Hubungan HAM Dengan UU RI NO. 23 Tahun 2

HUBUNGAN HAM DENGAN UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK (PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP
KEKERASAN YANG TERJADI DI LINGKUP RUMAH TANGGA)

HUKUM & HAM
(KELAS C)

A. MUH. IQBAL LATIEF. B
NIM : B111 12 323

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AJARAN 2014-2015

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi
seorang anak. Pembinaan Generasi Muda dimulai dengan membina
kepribadian anak. Pendidikan yang diterima anak dari orang tua dalam
keluarga, baik pendidikan yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak
disengaja akan menjadi bagian dari pribadinya. Jika bapak-ibunya baik, rukun
dan menyayangi maka ia akan mendapat unsur-unsur positif dalam
kepribadiannya,


dan

melaksanakan
mendapatkan

agama

apabila
dalam

pengalaman

orang

tuanya

kehidupan

keagamaan


beragama

sehari-hari,

yang

menjadi

serta
maka

unsur

taat
anak
dalam

kepribadiannya.1
Pemahaman orang tua akan jiwa anak-anak merupakan faktor terpenting

dalam lingkungan keluarga. Dengan pemahaman tersebut orang tua
menciptkan suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan kasih sayang,
rasa aman, rasa sukses, dan harga diri. Perlakuan dan pemahaman ini
diperlukan anak mulai dari kecil, usia remaja bahkan samapi dewasa. 2
Pembinaan orang tua yang tidak memahami perkembangan jiwa dan
kebutuhan anak, akan menyebabkan timbulnya rasa kurang puas, kesal,
tertekan dan macam-macam perasaan negatif lainnya. Hal ini merupakan

1 Wagianto Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak, Bandung. Refika Aditama., hal. 63
2 Ibid

faktor negatif dalam perkembangan jiwa anak dan selanutnya akan
membentuk pribadi yang negatif.3
Margaret Mead, Mendefinisikan Keluarga sebagai “the cultural comestone
of any society, transmitting its cultural history, instilling its prevailing value
systems and socializing the next generation into effective citizens and human
being”. Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang
anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami istri) serta
hubungan darah (anak kandung) atau juga anak tiri atau anak pungut
(adopsi). Aristoteles mengatakan bahwa posisi keluarga atas rumah tangga

sangat sentral, yakni sebagai dasar pembinaan Negara. Di dalam
keluargalah, seseorang pertama kali mendapatkan kesempatan menghayati
penemuan-penemuan

dengan

sesama

manusia,

termasuk

dalam

memperoleh perlindungan pertama. Namun, kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) menjadi wajah lain yang seringkali diterima sebagai hal yang
“biasa”, dan dipandang sebagai urusan internal keluarga bersangkutan.
Bahkan banyak apologi diberikan bahwa ‘kekerasan’ itu merupakan bagian
dari pendidikan dan pembinaan dalam rumah tangga. Hal ini merupakan ironi
atas hakikat terbentuknya sebuah rumah tangga. 4


3 Ibid
4 Moerti Hadiati Soeroso, 2011, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam perspektif YurisidViktimologis, Jakarta. Sinar Grafika., hlm. viii

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat,
dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam UndangUndang Dasar 1945 dan konvesi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HakHak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa
depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi
serta berhak atas perlindungan dari tidak kekerasan dan diskriminasi serta
hak sipil dan kebebasan.5
Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga
dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum. Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan
perlindungan anak, Negara dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan
fasilitas dan aksesbilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan
dan perkembangannya secara optimal dan terarah. Undang-Undang ini
menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan Negara merupakan rangkaiankegiatan yang dilaksanakan

secara terus-menerus demi telindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan
tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin perumbuhan dan
5 Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Perundang Tentang Anak. Yogyakarta: Pustaka Yustisia., hlm.
93

perkembangan anak, baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Tindakan ini
dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang
diharapkan sebagai penerus bangsa yang berpotensi, tangguh, memiliki
nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta
berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara. 6
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak
dari janin dalam kandungan sampai berumur 18 (depan belas) tahun. Bertitik
tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan
komprehensif,

Undang-undang

RI

No.


