prosiding seminar nasional nasional jptm uny th2012

(1)

SEMINAR NASIONAL

Pendidikan Teknik Mesin

PROSIDING

Yogyakarta, 2 Juni 2012

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

“Optimalisasi Pendidikan Teknik dan Kejuruan

Menuju Kemandirian Teknologi

dan Generasi Bermartabat”

KU A L

F TA N

I S

S T

E E

M K

A N

M I

IH K

nar N

asional

“Opti

malisasi

Pendi

dikan

Tekni

k dan Kej

uruan menuj

u Kemandi

rian Teknologi dan Gen

erasi Bermartabat”

ISSN : 2086-8987


(2)

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT – UNY, Sabtu, 2 Juni 2012

“Optimalisasi Pendidikan Teknik dan Kejuruan Menuju Kemandirian Teknologi dan Generasi Bermartabat”

Penanggung Jawab:

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY Dr. Wagiran

Ketua Panitia:

Drs. Putut Hargiyarto, M.Pd.

Ketua Dewan Penyunting: Dr. Mujiyono

Dewan Penyunting: Drs. Riswan Dwi Jatmiko, M.Pd.

Drs B Sentot Wijanarka, MT Arianto Leman S, MT Drs. Edy Purnomo, M.Pd.

DITERBITKAN OLEH:

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmatnya sehingga penyelenggaraan Seminar Nasional Pendidikan Teknik Mesin dapat dilaksanakan dengan baik.

Penguasaan teknologi merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Suatu bangsa mampu mendayagunakan kekayaan alam ciptaan Tuhan yang Maha Esa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kerjasama antar elemen bangsa, salah satunya berupa kemitraan antar institusi pendidikan maupun dengan industri. Tindakannya berupa berbagai upaya dan optimalisasi atas beraneka sumber daya demi penguasaan dan pemanfaatan teknologi secara mandiri dan mampu menanamkan nilai-nilai yang mengarahkan terciptanya generasi bangsa yang bermartabat terkait penerapan teknologi. Hal inilah yang akan dibahas dalam seminar yang bertema optimalisasi pendidikan teknik dan kejuruan menuju kemandirian teknologi dan generasi bermartabat.

Adapun tujuan seminar adalah: (1) menghimpun berbagai ide inovatif untuk optimalisasi pendidikan teknik dan kejuruan menuju kemandirian teknologi bangsa; (2) menghimpun berbagai ide inovatif untuk aplikasi teknologi dan kebijakannya menuju generasi bangsa bermartabat; dan (3) membangkitkan semangat kebangsaan dalam membangun generasi bangsa bermartabat melalui pencerahan terhadap pemahaman pentingnya kemandirian teknologi bangsa.

Pada kesempatan ini Panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas Teknik UNY yang telah memberikan motivasi, dorongan dan fasilitasi sehingga seminar nasional ini dapat terlaksana. Panitia juga sangat berterima kasih kepada para nara sumber : Bapak Ir. Anang Tjahjana, MT Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud, Bapak Prof. Slamet PH, M.Ed., MA, MLHR, Ph.D, Bapak Ir. Tumiran, M. Eng., Ph.D dari Dewan Energi Nasional serta Bapak Agung Prabowo, ST dari Dharma group Jakarta, yang telah meluangkan waktu di sela kesibukan untuk membagi ilmu dan memberikan pencerahan bagi para peserta seminar nasonal. Selanjutnya diucapkan terima kasih pula kepada para pemakalah yang telah berbagi ilmu untuk mempertajam pembahasan tema seminar nasional ini. Kepada para peserta seminar dan semua pihak yang terlibat dan memberi kontribusi pada seminar nasional ini, kami juga menghaurkan banyak terima kasih.

Panitia menyadari bahwa pelaksanaan seminar nasional ini jauh dari sempurna, terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu dengan rendah hati kami mohon maaf atas semua kekurangan itu. Pengalaman ini sungguh menjadi catatan penting kami untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya kami ucapkan selamat berseminar, semoga membawa kebaikan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 2 Juni 2012

Ketua Panitia,


(4)

SAMBUTAN KETUA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FT UNY

Assalamualaikum Wr., Wb.

Pendidikan Teknik dan Kejuruan sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, daya saing, daya tahan dan kejayaan bangsa. Oleh karenanya eksistensi dan peran pendidikan teknik dan kejuruan perlu terus dimatapkan dan dioptimalkan dengan berbagai upaya. Hal ini selaras dengan tantangan ke depan yanng makin berat dalam era economy based knowledge.

Seminar Nasional Pendidikan Teknik Mesin Tahun 2012 ini mengambil tema “Optimalisasi Pendidikan Teknik dan Kejuruan menuju Kemandirian Teknologi dan Generasi Bermartabat”. Tema ini dirasa urgen paling tidak dilandasi dua alasan. Pertama, kemandirian teknologi merupakan gerakan yang perlu terus dikobarkan seiring dengan ancaman kedaulatan energi nasional. Dalam kerangka tersebut lembaga pendidikan teknik dan kejuruan sebagai garda terdepan dalam pengembangan teknologi nasional dituntut mampu menyediakan berbagai alternatif solusi dalam mengatasi ancaman krisis dan kedaulatan energi tersebut. Kedua, esensi dasar pendidikan adalah proses memanusiakan manusia (humanisasi) sebagaimana tercermin dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional. Menjadi tantangan bagi pendidikan teknik dan kejuruan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja dan memiliki kompetensi komprehensif baik dari aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun kepribadian. Seminar ini merupakan ajang komunikasi dan tukar gagasan dari kalangan akademisi maupun praktisi sehingga dihasilkan rumusan konseptual maupun aplikatif dalam upaya membangun kemandirian energi dan generasi bermartabat.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta berikut jajarannya serta Dekan Fakultas Teknik berikut jajarannya yang telah memberikan ijin dan fasilitasi sehingga seminar ini dapat terselenggara. Penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada yang terhormat, Bapak Ir. Anang Tjahyono, MT (Direktur Pembinaan SMK); Prof. Slamet PH, M.A., M.Ed., M.A., MLHR, Ph.D.(Guru Besar UNY); Ir. Tumiran, M.Eng, Ph.D. (Dewan Energi Nasional), dan Bapak Agung Prabowo, ST (PT. Dharma Group), yang telah berkenan menjadi narasumber dalam seminar ini. Terimakasih juga kami ucapkan kepada segenap tamu undangan, peserta maupun panitia yang telah bekerja keras demi terselenggaranya seminar ini.

Selamat berseminar, mudah-mudahan iktiar kita mendapatkan petunjuk, rahmat, dan hidayah serta pahala yang berlipat dari Allah, Swt. Amiin.

Wassalamualaikum, Wr., Wb. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY


(5)

DAFTAR ISI

halaman

Halaman Judul i

Susunan Panitia ii

PENGANTAR iii

SAMBUTAN KETUA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

MESIN FT UNY iv

DAFTAR ISI vi

No Makalah

1 PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN

KEJURUAN DENGAN MODEL SISTEMIK

Oleh: Bayu Hikmat Purwana

1

2 INTERNALISASI VISI UNY TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA

FAKULTAS TEKNIK Oleh: Agus Partawibawa1), Syukri Fathudin AW2)

12

3 PENINGKATAN PENGUASAAN PENGETAHUAN

PROSEDURAL SISWA SMK MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION.

Asep Hadian Sasmita

27

4 VIRTUALREALITYSEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN

DAN PELATIHAN PEMROGRAMAN CNC

Oleh: Bambang Setiyo Hari Purwoko Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

38

5 PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN

EDUCATION (TQME) PADA SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN

Suatu Upaya Untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Moderen

Oleh: Dwi Rahdiyanta

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

49

6 IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) BERBANTUAN MODUL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN METROLOGI

Oleh : Drs. Edy Purnomo, M.Pd.

