjawaban keuangan
dilakukan pada setiap selesai kegiatan.
Dari hasil wawancara terungkap bahwa yayasan telah berusaha membangun
komunikasi dengan unit/sekolah namun masih ada hambatan-hambatan yang dijumpai
karena ketiadaan sarana komunikasi yang standar untuk bisa dipahami dan diikuti oleh
semua pihak. Komunikasi yang kurang lancar menyebabkan adanya informasi yang tidak
sampai sasaran. Sistem dan prosedur keuangan yang kurang memadai menyebabkan
proses akuntansi belum mampu mengahsilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan
keuangan yang baik (bandingkan tabel 4).
4.2.5 Monitoring
Monitoring atau pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan khususnya terkait
dengan masalah keuangan menjadi suatu kegiatan yang sangat penting untuk
memastikan adanya kesesuaian antara apa yang direncanakan dengan apa yang
dilaksanakan. Monitoring yang baik seharusnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi
kegiatan maupun keuangan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pencatatan dan pelaporan yang baik, dan
menyusun anggaran untuk suatu periode tertentu.
Anggaran memuat rencana-rencana kegiatan untuk suatu periode tertentu disertai
jumlah uang yang dibutuhkan untuk setiap rencana kegiatan. Monitoring anggaran
menjadi sarana evaluasi baik aspek kegiatan maupun aspek pendanaan.
Kegiatan monitoring keuangan yayasan diungkapkan oleh informan 1 sebagai
berikut:
Audit eksternal baru sekali tapi sudah lama, lebih dari 5 tahun lalu. Kita mau
tiap tahun tapi biayanya besar kan? Pengendalian baru sebatas pengelolaan “tidak satu
tangan”. Prinsip pemisahan tugas untuk pengamanan tapi melakukan pengawasan

23

terhadap kebenaran prosedur belum ada. Kita ada sumberdaya manusia akuntansi tapi
belum memilki kemampuan untuk itu.
Informan 4 mengungkapkan kegiatan monitoring keuangan yayasan sebagai
berikut: selama saya di yayasan baru sekali audit oleh pak Kusnadi dan hasilnya
katanya sudah bagus. Waktu itu ketua yayasan masih Pastor Lukas. Dan dalam hal
evaluasi anggaran diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut: selama ini anggaran
biasanya dibuat awal tahun dan belum ada evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran.
Dari aspek monitoring melalui audit laporan keuangan, yayasan

belum

melaksanakan audit keuangan internal dan audit eksternal baru dilakukan sekali dalam
kurun waktu lebih dari 5 tahun (bandingkan tabel 4). Yayasan juga belum menyusun
anggaran baik tahunan maupun anggaran multi tahun.
Sistem pencatatan keuangan yang teratur dan sedapat mungkin mengikuti standar
akuntansi keuangan akan sangat membantu proses monitoring internal yang lebih dikenal
dengan pemeriksaan (audit) internal. Audit internal ditujukan untuk memastikan bahwa
pencatatan keuangan telah mengikuti prosedur yang baik dan dapat menjamin
keakuratan, keandalan dan keamanan asset yayasan. Monitoring dan evaluasi terhadap
anggaran memberikan informasi mengenai efektivitas dan efisiensi dalam suatu periode
tertentu.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Melalui Renstra tahun 2011 – 2015, Yayasan Paulus Makassar telah meletakkan
dasar kebijakan untuk penciptaan lingkungan pengendalian yang baik. Terlebih didukung
oleh filosofi manajemen yang didasarkan pada makna karya sebagai salah satu sarana
pewartaan iman. Namun

demikian keberadaan renstra belum didukung dengan

kebijakan, standar-standar, prosedur operasi dan indikator-indikator capaian secara
tertulis sehingga operasionalisasi renstra belum diterapkan dengan baik.
Usaha yayasan untuk mengendalikan kegiatan melalui aktivitas pengendalian
sesuai tujuan yang diharapkan selama ini telah dilaksanakan melalui jenjang struktur
organisasi yayasan. Meskipun dalam hal penerimaan murid baru dan penerimaan kas,

