PENDIDIKAN DI PERGURUAN SWASTA

  BEASISWA PADA PENDIDIKAN SWASTA

  SEKOLAH SWASTA, ANTARA HARAPAN DAN REALITAS HARDIKNAS

  MASIH PERLUKAH REFERENSI TEBING TINGGI DELI

  

SINERGI

REFERENSI TEBING TINGI DELI PENDIDIKAN DI PERGURUAN SWASTA ESA HILANG

  

MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DUA TERBILANG

  SALAM REDAKSI SINERGI REFERENSI TEBING TINGGI DELI TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI

NO.480.05/286 TAHUN 2002

  KETUA PENGARAH :

  embaca budiman. Pada edisi Mei 2013 kali ini di majalah

  Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM

  SINERGI Halaman SKPD juga kami nilai baru, kali ini men-

  ( WaliKota Tebing Tinggi )

  coba mengetengahkan salah satu lembaga yang mengurusi

  P

  persoalan Pendidikan, yakni Dinas Pendidikan Kota Tebing

  WAKIL KETUA PENGARAH :

  Tinggi. Rubrik ini, kami sajikan agar pembaca tahu bagaimana

  H. Irham Taufik, SH, M.AP struktur kerja SKPD yang ada di lingkungan Pemko Tebing Tinggi. (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

  Pada edisi ini juga kami mengetengahkan topik yang kami nilai penting bagi masyarakat, khususnya dunia pendidikan di Kota Tebing

  PENGENDALI :

  Tinggi. Kami menempatkannya dalam liputan utama kali ini degan

  H. Johan Samose Harahap, SH, MSP

  Rubriki Sekolah Swasta Masih Perlukah, Pendidikan Swasta Antara

  (Sekdako Tebing Tinggi Deli ) Harapan dan Realitas, Kasus Kurikulum 2013, Beasiswa Pada Hardiknas.

  PENANGGUNG JAWAB :

  Selain rubrik itu itu, Kami juga menyajikan sejumlah lapo-

  Ir. H. Zainul Halim

  ran dalam berbagai rubrik, misalnya orang tua dan tahun aja-

  (Asisten Administrasi Umum ) ran baru, 5 Tips Menurunkan kolestrol.

  PIMPINAN REDAKSI :

  Pada halaman wanita, reporter tamu kami, menco-

  Ahdi Sucipto, SH

  ba mengisahkan PKK Tebing Tinggi Raih 4 Penghargaan BBGRM

  (Kabag Adm. Humas PP)

  Sumatera Utara, Kisah Inspiratif: Cinta Kasih dan Perjuangan

  REDAKSI :

  Seorang Ibu. Pada halaman agama, Kami mencoba untuk menyelu-

  Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda

  suri Peletakan Batu Pertama Gedung FUI Dan Sholat Centre

  BENDAHARA :

  Untuk halaman hukum, kami coba mengetengahkan Mantan

  Jafet Candra Saragih

  Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas Juga Diperiksa KPK

  KOORDINATOR LIPUTAN :

  ,sehingga wajar untuk diketahui bagaimana hukum yang diteg-

  Drs Abdul Khalik, MAP

  akkan untuk para pelaku kejahatan. Sedangkan halaman par-

  SEKRETARIS REDAKSI :

  lementaria, akan mengupas fungsi salah satu lembaga di Dian Astuti

  DPRD, yakni DPRD Tebing Tinggi Serahkan Rekomendasi LKPJ

  LAYOUT DESAIN GRAFIS TA 2012 dan DPRD Dan KTNA Tolak Pemindahan Pasar Gurami.

  Edi Suardi, S.Sos

  Dan Pada edisi kali ini kami juga menambahkan tentang

  Aswin Nasution, ST

  informasi teknologi untuk menuju pemerintahan elektronik di

  FOTOGRAFER : Kota Tebing Tinggi.

  Sulaiman Tejo Chairul Fadhli

  Tak lupa kami selipkan pula sejumlah tulisan berba-

KOORDINATOR DISTRIBUSI

  gai kalangan dalam rubric seni/budaya. Ada sejumlah puisi

  RIDUAN

  dan cerita pendek yang akan menghiasi halaman ini. Sebagai

  LIPUTAN DAN REPORTER :

  obat penawar kebosanan dan mengasah ketajaman jiwa, hala-

  Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

  man seni/budaya sengaja kami sediakan dalam halaman yang cukup. Akhirnya, kami berharap edisi ini semakin baik dan men- dapat apresiasi dari pembaca kami. Salam dari meja dari redaksi

  Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran

  Wassalam

  penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.

  Tulisan dikirim ke alamat redaksi : Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli

  Eimail : sinergi@tebingtinggikota.go.id Facebook : majalah_sinergi@yahoo.co.id

  DAFTAR ISI SINERGI EDISI 125 MEI 2013

  41. PARLEMENTARIA ™ DPRD Tebing Tinggi Serahkan Rekomendasi Lkpj Ta 2012 ™ DPRD Dan Ktna Tolak Pemindahan Pasar Gurami

  59. TEPIAN ™ Pablo Freire

  57. IKLAN GRATIS OVOP

  55 . INFORMASI TEKNOLOGI ™ Pemerintahan Elektronik

  53. RAGAM/PLURALIS ™ Danau Toba

  49. SOSIAL ™ Becak Dayung Nasibnya Kini

  48. PUISI ™ Cinta Kadang Tak Indah

  Surat Untuk Ibu

  46. SASTRA ™ Menyampaikan Pesan Dan Tujuan ™

  45. HUKUM ™ Mantan Deputi Pengendalian Dukungan Bis- nis SKK Migas Juga Diperiksa KPK

  44. INFO NASIONAL ™ Wapres Boediono Minta 2 Menteri Segera Atasi Krisis Listrik di Sumut

  43. AGAMA ™ Peletakan Batu Pertama Gedung FUI Dan Sholat Centre

  Dini ™ HARKITNAS DI TEBING TINGGI KHIDMAT ™ TANTANGAN ABAD 21 BERUPA ARUS GLOBALISASI

  4. MOMENTUM

  37. PEMKO KITA ™ Warga RTM Tebing Tinggi Terima Bantuan Aladin ™ Walikota Tebing Tinggi : Tanamkan Hal Positive Kepada Anak Sejak

  ™ Kunjungan Kerja Dprd Kalimantan ™ Jumling Di Kelurahan Tambangan Hulu

  Mei 2013 Di Lapangan Merdeka Kota Tebing Tinggi ™ Pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (Him- ni) Kota Tebing Tinggi Periode 2013-2018 ™ Peletakan Batu Pertama Gedung Fui Dan Shalat Centre ™ Jumling Kelurahan Pelita, 03 Mei 2013