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

57

7 MODEL PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI

BIDANG KEJURUAN

Oleh: Pardjono

Pendidikan Teknik Mesin FT-UNY

68

8 PENERAPAN METODE TUTORIAL UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI TEORI PEMESINAN SEBAGAI PENUNJANG PELAKSANAAN PRAKTIK PEMESINAN


(6)

9 PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TEORI

PENGELASAN DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FT UNY

Riswan Dwi Djatmiko

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

96

10 STUDENT CENTERED LEARNING PADA

PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN CNC

Oleh:

Bernardus Sentot Wijanarka

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

101

11 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS

DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI

PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENILAIAN PORTOFOLIO

Oleh: Sudiyatno

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

115

12 REKONSTRUKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

(Kajian Evaluasi Pembelajaran di Fakultas Teknik UNY)

Oleh: Syukri Fathudin Achmad Widodo Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

129

13 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAHAN TEKNIK BERBASIS PROGRAM FLASH

Oleh : Tiwan

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY

137

14 REKONSTRUKSI PENDIDIKAN VOKASIONAL DI

INDONESIA:

Sebuah Pemikiran Tentang SMK

Oleh: Agus Budiman

Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY

160

15 ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN MULTIMEDIA BERBASIS WEB TEHADAP MOTIVASI BELAJAR

Oleh:Erni Munastiwi

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) D.I. Yogyakarta

161

16 Revitalisasi Sertifikasi Guru Model Penilaian Kinerja

Guru

Oleh: Badrun Kartowagiran JurusanPendidikanTeknikMesin

178

17 KERJASAMA KEMITRAAN SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN RELEVANSI LULUSAN PENDIDIKAN KEJURUAN

Oleh: Suhartanta

Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY


(7)

PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK KREATIF DI DIKNIK MESIN UNY

Yatin Ngadiyono

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

19 PENGEMBANGAN POLA KEMITRAAN SMK –

DUNIA INDUSTRI

DALAM MENINGKATKAN MUTU SMK

Zainal Arifin

FT Universitas Negeri Yogyakarta (turangga81@yahoo.com)

203

20 PENGEMBANGAN CETAKAN COR UNTUK

MENDUKUNG

LABORATORIUM PENGECORAN MINI DI JURUSAN MESIN FT UNY

Heri Wibowo, Arianto Leman S., dan Mujiyono Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

213

21 RANCANG BANGUN JEMURAN PAKAIAN

OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER IC H BRIDE DENGAN PELINDUNG ANTI HUJAN

Nurul Husnah Mustika Sari1), Awalia Nur Azizah2),

Nidya Ferry Wulandari1), Krisna Dwi Nur Cahyo3), Ficky Fristiar4),

1)

Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta

2)

Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta

3)

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Yogyakarta

4)

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta

TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

R Edy Purwanto, Eka Mandayatma, Maftuch Jurusan Teknik Mesin - Politeknik Negeri Malang

223

22 SHUTTLECOCK LAUNCHER WITH AUTOMATIC MULTY MODE SHOOTER UNTUK MEDIA LATIHAN MANDIRI ATLET BULUTANGKIS

Ficky Fristiar1), Hamid Abdilah2), Agus Irawan3), dan Rizam Yudinar 4)

1)

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

2)

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

2)

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

3)

Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta


(8)

MAINAN KAYU EKSPOR

Slamet Karyono1), Darmono2), M. Lies Endarwati3)

1)

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

2)

JurusanPendidikanTeknik Sipildan Perencanaan FT UNY

3)

FakultasEkonomi UNY

24 PEMANFAATAN ALAT PENGERING UNTUK

MEMBANTU

INDUSTRI PEMBUAT KERTAS SOUVENIR KULIT POHON PISANG

Sugiyanto*, Suhartoyo**

*Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Surakarta

**Jurusan Teknik Mesin Akademi Teknologi Warga Surakarta

248

25 PORTABLE PROTOTYPE ALAT PEMOTONG KENTANG OTOMATIS DENGAN MEKANISME CRANK-SLIDER DAN FLEXIBLE CUTTER

Syafiq1), Hamid Abdilah1), dan Riza Stiyarini2)

1)

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta

2)

Program Studi Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

253

26 REKAYASA MESIN PENCACAH LIMBAH BOTOL

PLASTIK

UNTUK KALANGAN PENGEPUL SAMPAH DI SURAKARTA

Wijoyo, Sugiyanto dan Achmad Nurhidayat Teknik Mesin Universitas Surakarta

260

27 EFEK TEKANAN AWAL DRIVER SECTION

CAMPURAN BAHAN BAKARLIQUIFIED PETROLEUM GAS DAN OKSIGEN

TERHADAPKARAKTERISTIK GELOMBANG DETONASI PADA KONDISI INISIASI LANGSUNG

Jayan Sentanuhady dan Eswanto

Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

266

28 PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN

KOROSI MATERIAL AISI 316L PADA APLIKASI IMPLAN PLAT PENYAMBUNG TULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE HEAT TREATMENT DAN SMAT (SURFACE MECHANICAL ATRITION

TREATMENT)

MirzaPramudia

FakultasTeknik, UniversitasTrunojoyo, Madura


(9)

UNTUK PERBAIKAN PISAU POTONG PADA GUNTING PLAT

Oleh: Soeprapto Rachmad Said

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

30 Pengaruh Preheat Dan Static – Transient Thermal

Tensioning Terhadap Laju Perambatan Retak Fatik Pada Sambungan Las TIG Al 6061-T6

Yunaidi*, Mochammad Noer Ilman**

*Program Studi Teknik Mesin Politeknik LPP, Yogyakarta, Indonesia

**Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM

293

31 BIOKOMPOSIT DARI MATRIKS ALAM SEKRESI

KUTU LAK YANG DIPERKUAT BAMBU APUS: KEKUATAN TARIK DAN KOMPATIBLITAS

Mujiyono1), Prof. Ir. Jamasri, Ph.D2),

Ir. Heru Santoso B.R., M.Eng., Ph.D2), Ir. Gentur Sutapa, M.Sc, Ph.D3)

1)

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY

2)

Jurusan Teknik Mesin da Industri, Fakultas Teknik UGM

3)

Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM

303

32 APRESIASI DAN PERILAKU KERJA LULUSAN SMK

Oleh: Putu Sudira

Dosen Pendidikan Teknik ELektronika FT UNY

313

33 STRATEGI MUATAN KARAKTER DALAM

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PADA PENDIDIKAN KEJURUAN

Oleh: Putut Hargiyarto, M.Pd.

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

322

34 MODEL INOVASI BLOG SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN

Oleh: Wahidin Abbas

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

328

35 PENYIAPAN GURU DAN CALON GURU,

SERTIFIKASI DAN PENDIDIKAN PROFESI GURU

Sukamto

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

342

36 PEMANFAATAN UMPAN BALIK UNTUK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PENDIDIKAN KEJURUAN

Sri Wening

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

350

37 PERAN BIMBINGAN KEJURUANDALAM

MEMBENTUK KARAKTER KERJA SISWA SMK JURUSAN MESIN

Oleh: Th. Sukardi

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY


(10)

39 STUDI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) PENGARUH ALIRAN AKSIAL PADA ENERGI GESEKAN TORSI ALIRAN TAYLORCOUETTE Budi Nugraha*, Sutrisno,** dan Prajitno**

*Mahasiswa S-2 Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada

**Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada

372

40 THE INFLUENCE OF VISCOSITY TO LIQUID-GAS

TROUGHT VERTICAL PIPE FLUID FLOW Khairul Muhajir.

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

375

41 KOMPETENSI PENGEMBANGAN KURIKULUM

UNTUK GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

Faham

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

389

42 PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL “FACEBOOK”

SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAJAR BAGI CALON GURU KEJURUAN

Apri Nuryanto

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

397

43 GURU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

KARAKTER

DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Arif Marwanto

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

407

44 IMPLEMENTASI SIMULASI KECEPATAN

PENGELASAN PADA PEMBELAJARAN

PRAKTEK OKSI-ASITILIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA

Setya Hadi

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

415

44 UPAYA DOSEN DALAM OPTIMALISASI

PEMBELAJARAN DITINJAU DARI

HETEROGENITAS KARAKTERISTIK MAHASISWA

Wagiran

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY

424

45 OPTIMALISASI PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN

PADA PENDIDIKAN VOKASI UNTUK MENYIAPKAN TENAGA KERJA YANG BERKARAKTER

W i d a r t o

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY


(11)

VOKASI

Oleh: M. Bruri Triyono


(12)

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN DENGAN MODEL SISTEMIK

Oleh: Bayu Hikmat Purwana

Perencana Kurikulum Akademik Lembaga Administrasi Negara Pengelola Kelas Kerjasama STIA-LAN Jakarta

Abstrak

Makalah ini secara khusus mengkaji permasalahan pokok bagaimana menghasilkan kurikulum pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Pengembangan desain kurikulum menggunakan frame work sistemik,comprehensive, intercorrelation, observabledan measureable.Kurikulum Pendidikan Kejuruan di spesifikan padak urikulum SMK program produktif Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan menerapkan model kurikulum sistemik dari Romiszowski melalui 14 langkah penyusunan kurikulum.Hasil kajian menggambarkan sosok desain kurikulum yang mengedepankan logika menstrukturkan peta kompetensi padastruktur pekerjaan.Struktur isi kurikulum dikelompokkan pada jenis pekerjaan melalui penawaran paket-paket pembelajaran, sehingga pada pengembangannya dapat melayani warga masyarakat yang berminat mempelajari materi Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan secara parsial (non-reguler). Keunggulan desain kurikulum yang dihasilkan terletak pada proses pengembangannya yang dilakukan secara logik dan komprehensif, kompetensi disusun berdasarkan jenis pekerjaan, sedangkan keterbatasannya disebabkan faktor adalah adanya kesulitan untuk melibatkan DU/DI karena jadwal kerja yang padat, tim pengembang kurikulum di sekolah yang kurang menguasai materi, bersifat pasif, dan membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar.

