Makalah Drug Abuse resistance education
Makalah Drug Abuse
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang biasa disebut narkoba
merupakan jenis obat/zat yang diperlukan di dalam dunia pengobatan. Akan tetapi apabila
dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama dapat menimbulkan
ketergantungan serta dapat membahayakan kesehatan bahkan jiwa pemakainya.
Penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat
kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika yang
hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan
narkoba oleh aparat keamanan. Kebanyakan pelakunya adalah remaja belasan tahun,
mereka pasti sudah mengerti tentang bahaya mengkonsumsi narkoba, tapi mengapa mereka
menggunakannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik
suatu rumusan masalah sebagai berikut :
a. Adakah bahaya narkoba terhadap generasi penerus bangsa ?
b. Gejala-gejala apa sajakah yang timbul akibat mengkonsumsi narkoba ?
c.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari penelitian ini adalah terumuskannya model pemberdayaan pranata sosial
dalam menangani masalah penyalahgunaan narkoba. Manfaat yang diharapkan adalah
sebagai bahan masukan bagi perumusan kebijakan penanganan masalah penyalahgunaan
narkoba khususnya keikutsertaan pencegahan dan penanganan penyalahgunaan masalah
narkoba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkotika
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi
perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika
disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan
bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya
akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang
menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh
tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi.
Dengan timbulnya efek halusinasi inilah yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama
di kalangan remaja ingin menggunakan Narkotika meskipun tidak menderita apa-apa. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika (obat). Bahaya bila
menggunakan Narkotika bila tidak sesuai dengan peraturan adalah adanya
adiksi/ketergantungan obat (ketagihan).
Adiksi adalah suatu kelainan obat yang bersifat kronik/periodik sehingga penderita
kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya dan
masyarakat. Orang-orang yang sudah terlibat pada penyalahgunaan Narkotika pada mulanya
masih dalam ukuran (dosis) yang normal. Lama-lama pengguna obat menjadi kebiasaan,
setelah biasa menggunakan mar kemudian untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan
dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini berakhir menjadi ketergantungan,
merasa tidak dapat hidup tanpa Narkotika.
B. Kemungkinan Yang Terjadi Pada Pengguna Narkotika
Banyak orang beranggapan bagi mereka yang sudah mengkonsumsi narkotika secara
berlebihan beresiko sebagai berikut :
a. Sebanyak 60% orang beranggapan bahwa Narkotika dapat menyebabkan
kematian karena zat-zat yang terkandung dalam Narkotika mengganggu sistem
kekebalan tubuh mereka sehingga dalam waktu yang relatif singkat bisa
merenggut jiwa si pemakai.
b. Sebanyak 20% orang beranggapan bahwa pengguna Narkotika dapat bertindak
nekat/bunuh diri karena pemakai cenderung memiliki sifat acuh tak acuh
terhadap lingkungannya. Ia menganggap dirinya tidak berguna bagi
lingkungannya ini yang memacunya untuk bertindak nekat.
c. Sebanyak 15% orang beranggapan bahwa Narkotika dapat menyebabkan
hilangnya kontrol bagi si pemakainya, karena setelah mengkonsumsi Narkotika.
Zat-zat yang terkandung di dalamnya langsung bekerja menyerang syaraf pada
otak yang cenderung membuat tidak sabar dan lepas kontrol.
d. Sebanyak 5% orang beranggapan bahwa Narkotika menimbulkan penyakit bagi
pemakainya. Karena di dalam Narkotika mengandung zat yang mempunyai efek
samping yang menimbulkan penyakit baru.
C. Jenis-jenis Narkotika yang Disalahgunakan dan Peredarannya
1. Narkotika
Zat berasal dari tanaman atau bukan tanaman.
a. Tanaman
1) Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman papaver
somniferum tidak terdapat di Indonesia, tetapi diselundupkan di Indonesia.
2) Kokain yaitu olahan daun koka diolah di Amerika (Peru, Bolivia, Kolumbia).
3) Cannabis Sativa atau Marihuana atau Ganja banyak ditanam di Indonesia.
b. Bukan tanaman
1) Semi
sintetik : adalah
zat
yang
diproses
secara
ekstraksi,
isolasidisebutalkaloid opium. Contoh : Heroin, Kodein, Morfin.
2) Sintetik : diperoleh melalui proses kimia bahan baku kimia, menghasilkan
zat baru yang mempunyai efek narkotika dan diperlukan medis untuk
penelitian serta penghilang rasa sakit (analgesic) seperti penekan batuk
(antitusif). Contoh : Amfetamin, Metadon, Petidin, Deksamfetamin.
2. Psikotropika
Adalah obat keras bukan narkotika, digunakan dalam dunia pengobatan sesuai
Permenkes RI No. 124/Menkes/Per/II/93, namun dapat menimbulkan ketergantungan psikis
fisik jika dipakai tanpa pengawasan akan sangat merugikan karena efeknya sangat berbahaya
seperti narkotika. Psikotropika merupakan pengganti narkotika, karena narkotika mahal
harganya. Penggunaannya biasa dicampur dengan air mineral atau alkohol sehingga efeknya
seperti narkotika.
a. Penenang (anti cemas) : bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas
susunan syaraf pusat. Contoh : Pil Rohypnol, Mogadon, Valium, Mandrax (Mx).
b. Stimulant : bekerja mengaktifkan susunan syaraf pusat. Contoh :
Amphetamine, MDMA, MDA.
c. Hallusinogen : bekerja menimbulkan rasa halusinasi/khayalan. Contoh
Lysergic Acid Diethylamide (LSD), Psylocibine.
Alkohol
Alkohol dalam ilmu kimia dikenal dengan sebutan etanol adalah minuman keras yang
mempunyai efek bisa memabukkan jika minumnya berlebihan.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat yang sangat berbahaya jika salah pemakaiannya bisa merusak
tubuh, bila keracunan bisa menimbulkan halusinasi atau mungkin yang fatal kematian.
Contoh : Terpentine, lem karet, thinner, spray aerosol, aceton, dll.
Narkoba yang sering disalahgunakan :
Narkoba yang sering dikonsumsi oleh masyarakat secara salah antara lain :
A. HEROIN
Nama
Asal
Bentuk
Cara pakai
Efek
: Putauw, PT, Bedak putih, brown sugar, benana, smaek,horse,
hammer, snow white brown.
: Papaver Somniferum
: Seperti bedak warna putih, rasa pahit, terdapat paket hemat, dijual
sebesar ujung kuku/ibu jari dalam kemasan kertas.
: Dihirup, dihisap, ditelan dan disuntikan lewat tangan, kaki, dan leher
: Mual, mengantuk, cadel, pendiam, mata sayu, muka pucat, tidak
konsentrasi, hidung gatal-gatal.