  22.LENSA PEMKO ™ Peringatan Hardiknas 2013 ™ Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20

  20. WANITA ™ PKK Tebing Tinggi Raih 4 Penghargaan BBGRM Sumatera Utara ™ Kisah Inspiratif: Cinta Kasih dan Perjuangan Seorang Ibu

  Atasi Banjir Di Tebing Tinggi ™ Kementerian Pu Prioritaskan Tiga Masalah Di Tebing Tinggi

  18. LINGKUNGAN HIDUP ™ Parlindungan Purba Tinjau Dam Bajayu Pemerintah Pusat Alokasikan Rp 250 Miliar

  17. KESEHATAN ™ 5 Tips Turunkan Kolesterol

  16. EKONOMI ™ Orang Tua Dan Tahun Ajaran Baru

  9. UTAMA ™ Pendidikan Swasta Antara Harapan dan ™ Realitas ™ Kasus Kurikulum 2013 ™ Beasiswa Pada Hardiknas

  8. SINERGITAS ™ Sekolah Swasta, Masih Perlukah

  Redaksi JUANDA Redaksi KHARUL HAKIM Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI Pimpinan Redaksi AHDI SUCIPTO.SH Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH Redaksi RIZAL SYAM Koordinator Liputan Drs.ABDUL KHALIK.MAP Distributor RIDWAN Foto Grafer Sinergi FADHLI Layout Desain Grafis EDI SUWARDI.S.Sos Layout Desain Grafis ASWIN NAST.ST Foto Grafer Sinergi SULAIMAN

  

MOMENTUM

  

MOMENTUM

  7 MOMENTUM

  SINERGITAS SEKOLAH SWASTA, MASIH PERLUKAH Saat ini dalam benak stiap orang, masih melekat pemikiran bahwa pendidikan mampu memperbaiki masa depan anak-anak mereka kelak. Bahkan mungkin bisa merubah status sosial sekaligus nasib ke- luarganya. Fenomena ini sangat wajar dan cukup beralasan. Ka- rena itu, siapa saja orang tua di dunia ini tentu menginginkan anaknya mendapatkan pendidi- kan yang baik dan bermutu. Se- muanya tidak terlepas dengan kebutuhan dan tingkat perkem- bangan anak-anaknya, ditam- bah lagi tuntutan kebutuhan lokal dan global. Pada dasarn- ya, pendidikan bisa dilakukan dalam keluarga, di masyarakat dan bisa juga melalui pendidi- kan di sekolah, baik sekolah negeri atau swasta. Setiap tahun ajaran baru, berbon- dong-bondong orangtua men- datangi institusi pendidikan.

  Orang tua yang meletakkan pili- hannyadengan meletakkan anak-anaknya pada sekolah negeri, maka anak tersebut mengikuti pendidikan dengan tatacara pengelolaan dan kurikulum diatur sede- mikian rupa berdasarkan Undang-Un- dang Sistem Pendidikan Nasional dan wajib mengikuti aturan tersebut, walau- pun otonomi pendidikan tetap diberi- kan kepada sekolah tersebut. Sedangkan di sekolah swasta dalam pengelolaan dan kurikulum yang dipakai di samp- ing memakai aturan yang diatur oleh pemerintah, sekolah swasta juga mel- akukan kebijakan sendiri dan pemaka- ian kurikulum berdasarkan visi, misi dan tujuan pendidikan sekolah swasta tersebut. Sedangkan pemerintah hanya sebagai pengawas terhadap operasional sekolah tanpa bisa intervensi begitu mendalam terhadap kebijakan sekolah.

  Dalam pembangunan dunia pen- didikan, tentunya sekolah swasta mem- punyai peranan yang cukup besar dalam peningkatan mutu dan kualitas pendidi- kan. Karena secara tidak langsung se- kolah swasta membantu tugas pemerin- tah untuk menuntaskan program wajib belajar 12 tahun dan turut serta men- gurangi angka buta aksara di negeri ini. Tetapi fakta dilapangan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan di republik ini, terlalu bersikap otoriter dan menganaktirikan sekolah-sekolah swasta sehingga perkembangan mutu serta kualitas sekolah swasta menjadi lamban. Selain itu dari segi infrastruktur, kondisi bangunan pada sekolah swasta juga sudah tidak memadai dan seper- tinya pemerintah tidak tahu atau bahkan tidak mau tahu akan kondisi ini. Meski diakui ada juga sekolah swasta memiliki pendidikan dan fasilitas yang bermutu.

  Seluruh wakil rakyat di gedung senayan pun selalu berkoar-koar ten- tang peningkatan pendidikan dengan cara mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20 persen dari total anggaran negara, tetapi lagi-lagi dana sebesar itu hanya sebagian kecil yang bisa dirasakan dan dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah swasta, sehingga berimbas yayasan mau tidak mau harus menarik iuran yang lebih tinggi pada para siswa agar sekolah tersebut bisa terus bertahan.

  Menurut Peraturan Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan (Permendik- bud) nomor 60 tahun 2011 tentang larangan pungutan biaya pada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Permendikbud ini bertujuan untuk mengurangi beban orang tua/wali mu- rid dalam menyekolahkan putra-putri mereka. Dalam pasal 3 juga disebutkan bahwa sekolah pelaksana program wa- jib belajar dilarang memungut biaya in- vestasi dan biaya operasi dari peserta didik, orang tua atau walinya. Tetapi peraturan-peraturan tersebut sayangn- ya hanya sebatas kamuflase pemerin- tah untuk mendapatkan penghargaan dari dinas pendidikan. Memang kalau sekolah negeri masih bisa memanfaat- kan anggaran dari pemerintah, tetapi kalau sekolah swasta darimana dananya? Bagaimana pendidikan bisa maju kalau masih saja ada diskriminasi antara se- kolah negeri dan sekolah swasta? Lalu, pertanyaan selanjutnya, masih penting- kah sekolah swasta bagi pemerintah???

  Namun yang pasti dan tidak bisa dipungkiri, bahwa jikalau tanpa adanya sekolah-sekolah swasta maka pemerintah tidak akan sanggup untuk meningkatkan mutu dan kualitas pen- didikan. Dengan adanya sekolah swasta akan membantu pemerataan pendidi- kan di berbagai jenjang pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Maka dari itu, pemerintah mestinya sadar dan su- dah seharusnya tidak ada diskriminasi lagi baik sekolah negeri maupun swasta. Pemerintah juga harus lebih peka dalam kaitannya dengan kondisi infrastruktur sekolah dengan memberikan dana yang cukup guna meningkatkan sarana dan prasarana sekolah yang kondisinya juga sebagian besar sangat memprihatinkan.

