Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
i
BIMBINGAN KONSELING UNTUK
OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MORAL
REMAJA
Disusun Guna memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Konseling
Remaja
Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti, S.Pd,
M.Pd
Disusun oleh :
Nama : Zuraidah
Harahap Nim
:
1151151042
Keas : BK Reguer A 2015
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018/2019
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah Saya
yang berjudul “Bimbingan
Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral
Remaja”
Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga
dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Untuk
itu Saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd sebagai
dosen pengampu dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
makalah ini.Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Saya
dapat memperbaiki laporan makalah ini.
Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakan dan
dapat memberikan informasi dan inpirasi terhadap pembaca.
Medan, 19 April 2018
Zuraidah Harahap
iii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
i DAFTAR ISI...............................................................................................................................
ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................
2
2.1 Pengertian Moral ...................................................................................................................
2
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja .................................................................................
3
2.3 Immor il Pada Perkembangan Remaja......................................................................................
5
2.4 Pengaruh Orangtua Terhadap Perkembangan Moral Remaja.....................................................
8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................
10
3.1
..........................................................................................................................10
Kesimpulan
3.2 Saran ...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
i
i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan
moral. Moral
merupakan penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang
baik maka ia akan memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu
moral yang buruk maka ia memiliki
memiliki
kepribadian yang buruk pula. Sebagai orang
tua dan guru harus mengeta hui bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya.
Orang tua dan guru harus tahu bagaimana menghadapi dan mengembangkan moral remaja
ke arah yang lebih baik.
Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehing
ga remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan
aturan-aturan yang
berlaku
berdasarkan suara
hati.
mengendalikan diri maka remaja akan terjerumus
Jika
remaja
tidak
mampu
kea rah yang salah atau tindakan
immoril. Pada masa remaja sering terjadi seks bebas yang akan menghancurkan masa
depan remaja.
Hal tersebut
terjadi karena kurangnya bimbingan dan pengetahuan
remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang tua sangat berperan penting dalam
membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan jenis.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas tentang :
1. Apakah pengertian dari moral ?
2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja?
3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku moral
remaja, fenomena
kenakalan moral remaja serta bagaimana
guru dan orang tua
menghadapi dan mengatasi masalah moral remaja atau tindakan immoral pada remaja.
1
iv
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moral
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku
yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores”
yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan
atau
didasari oleh konsep - konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah
menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.
Moral adalah kebiasaan
dalam berinteraksi
menyangkut
dengan
atau aturan yang
orang lain.
harus dipatuhi
Moral merupakan
oleh seseorang
seperangkat
aturan yag
baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak
bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan
moral, yaitu : mempelajari
seperti aturan hokum,
mempelajari
apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
kebiasaan
kelompok
sosial;
mengembangkan
hati
nurani;
untuk merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai
dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk
mempelajari moral yang ada d alam kehidupan kelompok sosial.
Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsepkonsep moral pada masa kanak-kanak
dengan prinsip
moral yang
berlaku
pada
kehidupan sosial di mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja.
Remaja harus ma mpu mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang
ia lakukan. Karena pada masa kanak-kanak,
tua
sebagai
lingkungan
tanggung
jawab
tertumpu
pada orang
terdekat. Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja
lakukan harus memikirkan baik dan buruk atas perbuatannya serta remaja harus mampu
mempertanggung jawabkannya.
Baik
remaja
laki-laki
mempertimbangaka n sikap
mempertanggung
miliki
maupun
positif
atau
remaja
perempuan
negatif,
baik
harus
atau
mampu
buruk,
jawabkan sikapnya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
dan
yang ia
tanpa terlepas dari hati nurani. Perasaan moral adalah perasaan puas dialami
2
v
remaja setelah ia melakukan suatu perbuatan. Apakah perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja tersebut.
3
3
vi
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak
-anak. Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu :
1) Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak
atau formal.
Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan
yang ia
hadapi sesuai dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap
permasalahan yang ia hadapi, terutama permasalahan moral.
2) Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan
itu dubuat manusia
atas persetujuan semua orang adlah bersifat
ideal untuk
kesejahteraan hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang
ada terutama aturan Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi
oleh setiap orang, remaja akan memberontak
jika terjadi pelanggaran terhadap
aturan-aturan yang ada.
Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang
diojelaskna Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum
berdasrakan kesepakatan
masyarakat.
Remaja
bersama.
Moral dibentuk
menyadari
Moral akan berjalan
demi
kebahgiaan
dan
sesuai
dengan
kesejahteraan
kesadaran
kehidupan.
bahwa pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga
kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada
juga secara abstrak seperti sangsi
berupa dosa. Semakintinggi kemampuan kognitif
remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral. Sehingga
kepuasan
dan ketentraman
hidup
serta
remaja akan menuntut
keadilan. Sedangkan menurut teori belajar
sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan. Moral akan
tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik juga.
Remaja akan meniru
moral lingkungan
sekitarnya,
remaja akanj mudah
meniru lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang
tua dan guru harus
memiliki
moral
yang
baik
dihadapan
remaja.
Beberapa
kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30)
adalah :
1) Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi;
2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;
3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama;
vi
4
4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;
5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
vii
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja, Elida Prayitno (2006:
109112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu :
1) Orang Tua dan Guru Sebagai Model
Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis
kelaminnya karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan
anak perempuan ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki
nilai moral yang baik dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan
dengan lingkungan aspek - aspek
timbulah
tingkah
laku
yang
dilihatnya
dari
orang
tua
sehingga
remaja. Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku
muncul karena adanya rasa bersalah pada diri remaja.
Untuk
keluar dari kesalahan
tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang bermoral yang ditiru dari tingkah
laku orang tua dan guru.
2) Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua
Apabila
orang tua menerapkan sisem disiplain
dengan memberikan
alasan
mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja
akan tercipa dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan
disiplin ma ka remaja akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring
dengan perkembangan kognit if remaja.
Remaja
pria
yang
tidak
dibandingka n dengan remaja
memberikan
terancam
yamg tinggal
arahan moral secara
jika
digantikan
memiliki
oleh
langsung
ayah
cenderung
dengan
ayahnya
dan
peranan
lemah
moralnya
karena ayah dapat
disiplin
ayah
akan
ibu. Hubungan antara moral remaja denga disiplin
orang ua adalah sebagai berikut :
Orang
tua yang
menonjolkan
disiplin
dalam
keluarga,
dapat melema
hk a n perkembangan moral remaja.
Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral
yang buruk.
Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.
Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.
Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimb ulkan moral positif bagi siswa.
vii
viii
3) Interaksi Dengan Teman Sebaya
Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud
dari penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan
perasaan temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut
akan mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya
tersebut. Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role
taking remaja akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik.
2.3 Tindakan Immoril Pada Remaja
1) Pengertian Immoril
Berdasarkan
kenyataan
yang
kita
lihat,
tidak
semua
remaja
mampu
menghadap i peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju
kedewasaan. Ketidakmampuan
remaja tersebut akan menimbulkan
tindakan-tindakan
moral yang menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235)
dalam bukunya “Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral
sebagai
“ Tindakan yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh
masyarakat”. Beberapa ciri- cir i individu yang immoril adalah :
a) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi
atau melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.
b) Kurang adanya pembentukan karakter pada individu. Tindakan immoral sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh
teman sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti
pendidkan layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada
orang tua dan guru. Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilainilai yang ada dalam kehidupan.
2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja
Pada masa remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui
tentang seks. Sehingga remaja mencari informasi yang lebih banyak tentang seks. Remaja
dapat memperoleh informasi dari majalah,
buku, berita, seminar yang berhubungan
dengan free seks, atau diskusi dengan teman-teman. Informasi dari orang tua kurang
atau jarang sekali didapatkan remaja karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaan dan
kurangnya kesa daran orang tua tentang hal itu.
viii
ix
Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti
hamil, aborsi, dan lain-lain.
Remaja laki-laki
ingin
mengetahui
tentang
penyakit
kelamin, onani, alat kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang mendapatkan
bimbingan dari orang tua dan guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang
perkembangna
seks, maka remaja tidak akan mampu mengontrol
nafsu seksualnya
sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks). Kematangan seksual pada remaja laki-laki
maupun perempuan akan diekspresikan kepada lawan jenis yang bersifat romantis dan
adanya keinginan yang kuat untuk memper ole h dukungan dari lawan jenis.