Kata Kunci :Kurikulum SMK Program Produktif, KurikulumSistemik

Pendahuluan

Upaya untuk menghasilkan lulusan pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perlu didukung dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan dunia kerja. Banyaknya kritikan terhadap mutu lulusan SMK menandakan strategisnya posisi kurikulum agar relevan dengan dunia kerja, disebabkan, kondisi tersebut dituliskan Soemardi (1991), Harjoko (1994), dan Karl Frey (1992) dalam Bukit (1997:6-9), menyatakan bahwa saat ini: (1). tamatan SMK kurang menguasai pekerjaan praktik lapangan, (2). sikap sebagai teknisi perlu dikembangkan meliputi disiplin, ketekunan, kesungguhan, dan kecermatan, (3) kurangnya guru yang

memiliki pengalaman industri, (4) lemahnya sumber daya fisik seperti; mesin, alat dan bahan, serta kekurangan dana operasional buat penyelenggaraan praktik yang efektif, dan (5) masih lemahnya hubungan sinergis antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja. Permasalahan ini juga ditemukan oleh Djohar A. (2003) bahwa “peta kompetensi SMK tidak luwes terhadap perubahan, memiliki keterampilan tunggal yang cepat usang, dan tidak mampu mengembangkan dirinya”. Dalam rangka mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dikembangkan program diklat yang cocok diterapkan di SMK untuk meningkatkan pencapaian ketuntasan kompetensi kejuruan yang

relevan dengan tuntutan pembangunan, masyarakat, dan DU/DI.


(13)

Kurikulum SMK memuat tiga bagian kurikulum yaitu kurikulum program normatif, adaptif, dan produktif. Hubungan ketiga bagian tersebut, dapat digambarkan bahwa, Inti (core) struktur kurikulum SMK terletak pada program produktif, kemudian program adaptif dan normatif mengitari di sekeliling core untuk memberikan dukungan dan penyesuaian.

Isi kurikulum perlu dirancang dengan tujuan memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensinya secara tuntas melalui proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Hadiwaratama (1981:9) menyatakan bahwa: “Tingkat pendidikan formal siswa, akan memberikan dasar kemampuan menguasai suatu bidang pekerjaan, maka jenjang pendidikan mencerminkan batas kualifikasi seseorang untuk menduduki suatu jenjang pekerjaan”. Jabatan sebagai juruteknik/mekanik yang akan disandang oleh lulusan perlu dipersiapkan oleh SMK.

Fakta lain menggambarkan bahwa kurikulum disusun(KTSP) menggunakan acuan dari kurikulum SMK tahun-tahun sebelumnya., dan ada juga yang menggunakan acuan dari kurikulum diklat lembaga training industri di bawah bimbingan dinas pendidikan melalui kerja pengawas SMK. Belum optimalnya jalinan kerjasama sinergis dengan DU/DI, terdapat kondisi dimana SI program adaptif dan normatif telah distandarkan oleh BSNP sedangkan SI kurikulum program produktif belum disusun dalam kebijakan BSNP, sehingga dampaknya tidak menutup kemungkinan terjadinya sistem duplikasi dokumen kurikulum

tanpa analisis, oleh karena itu kerjasama sinergis antara SMK dengan industri penting dilakukan untuk sinkronisasi kompetensi dan ruang lingkup materi yang perlu dimiliki oleh lulusan yang akan memasuki dunia kerja.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis merumuskan permasalahan berkenaan dengan ”desain kurikulum yang bagaimana yang cocok diterapkan di SMK program produktif yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja?”, sehingga penyelenggaraan pendidikan program produktif memiliki tingkat relevansi yang lebih tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Secara lebih rinci, pertanyaan yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Desain kurikulum program produktif kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan seperti apakah yang relevan dengan tuntutan dunia kerja?. 2. Apa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari desain kurikulum yang dikembangkan?.

Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam mengimbangi berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni,psikologi, sosial politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan gambaran mengenai arah dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan diimplementasikan oleh implementator

kurikulum. Hal inisejalandenganpernyataanOliva

(1992:12), bahwa “Curriculum is a product of its time, cure and respond to changed by social forces, philosophy position, psychology principles, educational leadership at a moment in history”. Daeng Sudirwo (2002;5), bahwa “kurikulum SMK haruslah dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja,


(14)

sehingga lulusannya memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja”.

Berkaitandenganpernyataanterse but, mengandung makna bahwa kurikulum itu akan dan harusberubah (adanya pengembangan) sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam setiap bidang kehidupan. Dasar pengembangan kurikulumadalah untuk mengikuti perubahan sistem sosial, filosofi masyarakat, pandangan terhadap psikologi, dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan, sertad alam rangka menjalankan fungsinya kepada masyarakat.

Secarakonseptualkurikulum SMK berada pada posisi model kurikulum teknologis, Model Kurikulum teknologis atau sering juga disebut sebagai kurikulum kompetensi, kurikulum mengarahkan pada pemuatan isi sesuai dengan tuntutan kehidupan (pekerjaan), isi kurikulum disesuaikan dengan tututan pekerjaan hidup (life skills), mata pelajaran disusun berdasarkan karakteristik kompetensi yang perlu dikuasai, model pembelajaran tuntas lebih banyak digunakan pada model kurikulum ini, evaluasi pembelajaran diarahkan pada keterampilan hidup, dan siswa dipandang sebagai calon orang dewasa.

Model-model pengembangan kurikulum yang disajikan dalam tulisan ini, dipilih beberapa model-model yang sesuai dengan topik kajian. Pemilihan model-model pengembangan kurikulum dikaitkan dengan pokok permasalahan desain kurikulum program produktif di SMK khususnya pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang bagaimana yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Model yang

disajikan diantaranya adalah model Desain Sistem Pelatihan Berbasis Kompetensi Blank, dan Model Sistematik Romiszowski.

Model pengembangan desain sistem pelatihan berbasis kompetensi dari Blank (1982:11), mengandung tiga unsur pokok, yaitu; pemilihan kompetensi yang sesuai, menentukan indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pengajaran.Desain yang dituliskan oleh Blank (1982:26), menawarkan 12 langkah pengembangan kurikulum, yang terbagi

kedalam dua tahapan yaitu tahap menganalisis kompetensi yang diperlukan dalampekerjaan dan tahapmengembangkan program pelatihan untuk membantu pesertadidik

dalam menguasai kompetensi kerja sesuai dengan perangka tkompetensi yang telah dideskripsikan. Ringkasnya langkah yang dituliskanoleh Blank di atasd apat disederhanakand engan: (1) merinci secara tepat apa yang harus dipelajari siswa, (2) menyediakan pengajaran dengan kualitas yang paling baik, (3) menolong siswa untuk dapat mempelajari setiap tugasnya sebelum melanjutkan ketugas berikutnya, dan kemudian (4) meminta kepada setiap peserta didik untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah dicapainya.

Model sistematik Romiszowski menerapkan salah satu pendekatan sistem (system Approach). Pendekatan sistematik dalam mengembangkan suatu kurikulum adalah suatupen dekatan yang menitikberatkan pada struktur dan keteraturan yang direncanakan sejak awalu ntuk menghasilkan hal-hal yang spesifik. MenurutHamalikOemar (2000:68-70), “model sistematik ini dapatd igunakan


(15)

untuk mengembangkan program pendidikan kurikulum, desain pembelajaran, dan desain program pelatihan”.Pengembangan kurikulum dalam tulisan ini berdasarkan pada 14 langkah pengembangan kurikulum J. Romiszowski sebagaib erikut: deskripsi tugas, analisis tugas, menetapkan kemampuan, spesifikasi kemampuan, kebutuhan pendidikan dan latihan, perumusan tujuan kompetensi/ kemampuan, kriteria keberhasilan, organisasi dan isi, pemilihan strategi pengajaran, uji coba program, evaluasi, implementasi program, monitoring, dan perbaikan dan penyesuaian (feedback).