Gejala putus obat :
Sebelum memakai :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tulang otot sendi terasa nyeri, demam, takut air
Keringat keluar berlebihan
Takut kedinginan, bulu kuduk berdiri
Mata berair, hidung berair
Mual-mual, perut sakit, diare
Tidak suka makan
Tidak bisa bekerja (lemas)
Setelah memakai :
a. Fly (berkhayal), mata sembab kadang muntah
b. Jantung berdebar, mata susah bangun
Bahaya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Hepatitis B, C, AIDS, HIV
Menstruasi terganggu, infertilitas (impotensi)
Abses (jika pakai suntik)
Tubuh kurus, pucat, kurang gizi
Sulit buang air besar
Mudah terserang radang paru, TBC paru, radang hati, empedu, ginjal
B. KOKAIN
Nama
Asal
Bentuk
Efek
: Charle, Nosc Candy, Snow, Coke
: Daun (Tanaman Erythrro – Xylon Coca)
: Serbuk putih, kadang dicampur dengan beberapa macam zat
berbahaya, disebut “Drug Cocktail”
: suhu bdan tinggi, denyut jantung bertambah, mudah marah, agresif,
dan merusak, merasa energik dan waspada serta merasa memiliki
dunia (arogan)
Gejala putus obat :
Ada keinginan bunuh diri, mual, kejang-kejang
Bahaya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Paranoid
Menyebabkan perkelahian
Mabuk dan tidak bergairah
Jika dihirup akan menyebabkan mimisan dan sinusitis
Kerusakan jantung jika dicampur rokok
Pemakaian banyak, nafsu sex hilang
Bisa terjadi psikotik atau gila dalam jangka panjang
C. GANJA
Nama : Ganja, cimeng, gelek, daun, rumput, jayus, jum, barang,
marihuana, bang bunga, ikat, labang, hijau
Jenis
: Stick, daun atau tembakau, hashish (minyak/lemak ganja)
Bentuk
: Daun kering atau dalam bentuk rajangan kering, dimasukkan dalam
amplop. Daun basah, runcing berjari-jari ganjil 5, 7, 9 dst
Cara pakai
: Dilinting seperti rokok, dihisap dan dimakan, minyak ganja bisa dioles
pada rokok biasa.
Efek
: Jantung berdebar-debar, tidak bergairah, cepat marah, sensitif,
perasaan tidak tenang, eforia, kuran percaya diri, rasa letih/malas
Gejala putus obat :
Sebenarnya hanya faktor psikis dan sugesti yang lebih dominan, apabila tidak
memakai ganja.
Bahaya :
Untuk pemakaian yang lama akan menjadikan pemakai menjadi linglung.
D. EKSTASI
Nama
Bentuk
Cara pakai
Efek
: Kancing, XTC, Inex, Adam, Hug-Drug, Essence, Disco, Biscuits, Venus,
Yupie, Butterfly, Elektrix, Gober, Beladin
: Pil, serbuk, kapsul
: Diminum dengan air atau yang lain
: Mulut kering, gigi berkerut-kerut, banyak berkeringat dingin, nafsu
makan kurang, badan tak terkendali geraknya (triping), denyut
jantung dan nadi bertambah, tekanan darah naik, rasa percaya diri
tinggi, keintiman bertambah
Gejala putus obat :
a.
b.
c.
d.
Rasa letih, malas
Mudah tersinggung, emosi labil
Sulit tidur, mimpi buruk jika tidur
Depresi, mata kabur
Bahaya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5.
Paranoid (rasa takut berlebihan, curiga yang berlebihan)
Pemakaian yang lama akan menjadikan pemakai bisa linglung
Merusak syaraf otak
Pucat kurang darah
Kurus kurang gizi
Penyakit Parkinson
SHABU-SHABU (Methyl – Amphetamin)
Nama
:
Ubas, SS, Mecin
Jenis-
:
Gold silver, coconut, crystal, blue ice, tebu
:
Bubuk atau kristal
jenis
Bentuk
:
Cara
Pakai
Dibakar di atas kertas timah dan dihisap
melalui alat yang disebut bong
Pemakai bisa diindikasikan : Tidak tenang
(cemas), mudah marah, dapat cepat lelah, mata nanar,
tidak bersemangat, tidak beraktifitas, keringat
berlebihan dan bahu, wajah pucat, lidah warna putih,
nafsu makan kurang, susah tidur (2-3 hari), jantung
berdebar-debar, banyak omong, percaya diri tinggi.
:
Sebelum memakai gelisah, ngantuk, lemas,
tidak bergairah, Jika sudah memakai, agresif, hiperaktif
dan percaya diri tinggi
Efek
Gejala putus obat :
- Mudah marah
- Ngantuk
- Faktor sugesti yang dominan apabila tidak memakai
- Mudah capek
- Rasa lebih malas
- Malas hidup
Bahaya :
- Paranoid (rasa takut berlebihan)
- Pemakaian yang lama akan menjadikan pemakai bisa linglung
- Merusak syaraf otak
- Kanker hati
- Terjadinya gejala psikotik (gila)
6.
HALUSINOGEN
Nama
:
LSD (Lysergic Diethyl Amid), Magic Mushroom
(jamur tahi kuda/sapi), STP (Serenity, Tranquility,
Peace)
Diminum, dihirup, dimakan
Cara
Pakai
Efek
:
Menimbulkan serenity, tranquility dan peace
: (rasa tenang dan damai) sesaat, Perasaan labil yaitu
murung dan bahagia atau euforia kadang-kadang
menjadi takut.
Bahaya :
- Kecemasan akut, reaksi panic
- Terjadi depresi sampai berbulan-bulan
- Terjadinya gejala psikotik (gila)
7.
HIPNOTIKA/SEDATIVA (Obat Tidur, Obat Penenang)
Nama
:
Metaqualon (Mandrax), Flunitrazepam (Rohyp),
Clona Zepam (RIV), Nitra Zepam (pil koplo, pil anjing,
dum, BK, MG).
Pil
Bentuk
:
Cara
:
Pakai
Efek
Ditelan
Teler (bicara cadel, jalan sempoyongan),
: Mudah tersinggung, Banyak bicara yang tidak karuan,
Ngawur dalam bertindak, tidak terkontrol
Gejala putus obat :
- Denyut jantung cepat
- Banyak berkeringat
- Tekanan darah tinggi
- Tangan, kelopak dan lidah bergetar
Bahaya :
- Terjadinya perkelahian
- Mudah tersinggung dan marah
- Lemas, sedih, ingin bunuh diri
- Menimbulkan halusinasi dan melakukan tindakan berbahaya
8.