Perkembangan
minat
terhadap lawan
jenis
yang disebut
heteroseksualitas
mengik ut i pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay
di antara teman - teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan
kedua jenis seks maka remaja juga harus dapat memlihara
sebaya.
Pada generasi
status dalam kelompok
lampau, kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada.
Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran
merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat itu. Remaja yang menyimpang tidak
akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya.
Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan
orang tua. Remaja menjujung
tinggi nilai- nilai moral yang ada. Remaja laki-laki
berpakaian rapid an bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan
saja mereka tidak berani, apalagi berciuman.
tidak diizinkan
berpelukan
untuk
berciuma n. Berbeda
dan berciuman
Walaupun sudah bertunangan,
halnya
dengan
remaja
remaja
sekarang,
di depan umum merupakan hal yang biasa. Tindakan
immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja sekarang. Tidak hanya terjadi
pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamo ura n tapi remaja pedesaan tidak
terlepas dari tindakan immoral tersebut.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap
remaja. Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak
diherankan kalau remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth
B. Hurlock (1980:228) menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :
1. Hiburan
ix
Remaja menginginkan agar pasangannya
social yang dianggap
mempunyai berbagai keterampilan
penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan
menyenangka n. Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.
x
7
2. Sosialisasi
Agar tetap terlibat
dalam kegiatan
sosial,
maka remaja harus berkencan
dalam melakukan kegiatan sosial.
3. Status
Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok
sosial.
4. Masa Depan
Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan
untuk memikirkan rencana pernikahan.
5. Pemilihan Teman Hidup
Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan
guna mencari pasangan yang akan menjadi pendamping
remaja salah dalam cara memilih,
remajamau
hidupnya.
berhubungan
Namun,
yang melewati
batas dengan teman kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.
Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja
untuk melakukan
hubungan
seksual secara bebas. Remaja akan mengenali
pasangannya secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh
pemiliknya
akan memancing
remaja untuk
melampiaskan
nafsu seksualnya.
Remaja laki-laki diizinka n masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga
sebaliknya.
Seks bebas akan terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk
berkencan. Apalagi pendapat mengena i benar atau salah mengenai perilaku seksual
menyertai perubahan sikap. Pengungkapa n cinta merupakan tindakan baik dan
melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta menurut remaja tidak salah.
Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua
dan belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini
Kartono (1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja
didorong oleh kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan,
tindakan immora l diransang
oleh pemanjaan
diri dan kompensasi
terhadap
kelabilan jiwanya. Remaja perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin
berontak terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru.\
2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.
3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa.
x
xi
4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik
batin dan ketegangan emosional yang tak terbendung.
5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari
orang tua dan lingkugannya..
6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa
dan mampu bertanggung jawab.
Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan
seksualitas kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas
(free seks) akan mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja
yang tergabung dalam kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah
anggota kelompok berkenalan dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturanaturan yang mengikat sikap dan tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan
menyebabkan remaja ketagihan dan akan menggunakannya
narkoba
akan mengontrol
Pegkunsumsian
sistem
berulang- ulang
sehingga
saraf pengkonsumsinya.
narkoba yang berlebihan
akan meningkatkan
seksual remaja
sehingga banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus
HIV/AIDS akan menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di
masa remaja akan menghancurkan masa depan anaknya. Begitu juga di mata Tuhan,
betapa besar dosa yang telah dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu
telah menguasai akal dan hati remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja
tidak menyadari bahwa belum tentu pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti.
Apalagi
pada remaja perempuan
yang telah dinoda oleh pasangannya
yang tidak
bertanggung jawab.
Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam
dosa di sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral
dan tidak bertanggung
jawab
terhadap
moral
anak.
Bagi
remaja
itu
sendiri,
free seks telah menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman
sebaya. Remaja akan menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.
2.4 Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja
1. Memperkenalkan pengetahuan agama.
xi
Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan
tentang nilai- nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki
pegangan hidup.