Kurikulum SMK berpusat pada

subject, yaitu berupa mata pelajaran yang terpisah pisah, yang secara logis materi yang diberikan adalah mata pelajaran yang dianggap penting dapat

mengembangkan kemampuan matematika, fisika, bahasa, kimia

(adaptif) yang diajarkan dan materi yang berkenaan dengan emosi, seperti seni rupa, olah raga, agama (normatif), diberikan untuk mendukung pencapaian penguasaan kompetensi kejuruan (produktif). Implikasinya guru hendaknya merupakan orang yang menguasai suatu cabang ilmu, ahli (a master teacher) yang bertugas membimbing untuk memudahkan siswa menyimpulkan materi.

Pada kurikulum SMK terdapat label mata pelajaran yang terkesan terpisah-pisah, meskipun pada kenyataannya tidak demikian. Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum SMK yaitu diawali orientasi atau fokus pada pekerjaan, kemudian dirinci kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan materi atau bahan belajar yang dibutuhkan untuk

mencapai kompetensi-kompetensi tersebut dengan menunjukkan

performance, menentukan sumber belajar dan membuat instrumen evaluasi. Materi atau bahan belajar yang dibutuhkan tidak ditafsirkan sebagai mata pelajaran, tetapi mata pelajaran merupakan label dari kumpulan materi atau bahan yang dibutuhkan untuk membantu mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pengembangan desain kurikulum SMK ditempuh dengan melakukan langkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu pada standar isi yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian guru dan pihak-pihak terkait merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, menetapkan alat evaluasi (uji

kompetensi), merumuskan materi/bahan ajar, metode, media dan

sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.

Senada dengan pengembangan kurikulum SMK di atas. Sukmadinata

(2004:93), merumuskan langkahpenyusunan desain kurikulum

SMK sebagai berikut; 1). merumuskan tujuan, 2). merumuskan kompetensi, 3). merumuskan pembelajaran dan bahan pembelajaran, 4). menghitung waktu pembelajaran, 5). menentukan struktur dan sebaran mata pelajaran.

Untuk kebutuhan makalah ini,dalam proses pengembangan desain kurikulum program produktif pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan, mengacu pada 1). kebijakan yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional, 2). prosedur pengembangan kurikulum yang ditawarkan oleh Sukmadinata


(16)

(2004:93), dan kemudian dikemas dengan 3). penyusunan desain program kurikulum sistemik dari Romiszowski, yang disederhanakan oleh Hamalik (2000:71).

MetodePenelitian

Metode yang digunakan adalah Research & Development, Borg dan Gall (1979:624), ”education research and development is a process used to develop and validate education product”. Pada penelitian dan pengembangan ini, dilakukan penyederhanaan langkah menjadi tiga tahap yaitu: ”tahap studi pendahuluan, pengembangan dan pengujian dan validasi”. Sukmadinata (2006:184)

Validasi desain kurikulum program produktif yang dikembangkan, peneliti melakukan dua langkah yaitu; validasi ahli sebelum desain kurikulum tersebut diimplementasikan artinya dilakukan pada saat desain kurikulum program produktif selesai disusun dengan mengacu kepada data hasil studi pendahuluanoleh Pembimbing Disertasi, DU/DI, Pengawas SMK, Ketua Kompetensi, dan guru mata pelajaran program produktif dan keahlian berkaitan dengan struktur isi kurikulum, dan kejelasan rumusan dan uraian (keterbacaan). Kedua, validasi dilakukan setelah menempuh tahap ujicoba (terbatas dan luas). Pada tahap ini dilakukan uji produk dan sosialisasi hasil kegiatan uji produk yaitu menguji ”keampuhan” produk yang dihasilkan, dengan melakukan pengujian learning package mengacu pada desain kurikulum produktif yang dikembangkan.Teknik dan Alat Pengumpul data. Alat/ Instrumen penelitian untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian iniad alah panduan observasi, panduan

wawancara, kuisioner, instrument tes, danpanduanstudidokumentasi.

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Data yang bersifat kualitas dianalisis secara deskriptif kualitatif.Sementara itu data yang bersifat kuantitatif dianalisis secara deskripstif kuantitatif dengan perhitungan rerata dan persentase uji statistik.

1. Pengembangan Kurikulum dengan Model Sistemik

Desain kurikulum program produktif SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang dikembangkan, dihasilkan melalui (1) analisis potensi yang ada di SMK, (2) menganilisis peluang dan tantangan yang ada pada dunia kerja, dan (3) menganalisis standar kompetensi lulusan dan SKKD. Isi kurikulum

diorganisasikan menggunakan pendekatan berbasis kompetensi. Pendekatan berbasis kompetensi dimaksudkan bahwa kurikulum harus memuat materi pembelajaran yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai kompetensi sebagaimana yang tuntutan kompetensi pekerjaan dipersyaratkan dunia kerja. Komponen tujuan dalam desain kurikulum program produktif dituliskan secara sistematis mulai dari tujuan umum SMK dan tujuan khusus SMK sebagai salah satu dari satuan pendidikan tingkat menengah, dan lebih spesifik dituliskan tujuan yang harus dicapai oleh Kompetensi Keahlian dalam hal ini adalah Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan.

Lingkup Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ditekankan pada bidang penguasaan kompetensi pekerjaan jasa perawatan dan perbaikan lingkup pekerjaan bagi


(17)

lulusan yang relevan sebagai teknisi/mekanik, pelayanan suku cadang, operator teknisi perakitan/ teknisi produksi. Berdasarkan lingkup kompetensi keahlian di atas, dirumuskan standar kompetensi lulusan (SKL) mengacu pada BSNP yang terbagi pada SKL kompetensi umum dan SKL kompetensi kejuruan. Kedua SKL tersebut dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh lulusan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan mengacu pada dokumen Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2008 yang terdiri dari 26 standar kompetensi dan 96 kompetensi dasar.

Struktur kurikulum program produktif dan substansi kajian diorganisasikan dengan sistem paket-paket pembelajaran yang dipelajari secara mandiri dan tuntas, melalui pengorganisasian tersebut siswa dapat mengambil paket pembelajaran yang benar-benar diminatinya secara tuntas untuk kemudian setelah melewati mekanisme uji kompetensi siswa dapat bekerja sesuai dengan kompetensi pekerjaan yang telah dikuasainya. Kemudian, melalui struktur kurikulum program produktif yang dikembangkan dapat melayani warga masyarakat yang berminat mempelajari secara parsial (non-reguler) berdasarkan paket pembelajaran yang ditawarkan di sekolah.

Kompetensi dikelompokkan dalam paket-paket pembelajaran untuk memfasilitasi belajar sesuai dengan minat siswa dan sebagai antisipasi pelaksanaan multy entry- multy exit. Beban belajar ditetapkan berdasarkan sebaran kompetensi per paket pembelajaran. Metoda pembelajaran yang digunakan diawali mengenalkan

secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian. Sistem evaluasi dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap aspek penguasaan pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja, penilaian ditekankan untuk mendeskripsikan hasil belajar pada aspek sikap dan kemampuan kerja siswa.

Penjabarankurikulumsecara operasionaldenganmenerapkandesaink urikulumsistemikdari J. Romiszowski, lihatGambar 1.

Perkembangan desain kurikulum yang dihasilkan, dimana faktor pembedanya terdapat aspek tujuan yang ditambahkan adanya penulisan rumusan tujuan SMK, tujuan kompetensi keahlian, dan penulisan standar kompetensi lulusan. Penetepan SK/KD mengacu pada spektrum kompetensi keahlian. Dituliskan rumusan analisis jenis pekerjaan berdasarkan struktur jenis pekerjaan yang ada di industri dalam hal ini struktur pekerjaan seorang mekanik, berikut dengan perincian tugas-tugas mengacu pada tugas-tugas tuntutan pekerjaan seorang mekanik. Jenis kompetensi yang harus dikuasai mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan serta dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, jumlah kompetensi yang digunakan mengacu pada spektrum kompetensi keahlian.

Desain kurikulum program produktif pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dihasilkan melalui serangkaian kegiatan diskusi mendalam pada Focus Discussion Group (FDG). FGD beranggotakan peneliti, guru produktif, ketua kompetensi keahlian, dan Pihak DU/DI. Tugas FGD tersebut pada tahap


(18)

awal adalah untuk penyiapan dan penyusunan draft, reviu dan revisi, serta finalisasi draft kurikulum program produktif.

Perkembangan sosok desain kurikulum program produktif yang dikembangkan disarikan dalam Tabel 1.