  Terakhir, pendidikan adalah hal yang sangat pokok untuk mening- katkan kualitas suatu bangsa. Oleh ka- rena itu, marilah kita bersama-sama bekerja keras dalam hal peningkatan mutu dan kualitas pendidikan bangsa ini. Karena peningkatan kualitas pen- didikan tidak hanya tanggung jawab kementerian pendidikan saja tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat di negeri ini. (khairul hakim)

  UTAMA Secara historis,

  kemun- culan pendidikan swasta sudah ada se- belum Indonesia merdeka. Format awal lembaga -lembaga pendidikan swasta pada waktu itu lebih bersifat. Pesantren atau yang semisal dengannya (surau, ke- dah dan lainya) bisa dikatakan sebagai bentuk awal lembaga pedidikan swasta yang bersifat keagamaan, di mana may- oritas penduduk Indonesia yang beraga- ma Is¬lam banyak memanfaatkan lemba- ga ini sebagai sentra pendidikan (agama). Walau mengambil bentuknya yang tidak formal, keberadaan Pesantren ini sebagai lembaga pendidikan dianggap berhasil dalam menciptakan pribadi¬ pribadi yang sadar secara agama dan berhasil membentuk watak masyarakat Indonesia.

  Namun pada saat itu, pondok pesantren hanya diangap sebagai lembaga pendidi- kan jalur luar sekolah, sehingga out-put pesantren tidak diakui keberadaannya

  Selanjutnya, selain pesantren, lahir pula lembaga pendidikan bernu- ansakan agama, seperti dari golongan Islam di antara sekolah yang muncul ada- lah sekolah pendidikan Muhammadiyah dan Ma’arif. Di lain pihak, juga muncul sekolah-sekolah yang tidak mendasar- kan pada asas keagamaan, yaitu antara lain sekolah Kartini dan Taman Siswa. Sekolah-sekolah swasta ini, atas dasar kebijakan Jenderal Van Heutz seorang gu- bernur pemerintahan penjajah Belanda, kemudian mendapat subsidi dari pemer- intah Belanda dengan syarat mematuhi peraturan dan tidak mengganggu ket- ertiban umum. Sekolah-sekolah swasta (khususnya sekolah/ madrasah berasas Islam yang mendapat restu dari penjajah) pada masa ini mengalami transformasi dan bebas mengekspresikan diri untuk berkembang pada arah yang lebih maju.

  Pada masa awal kemerdekaan (tahun 1946-1950), secara umum kondi- si dan posisi pendidikan swasta dalam pendidikan nasional tidak jauh berbeda dengan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Menurut laporan Pani- tia Penyelidik Pengajaran pada waktu itu (1946), pendidikan swasta diperlakukan secara wajar, bahkan dalam hal-hal tert- entu disebutkan tanpa ada diskriminasi.

  Pendidikan Swasta Antara Harapan dan Realitas

  Di antara,isi laporan tersebut yang tidak diskriminatif adalah tentang adanya per- samaan dalam hal ijazah, di mana ijazah negeri dan swasta tidak dibedakan. Juga, dibolehkannya murid-murid sekolah swasta untuk berpindah atau melan- jutkan pelajarannya di sekolah negeri. Sekolah Negeri Vs Sekolah Swasta Dewasa ini, sekolah-sekolah swasta kian menjamur. Kualitasnya tidak kalah dari sekolah negeri favorit. Namun de- mikian, banyak perbedaan diantara se- kolah negeri dan swasta. Inilah yang membuat beberapa orangtua memper- timbangkan hal tersebut sebelum me- milihkan sekolah untuk anaknya. Apa sajakah perbedaan diantara keduanya?

  Pertama . BIAYA

  Perbedaan yang pertama, tak lain dan tak bukan, adalah soal biaya. Seperti yang sudah kita ketahui, untuk SD dan SMP negeri biayanya adalah gra- tis, Sedangkan untuk SMA negeri, bi- ayanya standar dan tidak terlalu mahal, Sedangkan sekolah swasta (SD, SMP, maupun SMA) biasanya biayanya lebih mahal dan diatas rata-rata. Hal ini dika- renakan sekolah swasta memiliki visi dan misi tersendiri. Sekolah swasta memiliki standar pendidikan yang berbeda-beda bagi murid-muridnya. Misalnya sekolah swasta yang dikhususkan untuk agama tertentu.Sekolah swasta yang berkualitas tentu mematok harga yang cukup tinggi.

  Kedua . PERGAULAN

  Siswa-siswi yang bersekolah di sekolah negeri memiliki lebih banyak perbedaan. Dalam hal Agama misalnya, keragaman keyakinan bisa ditemukan di sekolah negeri. Tidak seperti di sekolah swasta yang dikhususkan untuk keyaki- nan tertentu, siswa-siswinya sehari-hari hanya bergaul dengan teman-teman dari kalangan keyakinan yang sama sehing- ga mereka kurang memahami orang- orang dengan keyakinan yang berbeda.

  Selain itu, latar belakang bela- kang keluarga siswa-siswi sekolah neg- eri juga lebih beragam. Berbeda dengan siswa-siswi sekolah swasta yang rata-rata berasal dari keluarga berada karena biaya masuk sekolah swasta tergolong tinggi. Sekolah negeri lebih unggul dalam hal mengajarkan anak tentang bagaimana me- nerima banyaknya perbedaan dalam hal agama dan kehidupan sosial masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa di be- berapa sekolah swasta, ada yang may- oritas diisi oleh siswa-siswa dengan ras tertentu. Hal itu membuat siswa-siswa di sekolah lain yang tidak berasal dari ras yang sama menjadi enggan untuk bergaul dengan mereka, karena men- ganggap bahwa mereka tidak mau ber- gaul dengan orang-orang dari ras yang berbeda. Sementara siswa-siswa ras tersebut juga enggan bergaul dengan siswa-siswa sekolah lain yang berbeda ras karena mereka takut akan dikucil- kan dengan adanya perbedaan sehingga mereka lebih memilih untuk bergaul dengan sesamanya saja. Hal inilah yang menimbulkan kesalahpahaman sehingga sekolah swasta terkesan eksklusif dan enggan membaur dengan masyarakat.