9xii
2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku.
Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang
berlaku
3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih.
Guru dan orang tua harus menunjukkan sifat kasih sayang kepada sesama
terutama kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru
dan orang tua. Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam bersikap.
4. Membangkitkan kata hati.
Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar
dan buruk dapat dipercaya melalui kata hati.
5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral.
Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih
saying sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua
memberika n contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan
teguran yang tidak menjatuhkan perasaan remaja.
6. Meningkatkan pandangan moral
Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah
moral. Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena
remaja tahu apa akibat dari yang akan ia lakukan.
7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri
dan orang lain.
8.
Membina
bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk
kelompok belajar atau diskusi pada remaja sehingga
tercipta hubungan yang
positif pada remaja yang berlawanan jenis.
9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan.
10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga
remaja bertindak positif untuk megekspresikan cintanya
kepada lawan jenis.
Misalnya remaja akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan
kepada teman lawan jenisnya bahwa ia mampu berprestasi.
11. Orang tua hendaknya
menerima
teman remaja dan membina
mereka dalam
bergaul di rumah serta selalu mendampingi meraka.
12. Orang tua memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan
remaja menyimpan masalahnya sendiri.
xii
xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan
menjadi pegangan
remaja
hidup
dalam bersikap.
Dengan
kemampuan
berpikir
abstrak
mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas,
benar atau salah. Remaja yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan
immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa
depan remaj yang bersangk utan remaja tersebut khususnya.
3.2 Saran
Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan
banyak ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja
yang labil, anak tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukannya.Di samping itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya
membimbing remaja dalam menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak
terjadi penyimpangan moral yang akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi
pengetahua n agama dan dibimbing dalam mengembangkan minat dan bakat sehingga
remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak immoral.
Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja
dan selalu memberikan kasih sayang yang penuh terhadap remaja.
10
xiii
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
http://kontesb lo gm us l im.co m/kar ya- kb m3- penyi mpa nga n- mo ra l- re ma japenyebab- dan- solusinya / (di akses pada tanggal 18 April 2018 pukul 10.00 Winb)
xiv
BIMBINGAN KONSELING UNTUK
OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MORAL
REMAJA
Disusun Guna memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Konseling
Remaja
Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti, S.Pd,
M.Pd
Disusun oleh :
Nama : Zuraidah
Harahap Nim
:
1151151042
Keas : BK Reguer A 2015
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018/2019
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah Saya
yang berjudul “Bimbingan
Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral
Remaja”
Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga
dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Untuk
itu Saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd sebagai
dosen pengampu dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
makalah ini.Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Saya
dapat memperbaiki laporan makalah ini.
Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakan dan
dapat memberikan informasi dan inpirasi terhadap pembaca.
Medan, 19 April 2018
Zuraidah Harahap
iii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
i DAFTAR ISI...............................................................................................................................
ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................
2
2.1 Pengertian Moral ...................................................................................................................
2
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja .................................................................................
3
2.3 Immor il Pada Perkembangan Remaja......................................................................................
5
2.4 Pengaruh Orangtua Terhadap Perkembangan Moral Remaja.....................................................
8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................
10
3.1
..........................................................................................................................10
Kesimpulan
3.2 Saran ...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
i
i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan
moral. Moral
merupakan penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang
baik maka ia akan memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu
moral yang buruk maka ia memiliki
memiliki
kepribadian yang buruk pula. Sebagai orang
tua dan guru harus mengeta hui bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya.
Orang tua dan guru harus tahu bagaimana menghadapi dan mengembangkan moral remaja
ke arah yang lebih baik.
Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehing
ga remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan
aturan-aturan yang
berlaku
berdasarkan suara
hati.
mengendalikan diri maka remaja akan terjerumus
Jika
remaja
tidak
mampu
kea rah yang salah atau tindakan
immoril. Pada masa remaja sering terjadi seks bebas yang akan menghancurkan masa
depan remaja.
Hal tersebut
terjadi karena kurangnya bimbingan dan pengetahuan
remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang tua sangat berperan penting dalam
membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan jenis.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas tentang :
1. Apakah pengertian dari moral ?
2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja?