ALKOHOL
Nama
:
Jenis-
:
jenis
Etanol atau Ethyl Alkohol
Bir, wiski, gin, vodka, martini, brem, arak, ciu,
saquer, tuak, johny walker (topi miring), black and
white (kam-put, kambing putih)
Cairan, berupa minuman
:
Bentuk
Cara
Pakai
Diminum / ditelan
:
Mabuk teller, Muka merah, banyak bicara,
: bicara cadel, Jalan sempoyongan, konsentrasi kurang,
Bola mata bergerak-gerak
Efek
Gejala putus obat :
- Mual, muntah, lemah, letih
- Denyut jantung cepat, banyak berkeringat, tekanan darah naik
- Tangan, lidah, kelopak mata gemetar
- Cemas, depresi, mudah tersinggung
- Gangguan kesadaran
Bahaya :
- Kanker hati, cacat pada janin
- Perdarahan lambung, radang pancreas
- Penyakit otot, pikun
9.
INHALANSIA dan SOLVEN
Nama
:
Bentuk
:
Efek
:
Lem karet, aerosol spray, aceton, gas N 2O2,
pelumas, thinner, terpentine, DDT, pestisida, zat
pewarna
Cairan, gas
Timbul ilusi, halusinasi, Kemampuan persepsi
yang
Bahaya :
- Merasa dirinya bisa terbang, sehingga bisa terjun dari tempat tinggi tanpa mati
- Keracunan akut, bisa mati mendadak akibat menghisap inhalansia
- Kejang saluran nafas
-
Keracunan kronis merusak organ tubuh otak, ginjal, paru-paru, jantung, sunsum
tulang
- Kulit bisa mengelupas karena keracunan terpentine (zat mudah menguap)
B. PENGGOLONGAN NARKOTIKA UU.NO.22 TAHUN 1997
a. Narkotika golongan I : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan, misal : heroin, ganja, kokain
b. Narkotika golongan II : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan, misal : morfin
c. Narkotika golingan III : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan, misal : codein
C. PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA UU. NO. 05 TAHUN 1995
a. Psikotopika golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan ketergantungan, misal : LSD
b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan, misal : ampetamiin, dan metilfenidad
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sedang,
mengakibatkan ketergantungan, misal : barbiturate
d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, misal : Diazepam
D. SANKSI-SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan Narkotika ini, maka perlu diingat beberapa
dasar hukum yang diterapkan menghadapi pelaku tindak pidana narkotika berikut ini:
1. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
2. Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan United Nation Convention
Against Illicit Traffic in Naarcotic Drug and Pshychotriphic Suybstances 19 88
( Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan Psikotrapika,
1988)
3. Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai pengganti UU RI
No. 22 tahun 1997.
Untuk pelaku penyalahgunaan Narkotika dapat dikenakan Undang-undang No. 35 tahun
2009 tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Sebagai pengguna
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 116 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun.
2. Sebagai pengedar
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 81 dan 82 Undang-undang No. 35 tahun
2009 tentang narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 + denda.
3. Sebagai produsen
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 113 Undang-undang No. 35 tahun 2009,
dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun / seumur hidup / mati + denda.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002 melalui
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002 telah
merekomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden
Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika mengatur
upaya pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda,
pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan
pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial. Namun,
dalam kenyataannya tindak pidana Narkotika di dalam masyarakat menunjukkan
kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
korban yang meluas, terutama di kalangan anak anak, remaja, dan generasi muda pada
umumnya.
Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan
banyak orang yang secara bersama – sama, bahkan merupakan satu sindikat yang
terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di
tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut guna peningkatan upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Narkotika perlu dilakukan pembaruan
terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Hal ini juga untuk
mencegah adanya kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan generasi
muda pada umumnya. Selain itu, untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam UndangUndang ini diatur juga mengenai Prekursor Narkotika karena Prekursor Narkotika merupakan
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.
Dalam Undang-Undang ini dilampirkan mengenai Prekursor Narkotika dengan melakukan
penggolongan terhadap jenis-jenis Prekursor Narkotika.Selain itu, diatur pula mengenai
sanksi pidana bagi penyalahgunaan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Untuk
menimbulkan efek jera terhadap pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana
minimum khusus, pidana penjara 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup,
maupun pidana mati. Pemberatan pidana tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada
golongan, jenis, ukuran, dan jumlah Narkotika.
Untuk lebih mengefektifkan pencegahan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan
didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor
dan pemberantasan penyalahgunaan dan
Narkotika, diatur mengenai penguatan
Narkotika Nasional (BNN). BNN tersebut
83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN tersebut
merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden, yang hanya mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi.
Dalam Undang-Undang ini, BNN tersebut ditingkatkan menjadi lembaga pemerintah
nonkementerian (LPNK) dan diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan. BNN berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Selain itu, BNN juga mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai
instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN kabupaten/kota.
Untuk lebih memperkuat kelembagaan, diatur pula mengenai seluruh harta kekayaan
atau harta benda yang merupakan hasil tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
dan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dirampas
untuk negara dan digunakan untuk kepentingan pelaksanaan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
upaya rehabilitasi medis dan sosial.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika yang modus operandinya semakin canggih, dalam Undang-Undang ini
juga diatur mengenai perluasan teknik penyidikan penyadapan (wiretapping), teknik
pembelian terselubung(under cover buy), dan teknik penyerahan yang diawasi (controlled
delevery), serta teknik penyidikan lainnya guna melacak dan mengungkap penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Dalam rangka mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika yang dilakukan secara terorganisasi dan memiliki jaringan
yang luas melampaui batas negara, dalam Undang-Undang ini diatur mengenai kerja sama,
baik bilateral, regional, maupun internasional.
Dalam Undang-Undang ini diatur juga peran serta masyarakat dalam usaha pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika termasuk
pemberian penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika. Penghargaan
tersebut diberikan kepada penegak hukum dan masyarakat yang telah berjasa dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika. Namun demikian, dalam tataran implementasi, sanksi yang dikenakan
tidak sampai pada kategori maksimal. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama,
kasus yang diproses memang ringan, sehingga hakim memutuskan dengan sanksi yang
ringan pula. Kedua, tuntutan yang diajukan relatif ringan, atau bahkan pihak hakim sendiri
yang tidak memiliki ketegasan sikap. Sehingga berpengaruh terhadap putusan yang
dikeluarkan.
E. PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Berbicara mengenai penegakan hukum pidana, dapat dilihat dari cara penegakan hukum
pidana yang dikenal dengan sistem penegakan hukum atau criminal law
enforcement sebagai bagian daricriminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan.
Dalam penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau
sanksi pidana, dan menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum tanpa
menggunakan sanksi pidana (penal). Penegakan hukum dengan mempunyai sasaran agar
orang taat kepada hukum. Ketaatan masyarakat terhadap hukum disebabkan tiga hal yakni:
a) takut berbuat dosa;
b) takut karena kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang
bersifat imperatif;
c) takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal
mempunyai sasaran dan tujuan untuk kepentingan internalisasi.
Keberadaan Undang-Undang Narkotika merupakan suatu upaya politik hukum
pemerintah Indonesia terhadap penanggulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika.