  Ketiga FASILITAS

  Jika menyinggung soal fasili- tas, sekolah negeri dan swasta tentu juga berbeda. Dengan biaya yang ter- golong standar dari pemerintah, se- kolah negeri masih kalah jika diband- ingkan dengan sekolah swasta yang biayanya tidaklah murah. Biaya se- kolah berpengaruh cukup besar dalam pemberian fasilitas pembelajaran. Fasilitas kelas yang menunjang seperti air conditioner, LCD projector, laptop dan lainnya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sekolah negeri tidak bisa secara penuh memberikan fasilitas ini kepada seluruh siswanya. Sedangkan untuk meminta bantuan dari orangtua murid dilarang pemerintah karena di- anggap memberatkan masyarakat. Ke- cuali bagi sekolah RSBI dengan ala- san yang sudah saya sebutkan diatas. Berbeda dengan sekolah swasta yang me- miliki cukup biaya untuk memberikan fasilitas yang berkualitas bagi seluruh siswa-siswinya. Tidak hanya fasilitas di dalam kelas, melainkan juga fasilitas luar kelas seperti lapangan olahraga, stadion basket milik pribadi, serta bus sekolah.

  Keempat. PENGAJAR

  Tenaga pengajar atau guru pada sekolah negeri maupun sekolah swasta bisa dibilang sebelas-duabe- las atau kurang lebih sama. Rata-rata tenaga pengajar sama-sama memiliki latar belakang pendidikan minimal S1, beberapa ada yang sudah S2. Yang membedakan adalah perhatian para pengajar terhadap anak didiknya.

  Tidak bisa dipungkiri, jum- lah siswa yang belajar di sekolah neg- eri jauh lebih banyak jika dibanding- kan dengan jumlah siswa yang belajar di sekolah swasta. Jika dalam satu ke- las sekolah negeri memiliki 40 siswa, maka sekolah swasta hanya 20-30 siswa. Belum lagi jumlah kelas di se- kolah negeri yang juga lebih banyak daripada jumlah kelas di sekolah swasta. Jumlah siswa berpengaruh signifi- kan terhadap perhatian guru. Di se- kolah negeri,guru-guru cenderung hanya memperhatikan siswa-siswa yang menonjol. Misalnya siswa yang sangat cerdas dan siswa yang san- gat nakal. Sementara siswa-siswa yang lainnya kurang mendapat perhatian.

  Bagaimana dengan sekolah swasta? Karena jumlah murid ideal tidak terlalu banyak, maka guru-guru bisa lebih memahami anak didiknya. Meski siswa yang cerdas dan siswa yang nakal tetap terlihat lebih menon- jol, namun guru-guru sekolah swasta masih bisa memahami siswa-siswa yang lainnya, sehingga guru paham betul karakteristik setiap anak didiknya. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh sekolah negeri maupun swasta, semua kembali kepada orangtua dan anak sendiri. Di- manapun nantinya orangtua akan me- nyekolahkan anaknya, semua tergantung kepada anak itu sendiri. Jika ia memi- liki kepribadian yang kuat serta seman- gat belajar tinggi, maka ia akan sukses dimanapun ia bersekolah.(juanda)

10 UTAMA

  11 UTAMA Kasus Kurikulum 2013 PENGANTAR

  Dialog mengenai pergantian kurikulum dewasa ini dari Kuriku- lum KTSP menjadi Kurikulum 2013 menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai profesionalisme guru. Pe- rubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka yang ke-11 kali mengikuti pola yang sama yaitu mengalir dari atas ke bawah.[1] Dari konsep menga- lir ke bawah dan harus dilaksanakan di sekolah oleh para guru. Perubahan tersebut ternyata bertentangan den- gan hakikat ilmu pendidikan yaitu

suatu ilmu yang teoretiko praktis.

  

Artinya pendidikan merupakan suatu

proses[2] yang diimplementasikan

ke lapangan atau ke ruang kelas dan

dari proses tersebut itu akan mem-

berikan input kepada perubahan

konsep. Oleh sebab itu kegagal-an

suatu konsep kurikulum terletak ke-

pada implementasi guru di lapangan.

Tidak mengherankan apabila ber- bagai kegagalan di dalam penyem-

purnaan kurikulum dipersalahkan

atau terletak pada tanggung jawab

para guru. Suksesnya Kurikulum

2013 akan terletak pada para guru

dan bukan kepada siapapun juga.

  I. KEKUASAAN DAN PROFESIONALISME DALAM ABAD-21 Abad ke-21 ditandai oleh abad ilmu pengetahuan, knowledge- based society. Hal ini berarti peruba- han-perubahan yang besar di dalam kehidupan manusia abad ke-21 di- dasarkan kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian masyarakat bukan hanya diarahkan dan dibimbing oleh kekuasaan tetapi oleh profesion- alisme. Masyarakat yang dipimpin oleh profesionalisme adalah pem- bangunan masyarakat yang didasar- kan kemajuan ilmu dan teknologi.

  Kekuasaan, Profesionalisme dan Kebijakan Pendidikan

(Belajar dari Prof.H.A.R Tilar Guru Besar Emeritus Universitas Negeri

Jakarta; Anggota Penasehat PB-PGRI; Anggota Penasehat Paguyuban

  Pendidikan Taman Siswa; Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

  UTAMA

  Perkem-bangan masyarakat ditentukan oleh tingkat profesionalisme dari para pemimpinnya. Dalam berbagai aspek ke- hidupan manusia, kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan dipimpin oleh para profesio-nal. Berbeda dengan era sebelumnya kehidupan masyarakat dip- impin oleh kekuasaan seperti kekuasaan politik, kekuasaan ekonomi, kekuasaan teokratis dan sebagainya.[3] Dapat digam- barkan bagaimana antara lain pendidikan yang dipimpin oleh kekuasaan seperti di dalam era Nazisme Jerman atau Facisme Italia-Jepang dalam masa Perang Dunia II. Profesionalisme hanya dapat hidup dalam suatu masyarakat demokratis dan bukan dalam masyarakat kekuasaan.[4] Di dalam bidang hukum, masyarakat di bawah pem- impin para profesional dalam bidang hu- kum, dalam bidang kesehatan oleh para profesional kesehatan, dan di dalam bidang pendidikan di bawah pemimpin para pro- fesional yang menguasai bidang pendidi- kan. Dapat dibayangkan bagaimana mis- alnya dalam bidang kesehatan dikuasai oleh para profesional dalam bidang pendidikan.