24

telah menunjukkan aktivitas pengendalian yang jelas dan memadai, tetapi dalam bidang
kegiatan lainnya masih sulit untuk mengevaluasi keefektifan dari aktivitas pengendalian
yang telah dilaksanakan.
Strategi pengembangan spiritualitas pendiri untuk pencerdasan bangsa sesuai ciri
khas Katolik yang menjadi penciri keunggulan sekolah dan profesionalitas dalam
pengelolaan yayasan akan memberikan keunggulan kompetetif dalam menghadapi
persaingan di bidang pendidikan dasar sampai menengah. Strategi tersebut tampaknya
sudah diimplementasi dalam beberapa bidang seperti sumberdaya manusia, administrasi
dan keuangan, walaupun belum menyeluruh. Bila dikaitkan dengan evaluasi efektifitas
strategi dalam pencapaian tujuan belum bisa terukur dengan baik karena belum
tersedianya instrumen anggaran yang berfungsi sebagai sarana implementasi strategi
yang telah ditetapkan.
Sistem dan prosedur yang

baik seharusnya mencakup semua aktivitas yang

berdampak pada aktiva, utang, pendapatan dan biaya yang terjadi, diproses secara
sistematis, akurat, dan andal sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan.
Sistem akuntansi yayasan yang masih sebatas pemrosesan penerimaan kas belum
sepenuhnya menghasilkan informasi yang akurat dan andal untuk menjadi sarana
komunikasi serta dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
Monitoring dalam bentuk pengawasan dalam bentuk supervisi dilakukan secara
rutin dan dijadwalkan, tetapi monitoring khusus keuangan dalam bentuk audit baru sekali
dilakukan audit eksternal. Audit internal juga belum terlaksana pada hal audit penting
untuk memastikan bahwa sistem dan prosedur akuntansi telah mencerminkan
pengendalian internal yang dapat menjamin keakuratan, keamanan, dan keandalan
informasi keuangan Yayasan Paulus Makassar. Ketiadaan evaluasi atas pelaksanaan
anggaran juga menyebabkan ketidakakuratan informasi mengenai seberapa efektif dan
efisiennya suatu kegiatan operasio yang telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yayasan.
5.2 Rekomendasi
Mengacu pada kondisi pengendalian internal yang diterapkan Yayasan Paulus
Makassar selama ini, maka perlu dilakukan pengembangan sistem pengendalian agar
menjadi lebih baik. Namun yang sangat penting dari pengembangan sistem adalah

25

dukungan manajemen dalam bentuk komitmen manajemen untuk mau memperbaiki
kelemahan yang ada selama ini.
Beberapa saran yang direkomendasikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a). yayasan melengkapi sistem akuntansi dengan sistem dan prosedur pengeluaran kas,
b). yayasan menyusun anggaran tahunan, c). yayasan melengkapi renstra dengan
kebijakan tertulis, standar, prosedur operasi, dan indikator-indikator capaian, d). yayasan
merekrut sumber daya manusia yang berkompeten khususnya untuk bidang keuangan
dan akuntansi.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan secara bertahap melalui pelatihan dan
lokakarya dengan melibatkan sumberdaya manusia yang sesuai bidangnya, misalnya
untuk level teknis administrasi dan keuangan dan untuk level manajerial.
DAFTAR PUSTAKA
Bodnar George H., William S. Hopwood, 2004. Sistem Informasi Akuntansi, Ed. 9,
Terjemahan Julianto Agung Saputro dan Lilis Setiawati, Penerbit Andy,
Yogyakarta.
Hall James A., 2007. Accounting Information Systems, Ed. 4, Terjemahan Dewi Fitriasari
dan Denny Arnos Kwary, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Husein M. Fakhri, 2004. Sistem Informasi Akuntansi, Cetakan pertama, Penerbit YKPN,
Yogyakarta.
Kieso, Weygant, Kimmel, 2012. Accounting Principles, 10th Ed., www. Wileyplus.com.
Romney Marshall B., Paul John Steinbart, 2009. Accounting Information Systems,
Eleventh edition, Pearson Internal Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey.
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
2009, Internal Control — Integrated Framework: Guidance on Monitoring
Internal Control Systems.

26

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63