Dengan demikian, diharapkan dengan dirumuskanya undang-undang tersebut dapat
menanggulangi peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, serta
menjadi acuan dan pedoman kepada pengadilan dan para penyelenggara atau pelaksana
putusan pengadilan yang menerapkan undang-undang, khususnya hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang terjadi. Dalam penelitian ini, penulis
akan mencoba meneliti tentang kebijakan hukum pidana yang tertuang dalam UndangUndang Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika serta implementasinya dalam
penangulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika. penegakan hukum salah satunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat berjalannya proses penegakan
hukum itu sendiri. Adapun faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
a) Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada undangundang aja;
b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk maupun
yang menerapkan hukum;
c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
d) Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan;
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kelima faktor tersebut di atas
saling berkaitan, hal ini disebabkan esensi dari penegakan hukum itu sendiri serta sebagai
tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.
F. EFEK YANG DITIMBULKAN
a. Depresan : jenis zat berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat
pemakai merasa fly, bahkan tertidur, tidak sadar diri, misal : opium, morfin, heroin, codein,
dan sedative
b. Stimulan : zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja
(segar & bersemangat), misal : ekstasi, kafein, kokain, dan amfetamin
c. Halusinogen : zat yg dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan
dan pikiran seringkali disertai halusinasi, misal : ganja, mescalin dan LSD
G. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN
a. Faktor Individu
1) Penyakit jasmaniah
2) Kepribadian dengan resiko tinggi : mudah kecewa, cenderung agresif, kurang percaya
diri, selalu menuntut, sifat antisocial, memiliki gangguan jiwa (cemas, depresi,
apatis), kurang religious, penilaian diri negatif.
3) Motivasi tertentu : menyatakan diri bebas, memuaskan rasa ingin tahu, dan
mendapat pengalaman baru, agar diterima kelompok tertentu, melarikan diri dari
sesuatu, sebagai lambang kemoderan.
b. Factor Zat
1) Ketersediaan zat pada peredaran gelap
2) Kemudahan memperoleh zat
c. Faktor lingkungan
1) Lingkungan keluarga : tidak harmonis, komunikasi antara orangtua dan anak kurang
efektif, orangtua otoriter.
2) Lingkungan sekolah : sekolah kurang disiplin, adanya murid pengguna.
3) Lingkungan teman sebaya : tekanan kelompok sebaya sangat kuat, ancaman fisik
sangat kuat, ancaman fisik dari teman pengedar.
4) Lingkungan masyarakat luas : situasi politik, ekonomi, sosial yang kurang mendukung.
H. TINGKAT PEMAKAIAN
1) Eksperimen use : sekedar mencoba - coba dan memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian
akan berhenti tapi ada juga yang meneruskan.
2) Recreation use : hanya untuk bersenang - senang, rekreasi atau santai.
3) Situasional use : memakai zat pada saat tertentu saja ( saat sedih, kecewa, tegang)
dan bertujuan menghilangkan perasaan.
4) Abuse ; pemakai sebagai pola penggunaan bersifat patologik yang ditandai untuk
mengendalikan, terus menggunakan walaupaun sakit fisiknya kambuh, yang akan
menimbulkan gangguan fungsional / okupasional.
5) Dependence use : telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat
dihentikan atau dikurangi dosisnya.
I. DAMPAK PENYALAHGUNAAN
1) Komplikasi medic : akibat zat itu sendiri (Kokain : anemia, malnutrisi, kehilangan
berat badan. Opioida : kemandulan, gangguan haid, impotensi. Kafein : gastritis, sakit
jantung dan hipertensi. Nikotin : kanker paru, bronchitis, bronkiektosis), akibat bahan
campuran atau pelarut akibat cara pemakaian jarum suntik yang tidak steril, akibat
pertolongan yang salah, akibat cara hidup kurang bersih.
2) Akibat gangguan mental emosional
3) Memburuknya kehidupan sosial
J. UPAYA PENCEGAHAN
1) Melalui keluaga ; luangkan waktu bersama, ciptakan suasan yg hangat, menjadi
contoh yg baik, beri informasi yg benar, memperkuat kehidupan agama, sikap positif
ortu.
2) Melalui sekolah : lokasi sekolah tdk berada pada tempat rawan, hubungan guru
murid baik, disiplin, proses belajar mengajar bentuk siswa mandiri, konseling bagi
mahasiswa bermasalh, libatkan partisipasi siswa dalam program pencegahan NAPZA
melalui :
a) Lembaga keagamaan
b) LSM
c) Kawan bukan pengguna
d) Media masaa,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narkoba merupakan hal yang tidak asing ditelinga kita, maka dari pembahasan ini dibahas
mengenai pengertian dan dampak dari narkoba, sehingga dapat disimpulkan bahwa narkoba
bisa merusak moral, fisik dan psikis anak ramaja yang memakai narkoba dari jenis apapun.
Maka sebagai orang tua kita harus memberikan perhatian yang lebih terhadap anak kita
sehingga mereka tidak terjerumus dalam pemakaian narkoba.
B. Saran
Mungkin ini saja kelompok kami bisa sajikan, kelebihan dan kekurangannya kami haturkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kepada Allah SWT kami mohon ampun. Dan
kepada teman-teman sekalian kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan
untuk bisa menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang : Kesehatan Reproduksi,
Depkes, Jakarta.
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006.
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: C.V. Wacana Prima, 2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti HEDS-JICA.Per kem bangan
Peserta Didik. Jakarta: Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik, 2007.
Sunarto dan Hartono, B. Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Http//: Kesehatan reproduksi remaja.com
Diposkan oleh DR. Endha Patrick di 11.08
1. Kesimpulan
Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1.Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
Dalam UU No. 35/2009 jenis-jenis narkotika adalah tanaman papever, opium mentah,
opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman koka, daun
koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja, garam-garam
atau turunannya dari morfin dan kokaina. Bahan lain, baik alamiah, atau sitensis
maupun semi sitensis yang belum disebutkan yang dapat dipakai sebagai pengganti
morfina atau kokaina yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika, apabila
penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan, dan
campuran- campuran atau sediaan-sediaan yang mengandung garam-garam atau
turunan-turunan dari morfina dan kokaina, atau bahan-bahan lain yang alamiah atau
olahan yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur upaya
pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda,
pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk
kepentingan pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan
sosial
1. SARAN
Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA merupakan
tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya berada pada
pundak kepolisian ataupun pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat
diharapkan ikut perperan dalam upaya penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah
yang telah diamanatkan dalam pelbagai perundang-undangan negara, termasuk UU No.
35 tahun 2009 tentang narkotika
pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati,
jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba
juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Mardani.2007.Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:Rajawali Pers.
Sunarso, siswantoro.2004.Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta:Rajawali Pers.