II. PROFESIONALISME PENDIDIKAN

  Dan sebaliknya pula dalam bidang pen- didikan dikuasai oleh para profesional di dalam bidang pertanian atau industri. Yang diperlukan adalah kerjasama antar-profe- sional yang menguasai bidangnya sendiri sehingga terjadi sinergi yang efektif dan produktif. Perkem-bangan masyarakat di- tentukan oleh tingkat profesionalisme dari para pemimpinnya. Dalam berbagai aspek kehidupan manusia, kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan dipimpin oleh para profesio-nal. Berbeda dengan era sebelumnya kehidupan masyarakat dip- impin oleh kekuasaan seperti kekuasaan politik, kekuasaan ekonomi, kekuasaan teokratis dan sebagainya.[3] Dapat digam- barkan bagaimana antara lain pendidikan yang dipimpin oleh kekuasaan seperti di dalam era Nazisme Jerman atau Facisme Italia-Jepang dalam masa Perang Dunia II. Profesionalisme hanya dapat hidup dalam suatu masyarakat demokratis dan bukan dalam masyarakat kekuasaan.[4] Di dalam bidang hukum, masyarakat di bawah pem- impin para profesional dalam bidang hu- kum, dalam bidang kesehatan oleh para profesional kesehatan, dan di dalam bidang pendidikan di bawah pemimpin para profe- sional yang menguasai bidang pendidikan. Dapat dibayangkan bagaimana misalnya dalam bidang kesehatan dikuasai oleh para profesional dalam bidang pendidikan. Dan sebaliknya pula dalam bidang pendidikan dikuasai oleh para profesional di dalam bi- dang pertanian atau industri. Yang diper- lukan adalah kerjasama antar-profesional yang menguasai bidangnya sendiri sehingga terjadi sinergi yang efektif dan produktif.

  Dalam era globalisasi abad ke- 21 dewasa ini pendidikan haruslah dip- impin dan dibina oleh para profesional. Siapakah para profesional dalam bidang pendidikan? Dasar dari suatu profesi modern adalah ilmu yang mendasarinya serta praktek di dalam implementasinya.

  Ilmu Pendidikan Sebagai Dasar Profesi Pendidikan

  Apakah ilmu pendidikan itu? Se- mula ilmu pendidikan berasal dari filsafat serta kemudian merupakan bagian dari ilmu psikologi. Sejak permulaan abad ke- 20 mulai lahir ilmu pendidikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri karena dianggap mempunyai obyek dan metodologi yang spesifik. Obyek ilmu pendidikan adalah su- byek peserta-didik yang ber-beda dengan obyek ilmu-ilmu yang lain. Peserta-didik adalah makhluk hidup yang bertanggung jawab yang khas yang memiliki kepribadian sendiri yang perlu dikembangkan mela- lui proses pendidikan. Dalam pengemban- gan peserta-didik sebagai pribadi terdapat banyak konsep yang telah dikembangkan. Konsep-konsep tersebut harus diimplemen- tasikan di dalam proses pendidikan. Proses pendidikan tidaklah sama dengan proses produksi di dalam industri. Proses pen- didikan merupa-kan suatu dialog antara pendidik dan peserta-didik.[5] Dari proses pen-didikan inilah dapat dituai efek-efek yang bermakna untuk penyempur-naan konsep. Inilah yang disebut hakikat ilmu pendidikan sebagai ilmu teoretiko-praktis. [6] Dengan demikian ilmu pendidikan bu- kanlah suatu ilmu yang abstrak tetapi suatu ilmu yang kongkret dan berkenaan den- gan subyek yang semakin berdiri sendiri. Berdasarkan pada hakikat ilmu pen- didikan sebagai ilmu teoretiko prak- tis, maka peranan guru sebagai pelaksana proses pendidikan sangat me- nentukan di dalam keberhasilan serta pe- nyempurnaan suatu konsep pendidikan.

  

Arti Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

  Proses pendidikan mengimplikasikan adanya praksis pendidikan dan evalu- asi. Berdasarkan hasil evaluasi inilah da- pat dilaksanakan bukan hanya dalam implementasi tetapi juga di dalam kon- sep oleh guru. Di dalam kaitan inilah ter- letak pentingnya penelitian pendidikan. Penelitian dan evaluasi pendidikan bu- kan hanya akan mening-katkan mutu dari praksis pendidikan juga akan merupakan sumbangan bagi perkem-bangan ilmu pen- didikan. Evaluasi pendidikan yang dilak- sanakan di Indonesia dewasa ini berupa Uji- an Nasional merupakan evaluasi sesaat dan bukan merupakan evaluasi longitudinal. Proses pendidikan mengasumsikan suatu periode yang panjang, meliputi periode un- tuk sekolah dasar, pendidikan menengah dan seterusnya bahkan sepanjang hayat. Di dalam periode inilah dibutuhkan penelitian dan evaluasi pendidikan untuk lebih men- ingkatkan kualitas proses pendidikan itu.

  III. PENGERTIAN DASAR TENTANG KURIKULUM Etimologis

  Secara etimologis, kurikulum be- rasal dari kata currere yang berarti arena pacuan.[7] Dalam gambaran tersebut tentu- nya adanya kuda, joki, dan jarak yang akan ditempuh. Secara etimologis kurikulum berarti sarana pacuan untuk mencapai tu- juan tertentu. Dalam dunia modern kuri- kulum berarti sebagai serangkaian program (mata pelajaran) untuk mencapai tujuan pendidikan. Apa yang sering dilupakan di dalam diskusi kurikulum ialah kurikulum bukan semata-mata hanya berkenaan den- gan lapangan pacu dan jarak tetapi juga yang tidak murang pentingnya adalah kuda dan jokinya (pendidik dan peserta-didik).

  Kurikulum Tidak Statis Tapi Dinamis

  Dalam dunia modern dewasa ini kurikulum dalam kegiatan atau proses pendidikan berubah secara dinamis, tera- rah, dan memenuhi tuntutan perubahan kehidupan modern. Dalam rangka UUD 1945 kurikulum dapat diartikan sebagai rancangan pendidikan untuk mencerdas- kan kehidupan bangsa Indonesia. Karena kehidupan berbangsa Indonesia dalam keadaan dinamis maka kurikulum harus disesuaikan dengan tuntutan kehidupan yang dinamis itu pula. Tuntutan tersebut bukan hanya diminta oleh negara maju tetapi juga bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk mengejar keterting- galannya. Apabila negara maju menetapkan tujuan perlombaannya pada jarak 400 me- ter maka di negara berkembang haruslah

  UTAMA

  menetapkan pencapaian tujuan per- lombaannya lebih cepat dari negara- negara industri maju. Dengan kata lain masalah kurikulum dalam negara-negara berkembang seperti Indonesia mem- inta perhatian yang serius yang relatif lebih kompleks dari negara-negara maju tetapi juga harus berhati-hati karena sumber daya dan sumber dana negara- negara berkembang masih terbatas.

