Results Analisis Relevansi Nilai untuk S
Results
Analisis Relevansi Nilai untuk Setiap Negara
Tabel 2 menunjukkan bahwa cadangan revaluasi untuk Great Britain dan Bermuda
secara statistik signifikan pada level 1 persen dalam menjelaskan harga saham, dan cadangan
revaluasi untuk Australia, Hong Kong, dan Filipina secara statistik signifikan pada level 5
persen. Cadangan revaluasi untuk sepuluh negara lainnya tidak relevan. Koefisien cadangan
revaluasi untuk Australia, Bermuda, dan Filipina berkebalikan dari prediksi. Koefisien
signifikan negatif mengindikasikan bahwa tanpa menghiraukan kenaikan revaluasi aset tetap,
pasar akan lebih memperhatikan performance keuangan dan akuntansi negatf dari
perusahaan. Secara keseluruhan, hanya Great Britain dan Hongkong yang mendukung
hipotesis H1.
Dari kelima negara dengan revaluasi nilai yang relevan, Net Income yang dilaporkan
juga relevan. Akan tetapi, nilai buku ekuitas tidak selalu bernilai relevan, book value ekuitas
untuk Hong Kong dan Australia tidak relevan.
Analisis Relevansi Nilai untuk Negara Common Law vs Code Law
Tabel 3 menunjukkan temuan relevansi nilai dari revaluasi aset tetap berdasarkan
kategori negara common law vs code law. Negara penganut common law dalam sample ini
adalah Australia, Bermuda, Great Britain, Hong Kong, India, Malasyia, Filipina, dan
Singapura. Hasil analisis regresi menyarankan bahwa perubahan pada nilai aset tetap
berkorelasi tinggi dengan nilai perusahaan pada negara common law, sesuai hipotesis H2.
Negara yang menganut code law dalam sample ini adalah Brazil, Cayman Islands,
Yunani, Indonesia, Jepang, Korea, dan Thailand. Analisis untuk negara code law
menunjukkan perubahan pada nilai aset tetap yang dilaporkan tidak memiliki korelasi dengan
nilai perusahaan, sesuai hipotesis bahwa cadangan revaluasi aset tetap lebih kecil nilai
relevansinya pada valuasi perusahaan dengan code law dibanding valuasi perusahaan di
negara common law. Akan tetapi, baik Net Income dan nilai buku ekuitas signifikan secara
statistik dalam menentukan nilai kewajaran perusahaan di negara code law.
Conclusion
Paper ini berfokus pada dampak IFRS sehubungan dengan valuasi aset tetap. Secara
spesifik, penulis menelaah bagaiman perlakuan akuntansi IFRS pada cadangan revaluasi aset
tetap berdampak pada penyesuaian bagi harga pasar. Untuk mengetahuinya, penulis memilih
sample dari 15 negara yang mengadopsi IFRS sebelum tahun 2005 dan regresi cadangan
revaluasi aset tetap pada harga saham perusahaan di setiap negara. Penulis menemukan
bahwa lima negara sample mempunyai cadangan revaluasi yang nilainya relevan bagi nilai
pasar perusahaan, dan sepuluh negara mempunyai cadangan revaluasi yang nilainya tidak
relevan bagi nilai pasar perusahaan.
Penulis juga mengkategorikan negara berdasarrkan sistem hukum dan meemukan
bahwa negara yang menganut sistem common law mempunyai cadangan revaluasi aset tetap
yang nilainya relevan dengan nilai perusahaan. Penulis menemukan negara dengan sistem
code law mempunyai cadangan revaluasi akitiva tetap yang nilainya tidak relevan dengan
nilai perusahaan.
Analisis Relevansi Nilai untuk Setiap Negara
Tabel 2 menunjukkan bahwa cadangan revaluasi untuk Great Britain dan Bermuda
secara statistik signifikan pada level 1 persen dalam menjelaskan harga saham, dan cadangan
revaluasi untuk Australia, Hong Kong, dan Filipina secara statistik signifikan pada level 5
persen. Cadangan revaluasi untuk sepuluh negara lainnya tidak relevan. Koefisien cadangan
revaluasi untuk Australia, Bermuda, dan Filipina berkebalikan dari prediksi. Koefisien
signifikan negatif mengindikasikan bahwa tanpa menghiraukan kenaikan revaluasi aset tetap,
pasar akan lebih memperhatikan performance keuangan dan akuntansi negatf dari
perusahaan. Secara keseluruhan, hanya Great Britain dan Hongkong yang mendukung
hipotesis H1.
Dari kelima negara dengan revaluasi nilai yang relevan, Net Income yang dilaporkan
juga relevan. Akan tetapi, nilai buku ekuitas tidak selalu bernilai relevan, book value ekuitas
untuk Hong Kong dan Australia tidak relevan.
Analisis Relevansi Nilai untuk Negara Common Law vs Code Law
Tabel 3 menunjukkan temuan relevansi nilai dari revaluasi aset tetap berdasarkan
kategori negara common law vs code law. Negara penganut common law dalam sample ini
adalah Australia, Bermuda, Great Britain, Hong Kong, India, Malasyia, Filipina, dan
Singapura. Hasil analisis regresi menyarankan bahwa perubahan pada nilai aset tetap
berkorelasi tinggi dengan nilai perusahaan pada negara common law, sesuai hipotesis H2.
Negara yang menganut code law dalam sample ini adalah Brazil, Cayman Islands,
Yunani, Indonesia, Jepang, Korea, dan Thailand. Analisis untuk negara code law
menunjukkan perubahan pada nilai aset tetap yang dilaporkan tidak memiliki korelasi dengan
nilai perusahaan, sesuai hipotesis bahwa cadangan revaluasi aset tetap lebih kecil nilai
relevansinya pada valuasi perusahaan dengan code law dibanding valuasi perusahaan di
negara common law. Akan tetapi, baik Net Income dan nilai buku ekuitas signifikan secara
statistik dalam menentukan nilai kewajaran perusahaan di negara code law.
Conclusion
Paper ini berfokus pada dampak IFRS sehubungan dengan valuasi aset tetap. Secara
spesifik, penulis menelaah bagaiman perlakuan akuntansi IFRS pada cadangan revaluasi aset
tetap berdampak pada penyesuaian bagi harga pasar. Untuk mengetahuinya, penulis memilih
sample dari 15 negara yang mengadopsi IFRS sebelum tahun 2005 dan regresi cadangan
revaluasi aset tetap pada harga saham perusahaan di setiap negara. Penulis menemukan
bahwa lima negara sample mempunyai cadangan revaluasi yang nilainya relevan bagi nilai
pasar perusahaan, dan sepuluh negara mempunyai cadangan revaluasi yang nilainya tidak
relevan bagi nilai pasar perusahaan.
Penulis juga mengkategorikan negara berdasarrkan sistem hukum dan meemukan
bahwa negara yang menganut sistem common law mempunyai cadangan revaluasi aset tetap
yang nilainya relevan dengan nilai perusahaan. Penulis menemukan negara dengan sistem
code law mempunyai cadangan revaluasi akitiva tetap yang nilainya tidak relevan dengan
nilai perusahaan.