3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku moral
remaja, fenomena
kenakalan moral remaja serta bagaimana
guru dan orang tua
menghadapi dan mengatasi masalah moral remaja atau tindakan immoral pada remaja.
1
iv
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moral
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku
yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores”
yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan
atau
didasari oleh konsep - konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah
menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.
Moral adalah kebiasaan
dalam berinteraksi
menyangkut
dengan
atau aturan yang
orang lain.
harus dipatuhi
Moral merupakan
oleh seseorang
seperangkat
aturan yag
baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak
bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan
moral, yaitu : mempelajari
seperti aturan hokum,
mempelajari
apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
kebiasaan
kelompok
sosial;
mengembangkan
hati
nurani;
untuk merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai
dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk
mempelajari moral yang ada d alam kehidupan kelompok sosial.
Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsepkonsep moral pada masa kanak-kanak
dengan prinsip
moral yang
berlaku
pada
kehidupan sosial di mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja.
Remaja harus ma mpu mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang
ia lakukan. Karena pada masa kanak-kanak,
tua
sebagai
lingkungan
tanggung
jawab
tertumpu
pada orang
terdekat. Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja
lakukan harus memikirkan baik dan buruk atas perbuatannya serta remaja harus mampu
mempertanggung jawabkannya.
Baik
remaja
laki-laki
mempertimbangaka n sikap
mempertanggung
miliki
maupun
positif
atau
remaja
perempuan
negatif,
baik
harus
atau
mampu
buruk,
jawabkan sikapnya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
dan
yang ia
tanpa terlepas dari hati nurani. Perasaan moral adalah perasaan puas dialami
2
v
remaja setelah ia melakukan suatu perbuatan. Apakah perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja tersebut.
3
3
vi
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak
-anak. Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu :
1) Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak
atau formal.
Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan
yang ia
hadapi sesuai dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap
permasalahan yang ia hadapi, terutama permasalahan moral.
2) Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan
itu dubuat manusia
atas persetujuan semua orang adlah bersifat
ideal untuk
kesejahteraan hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang
ada terutama aturan Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi
oleh setiap orang, remaja akan memberontak
jika terjadi pelanggaran terhadap
aturan-aturan yang ada.
Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang
diojelaskna Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum
berdasrakan kesepakatan
masyarakat.
Remaja
bersama.
Moral dibentuk
menyadari
Moral akan berjalan
demi
kebahgiaan
dan
sesuai
dengan
kesejahteraan
kesadaran
kehidupan.
bahwa pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga
kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada
juga secara abstrak seperti sangsi
berupa dosa. Semakintinggi kemampuan kognitif
remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral. Sehingga
kepuasan
dan ketentraman
hidup
serta
remaja akan menuntut
keadilan. Sedangkan menurut teori belajar
sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan. Moral akan
tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik juga.
Remaja akan meniru
moral lingkungan
sekitarnya,
remaja akanj mudah
meniru lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang
tua dan guru harus
memiliki
moral
yang
baik
dihadapan
remaja.
Beberapa
kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30)
adalah :
1) Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi;
2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;
3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama;
vi
4
4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;
5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
vii
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja, Elida Prayitno (2006:
109112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu :
1) Orang Tua dan Guru Sebagai Model
Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis
kelaminnya karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan
anak perempuan ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki
nilai moral yang baik dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan
dengan lingkungan aspek - aspek
timbulah
tingkah
laku
yang
dilihatnya
dari
orang
tua
sehingga
remaja. Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku
muncul karena adanya rasa bersalah pada diri remaja.
Untuk
keluar dari kesalahan
tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang bermoral yang ditiru dari tingkah
laku orang tua dan guru.
2) Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua
Apabila
orang tua menerapkan sisem disiplain
dengan memberikan
alasan
mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja
akan tercipa dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan
disiplin ma ka remaja akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring
dengan perkembangan kognit if remaja.