  Kurikulum dalam Menghadapi Peru- bahan [Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu Teoretiko-Praktis]

  Pendidikan berbeda dengan in- dustri. Pendidikan berhadapan dengan manusia dalam upaya lebih meningkat- kan taraf hidupnya atau kesejahteraaan- nya dan kecerdasannya. Hal ini berbeda dengan industri yang memproduksikan hasil industri atau produk industri yang semakin lama semakin berkualitas. Pendidikan bertujuan menghasilkan peserta-didik yang berkualitas dalam arti lebih merdeka, lebih bertanggung jawab, lebih bermoral. Inilah yang dis- ebut proses pemanusiaan dalam proses pendidikan. Dalam proses pemanusiaan tersebut obyeknya adalah subyek yang unik dan bertanggung jawab yang pada akhirnya menjadi manusia yang berdiri sendiri. Manusia yang berdiri sendiri tersebut adalah manusia yang dapat menata kehidupannya sendiri bersama- sama dengan kelompoknya dalam dunia yang terus-menerus berubah. Inilah kon- sep teoritis dari proses pendidikan, pen- didikan sebagai proses pemerdekaan.[8]

  Konsep tersebut harus diwujud- kan dalam praksis pendidikan. Bagaima- na caranya agar supaya proses pendidikan diarahkan kepada pemerdekaan peserta- didik yang berarti bertanggung jawab dan kreatif di dalam kehidupannya. Kon- sep pendidikan yang hanya berada pada tataran teori bukanlah ilmu pendidikan yang benar oleh sebab hanya pada tata- ran abstrak. Proses pendidikan yang se- benarnya terletak dalam tataran praksis. Selanjutnya dari hasil praksis pendidikan dapat diperoleh masukan untuk pemur- nian teori pendidikan yang lebih mantap.

  Siklus Perencanaan Kurikulum

  Kurikulum sebagai bagian dari proses pendidikan haruslah pula bersifat teor- etiko-praktis. Hal ini berarti suatu kon- sep kurikulum perlu dievaluasi di dalam tataran praktek atau dalam kata lain uji- coba. Dari hasil ujicoba dapat diperoleh masukan-masukan untuk penyempur- naan konsep kurikulum. Evaluasi suatu kurikulum dapat berwujud evaluasi ter- hadap kurikulum yang sedang berjalan ataupun suatu proses ujicoba terhadap suatu kurikulum yang baru. Dalam siklus perencanaan kurikulum demikian ten- tunya memerlukan waktu yang cukup lama. Harus kita ingat bahwa proses pendidikan yang berkenaan dengan peserta-didik berbedan dengan proses penyempurnaan kualitas produk indus- tri. Bahan baku pendidikan dan bahan baku suatu industri berbeda. Pendidikan berkenaan dengan subyek yang mempu- nyai jiwa sedangkan yang kedua tanpa jiwa. Maka proses penyempurnaan atau perubahan suatu kurikulum haruslah di- laksanakan dengan hati-hati karena kita berhadapan dengan subyek yang berjiwa.

  Pada tahun 2012 yang lalu du- nia pendidikan di Indonesia digegerkan dengan beberapa kebijakan pemerintah dalam pendidikan nasional. Antara lain mengenai pendidikan karakter bangsa yang sampai dewasa ini belum diketahui juntrungannya. Belum selesai dengan pelaksanaan masalah tersebut pemer- intah melancarkan konsep Kurikulum 2013. Yang menyebabkan kegalauan dalam masyarakat baik masyarakat umum maupun masyarakat intelektual ialah sangat singkatnya persiapan untuk melaksanakan Kurikulum 2013 terse- but. Dibutuhkan kurang dari setahun dalam persiapannya dan pemerintah bertekad untuk melaksanakan mulai tahun ajaran 2013. Rencana tersebut dirasakan terlalu tergesa-gesa melihat kepada kondisi lapangan pacu di Indone- sia yang tersebar di 17000 pulau dengan kualitasnya yang beragam antara lain disebabkan kualitas tenaga gurunya yang belum tuntas dengan program sertifikasi.

  Belajar dari Pengalaman

  Sejak kemerdekaan Indonesia, kurikulum pendidikan dasar dan menen- gah telah mengenal sepuluh kali peru- bahan. Yang terakhir adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilancarkan sejak tahun 2006. Pengala- man apakah yang dapat kita petik dari perubahan-perubahan kurikulum di ne- gara kita ini? Ternyata pergantian kuri- kulum yang silih berganti belum dapat menaikkan tingkat kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian-penelitian inter- nasional menunjukkan rendahnya mutu pendidikan nasional kita dibandingkan dengan negara-negara lain termasuk negara-negara tetangga. Pemeo yang mengatakan bahwa ganti menteri ganti kebijakan, ganti menteri ganti kuriku- lum memang benar adanya. Apa yang dikemukakan dalam konsep Kurikulum 2013 antara lain telah diluncurkan mela- lui Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Mengapa Kurikulum CBSA yang cukup modern tersebut tidak dilanjut- kan atau gagal sebelum dilaksanakan? Di sini kita lihat secara konseptual CBSA dapat kita golongkan sebagai kurikulum super bahkan relevan sampai abad 21. Namun nasib yang diderita oleh CBSA ternyata kurikulum super tersebut han- ya terbatas diujicobakan di Kabupaten Cianjur. Kemudian tanpa evaluasi diganti oleh kurikulum yang baru lagi. Pengala- man buruk ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk perubahan Kurikulum Na- sional memerlukan jangka waktu yang cukup untuk mempersiapkan segala sesuatu di dalam pelaksanaannya. Ternyata kurikulum seperti CBSA bu- kan hanya berkenaan dengan lapangan pacu atau mata pelajaran tetapi lebih- lebih lagi berkaitan dengan metodologi dalam proses pendidikan yang mene- kankan kepada peserta-didik yang aktif di bawah bimbingan guru yang kreatif. Kebijakan pemerintah telah mulai di- laksanakan sejak tahun 1998 untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain melalui sertifikasi guru. Namun apa yang terjadi guru memang diakui sebagai kunci dari peningkatan kuali- tas tetapi dalam pelaksanaannya pro- gram sertifikasi yang hanya berjalan

IV. KURIKULUM 2013

KESIMPULAN DAN SARAN

  5. Kurikulum 2013 bukan semata-mata un- tuk menambah atau mengurangi mata pelajaran ataupun mengurangi maupun me-nambah jam pelajaran akan tetapi yang lebih penting perubahan di dalam proses pendidikan itu sendiri yang menekankan pada kreativitas peserta- didik dan pendidik sehingga melahir- kan proses belajar yang aktif-kreatif.