23

Tahun

2002

Tentang

Perlindungan Anak meletakkan kewajiban memberikan perlindungan
kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut: 7
a.
b.
c.
d.

Nondiskriminasi;
Kepentingan yang terbaik bagi anak;
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
Penghargaan terhadap pendapat anak.


Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak,
lembaga

keagamaan,

lembaga

swadaya

masyarakat,

organisasi

kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga
pendidikan.8
Hak-Hak Anak Yang Musti Dipenuhi Oleh Anak
6 Ibid
7 Ibid
8 Ibid


Deklarasi Hak Anak-Anak9
Mukadimah
Mengingat, bahwa di dalam Piagam Peryataan Negara anggota PBB telah
menegaskan kembali keyakinan mereka atas hak asasi manusia, martabat
serta

nilai

kemanusia,

dan

telah

memutuskan

untuk

meningkatkan


kesejahteraan sosial serta taraf hidup yang lebih baik dalam lingkup
kebebasan yang lebih luas.
Mengingat, bahwa dalam Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia,
PBB telah menyatakan, bahwa setiap orang berhak atas segala segala hak
dan kemerdekaan sebagaimana yang tercantum dalam deklarasi ini tanpa
membeda-bedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, asal-usul bangsa
atau tingkat sosial, kaya atau miskin, keturunan atau status.
Mengingat, bahwa karena alasan dan mental yang belum matang dan
dewasa, anak-anak membutuhkan perlindungan serta perawatan khusus
termasuk perlindungan hukum sebelum maupun sesudah mereka
dilahirkan.
Mengingat, bahwa kebutuhan akan perlindungan khusus ini telah
tercantum dalam deklarasi Jenewa tentang Hak Anak-anak tahun 1924 dan
telah diakui dalam Deklarasi Sedunia tentang Hak Asasi Manusia serta
9 Wagianto Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak, Bandung. Refika Aditama., hal. 75

undang-undang yang telah dibuat oleh badan-badan khusus dan organisasiorganisasi internasional yang memberi perhatian bagi kesejahteraan anakanak.Mengigat, bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang
terbaik bagi anak-anak.
Oleh karena itu, Majelis Umum PBB memaklumkan Deklarasi Hak

Anak-anak dengan maksud agar anak-anak dapat menjalani masa kecil
yang membahagiakan, berhak menikmati hak-hak dan kebebasan baik
kepentingan mereka sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat.
Selanjutnya Majelis Umum mengimbau para orang tua wanita dan
pria secara perseorangan, organisasi sukarela, para penguasa setempat
dan pemerintah pusat agar mengakui hak-hak ini dan secara bertahap
baik melalui undang-undang maupun peraturan lainnya yang sesuai
dengan asas-asas berikut:
Asas 1
Anak-anak berhak menikmati seluruh hak yang tercantum dalam
Deklarasi ini. Semua anak tanpa pengecualian yang bagaimanapun berhak
atas hak-hak ini, tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa atau tingkatan sosial, kaya atau miskin, keturunan atau status, baik
dilihat dari segi dirinya sendiri maupun dari segi keluarganya.
Asas 2

Anak-anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus,
dan harus memperoleh kesempatan dan fasilitas yang dijamin oleh
hukum dan sarana lain sehingga secara jasmani, mental-akhlak, rohani dan
sosial, mereka dapat berkembang dengan sehat dan wajar dalam keadaan
bebas dan bermartabat.
Asas 3
Sejak dilahirkan, anak-anak harus memiliki nama dan kebangsaan.
Asas 4
Anak-anak

harus

mendapat

jaminan.