Remaja
pria
yang
tidak
dibandingka n dengan remaja
memberikan
terancam
yamg tinggal
arahan moral secara
jika
digantikan
memiliki
oleh
langsung
ayah
cenderung
dengan
ayahnya
dan
peranan
lemah
moralnya
karena ayah dapat
disiplin
ayah
akan
ibu. Hubungan antara moral remaja denga disiplin
orang ua adalah sebagai berikut :
Orang
tua yang
menonjolkan
disiplin
dalam
keluarga,
dapat melema
hk a n perkembangan moral remaja.
Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral
yang buruk.
Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.
Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.
Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimb ulkan moral positif bagi siswa.
vii
viii
3) Interaksi Dengan Teman Sebaya
Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud
dari penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan
perasaan temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut
akan mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya
tersebut. Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role
taking remaja akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik.
2.3 Tindakan Immoril Pada Remaja
1) Pengertian Immoril
Berdasarkan
kenyataan
yang
kita
lihat,
tidak
semua
remaja
mampu
menghadap i peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju
kedewasaan. Ketidakmampuan
remaja tersebut akan menimbulkan
tindakan-tindakan
moral yang menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235)
dalam bukunya “Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral
sebagai
“ Tindakan yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh
masyarakat”. Beberapa ciri- cir i individu yang immoril adalah :
a) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi
atau melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.
b) Kurang adanya pembentukan karakter pada individu. Tindakan immoral sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh
teman sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti
pendidkan layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada
orang tua dan guru. Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilainilai yang ada dalam kehidupan.
2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja
Pada masa remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui
tentang seks. Sehingga remaja mencari informasi yang lebih banyak tentang seks. Remaja
dapat memperoleh informasi dari majalah,
buku, berita, seminar yang berhubungan
dengan free seks, atau diskusi dengan teman-teman. Informasi dari orang tua kurang
atau jarang sekali didapatkan remaja karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaan dan
kurangnya kesa daran orang tua tentang hal itu.
viii
ix
Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti
hamil, aborsi, dan lain-lain.
Remaja laki-laki
ingin
mengetahui
tentang
penyakit
kelamin, onani, alat kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang mendapatkan
bimbingan dari orang tua dan guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang
perkembangna
seks, maka remaja tidak akan mampu mengontrol
nafsu seksualnya
sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks). Kematangan seksual pada remaja laki-laki
maupun perempuan akan diekspresikan kepada lawan jenis yang bersifat romantis dan
adanya keinginan yang kuat untuk memper ole h dukungan dari lawan jenis.
Perkembangan
minat
terhadap lawan
jenis
yang disebut
heteroseksualitas
mengik ut i pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay
di antara teman - teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan
kedua jenis seks maka remaja juga harus dapat memlihara
sebaya.
Pada generasi
status dalam kelompok
lampau, kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada.
Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran
merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat itu. Remaja yang menyimpang tidak
akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya.
Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan
orang tua. Remaja menjujung
tinggi nilai- nilai moral yang ada. Remaja laki-laki
berpakaian rapid an bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan
saja mereka tidak berani, apalagi berciuman.
tidak diizinkan
berpelukan
untuk
berciuma n. Berbeda
dan berciuman
Walaupun sudah bertunangan,
halnya
dengan
remaja
remaja
sekarang,
di depan umum merupakan hal yang biasa. Tindakan
immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja sekarang. Tidak hanya terjadi
pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamo ura n tapi remaja pedesaan tidak
terlepas dari tindakan immoral tersebut.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap
remaja. Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak
diherankan kalau remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth
B. Hurlock (1980:228) menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :
1. Hiburan
ix
Remaja menginginkan agar pasangannya
social yang dianggap
mempunyai berbagai keterampilan
penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan
menyenangka n. Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.
x
7
2. Sosialisasi
Agar tetap terlibat
dalam kegiatan
sosial,
maka remaja harus berkencan
dalam melakukan kegiatan sosial.
3. Status
Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok
sosial.
4. Masa Depan
Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan
untuk memikirkan rencana pernikahan.
5. Pemilihan Teman Hidup
Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan
guna mencari pasangan yang akan menjadi pendamping
remaja salah dalam cara memilih,
remajamau
hidupnya.
berhubungan
Namun,
yang melewati
batas dengan teman kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.
Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja
untuk melakukan
hubungan
seksual secara bebas. Remaja akan mengenali
pasangannya secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh
pemiliknya
akan memancing
remaja untuk
melampiaskan
nafsu seksualnya.