  4. Sukses Kurikulum 2013 terle- tak pada kemampuan guru dan proses pembelajaran kreatif.

  3. Implementasi Kurikulum 2013 diujico- bakan dan dievaluasi ter-lebih dahulu.

  2. Perubahan kurikulum dalam siklus ilmu pendidikan kritis.

  1. Belajar dari pengalaman Fin- landia, reformasi pendidikan dimulai dari revitalisasi LPTK.

  2013 tidak secuilpun dikemukakan dalam RENSTRA DIKNAS 2009-2014. Apabila Kuri- kulum 2013 tersebut toh dipaksakan tentu- nya rencana tersebut akan mengambil dana dari program-program lainnya yang telah disepakati sebagai program-program priori- tas di dalam pembangunan nasional 2009- 2014. Pemerintah berdalih bahwa konsep Kurikulum 2013 telah mulai muncul pada tahun 2010. Namun demikian karena pe- rubahan kurikulum bukan hanya mempu- nyai pengaruh yang luas pada masyarakat sehingga meminta dana yang cukup besar di dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Oleh sebab itu sewajarnyalah apabila konsep Kurikulum 2013 lebih dimatangkan dan diu- jicobakan terbatas pada beberapa sekolah/ daerah tertentu agar dapat direncana-kan pelaksanaannya secara matang dan terarah.

4. Menekankan pada belajar secara bebas.

  5. Mereka menerapkan inovasi-inovasi dalam mengajar dan pelajaran pada setiap tingkat pendidikan. Apa yang terjadi dalam perubahan-peru- bahan kurikulum di Indonesia? Ternyata perubahan-perubahan tersebut hanya men- gutak-atik mata pelajaran, jam pelajaran, dan bukan mengenai proses belajar itu sendiri. Proses belajar yang ditekankan adalah:

  UTAMA [9] Apakah yang menjadi kekurangan dari program sertifikasi yang telah menghabis- kan dana milyaran rupiah tersebut? Tern- yata bukan hanya program peningkatan mutu guru yang terlalu singkat sehingga tidak relevan dengan tujuan peningkatan kemampuan profesional guru tetapi juga proses belajar yang hanya menekankan pada menghafal dan bukan kepada membangkit- kan kreativitas peserta-didik. Hal ini dis- ebabkan karena kebijakan yang kontrover- sial pemerintah yaitu tetap melaksanakan Ujian Nasional yang nyata-nyata memati- kan kreativitas peserta-didik maupun guru.

  

Peserta-didik diberi kebebasan memilih

program studinya nanti di universitas.

  3. Pada tingkat sekolah menengah dit

kankan pada pengembangan karya dan

pendidikan teknis.

  2. Mereka mengubah kurikulumnya berlawanan dengan kurikulum yang menekankan pada fakta dan ujian

yang ternyata hanya menambah beban

peserta-didik.

  1. Mereka mengadakan transformasi

pendidikan gurunya dengan mengubah

program pendidikan guru secara radikal.

  Keadaan Indonesia Dewasa ini pendidikan di Indonesia sedang mengalami tantangan besar dan men- dapat sorotan dunia. Amerika Serikat oleh lembaga American Academy of Sciences di dalam Jurnal Science bulan November 2012 yang lalu memuat artikel mengenai peruba- han kurikulum di Indonesia antara lain dalam menyatukan ilmu-ilmu alam dan sosial sejak tingkat sekolah dasar dengan menerapkan prinsip tematik-integratif.[11] Mereka mem- pertanyakan bagaimana mungkin mengem- bangkan minat peserta-didik dalam ilmu-ilmu tersebut sejak dini dengan hanya merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Se- lain daripada itu tampaknya pemerintah ber- dasarkan kekuasaannya tetap akan menera- pkan Kurikulum 2013 mulai tahun 2013 ini dengan antara lain mempersiapkan guru-gu- ru pelaksananya dengan menatarnya di dalam tempo 5 hari. Suatu optimisme yang luar bia- sa yang akan diletakkan di pundak guru untuk melaksanakan suatu konsep yang baru tanpa si pembuat konsep itu sendiri pernah mel- aksanakannya di dalam praktek. Para guru beserta dengan lembaga-lembaga LTPK tam- paknya tidak diikutsertakan secara aktif di dalam pelaksanaan konsep Kurikulum 2013 ini. Hasil dari uji coba yang tanpa dasar yang kokoh pada akhirnya akan terletak di pundak para guru, para profesional pendidikan. Negara kecil Finlandia dalam penelitian-pe- nelitian internasional seperti TIMMS selalu menempati ranking yang paling atas. Hal ini menarik perhatian negara-negara maju sep- erti Amerika Serikat. Apa yang terjadi di Fin- landia ternyata bukan perubahan kurikulum yang menjadi pokok tetapi berbagai kebijakan yang bisa kita contoh sebagai berikut: “Forty years ago, Finland was a comparatively poor country with an agrarian economy and under performing education system. Their leaders knew that their economic survival required them to radically transform their entire edu- cation system and develop the capacity ot their young people to be innovators and en- trepreneurs. Today, Finis students start school one year later, do less home work and have a shorter school and year than student in most dveloped countries, and the country does not administer any test for accountability.[12] Kebijakan pendidikan yang dilaksanakan:

  Pengalaman Finlandia[10] Mengapa kita perlu melihat Fin- landia? Ada beberapa kritik yang keberatan mengambil Finlandia sebagai contoh. Namun Amerika Serikat sendiri sebagai super-power dunia mengakui kehebatan Finlandia yang berpenduduk sekitar 5,5 juta manusia dalam pendidikan nasionalnya yang telah mengang- kat taraf hidup rakyat Finlandia yang luar bia- sa. Dari mana mereka mulai? Ternyata Finlan- dia telah mulai merekonstruksi pendidikan nasionalnya sejak 40 tahun yang lalu dimu- lai dari pendidikan gurunya (LPTK). Mereka tidak mengenal ujian nasional, juga tidak mengenal perubahan kurikulum yang signifi- kan tetapi yang menjadi pokok pembaharuan- nya ialah mempersiapkan guru-gurunya yang andal sejak periode pre-service. Hal ini berar- ti mengubah sistem pendidikan terletak per- tama-tama bukan dalam mengubah kurikul- umnya tetapi di dalam mengubah prosesnya yang dimiliki oleh para guru (skill) di dalam mengembangkan kreativitas peserta-didik.