Gambar 1.Diagram AlurPengembanganKurikulum Program Produktif Model Sistemik(Model Sistemik Romiszowski 1981:20)

RumusanTujuanDiklat

Organisasi Isi danSumberBelajar

PenetapanStrategiPembelajara n

StrategiBimbingan

Implementasi Program

Monitoring Evaluasi

MenyusunKriteria Keberhasilan

Perbaikandan Penyesuaian DeskripsiTugas

AnalisisTugas

AnalisiKebutuhanDiklat

KemampuanAk hir

Ujicoba Program SpesifikasiKemampuan (Skills, Knowledge, dan Attitudes)


(19)

NO ASPEK DRAFT 1 DRAFT 2 DRAFT 3/ FINAL

1 Tujuan berdasarkan struktur pekerjaan Lebih spesifik pada rumusan tujuan pada

komponen tugas

sesuai komponen tugas pekerjaan mengacu standar kompetensi lulusan

2 Isi (Penetepan

SK/KD):

Kurikulum SMK Tahun 2004 Kombinasi antara spektrum dan kurikulum

SMK Tahun 2004

Spektrum Kompetensi Keahlian

a Jenis Pekerjaan, Berdasarkan karakteristik mata pelajaran

program produktif

Berdasarkan karakteristik dan tuntutan kompetensi pada mata pelajaran

disesuaikan struktur jenis pekerjaan yang ada di industri (struktur pekerjaan mekanik)

b Tugas-Tugas, Mengacu pada tugas-tugas sesuai struktur

pekerjaan

Mengacu pada tugas-tugas sesuai dengan tuntutan struktur pekerjaan

tugas-tugas dijabarkan sesuai dengan tuntutan struktur pekerjaan

c Jenis Kompetensi, Mencakup kemampuan pengetahuan

kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan

Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan

Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan

d Jumlah Kompetensi Mengacu pada spektrum kompetensi

keahlian

Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian

e Rumusan

Kompetensi

Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan

Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan

Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan

f Pengelompokkan

kompetensi dalam

Kompetensi dikelompokkan pada rumpun mata pelajaran

Kompetensi dikelompokkan disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan pada setiap rumpun mata pelajaran.

Pengelompokkan kompetensi di masukan dalam paket-paket pembelajaran untuk memfasilitasi belajar sesuai dengan minat

g Sebaran

Kompetensi

Mata pelajaran kompetensi dasar dipusatkan pada tingkat I dan Mata pelajaran kompetensi kejuruan disebar mulai tingkat II

Pada tingkat I sudah mulai diperkenalkan kompetensi kejuruan sebagai implementasi harapan siswa tingkat I praktik di bengkel kerja otomotif

Pada tingkat I sudah mulai diperkenalkan kompetensi kejuruan sebagai antisipasi pelaksanaan multy entry multy exit

3 Metoda mempelajari bagian-bagian untuk setiap

kompetensi yang dipelajari

Mulai dari mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi

Mulai dari mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi

4 Evaluasi Pembobotan nilai ditekankan pada aspek

sikap dan kemampuan kerja

Memberikan penilaian pada penguasaan aspek pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja. Pembobotan nilai ditekankan pada kemampuan kerja

Memberikan penilaian dengan bobot pada penguasaan aspek pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja. Pembobotan nilai ditekankan pada sikap dan kemampuan kerja 15

ISSN: 2086-8987


(20)

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Berdasarkan hasil pembahasan mengenai sosok desain kurikulum yang dihasilkan, terdapat beberapa faktor yang mendukung terhadap kurikulum program produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang telah dihasilkan dengan menggunakan model sistemik, baik dari aspek proses penyusunannya maupun dari desainnya itu sendiri, yaitu antara lain :

1) Dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan tuntutan kerja dan kesiapan sekolah.

2) Pengembangan kurikulum

ditempuh dengan tahapan: merumuskan tuntutan pekerjaan, tujuan ditetapkan berdasarkan SKL dan SKKD, penetapan nama mata pelajaran berdasarkan karakteristik kompetensi, penetapan waktu dan jumlah jam pelajaran disesuaikan dengan pembobotan pencapaian kompetensi, rumusan silabus dan RPP disesuaikan dengan kebijakan yang ada di sekolah, media/metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan perhitungan rasio siswa dan ketersediaan sara pembelajaran khususnya sarana pembelajaran praktik; dan sistem

evaluasi mengintegrasikan pengukuran kognitif, afeksi dan

psikomotorik untuk mengukur kemampuan kerja siswa.

3) Memungkinkan adanya

pengembangan kelompok mata pelajaran baru yang nama mata pelajarannya kurang dikenal dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. 4) Silabus berisi informasi yang

lengkap tentang mata pelajaran membawa dampak pada pembelajaran yang sistematik.

5) Kejelasan materi apa yang akan disampaikan dapat menuntun siswa untuk lebih siap belajar dengan memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilalui.

Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dari kurikulum program produktif yang dihasilkan, antara lain : 1) Memerlukan cukup banyak waktu

untuk menggali informasi dan merumuskan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan para lulusan dan tuntutan DU/DI.

2) Sulitnya membentuk tim yang solid dan menguasai materi secara teori dan praktik yang berperan sebagai pengembangan kurikulum

3) Keterlibatan DU/DI dalam penyusunan kurikulum sejak awal merupakan keharusan, sedangkan DU/DI memiliki jadwal kerja yang padat sehingga memerlukan tim pengembang kurikulum yang aktif dan kreatif.

4) Penyusunan silabus yang berisi gambaran lebih menyeluruh tentang paket pembelajaran (mata pelajaran) yang dikembangkan memerlukan waktu penyusunan dan pemikiran yang lebih menguras tenaga.

5) Penyusunan kurikulum memerlukan waktu yang luang, tenaga yang banyak, dan biaya yang besar.

6) Beragamnya ketersediaan sarana penunjang pembelajaran praktik yang kurang sesuai baik dari segi kuantitasnya dibandingkan dengan jumlah rombongan belajar dan

kualitasnya (spesifikasi) dibandingkan dengan perkembangan teknologi saat ini.


(21)

Simpulan

Simpulan mengenai sosok desain kurikulum yang dikembangkan. Sosok desain kurikulum memuat rasionalisasi penyusunan desain kurikulum program produktif, rumusan tujuan sesuai dengan cakupan kompetensi kerja Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan mengacu pada spektrum kompetensi keahlian Tahun 2008. Struktur kompetensi lebih spesifik diuraikan pada jenis-jenis pekerjaan yang ada di tempat kerja sesuai dengan payung kelompok mata pelajarannya, melalui penawaran paket-paket pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang ingin dikuasai.

Faktor-faktor pendukung desain kurikulum yang dikembangkan, antara lain : dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan kerja dan kesiapan sekolah, prosedur pengembangan ditempuh mengacu pada dasar teori, kebijakan, dan kondisi empirik, memungkinkan adanya pengembangan secara berkelanjutan, silabus berisi informasi yang lengkap sistematik, dan urutan materi yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya adalah memerlukan cukup banyak waktu dan biaya, sulitnya membentuk tim yang solid dan menguasai materi secara teori dan praktik yang berperan sebagai pengembangan kurikulum dan sulitnya melibatkan DU/DI dalam penyusunan kurikulum sejak awal, dan beragamnya ketersediaan sarana penunjang pembelajaran praktik yang ada di sekolah.

Berdasarkan hasil kajian berkenaan dengan pengembangan desain kurikulum yang telah dikembangkan, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bersama

sesama para pengembang kurikulum yaitu;

a. Pengembangan kurikulum SMK program produktif akan efektif apabila melibatkan pihak sekolah, dan pihak industri secara sinergis. b. Pengembangan kurikulum program

produktif harus memahami dan memiliki pengalaman kerja di industri sehingga dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di industri.

c. Pengembang kurikulum harus memahami prosedur pengembangan kurikulum dan menggunakan acuan model/desain pengembangan kurikulum yang teruji baik secara teoritik maupun secara praktik.

d. Implementasi kurikulum SMK program produktif akan efektif apabila didukung dengan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan didukung sarana pembelajaran yang sesuai rencana pembelajaran.

e. Evaluasi pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga pada proses belajar, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

f. Pengakuan hasil belajar siswa oleh pihak dunia kerja perlu menjadi agenda dalam pengelolaan SMK melalui kegiatan UJK atau program sertifikasi kompetensi dari industri atau asosiasi profesi.

DaftarPustaka

Blank, E. (1982).Handbook for Developing Competency-Based Training Programs: New Jersey. Prentice-Hall Inc.

Bukit, M. (1997).Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum: Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(22)

Deborah, B. (1998). Vocational

Education’s Image for the 21 st

Century.[On-line].Tersedia: http://www.ericdigest.org/1999-2/21st.