Makarao, taufik, et.al.2003 Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunarso, Siswantoro. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian sosiologis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
hukum. Jakarta: CV. Rajawali. H
[1] Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 1
[2] Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika
[4] Siswantoro Sunarso. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian sosiologis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal. 142.D
[5] Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
hukum. Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 5.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang biasa disebut narkoba
merupakan jenis obat/zat yang diperlukan di dalam dunia pengobatan. Akan tetapi apabila
dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama dapat menimbulkan
ketergantungan serta dapat membahayakan kesehatan bahkan jiwa pemakainya.
Penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat
kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika yang
hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan
narkoba oleh aparat keamanan. Kebanyakan pelakunya adalah remaja belasan tahun,
mereka pasti sudah mengerti tentang bahaya mengkonsumsi narkoba, tapi mengapa mereka
menggunakannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik
suatu rumusan masalah sebagai berikut :
a. Adakah bahaya narkoba terhadap generasi penerus bangsa ?
b. Gejala-gejala apa sajakah yang timbul akibat mengkonsumsi narkoba ?
c.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari penelitian ini adalah terumuskannya model pemberdayaan pranata sosial
dalam menangani masalah penyalahgunaan narkoba. Manfaat yang diharapkan adalah
sebagai bahan masukan bagi perumusan kebijakan penanganan masalah penyalahgunaan
narkoba khususnya keikutsertaan pencegahan dan penanganan penyalahgunaan masalah
narkoba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkotika
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi
perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika
disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan
bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya
akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang
menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh
tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi.
Dengan timbulnya efek halusinasi inilah yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama
di kalangan remaja ingin menggunakan Narkotika meskipun tidak menderita apa-apa. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika (obat). Bahaya bila
menggunakan Narkotika bila tidak sesuai dengan peraturan adalah adanya
adiksi/ketergantungan obat (ketagihan).
Adiksi adalah suatu kelainan obat yang bersifat kronik/periodik sehingga penderita
kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya dan
masyarakat. Orang-orang yang sudah terlibat pada penyalahgunaan Narkotika pada mulanya
masih dalam ukuran (dosis) yang normal. Lama-lama pengguna obat menjadi kebiasaan,
setelah biasa menggunakan mar kemudian untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan
dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini berakhir menjadi ketergantungan,
merasa tidak dapat hidup tanpa Narkotika.
B. Kemungkinan Yang Terjadi Pada Pengguna Narkotika
Banyak orang beranggapan bagi mereka yang sudah mengkonsumsi narkotika secara
berlebihan beresiko sebagai berikut :
a. Sebanyak 60% orang beranggapan bahwa Narkotika dapat menyebabkan
kematian karena zat-zat yang terkandung dalam Narkotika mengganggu sistem
kekebalan tubuh mereka sehingga dalam waktu yang relatif singkat bisa
merenggut jiwa si pemakai.
b. Sebanyak 20% orang beranggapan bahwa pengguna Narkotika dapat bertindak
nekat/bunuh diri karena pemakai cenderung memiliki sifat acuh tak acuh
terhadap lingkungannya. Ia menganggap dirinya tidak berguna bagi
lingkungannya ini yang memacunya untuk bertindak nekat.
c. Sebanyak 15% orang beranggapan bahwa Narkotika dapat menyebabkan
hilangnya kontrol bagi si pemakainya, karena setelah mengkonsumsi Narkotika.
Zat-zat yang terkandung di dalamnya langsung bekerja menyerang syaraf pada
otak yang cenderung membuat tidak sabar dan lepas kontrol.
d. Sebanyak 5% orang beranggapan bahwa Narkotika menimbulkan penyakit bagi
pemakainya. Karena di dalam Narkotika mengandung zat yang mempunyai efek
samping yang menimbulkan penyakit baru.
C. Jenis-jenis Narkotika yang Disalahgunakan dan Peredarannya
1. Narkotika
Zat berasal dari tanaman atau bukan tanaman.
a. Tanaman
1) Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman papaver
somniferum tidak terdapat di Indonesia, tetapi diselundupkan di Indonesia.
2) Kokain yaitu olahan daun koka diolah di Amerika (Peru, Bolivia, Kolumbia).
3) Cannabis Sativa atau Marihuana atau Ganja banyak ditanam di Indonesia.
b. Bukan tanaman
1) Semi
sintetik : adalah
zat
yang
diproses
secara
ekstraksi,
isolasidisebutalkaloid opium. Contoh : Heroin, Kodein, Morfin.
2) Sintetik : diperoleh melalui proses kimia bahan baku kimia, menghasilkan
zat baru yang mempunyai efek narkotika dan diperlukan medis untuk
penelitian serta penghilang rasa sakit (analgesic) seperti penekan batuk
(antitusif). Contoh : Amfetamin, Metadon, Petidin, Deksamfetamin.
2. Psikotropika
Adalah obat keras bukan narkotika, digunakan dalam dunia pengobatan sesuai
Permenkes RI No. 124/Menkes/Per/II/93, namun dapat menimbulkan ketergantungan psikis
fisik jika dipakai tanpa pengawasan akan sangat merugikan karena efeknya sangat berbahaya
seperti narkotika. Psikotropika merupakan pengganti narkotika, karena narkotika mahal
harganya. Penggunaannya biasa dicampur dengan air mineral atau alkohol sehingga efeknya
seperti narkotika.
a. Penenang (anti cemas) : bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas
susunan syaraf pusat. Contoh : Pil Rohypnol, Mogadon, Valium, Mandrax (Mx).
b. Stimulant : bekerja mengaktifkan susunan syaraf pusat. Contoh :
Amphetamine, MDMA, MDA.
c. Hallusinogen : bekerja menimbulkan rasa halusinasi/khayalan. Contoh
Lysergic Acid Diethylamide (LSD), Psylocibine.
Alkohol
Alkohol dalam ilmu kimia dikenal dengan sebutan etanol adalah minuman keras yang
mempunyai efek bisa memabukkan jika minumnya berlebihan.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat yang sangat berbahaya jika salah pemakaiannya bisa merusak
tubuh, bila keracunan bisa menimbulkan halusinasi atau mungkin yang fatal kematian.
Contoh : Terpentine, lem karet, thinner, spray aerosol, aceton, dll.
Narkoba yang sering disalahgunakan :
Narkoba yang sering dikonsumsi oleh masyarakat secara salah antara lain :
A. HEROIN
Nama
Asal
Bentuk
Cara pakai
Efek
: Putauw, PT, Bedak putih, brown sugar, benana, smaek,horse,
hammer, snow white brown.
: Papaver Somniferum
: Seperti bedak warna putih, rasa pahit, terdapat paket hemat, dijual
sebesar ujung kuku/ibu jari dalam kemasan kertas.
: Dihirup, dihisap, ditelan dan disuntikan lewat tangan, kaki, dan leher
: Mual, mengantuk, cadel, pendiam, mata sayu, muka pucat, tidak
konsentrasi, hidung gatal-gatal.