Mereka

harus

tumbuh

dan

berkembang dengan sehat. Untuk maksud itu baik sebelum maupun
sesudah dilahirkan, harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi si
anak dan ibunya. Anak-anak berhak mendapat gizi yang cukup,
perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan.
Asas 5
Anak-anak cacat tubuh dan mental atau berkondisi sosial lemah akibat
suatu keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan dan
perlakuan khusus.
Asas 6

Agar supaya kepribadiannya tumbuh secara maksimal dan harmonis, anakanak memerlukan kasih sayang dan pengertian. Sedapat mungkin mereka
harus dibesarkan di bawah asuhan dan tanggungjawab orangtua mereka
sendiri, dan bagaimanapun harus diusahakan agar mereka tetap berada
dalam suasana yang penuh kasih sayang, sehat jasmani dan rohani.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun tidak dibenarkan terpisah dari ibunya.
Masyarakat dan penguasa yang berwenang, berkewajiban memberikan
perawatan khusus kepada anak-anak yang tidak memiliki keluarga dan
kepada anak-anak yang tidak mampu.
Diharapkan agar pemerintah atau pihak yang lain memberikan bantuan
pembiayaan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga besar.
Asas 7
Anak-anak berhak mendapatkan pendidikan wajib secara cuma-cuma
sekurang-kurangnya ditingkat Sekolah Dasar. Mereka harus mendapat
pendidikan

yang

memungkinkan

dapat

mereka

meningkat

atas

dasar

pengetahuan
kesempatan

umumnya

yang

sama,

dan
untuk

mengembangkan kemampuannya, pendapat pribadinya, dan perasaan
tanggung jawab moral dan sosialnya, sehingga mereka dapat menjadi
anggota masyarakat yang berguna.

Kepentingan-kepentingan anak haruslah dijadikan dasar pedoman oleh
mereka yang bertanggungjawab terhadap pendidikan dan bimbingan anak
yang bersangkutan; pertama-tama tanggungjawab tersebut terletak pada
orangtua mereka.
Anak-anak harus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan
berekreasi yang diarahkan untuk tujuan pendidikan, masyarakat dan
penguasa yang berwenang harus berusaha meningkatkan pelaksanaan hak
ini.
Asas 8
Dalam keadaan apapun anak-anak harus didahulukan dalam menerima
perlindungan dan pertolongan.
Asas 9
Anak-anak

harus

dilindungi

dari

segala

bentuk

penyia-nyiaan,

kekejaman dan penindasaan. Dalam bentuk apapun, mereka tidak boleh
menjadi “bahan dagangan”.
Tidak dibenarkan memperkerjakan anak-anak di bawah umur. Dangan
alasan apapun mereka tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat
merugikan kesehatan atau pendidikan mereka, maupun yang dapat
mempengaruhi perkembangan tubuh, mental atau akhlak mereka.

Asas 10
Anak-anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam
diskriminasi rasial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya.
Mereka harus dibesarkan di dalam semangat yang penuh pengertian,
toleransi dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta persaudara
semesta dan dengan penuh kesadaran tenaga dan bakatnya harus
diabadikan kepada sesama manusia.
Dari Deklarasi Hak Anak-anak yang tercantum dalam pernyataan di atas,
Deklarasi itu turut diperjuangkan pelaksanaannya oleh aturan hukum
Indonesia yang telah termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Perundangan tentang Anak lainnya, salah satunya
ialah Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menjabarkan hak-hak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi

secara

kemanusian,

serta

optimal

sesuai

mendapatkan

dengan

perlindungan

harkat
dari

dan

martabat

kekerasan

dan

diskriminasi khususnya dilingkup rumah tangga yang berpotensi terjadi
kekerasan yang dianggap sebagai hal lumrah. Bahkan banyak pandangan
melihat bahwa ‘kekerasan’ itu merupakan bagian dari pendidikan dan
pembinaan dalam rumah tangga.