  Juanda ( dari berbagai sumber)

  • Kolaborasi • Multidisipliner • Belajar mengambil resiko, trial and error
  • Kreativitas • Motivasi intrinsik melalui permainan, pas- sion, tujuan yang jelas.

  Masalah Perencanaan Kurikulum 2013 yang mempun- yai dampak yang sangat luas dalam sistem pendidikan nasional sudah sewajarnyalah tercantum dalam RENSTRA DIKNAS 2009- 2014 apalagi RENSTRA DIKNAS tersebut merupakan penjabaran dari Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2009-2014. Namun demikian Kurikulum

  PENDIDIKAN Dari ribuan

  peserta upacara peringa- tan Hardiknas di Kota Tebingtinggi, tercat- at sebanyak 30 pelajar berprestasi tingkat SD,SMP, SMA dan SMK Negeri dan Swasta di Kota Tebingtinggi mendapat bantuan beasiswa yang dilakukan oleh PT Inalum dan PT Jamsostek Medan pada Peringa- tan Hari Pendidikan Nasional (Hardik- nas) di Lapangan Kota Bayu Jalan Gatot Subroto Kota Tebingtinggi, Kamis (2/5). “Kami mewakili masyarakat Kota Tebingtinggi mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak atapun perusahaan yang masih peduli dengan dunia pendidi- kan di Kota Tebingtinggi, hendaknya keg- iatan ini menjadi momentum ke depan untuk meningkatkan prestasi pelajar dan gurunya,” terang Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan disela-sela acara peringatan Hardiknas tersebut. Membacakan pidato dari Kementerian

  Pendidikan dan Kebudayaan, Umar Zu- naidi meminta maaf setulus-tulusnya atas persoalan penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat ta- hun pelajaran 2012/2013. “Hal ini harus kita jadikan sebagai pelajaran yang san- gat berharga dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat,” jelasnya. Lanjut Umar, dalam perfektif sosial ke- masyaakatan ada tiga penyakit sosial yang sangat besar dampak negatifnya, yaitu kemiskinan, ketidaktahuan dan keterbelakangan, jadi untuk terhindar ketiga macam penyakit tersebut adalah pendidikan. “Jadikan Hardiknas men- ingkatkan kualitas dan akses berkeadi- lan dalam dunia pendidikan,” cetusya. Salah seorang pelajar juara Olimpia- de Sains Nasional (OSN) dari SD Neg- eri 167644, M Farhan Hanif, mengaku bangga karena masih ada kepedulian usahawan untuk memperhatikan na- sib dunia pendidikan khususnya di Kota Tebingtinggi. “Saya punya cita- cita menjadi guru dan selalu berdoa untuk meminta kemudahan dalam mencapai prestasi gemilang,” ujarnya.

  Tampak hadir dalam Hardiknas itu, Wakil Walikota H Irham Taufik, Sekdako Johan Samose Harahap, Kapolres Tebingtinggi AKBP Andi Rian Djajadi, Ketua DPRD Syarial Malik, Kadis Pendidikan Drs H Pardamean Siregar, unsure Muspida dan SKPD, serta tokoh masyarakat, tokoh aga- ma dan tokoh pendidikan serta ribuan pelajar se Kota Tebingtinggi. (Juanda)

  Beasiswa Pada Hardiknas

  SISWA PRESTASI “Pelajar SD juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kota Tebingtinggi, menerima penghargaan siswa berprestasi pada Hardiknas di Lapangan Kota Bayu Tebingtinggi”

  EKONOMI Banyak ibu

  rumah tang- ga menjadi setengah darah tinggi, mengungat berapa duit yang diper- lukan untuk keperluan anak-anak bersekolah dalam tahun ajaran. Kalau dimulai dari anak yang terke- cil masuk Taman Kanak-kanak, sampai dengan yang masuk pergu- ruan tinggi.Apa tak pusing kepala ibu rumah tangga menghadapinya. Apalagi kalau sang bapak dengan peng- hasilan yang sangat kecil.Sementara anak memerlukan pendidikan.Bisa-bisa hal ini menjadikan penyakit baru bagi sang ibu. Yang jelas sakit kepala memikirkannya.

  Bagaimana membagi uang yang diterima dari sang bapak.Kalau tidak ada tambahan, bisa-bisa salah seorang anak tidak jadi masuk sekolah.Betapa kece- wanya sang anak.Dan hal ini akan menja- di tuntutan bagi orang tua di masa datang. Kalau si kecil karena sudah dikatakan sang ibu, tahun ini akan masuk sekolah TK, ia sudah bercerita kepada teman- temannya.Bahkan kepada orang orang tua yang dikenalnya.”wak, aku masuk TK yahun ini ,kata mamakku.”Matanya bercahaya saking gembiranya ia men- dapat penjelasan dari ibunya ten- tang ia akan masuk sekolah tahun ini.

  Di fikirannya, ia akan menda- pat kawan bari di sekolah dengan me- makai seragam.Ia akan bernyanyi ber- sama kawan-kawannya dan berbagai kegiatan lainnya.Sungguh ia akan men- jadi seorang siswi yang berprestasi kelak. Kegembiraan memasuki dunia baru bagi anak, akan membawanya ke dunia yang lain baginya.Dunia sekolah Taman Kanak kanak, akan membentuk jiwanya dalam bermasyarakat di masa depannya. Banyak orang berhasil dalam hidup ini karena melalui pendidikan Taman Kanak Kanak.

  Contohnya seorang ibu guru se- kolah Taman Kanak Kanak pernah ber- cerita kepada kami.Betapa ia takut ka- rena terkejut didtangi seorang perwira TNI berseragam,menanyakan nama ibu guru yang pernah menajar di sekolahnya.

  Setelah berbasa basi diketahuinya bahwa orang berseragam itu adalah bekas murid ketika ia bersekolah di TK yang dipimpin ibu itu.Betapa leganya perasaan ibu itu. Ia masih mengingat masa kecil dididik di sekolah TK dan ia sangat bersyukur telah mendapat pendidikan yang sangat dasar untuk menghadapi masa depannya.Be- gitulah salah satu contoh hasil pendidi- kan yang sangat bermanfaat bagi yang telah menerimanya pendidikan.Segalan- ya akan menjadi lebih mudah kalau kita mendapat pendidikan, ketimbang bagi mereka yang tidak menerimanya. Itulah hasil pendidikan yang telah dikecam seorang perwira tadi dan ia sangat berterima kasih kepada ibu gurunya itu.Terima kasih ibu guru. Itu baru kisah seorang anak seorang Taman Kanak Kanak yang berhas- il.Bagaimana pula dengan mereka yang melalui sekolah lanjutannya.