Remaja laki-laki diizinka n masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga
sebaliknya.
Seks bebas akan terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk
berkencan. Apalagi pendapat mengena i benar atau salah mengenai perilaku seksual
menyertai perubahan sikap. Pengungkapa n cinta merupakan tindakan baik dan
melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta menurut remaja tidak salah.
Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua
dan belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini
Kartono (1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja
didorong oleh kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan,
tindakan immora l diransang
oleh pemanjaan
diri dan kompensasi
terhadap
kelabilan jiwanya. Remaja perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin
berontak terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru.\
2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.
3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa.
x
xi
4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik
batin dan ketegangan emosional yang tak terbendung.
5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari
orang tua dan lingkugannya..
6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa
dan mampu bertanggung jawab.
Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan
seksualitas kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas
(free seks) akan mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja
yang tergabung dalam kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah
anggota kelompok berkenalan dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturanaturan yang mengikat sikap dan tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan
menyebabkan remaja ketagihan dan akan menggunakannya
narkoba
akan mengontrol
Pegkunsumsian
sistem
berulang- ulang
sehingga
saraf pengkonsumsinya.
narkoba yang berlebihan
akan meningkatkan
seksual remaja
sehingga banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus
HIV/AIDS akan menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di
masa remaja akan menghancurkan masa depan anaknya. Begitu juga di mata Tuhan,
betapa besar dosa yang telah dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu
telah menguasai akal dan hati remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja
tidak menyadari bahwa belum tentu pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti.
Apalagi
pada remaja perempuan
yang telah dinoda oleh pasangannya
yang tidak
bertanggung jawab.
Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam
dosa di sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral
dan tidak bertanggung
jawab
terhadap
moral
anak.
Bagi
remaja
itu
sendiri,
free seks telah menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman
sebaya. Remaja akan menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.
2.4 Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja
1. Memperkenalkan pengetahuan agama.
xi
Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan
tentang nilai- nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki
pegangan hidup.
9xii
2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku.
Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang
berlaku
3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih.
Guru dan orang tua harus menunjukkan sifat kasih sayang kepada sesama
terutama kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru
dan orang tua. Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam bersikap.
4. Membangkitkan kata hati.
Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar
dan buruk dapat dipercaya melalui kata hati.
5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral.
Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih
saying sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua
memberika n contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan
teguran yang tidak menjatuhkan perasaan remaja.
6. Meningkatkan pandangan moral
Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah
moral. Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena
remaja tahu apa akibat dari yang akan ia lakukan.
7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri
dan orang lain.
8.
Membina
bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk
kelompok belajar atau diskusi pada remaja sehingga
tercipta hubungan yang
positif pada remaja yang berlawanan jenis.
9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan.
10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga
remaja bertindak positif untuk megekspresikan cintanya
kepada lawan jenis.
Misalnya remaja akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan
kepada teman lawan jenisnya bahwa ia mampu berprestasi.
11. Orang tua hendaknya
menerima
teman remaja dan membina
mereka dalam
bergaul di rumah serta selalu mendampingi meraka.
12. Orang tua memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan
remaja menyimpan masalahnya sendiri.
xii
xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan
menjadi pegangan
remaja
hidup
dalam bersikap.
Dengan
kemampuan
berpikir
abstrak
mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas,
benar atau salah. Remaja yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan
immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa
depan remaj yang bersangk utan remaja tersebut khususnya.
3.2 Saran
Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan
banyak ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja
yang labil, anak tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukannya.Di samping itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya
membimbing remaja dalam menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak
terjadi penyimpangan moral yang akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi
pengetahua n agama dan dibimbing dalam mengembangkan minat dan bakat sehingga
remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak immoral.
Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja
dan selalu memberikan kasih sayang yang penuh terhadap remaja.
10
xiii
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
http://kontesb lo gm us l im.co m/kar ya- kb m3- penyi mpa nga n- mo ra l- re ma japenyebab- dan- solusinya / (di akses pada tanggal 18 April 2018 pukul 10.00 Winb)
xiv