Gejala putus obat :
Sebelum memakai :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tulang otot sendi terasa nyeri, demam, takut air
Keringat keluar berlebihan
Takut kedinginan, bulu kuduk berdiri
Mata berair, hidung berair
Mual-mual, perut sakit, diare
Tidak suka makan
Tidak bisa bekerja (lemas)
Setelah memakai :
a. Fly (berkhayal), mata sembab kadang muntah
b. Jantung berdebar, mata susah bangun
Bahaya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Hepatitis B, C, AIDS, HIV
Menstruasi terganggu, infertilitas (impotensi)
Abses (jika pakai suntik)
Tubuh kurus, pucat, kurang gizi
Sulit buang air besar
Mudah terserang radang paru, TBC paru, radang hati, empedu, ginjal
B. KOKAIN
Nama
Asal
Bentuk
Efek
: Charle, Nosc Candy, Snow, Coke
: Daun (Tanaman Erythrro – Xylon Coca)
: Serbuk putih, kadang dicampur dengan beberapa macam zat
berbahaya, disebut “Drug Cocktail”
: suhu bdan tinggi, denyut jantung bertambah, mudah marah, agresif,
dan merusak, merasa energik dan waspada serta merasa memiliki
dunia (arogan)
Gejala putus obat :
Ada keinginan bunuh diri, mual, kejang-kejang
Bahaya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Paranoid
Menyebabkan perkelahian
Mabuk dan tidak bergairah
Jika dihirup akan menyebabkan mimisan dan sinusitis
Kerusakan jantung jika dicampur rokok
Pemakaian banyak, nafsu sex hilang
Bisa terjadi psikotik atau gila dalam jangka panjang
C. GANJA
Nama : Ganja, cimeng, gelek, daun, rumput, jayus, jum, barang,
marihuana, bang bunga, ikat, labang, hijau
Jenis
: Stick, daun atau tembakau, hashish (minyak/lemak ganja)
Bentuk
: Daun kering atau dalam bentuk rajangan kering, dimasukkan dalam
amplop. Daun basah, runcing berjari-jari ganjil 5, 7, 9 dst
Cara pakai
: Dilinting seperti rokok, dihisap dan dimakan, minyak ganja bisa dioles
pada rokok biasa.
Efek
: Jantung berdebar-debar, tidak bergairah, cepat marah, sensitif,
perasaan tidak tenang, eforia, kuran percaya diri, rasa letih/malas
Gejala putus obat :
Sebenarnya hanya faktor psikis dan sugesti yang lebih dominan, apabila tidak
memakai ganja.
Bahaya :
Untuk pemakaian yang lama akan menjadikan pemakai menjadi linglung.
D. EKSTASI
Nama
Bentuk
Cara pakai
Efek
: Kancing, XTC, Inex, Adam, Hug-Drug, Essence, Disco, Biscuits, Venus,
Yupie, Butterfly, Elektrix, Gober, Beladin
: Pil, serbuk, kapsul
: Diminum dengan air atau yang lain
: Mulut kering, gigi berkerut-kerut, banyak berkeringat dingin, nafsu
makan kurang, badan tak terkendali geraknya (triping), denyut
jantung dan nadi bertambah, tekanan darah naik, rasa percaya diri
tinggi, keintiman bertambah
Gejala putus obat :
a.
b.
c.
d.
Rasa letih, malas
Mudah tersinggung, emosi labil
Sulit tidur, mimpi buruk jika tidur
Depresi, mata kabur
Bahaya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5.
Paranoid (rasa takut berlebihan, curiga yang berlebihan)
Pemakaian yang lama akan menjadikan pemakai bisa linglung
Merusak syaraf otak
Pucat kurang darah
Kurus kurang gizi
Penyakit Parkinson
SHABU-SHABU (Methyl – Amphetamin)
Nama
:
Ubas, SS, Mecin
Jenis-
:
Gold silver, coconut, crystal, blue ice, tebu
:
Bubuk atau kristal
jenis
Bentuk
:
Cara
Pakai
Dibakar di atas kertas timah dan dihisap
melalui alat yang disebut bong
Pemakai bisa diindikasikan : Tidak tenang
(cemas), mudah marah, dapat cepat lelah, mata nanar,
tidak bersemangat, tidak beraktifitas, keringat
berlebihan dan bahu, wajah pucat, lidah warna putih,
nafsu makan kurang, susah tidur (2-3 hari), jantung
berdebar-debar, banyak omong, percaya diri tinggi.
:
Sebelum memakai gelisah, ngantuk, lemas,
tidak bergairah, Jika sudah memakai, agresif, hiperaktif
dan percaya diri tinggi
Efek
Gejala putus obat :
- Mudah marah
- Ngantuk
- Faktor sugesti yang dominan apabila tidak memakai
- Mudah capek
- Rasa lebih malas
- Malas hidup
Bahaya :
- Paranoid (rasa takut berlebihan)
- Pemakaian yang lama akan menjadikan pemakai bisa linglung
- Merusak syaraf otak
- Kanker hati
- Terjadinya gejala psikotik (gila)
6.
HALUSINOGEN
Nama
:
LSD (Lysergic Diethyl Amid), Magic Mushroom
(jamur tahi kuda/sapi), STP (Serenity, Tranquility,
Peace)
Diminum, dihirup, dimakan
Cara
Pakai
Efek
:
Menimbulkan serenity, tranquility dan peace
: (rasa tenang dan damai) sesaat, Perasaan labil yaitu
murung dan bahagia atau euforia kadang-kadang
menjadi takut.
Bahaya :
- Kecemasan akut, reaksi panic
- Terjadi depresi sampai berbulan-bulan
- Terjadinya gejala psikotik (gila)
7.
HIPNOTIKA/SEDATIVA (Obat Tidur, Obat Penenang)
Nama
:
Metaqualon (Mandrax), Flunitrazepam (Rohyp),
Clona Zepam (RIV), Nitra Zepam (pil koplo, pil anjing,
dum, BK, MG).
Pil
Bentuk
:
Cara
:
Pakai
Efek
Ditelan
Teler (bicara cadel, jalan sempoyongan),
: Mudah tersinggung, Banyak bicara yang tidak karuan,
Ngawur dalam bertindak, tidak terkontrol
Gejala putus obat :
- Denyut jantung cepat
- Banyak berkeringat
- Tekanan darah tinggi
- Tangan, kelopak dan lidah bergetar
Bahaya :
- Terjadinya perkelahian
- Mudah tersinggung dan marah
- Lemas, sedih, ingin bunuh diri
- Menimbulkan halusinasi dan melakukan tindakan berbahaya
8.