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkup rumah
tangga, sebagai berikut:10
 Kekerasan fisik: Apapun perbuatan yang disengaja, meski dengan alasan
menyatakan kekesalan, kemarahan bahkan menghukum, dengan sasaran
fisik, tubuh dan bagian tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau bahkan luka.
Kekerasan Fisik
a. Pembunhan
1) Ayah terhadap anak;
2) Ibu terhadap anak (termasuk pembunuhan bayi oleh ibu);
3) Adik terhadap kakak, kemenakan, ipar atau sebaliknya;
4) Bentuk campuran selain tersebut di atas.
b. Penganiayaan
1) Ayah terhadap anak;
2) Ibu terhadap anak (termasuk pembunhan bayi oleh ibu);
3) Adik terhadap kakak, kemenakan, ipar atau sebaliknya;
4) Bentuk campuran selain tersebut di atas.
c. Perkosaan:
1) Ayah terhadap anak perempuan; ayah kandung atau ayah tiri dan
anak kandung maupun anak tiri;
2) Suami terhadap anak/kakak ipar;
3) Kakak terhadap adik;
4) Bentuk campuran selain tersebut di atas.
(Direktorat Reserse Polda Metro Jaya, 1991)
 Kekerasan psikis : Yakni perbuatan yang menyasar fisik korban, tetapi
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan
psikis pada korban.
Kekerasan Nonfisik/Psikis/Emosional, seperti:
a. Penghinaan;

10 Devi Novirianti, dkk. 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta: PENGANYOMAN., hlm. 4

b. Komentar-komentar yang dimaksudkan untuk merendahkan dan
melukai harga diri anak;
c. Melarang anak bergaul;
d. Memisahkan istri dari anak-anaknya dan lain-lain.
 Kekerasan seksual : Setiap perbuatan pemaksaan hubungan seksual,
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak
disukai.
Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial
dan/atau tujuan tertentu, baik itu dengan sesama penghuni rumah tangga
tersebut, atau orang di luar rumah tangga
Kekerasan seksual..
 Penelantaran rumah tangga : Perbuatan menelantarkan orang dalam
lingkup rumah tangga, padahal orang tersebut harus dinafkahi, dirawat
dan dipelihara
Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/ atau melarang
untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
berada di bawah kendali pelaku.
Kekerasan ekonomi, berupa:
a. Tidak memberi nafkah pada anak;
b. Pemakasaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu, baik itu dengan sesame penghuni
rumah tangga tersebut, atau orang di luar rumah tangga.
Ketentuan Pidana:
 Diskriminasi baik mengakibatkan kerugian materiil atau moril atau
penelantaraan

terhadap

anak

yang

mengakibatkan

jatuh

sakit,

penderitaan fisik, mental, sosial. Dipidana penjara max 5 tahun dan atau
denda max 100 juta. (Pasal 77)
 Kekerasan atau anacaman kekerasan atau penganiayaan. Dipidana max
3 tahun 6 bulan dan/ atau denda max 72 juta. Mengakibatkan luka berat
dipidana max 5 tahun dan/ atau denda max 10 juta. Mengakibatkan
kematian dipidana max 10 tahun dan/ atau denda max 200 juta.pidana
ditambah sepertiga bagi orang tua yang melakukannya. (Pasal 80)
 Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa

anak

melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain. Dipidana max 15
tahun dan min 3 tahun dan denda max 300 juta min 60 juta. (Pasal 81)
 Menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual. Dipidana
max 15 tahun min 3 tahun dan denda 300 juta min 60 juta. (Pasal 83)
 Melawan hukum mentransplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh anak
untuk pihak lain. Dipidana max 10 tahun dan/ atau max 200 juta. (Pasal
84)
 Mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Dipidana max 10 tahun dan/
atau denda max 200 juta. (Pasal 88)
 Menempatkan, membiarkan, melibatkan menyuruh melibatkan anak
dalam penyalahgunaan produksi atau distribusi narkotika dan/ atau
psikotropika. Dipidana mati atau pidana penjara seumur hidup dan denda
max 500 juta min 50 juta. (Pasal 89)
Perlindungan anak terhadap kekerasan yang terjadi di lingkup rumah
tangga