Djohar, A. (2003). Pengembangan Model

KurikulumBerbasisKompetensiSe kolahMenengahKejuruan:

Studipada SMK Program KeahlianTeknikMesinPerkakas: Ellibeee, M (1997). A Grounded Theory

of Essential Attributes of Quality Education-for-work Curriculum, Journal of Vocational Education

Volume 22, No.1 1997.

Finch &Crunkilton (1999). “Curriculum development in Vocational and Technical

Education”:Boston.Allyn and

Bacon.

Hamalik.(2003). Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Said Hamid. (2004). “Implementasi Kurikulum dan Guru”: Jurnal Inovasi Kurikulum. Hipkin. 01, (1), 1-9

Imel, Susan. (1990). Vocational

Education Performance Standards.[On-line].Tersedia:

http://www.ericdigests.org/pre-9215/vocational.htm

(10 Januari 2008).

Kerka, Sandar. (1998). Competency Based Education and Training. [On-line].Tersedia:

http://www.cete.org/acve/docgen. asp?tbl=mr&ID=65

Kerka, Sandra. (1992). Higher Order Thinking Skills in Vocational Education

.[On-line].http://www.ericae.net/edo/ed 350487.htm(5 Desember 2007).

McAshan.(1979). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. USA: Educational Technology Publication.

Miller-Seller. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. Longman: New York&London. Mukhidin. (2002).

“StrategiPengembanganPeningka tanMutu SMK di Jawa Barat.” :JurnalMimbarPendidikan. 03 (XXI), 27-30.

Naylor, M. (1989).Retaining At-Risk Students in Career and Vocational.Terdapat di [On-line].http://www.ericdigests.org/pr e-9212/risk.htm

Oliva.F.P. (1992).Developing the Curriculum. United States: HarperCollins.

Ramlee and Ruhizan.2006.“A Comparative Study Of Technical Vocational Education And Training In The Asia Pasific”:Journal of The Comparative Education Society of Asia (COMPARE).

Romiszowski.(1981). Designing Instructional System. New York: Nichols Publishing.

Sanjaya, W. (2006). Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Sukmadinata. (2004). Kurikulumdan Pembelajaran Kompetensi.

Bandung: Kesuma Karya.

Supriadi, D. (Eds) (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan Di Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dikmenum dan Dikmenjur.


(23)

INTERNALISASI VISI UNY TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK

Oleh: Agus Partawibawa1), Syukri Fathudin AW2) 1) Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif

2)

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Abstrak

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui 1) pemahaman dan pengamalan Visi UNY pada pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Teknik UNY.2)mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi internalisasi Visi UNY pada pembentukan karakter dikalangan mahasiswa Fakultas Teknik UNY

Metode penelitian yang dipilih dalam rangka mengetahui internalisasi visi UNY pada pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Teknik adalah metode penelitian expos facto.

Untuk dimensi visi UNY ”bernurani”, jumlah butir pada variabel ini sebanyak 5 butir dan secara teoritis mempunyai rentang skor antara 5 sampai 20 dengan rerata ideal 12,5 dan simpangan baku ideal 2,5. Dari harga-harga tersebut maka dapat ditentukan kategori pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap dimensi ”bernurani”, sebagaimana telah dicantumkan dalam hasil penelitian di atas. Apabila dilihat dari persentase jumlah mahasiswa, maka yang termasuk dalam kategori ”tinggi” sebesar 40%, sedangkan yang termasuk dalam kategori ”sedang” sebesar 60%. Sedangkan untuk perhitungan nilai rerata, didapatkan nilai rerata 16,17. Berdasarkan kedua metode tersebut dan disesuaikan dengan range kategori yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap visi UNY untuk dimensi ”bernurani” termasuk dalam kategori ”sedang”.Untuk dimensi visi UNY ”cendekia”, jumlah butir pada variabel ini sebanyak 5 butir dan secara teoritis mempunyai rentang skor antara 5 sampai 20 dengan rerata ideal 12,5 dan simpangan baku ideal 2,5. Dari harga-harga tersebut maka dapat ditentukan kategori pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap dimensi ”cendekia”, sebagaimana telah dicantumkan dalam hasil penelitian di atas. Apabila dilihat dari persentase jumlah mahasiswa, maka yang termasuk dalam kategori ”tinggi” sebesar 31%, sedangkan yang termasuk dalam kategori ”sedang” sebesar 69%. Sedangkan untuk perhitungan nilai rerata, didapatkan nilai rerata 15,98. Berdasarkan kedua metode tersebut dan disesuaikan dengan range kategori yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap visi UNY untuk dimensi ”cendekia” termasuk dalam kategori ”sedang”.Untuk dimensi visi UNY ”mandiri”, jumlah butir pada variabel ini sebanyak 5 butir dan secara teoritis mempunyai rentang skor antara 5 sampai 20 dengan rerata ideal 12,5 dan simpangan baku ideal 2,5. Dari harga-harga tersebut maka dapat ditentukan kategori pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap dimensi ”mandiri”, sebagaimana telah dicantumkan dalam hasil penelitian di atas. Apabila dilihat dari persentase jumlah mahasiswa, maka yang termasuk dalam kategori ”tinggi” sebesar 44%, sedangkan yang termasuk dalam kategori ”sedang” sebesar 56%. Sedangkan untuk perhitungan nilai rerata, didapatkan nilai rerata 16,07. Berdasarkan kedua metode tersebut dan disesuaikan dengan range kategori yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap visi UNY untuk dimensi ”mandiri” termasuk dalam kategori ”sedang”Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:1)Tingkat pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap visi UNY dalam pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Teknik termasuk dalam kategori ”sedang”.2)Faktor yang mempengaruhi internalisasi visi UNY dalam pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Teknik adalah: a)Pemahaman mahasiswa; tingkat pemahaman dan kedewasaan bepikir, berperilaku sangat mempengaruhi pemahaman mahasiswa dalam menginternalisasikan visi UNY.b)Pembiasaan( sosialisasi) Visi UNY dikalangan mahasiswa; diperlukan sosialisasi dan pembiasaan yang terus menerus dalam rangka suksesnya pembentukan karakter mahasiswa. Kata kunci: Visi, Pendidikan, Karakter


(24)

Pendahuluan

Visi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sampai tahun 2015 adalah mampu menghasilkan insan cendekia, mandiri dan bernurani. Dalam mewujudkan visi tersebut dibutuhkan semangat persaudaraan , tolong-menolong . Menurut Sarbiran (2008: 1) supaya visi UNY tersebut dapat mudah diimplementasikan seluruh elemen UNY, dibutuhkan KKT ( Kemauan, Kepedulian dan Tangggung jawab) .

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta( FT UNY) pada tahun 2007 berhasil memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2000 dari Sucofindo, yaitu salahsatu BUMN yang menangani dibidang jasa layanan. Sertifikat ini diperoleh FT UNY atas dasar penilaian bahwa FT mampu menerapkan sistem manajemen mutu khususnya yang berhubungan dengan standar proses pada implementasi program pendidikan dan pengajaran. Tujuan utama penerapan sistem manajemen mutu ini pada dasarnya adalah pencapaian kepuasan pelanggan, yaitu mahasiswa dan pengguna lulusan yang lainnya.

Mahasiswa merupakan aset suatu bangsa yang sangat berharga. Mereka merupakan calon pemimpin dan penerus perjuangan bangsa. Manakala mahasiswa yang sekarang masih belajar di perguruan tinggi dapat terdidik secara utuh dan terarah, maka masa depan bangsa dan negara ini akan baik. Tetapi manakala mereka mendapatkan pendidikan yang parsial, hanya mementingkan sisi kecerdasan intelektual dan kekuatan fisik dan

mengesampingkan pembinaan kecerdasan intelektual dan spiritual,

maka bangsa yang majemuk ini akan terancam keberlangsungannya.

Banyak hal kita saksikan mahasiswa UNY yang berprestasi baik dilevel regional, Nasional, maupun Internasional. Baik dibidang penalaran, olahraga, seni, keagamaan, pramuka dll. Namun ada juga mahasiswa yang kurang beruntung dan bahkan dapat dikatakan memprihatinkan. Karena tidak mampu menyelesaikan studinya ( droup out).