ALKOHOL
Nama
:
Jenis-
:
jenis
Etanol atau Ethyl Alkohol
Bir, wiski, gin, vodka, martini, brem, arak, ciu,
saquer, tuak, johny walker (topi miring), black and
white (kam-put, kambing putih)
Cairan, berupa minuman
:
Bentuk
Cara
Pakai
Diminum / ditelan
:
Mabuk teller, Muka merah, banyak bicara,
: bicara cadel, Jalan sempoyongan, konsentrasi kurang,
Bola mata bergerak-gerak
Efek
Gejala putus obat :
- Mual, muntah, lemah, letih
- Denyut jantung cepat, banyak berkeringat, tekanan darah naik
- Tangan, lidah, kelopak mata gemetar
- Cemas, depresi, mudah tersinggung
- Gangguan kesadaran
Bahaya :
- Kanker hati, cacat pada janin
- Perdarahan lambung, radang pancreas
- Penyakit otot, pikun
9.
INHALANSIA dan SOLVEN
Nama
:
Bentuk
:
Efek
:
Lem karet, aerosol spray, aceton, gas N 2O2,
pelumas, thinner, terpentine, DDT, pestisida, zat
pewarna
Cairan, gas
Timbul ilusi, halusinasi, Kemampuan persepsi
yang
Bahaya :
- Merasa dirinya bisa terbang, sehingga bisa terjun dari tempat tinggi tanpa mati
- Keracunan akut, bisa mati mendadak akibat menghisap inhalansia
- Kejang saluran nafas
-
Keracunan kronis merusak organ tubuh otak, ginjal, paru-paru, jantung, sunsum
tulang
- Kulit bisa mengelupas karena keracunan terpentine (zat mudah menguap)
B. PENGGOLONGAN NARKOTIKA UU.NO.22 TAHUN 1997
a. Narkotika golongan I : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan, misal : heroin, ganja, kokain
b. Narkotika golongan II : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan, misal : morfin
c. Narkotika golingan III : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan, misal : codein
C. PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA UU. NO. 05 TAHUN 1995
a. Psikotopika golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan ketergantungan, misal : LSD
b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan, misal : ampetamiin, dan metilfenidad
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sedang,
mengakibatkan ketergantungan, misal : barbiturate
d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, misal : Diazepam
D. SANKSI-SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan Narkotika ini, maka perlu diingat beberapa
dasar hukum yang diterapkan menghadapi pelaku tindak pidana narkotika berikut ini:
1. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
2. Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan United Nation Convention
Against Illicit Traffic in Naarcotic Drug and Pshychotriphic Suybstances 19 88
( Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan Psikotrapika,
1988)
3. Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai pengganti UU RI
No. 22 tahun 1997.
Untuk pelaku penyalahgunaan Narkotika dapat dikenakan Undang-undang No. 35 tahun
2009 tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Sebagai pengguna
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 116 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun.
2. Sebagai pengedar
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 81 dan 82 Undang-undang No. 35 tahun
2009 tentang narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 + denda.
3. Sebagai produsen
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 113 Undang-undang No. 35 tahun 2009,
dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun / seumur hidup / mati + denda.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002 melalui
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002 telah
merekomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden
Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika mengatur
upaya pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda,
pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1997 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan
pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial. Namun,
dalam kenyataannya tindak pidana Narkotika di dalam masyarakat menunjukkan
kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
korban yang meluas, terutama di kalangan anak anak, remaja, dan generasi muda pada
umumnya.
Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan
banyak orang yang secara bersama – sama, bahkan merupakan satu sindikat yang
terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di
tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut guna peningkatan upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Narkotika perlu dilakukan pembaruan
terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Hal ini juga untuk
mencegah adanya kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan generasi
muda pada umumnya. Selain itu, untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam UndangUndang ini diatur juga mengenai Prekursor Narkotika karena Prekursor Narkotika merupakan
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.
Dalam Undang-Undang ini dilampirkan mengenai Prekursor Narkotika dengan melakukan
penggolongan terhadap jenis-jenis Prekursor Narkotika.Selain itu, diatur pula mengenai
sanksi pidana bagi penyalahgunaan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Untuk
menimbulkan efek jera terhadap pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana
minimum khusus, pidana penjara 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup,
maupun pidana mati. Pemberatan pidana tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada
golongan, jenis, ukuran, dan jumlah Narkotika.
Untuk lebih mengefektifkan pencegahan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan
didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor
dan pemberantasan penyalahgunaan dan
Narkotika, diatur mengenai penguatan
Narkotika Nasional (BNN). BNN tersebut
83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN tersebut
merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden, yang hanya mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi.
Dalam Undang-Undang ini, BNN tersebut ditingkatkan menjadi lembaga pemerintah
nonkementerian (LPNK) dan diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan. BNN berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Selain itu, BNN juga mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai
instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN kabupaten/kota.
Untuk lebih memperkuat kelembagaan, diatur pula mengenai seluruh harta kekayaan
atau harta benda yang merupakan hasil tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
dan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dirampas
untuk negara dan digunakan untuk kepentingan pelaksanaan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan
upaya rehabilitasi medis dan sosial.
Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika yang modus operandinya semakin canggih, dalam Undang-Undang ini
juga diatur mengenai perluasan teknik penyidikan penyadapan (wiretapping), teknik
pembelian terselubung(under cover buy), dan teknik penyerahan yang diawasi (controlled
delevery), serta teknik penyidikan lainnya guna melacak dan mengungkap penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Dalam rangka mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika yang dilakukan secara terorganisasi dan memiliki jaringan
yang luas melampaui batas negara, dalam Undang-Undang ini diatur mengenai kerja sama,
baik bilateral, regional, maupun internasional.
Dalam Undang-Undang ini diatur juga peran serta masyarakat dalam usaha pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika termasuk
pemberian penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika. Penghargaan
tersebut diberikan kepada penegak hukum dan masyarakat yang telah berjasa dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika. Namun demikian, dalam tataran implementasi, sanksi yang dikenakan
tidak sampai pada kategori maksimal. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama,
kasus yang diproses memang ringan, sehingga hakim memutuskan dengan sanksi yang
ringan pula. Kedua, tuntutan yang diajukan relatif ringan, atau bahkan pihak hakim sendiri
yang tidak memiliki ketegasan sikap. Sehingga berpengaruh terhadap putusan yang
dikeluarkan.
E. PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Berbicara mengenai penegakan hukum pidana, dapat dilihat dari cara penegakan hukum
pidana yang dikenal dengan sistem penegakan hukum atau criminal law
enforcement sebagai bagian daricriminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan.
Dalam penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau
sanksi pidana, dan menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum tanpa
menggunakan sanksi pidana (penal). Penegakan hukum dengan mempunyai sasaran agar
orang taat kepada hukum. Ketaatan masyarakat terhadap hukum disebabkan tiga hal yakni:
a) takut berbuat dosa;
b) takut karena kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang
bersifat imperatif;
c) takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal
mempunyai sasaran dan tujuan untuk kepentingan internalisasi.
Keberadaan Undang-Undang Narkotika merupakan suatu upaya politik hukum
pemerintah Indonesia terhadap penanggulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika.