Masalah perlindungan hukum dan hak-haknya bagi anak-anak merupakan
salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak indonesia. Agar
perlindungan hak-hak anak dapat dilakukan secara teratur, tertib dan
bertanggungjawab maka diperlukan peraturan hukum yang selaras dengan
perkembangan

masyarakat

indonesia

yang

dijiwai

sepenuhnya

oleh

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 11
Untuk sampai pada pemikiran tentang jaminan hak anak pelindungan, maka
terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi penyebab bahwa anak dan
perlindungan anak terabaikan.12
Setelah melalui penganalisaan terdahulu ternyata bahwa anak dan
perlindungannya terabaikan akibat kurangnya perhatian dari keluarga sebagi
masyarakat terkecil juga sebagai akibat dari lingkungan sekitar. 13
Oleh karena itu pemikiran tentang jaminan hak anak serta perlindungan perlu
dimulai pada perbaikan pola pembinaan anak dalam masyarakat kita, dengan
mendasarkan kepada kasih sayang dan cinta yang tulus dan murni dari
orangtua, yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa sayang dan cinta
kepada sesama manusia pada jiwa sang anak dikemudian hari. Beranjak dari
sini, maka terbentuklah suatu masyarakat yang memiliki kesejahteraan,
ketentraman dan stabilitas yang tinggi.14
11 Wagianto Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak, Bandung. Refika Aditama., hal. 67
12 Ibid., hlm 72
13 Ibid
14 Ibid

Penyelenggaraan Perlindungan di atur lebih eksplisit di dalam UU RI No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di dalam BAB IX:
1. Perlindungan Agama terdapat pada Pasal 42 dan Pasal 43
2. Perlindungan Kesehatan terdapat pada Pasal 44, 45, 46, dan Pasal 47
3. Perlindungan Pendidikan pada Pasal 48, 49, 50, 51, 52, 53, dan Pasal
54
4. Perlindungan Sosial pada Pasal 55, 56, 57, dan Pasal 54
5. Perlindungan Khusus pada Pasal 59-71.
Kesimpulan
 Keluarga

merupakan

lingkungan

sosial

yang

terdekat

untuk

membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan
pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat
terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam
membesarkan anak dan terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh
karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
anak. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan
anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Oleh
karena sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya,
sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga maka sepantasnya
kalau kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian juga berasal dari
keluarga.15

15 Wagianti Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak, Bandung. Refika Aditama., hal. 20

 Hak asasi manusia adalah merupakan hak yang melekat di dalam diri
pribadi individu, dan hak ini merupakan yang paling mendasar bagi setiap
individu untuk berdiri dan hidup secara merdeka dalam komunitaskomunitas masyarakat. Bangunan dasar HAM yang melekat di dalam
episentrum otoritas individu yang merdeka,merupakan bawaan semenjak
lahir, sehingga tidak bisa digugat banalitas pragmatisme kepentingan
kekuasaan, ambisi, dan hasrat. Dengan dan atas nama apapun, bahwa
dasar-dasar kemanusiaan yang intim harus dilindungi, dipelihara, dan
tidak dibiarkan berada sama sekali dalam ruang-ruang sosial yang
mengalienasinya.16

16 Harifin A. Tumpa, 2010, Peluang & Tantangan Eksitensi Pengadilan HAM di Indonesia, Jakarta.
Kencana., hal vi

Daftar Pustaka
Devi Novirianti, dkk. 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta:
PENGAYOMAN.
Harifin A. Tumpa. 2010. Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Moerti Hadiati Soeroso. 2011. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam
Perspektif Yuridis-Viktimologi. Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Perundang Tentang Anak. Yogyakarta:
Pustaka Yustisia.
Wagianti soetodjo. 2010. Hukum Pidana Anak. Bandung: Refika Aditama.