Setelah hampir empat tahun diimplementasikan Visi UNY, banyak hal telah dilakukan oleh segenap civitas akademika. Almarhum Prof Sugeng Mardiyono ( Rektor UNY) telah mencanangkan strategi pelaksanaan visi dan misi UNY dengan sebutan SAPTAGUNA UNY yang terdiri dari 1) kebersamaan, 2) pemberdayan, 3) pembudayaan, 4) profesionalitas, 5) pengendalian, 6) keberlanjutan dan 7) kewirausahan ( Sugeng Mardiyono, 2008)

Tantangan besar yang harus dihadapi mahasiswa dan civitas akademika UNY adalah bagaimana visi dan cita-cita luhur tersebut dapat berkesan, bermakna, dihayati dan diimplementasikan. Sebuah pekerjaan yang bernilai ibadah tentunya apabila kita mampu menjawabnya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan dalam bentuk belajar kerja, layanan yang optimal.Dari latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah tingkat pemahaman dan pengamalan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap visi UNY dalam pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Teknik ?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi internalisasi visi UNY dalam pembentukan karakter mahasiswa Fakultas Teknik ?


(25)

1. Visi dan Misi UNY

Sampai tahun 2015 Universitas Negeri Yogykarta menetapkan visinya yakni mampu menghasilkan insan yang bernurani cendekia dan mandiri. Cendekia menggambarkan kecerdasan intelektual yang disertai dengan suara hati sehingga ada suatu kearifan. Mandiri menunjuk pada suatu kemampuan personal dalam meneguhkan eksistensi dirinya, sehingga mampu melakukan sesuatu tanpa harus bergantung pada orang lain. Bernurani berarti memiliki kelurusan hati, perilaku yang dibimbing dari hati-nurani dan nilai-nilai yang bersumber dari Ke-Tuhanan.

Berkaitan dengan VISI UNY tersebut, Universitas Negeri Yogyakarta merupakan perguruan tinggi LPTK dengan misi utamanya menyiapkan tenaga kependidikan kemudian juga diberi mandat untuk mengembangkan program-program non-kependidikan, maka misi yang diemban adalah :

a. mengembangkan pendidikan akademik dan atau profesional dalam bidang kependidikan dan non-kependidikan yang diarahkan untuk menghasilkan manusia yang memiliki kecerdsan dan keterampilan yang bermanfaat bang pembangunan bangsa negara

b. mengembangan kegiatan penelitian untuk mengkaji dn mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesenian yang mensejahterakan individu dan msyarakat yang mendukung pembangunan nasional

c. mengembangkan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang mendorong pengembangan segala potensi alam dan manusia, baik secara individu maupun kelompok

untuk mewujudkan masyarakat belajar dalam rangka pembangunan nasional d. mengembangkan sistem kelembagaan , organisasi , manajemen dan administrasi, budaya kerja sinergis, dan sumber daya manusia yang menghargai belajar, tanggung- jawab, kreatif, nilai-nilai keadilan, dan kewirausahaan dalam rangka melaksanakan tri dharma perguruan tinggi otonomi kampus

Untuk mewujudkan visi, misi dan pencpaian program pengembangan , UNY memilih strategi yang dinamakan SAPTAGUNA UNY, yaitu : 1) kebersamaan, 2) pemberdayaan, 3) pembudayaan,4) profesionalitas,5) pengendalian, 6) keberlanjutan , dan 7) kewirausahaan.

Menurut Herminarto Sofyan (2008) , kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dapat tumbuh dan berkembang secara simultan melalui kegiatan kurikuler dan extrakulrikuler, sehingga dihasilkan insan-insan yang cerdas, santun, berkepribadian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai spriritualitas. Ada limawilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional yang dapat dibentuk dalam diri mahasiswa. Lima wilayah tersebut adalah :

a. kemampuan mengenali emosi diri , yaitu kemampuan mahasiswa dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi tersebut muncul

b. kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan mahasiswa untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya yang salah


(26)

c. kemampuan memotivasi diri sendiri adalah kemampuan memberikan semangat pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat

d. kemampuan mengenali emosi orang lain, adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain mersa

senang merasa senang dan mengerti perasaannya, kemampuan ini sering dinamakan Empati.

e. Kemampuan membina hubungan adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain, sehingga tercipta ketrampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan mahasiswa menjadi lebih luas

2. Menyamakan Persepsi dikalangan Civitas Akademika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam membangun kebersamaan untuk mewujudkan cita-cita luhur dan mulia sesuai Visi dan Misi UNY maka dibutuhkan kesamaan persepsi dikalangan civitas akademika UNY , baik itu dosen , karyawan, mahasiswa, pimpinan lembaga tentang kultur yang akan dibangun. Kultur tersebut mestinya menunjukkan ciri, watak dan nilai-nilai (value) kecendekiaan, kemandirian dan kebernuranian. Baik dalam ativitas pembelajaran, pekerjaan , layanan maupun kebijakan . Hal tersebut diapresiasi dan disikapi sebagai sebuah kesatuan yang terintegrasi (integrated).

Sebagai visi Universitas, implementasinya akan memerlukan dukungan semua komponen struktur dan fungsi universitas, konsekuensinya tidak akan dapat dilakukan oleh salahsatu komponen saja secara terpisah. ( Wuryadi : 2008, 2). Namun demikian dapat dipahami bahwa pengembangan konseptual dapat dilakukan oleh satu lembaga pengkajian yang melakukan kerja sinergi, kolaborasi dan konvergensi fungsi dengan berbagai element yang lain.

Dimensi fungsi akademis, administrasi dan kemahasiswaan

membutuhkan pencerahan dan penyadaran menuju realisasi kultur visioner tersebut secara dinamis dan berkelanjutan.

Makna Cendekia, mengandung makna Mandiri dan Bernurani, demikian pula makna Mandiri mengandung makna Cendekia dan Bernurani, dan makna Bernurani perlu didukung makna Cendekia dan Mandiri.

Bangunan tiga pilar visi UNY membutuhkan pemahaman yang serius dan teliti. Menurut Sarbiran ( 2008) : a. Pilar pertam = BERNURANI

Hal ini memiliki ciri –ciri sebagai berikut :

- taat azas/ibadah pada Tuhan Yang Maha Esa

- tanggung jawab

- terbuka ( inklsif)

- peduli

- disiplin

- demokratis

b. Pilar kedua = MANDIRI

- Membudayakan

- Produktif

- Antusias

- Memberdayakan

- Menempatkan diri / kordinatif

- Pembelajar

c. Pilar ketiga= CENDEKIA

- Menginspirasi

- Kritis

- Inovatif

- Antipatif

- Aspiratif


(27)

3. Makna Pendidikan Karakter

Terdapat berbagai rumusan dalam memaknai karakter maupun pendidikan karakter. Rumusan tersebut antara lain:

a. Character is the combination of personal qualities that make each person unique. Teachers, parents, and community members help children build positive character qualities. For example, the six pillars of character are trustworthiness, respect, responsibility, fairness, caring, and citizenship. Character deals with how people think and behave related to issues such as right and wrong, justice and equity, and other areas of human conduct (www.eduscapes.com).

b. Character is attribute or a quality that defines a person. This means that you are defined by a certain set of habits, qualities or attitudes and these form the basis upon which you

character is judged (www.indianchild.com)

c. Character education is the development of knowledge, skills, and abilities that encourage children and young adults to make informed and

responsible choices (www.eduscapes.com).

d. Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values (Lickona,

www.goodcharacter.com)Lebih lanjut

Lickona mengemukakan:“When we

think about the kind of character we

want for our children, it’s clear that we

want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be

right—even in the face of pressure from without and temptation from within.”

e. Character education is the development of knowledge, skills, and abilities that enable the learner to make informed and responsible choices. It involves a shared educational commitment that emphasizes the responsibilities and rewards of productive living in a global a diverse society (www.urbanext.illinois.edu) f. Character education is an umbrella term loosely used to describe the teaching of children in a manner that will help them develop variously as moral, civic, good, mannered, behaved, non-bullying, healthy, critical, successful, traditional, compliant and/ or socially-acceptable beings (wikipedia.com)

g. Character education (CE) is everything you do that influences the character of the kids you (Elkin & Sweet, 2004)

Dari berbagai pendapat tersebut secara sederhana dapat dirumuskan bahwa pada dasanya karakter menyangkut kualitas diri dan keyakinan seseorang yang akan melandasi perilaku Sedangkan pendidikan karakter adalah upaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan maupun sikap yang dibutuhkan agar seseorang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur, norma, etika, maupun aturan yang berlaku.

4. Karakter Tenaga Kerja Kejuruan Menghadapi Tantangan Global

Pertanyaan mendasar dalam kerangka penyiapan tenaga kerja kejuruan adalah karakter kerja seperti apa yang perlu ditanamkan kjepada peserta didik dalam menyiapkan tenaga kerja kejuruan di era global.