Dengan demikian, diharapkan dengan dirumuskanya undang-undang tersebut dapat
menanggulangi peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, serta
menjadi acuan dan pedoman kepada pengadilan dan para penyelenggara atau pelaksana
putusan pengadilan yang menerapkan undang-undang, khususnya hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang terjadi. Dalam penelitian ini, penulis
akan mencoba meneliti tentang kebijakan hukum pidana yang tertuang dalam UndangUndang Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika serta implementasinya dalam
penangulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika. penegakan hukum salah satunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat berjalannya proses penegakan
hukum itu sendiri. Adapun faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
a) Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada undangundang aja;
b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk maupun
yang menerapkan hukum;
c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
d) Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan;
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kelima faktor tersebut di atas
saling berkaitan, hal ini disebabkan esensi dari penegakan hukum itu sendiri serta sebagai
tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.
F. EFEK YANG DITIMBULKAN
a. Depresan : jenis zat berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat
pemakai merasa fly, bahkan tertidur, tidak sadar diri, misal : opium, morfin, heroin, codein,
dan sedative
b. Stimulan : zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja
(segar & bersemangat), misal : ekstasi, kafein, kokain, dan amfetamin
c. Halusinogen : zat yg dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan
dan pikiran seringkali disertai halusinasi, misal : ganja, mescalin dan LSD
G. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN
a. Faktor Individu
1) Penyakit jasmaniah
2) Kepribadian dengan resiko tinggi : mudah kecewa, cenderung agresif, kurang percaya
diri, selalu menuntut, sifat antisocial, memiliki gangguan jiwa (cemas, depresi,
apatis), kurang religious, penilaian diri negatif.
3) Motivasi tertentu : menyatakan diri bebas, memuaskan rasa ingin tahu, dan
mendapat pengalaman baru, agar diterima kelompok tertentu, melarikan diri dari
sesuatu, sebagai lambang kemoderan.
b. Factor Zat
1) Ketersediaan zat pada peredaran gelap
2) Kemudahan memperoleh zat
c. Faktor lingkungan
1) Lingkungan keluarga : tidak harmonis, komunikasi antara orangtua dan anak kurang
efektif, orangtua otoriter.
2) Lingkungan sekolah : sekolah kurang disiplin, adanya murid pengguna.
3) Lingkungan teman sebaya : tekanan kelompok sebaya sangat kuat, ancaman fisik
sangat kuat, ancaman fisik dari teman pengedar.
4) Lingkungan masyarakat luas : situasi politik, ekonomi, sosial yang kurang mendukung.
H. TINGKAT PEMAKAIAN
1) Eksperimen use : sekedar mencoba - coba dan memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian
akan berhenti tapi ada juga yang meneruskan.
2) Recreation use : hanya untuk bersenang - senang, rekreasi atau santai.
3) Situasional use : memakai zat pada saat tertentu saja ( saat sedih, kecewa, tegang)
dan bertujuan menghilangkan perasaan.
4) Abuse ; pemakai sebagai pola penggunaan bersifat patologik yang ditandai untuk
mengendalikan, terus menggunakan walaupaun sakit fisiknya kambuh, yang akan
menimbulkan gangguan fungsional / okupasional.
5) Dependence use : telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat
dihentikan atau dikurangi dosisnya.
I. DAMPAK PENYALAHGUNAAN
1) Komplikasi medic : akibat zat itu sendiri (Kokain : anemia, malnutrisi, kehilangan
berat badan. Opioida : kemandulan, gangguan haid, impotensi. Kafein : gastritis, sakit
jantung dan hipertensi. Nikotin : kanker paru, bronchitis, bronkiektosis), akibat bahan
campuran atau pelarut akibat cara pemakaian jarum suntik yang tidak steril, akibat
pertolongan yang salah, akibat cara hidup kurang bersih.
2) Akibat gangguan mental emosional
3) Memburuknya kehidupan sosial
J. UPAYA PENCEGAHAN
1) Melalui keluaga ; luangkan waktu bersama, ciptakan suasan yg hangat, menjadi
contoh yg baik, beri informasi yg benar, memperkuat kehidupan agama, sikap positif
ortu.
2) Melalui sekolah : lokasi sekolah tdk berada pada tempat rawan, hubungan guru
murid baik, disiplin, proses belajar mengajar bentuk siswa mandiri, konseling bagi
mahasiswa bermasalh, libatkan partisipasi siswa dalam program pencegahan NAPZA
melalui :
a) Lembaga keagamaan
b) LSM
c) Kawan bukan pengguna
d) Media masaa,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narkoba merupakan hal yang tidak asing ditelinga kita, maka dari pembahasan ini dibahas
mengenai pengertian dan dampak dari narkoba, sehingga dapat disimpulkan bahwa narkoba
bisa merusak moral, fisik dan psikis anak ramaja yang memakai narkoba dari jenis apapun.
Maka sebagai orang tua kita harus memberikan perhatian yang lebih terhadap anak kita
sehingga mereka tidak terjerumus dalam pemakaian narkoba.
B. Saran
Mungkin ini saja kelompok kami bisa sajikan, kelebihan dan kekurangannya kami haturkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kepada Allah SWT kami mohon ampun. Dan
kepada teman-teman sekalian kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan
untuk bisa menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang : Kesehatan Reproduksi,
Depkes, Jakarta.
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006.
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: C.V. Wacana Prima, 2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti HEDS-JICA.Per kem bangan
Peserta Didik. Jakarta: Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik, 2007.
Sunarto dan Hartono, B. Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Http//: Kesehatan reproduksi remaja.com
Diposkan oleh DR. Endha Patrick di 11.08
1. Kesimpulan
Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1.Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
Dalam UU No. 35/2009 jenis-jenis narkotika adalah tanaman papever, opium mentah,
opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman koka, daun
koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja, garam-garam
atau turunannya dari morfin dan kokaina. Bahan lain, baik alamiah, atau sitensis
maupun semi sitensis yang belum disebutkan yang dapat dipakai sebagai pengganti
morfina atau kokaina yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika, apabila
penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan, dan
campuran- campuran atau sediaan-sediaan yang mengandung garam-garam atau
turunan-turunan dari morfina dan kokaina, atau bahan-bahan lain yang alamiah atau
olahan yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur upaya
pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda,
pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk
kepentingan pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan
sosial
1. SARAN
Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA merupakan
tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya berada pada
pundak kepolisian ataupun pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat
diharapkan ikut perperan dalam upaya penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah
yang telah diamanatkan dalam pelbagai perundang-undangan negara, termasuk UU No.
35 tahun 2009 tentang narkotika
pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati,
jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba
juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Mardani.2007.Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:Rajawali Pers.
Sunarso, siswantoro.2004.Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta:Rajawali Pers.
Makarao, taufik, et.al.2003 Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunarso, Siswantoro. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian sosiologis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
hukum. Jakarta: CV. Rajawali. H
[1] Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 1
[2] Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika
[4] Siswantoro Sunarso. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian sosiologis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal. 142.D
[5] Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
hukum. Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 5.