(28)

Survey yang penulis lakukan terhadap 130 industri di seluruh Indonesia menujukkan bahwa aspek-aspek kompetensi yang dirasa penting oleh industri yang juga merupakan kelemahan utama lulusan adalah: kejujuran, etos kerja, tanggungjawab, disiplin, menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, inisiatif dan kreatifitas (Wagiran, 2008; 2009). Temuan ini selaras dengan kajian yang dilakukan Muchlas Samani (2007) yang menemukan urutan kompetensi utama yang dibutuhkan

industri yang meliputi: jujur, disiplin, tanggungjawab, kerjasama, memecahkan masalah, dan penguasaan bidang kerja. Andreas (2007, dalam Muclas Samani, 2007) menunjukkan bahawa kompetensi utama yang diharapkan industri meliputi urutan: jujur, disiplin, komunikasi, kerjasama, dan penguasaan bidang studi. Dengan demikian jelas bahwa karakter memiliki peran pentying dalam menentukan suksesnya tenaga kerja dalam suatu industri.

Dalam konteks yang lebih luas, Soto (2005 dalam Zamroni, 2009) mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad 21 bagi kehidupan masyarakat yang mulkultural, antara lain: (1) memiliki integritas pribadi yang kokoh dengan memegang teguh etika bertanggung jawab bagi kemajuan masyarakatnya dan memegang teguh etika dalam perilaku pribadi dan profesionalnya; (2) menjadi a learning person, senantiasa memperluas dan memperdalam pengetahuan dan skills yang dimiliki; (3) memiliki kemampuan berkerjasama dengan segala perbedaan yang dimiliki; d)menguasai dan memanfaatkan ITC; da (4) mampu mengambil keputusan yang senantiasa berlandaskan kepentingan masyarakat luas.

Kay (2008) menganalisis perkembangan yang akan terjadi di abad 21 dan mengidentifikasi kompetensi apa yang diperlukan dan menjadi tugas pendidikan untuk mempersiapkan warga negara dengan kompetensi tersebut. Terdapat 5 kondisi atau konteks baru dalam kehidupan berbangsa, yang masing-masing memerlukan kompetensi

tertentu. Kondisi tersebut antara lain: (1) kondisi kompetisi global (perlu kesadaran global dan kemandirian), (2) kondisi kerjasama global (perlu kesadaran global, kemampuan bekerjasama, penguasaan ITC), (3) pertumbuhan informasi (perlu melek teknologi, critiacal thinking & pemecahan masalah), (4) perkembangan kerja dan karier (perlu

critical thinking & pemecahan masalah, innovasi &penyempurnaan, dan, fleksibel & adaptable), (5) perkembangan ekonomi berbasis pelayanan jasa, knowledge economy (perlu melek informasi,

critical thinking dan pemecahan masalah). Oleh karenanya lembaga pendidikan harus mempersiapkan siswa dengan kemampuan: (1) kesadaran global, (2) watak kemandirian, (3) kemampuan bekerjasama secara global, (4) kemampuan menguasai ITC, (5) kemampuan melek teknologi, (6) kemampuan intelektual yang ditekankan pada critical thinking

dan kemampuan memecahkan masalah, (7) kemampuan untuk melakukan innovasi & menyempurnakan, dan, (8) memiliki


(29)

pengetahuan dan ketrampilan yang bersifat fleksibel & adaptabel.

Mutu lembaga pendidikan ditentukan bagaimana jawaban atas pertanyaan: (1) apakah peserta didik mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah ?, (2) apakah peserta didik memiliki kesadaran global ? (3) apakah peserta didik memiliki kemandirian ? (4) apakah peserta didik mampu bekerjasama dengan baik ? (5) apakah peserta didik melek teknologi ? (6) apakah peserta didik memiliki watak pembaharu ? (7) apakah peserta didik mampu berkomunikasi secara efektif? Kalau jawaban “ya”, maka lembaga pendidikan tersebut bermutu. Semakin tinggi skor dekat dengan ya, semakin bermutu sekolah itu. Selanjutnya, berdasarkan kemampuan tersebut di atas, Kay mengidentifikasi 5 kemampuan yang amat penting dalam kehidupan, yakni, (1) etika kerja, (2) kemampuan berkolaborasi, (3) kemampuan berkomunikasi, (4) tanggung jawab sosial, dan, (5) berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Perkembangan dan perubahan kehidupan masyarakat mengarah pada satu trend besar dan universal, yakni perubahan dan kemajuan. Pengalaman perkembangan teknologi selama ini menunjukan tingkat perkembangan yang terjadi amat cepat dan dampaknya juga cepat menyebar dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam aspek kultur. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mempersiapkan diri dengan baik dan masuk arus perubahan dengan cerdas agar bisa memanfaatkan peluang yang ada, tidak sekedar memperoleh dampak negatif belaka. Kompetensi abad ke

21 harus pula dijadikan acuan dalam perencanaan kurikulum. Lembaga pendidikan harus mulai mengubah

mind set nya. Mengajar tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan, melainkan mengajar juga mentransfer kehidupan. Implikasi yang paling dekat adalah semua pengajar, tidak pandang mata pelajaran yang diampu, memiliki tanggung jawab membangun moral dan karakter peserta didik. Pengembangan karakter tidak bisa diajarkan, melainkan dikembangkan lewat proses pembiasaan. Oleh karena itu, perilaku pengajar harus bisa dijadikan tauladan bagi para peserta didiknya (Zamroni, 2009).

5. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Menyiapkan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Implementasi pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan keguruan tidak terlepas dari aspek kurikulum, pembelajaran, dan iklim/budaya akademik. Oleh karenanya pertanyaan dasar yang harus dijawab dalam hal ini adalah: (1) bagaimanakah mengintegrasikan karakter dalam kurikulum, dan (2) bagaimana menciptakan strategi yang mendukung implementasi integrasi karakter dalam perkuliahan, (3) bagaimanakah menciptakan iklim dan budaya akademik dalam mendukung integrasi karakter dalam proses pendidikan. a. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum

Untuk membahas integrasi

karakter dengan kurikulum, perlu disepakati dulu bahwa kurikulum adalah skenario pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika tujuan pendidikan adalah membantu


(30)

peserta didik untuk mengembangkan potensinya agar mampu menghadapi problema kehidupan dan kemudian memecahkannya secara arif dan kreatif, berarti pembelajaran pada semua matapelajaran seharusnya diorientasikan ke tujuan itu dan hasil

belajar juga diukur berdasarkan kemampuan yang bersangkutan dalam memecahkan problem kehidupan. Pengembangan aspek-aspek karakter

tersebut dapat dibarengkan dengan substansi matapelajaran atau bahkan sebagai metoda pembelajarannya. Jika digunakan kurikulum

berorientasi kompetensi maka karakter

seharusnya dimasukan sebagai kompetensi dasar yang dikembangkan bersama mata kuliah lainnya. Dengan demikian setiap mata kuliah dituntut untuk mengembangkannya bersama kompetensi substansi mata kuliah atau bahkan merupakan aplikasi substansi matapelajaran dalam kehidupan. Dosen perlu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran dengan memperhatikan integrasi pendidikan karakter dalam mata kuliah yang diampunya.

b. Integrasi Karakter dalam

Pembelajaran

Pelaksanaan integrasi karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan bermacam-macam strategi dengan melihat kondisi mahasiswa serta lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu pelaksanaan integrasi karakter dalam pendidikan memiliki prinsip-prinsip umum seperti: (1) tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku, (2) tidak mengubah kurikulum, (3) pembelajaran menggunakan prinsip

learning to know, learning to learn, learning to be, dan learning to live together, dan (4) dilaksanakan secara kontekstual sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dan kebutuhan nyata peserta didik. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut integrasi

karakter dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai model, misalnya model pembelajaran dan

pelatihan berbasis proyek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran terlibat secara langsung (hands-on learning), pembelajaran berbasis aktivitas (activities based learning), dan pembelajaran berbasis kerja (work based learning). Dengan model-model di atas memungkinkan subjek didik banyak melakukan sesuatu, bukan sekedar memahami dan mendengarkan.

Sedikitnya terdapat tiga model implementasi karakter yang perlu dipertimbangkan , yaitu : (1) model integratif, (2) model komplementatif, dan (3) model diskrit (terpisah). Dalam model integratif, implementasi karakter melekat dan terpadu dalam program-program kurikuler, kurikulum yang ada, dan atau mata kuliah yang ada, bahkan proses pembelajaran. Program kurikuler atau mata kuliah yang ada hendaknya bermuatan kepada penanaman karakter. Model ini membutuhkan kesiapan dan kemampuan tinggi dari pengajar/dosen. Pengajar/dosen dituntut untuk kreatif, penuh inisiatif, dan kaya akan gagasan. Pengajar/dosen harus pandai dan cekatan menyiasati dan menjabarkan kurikulum, mengelola pembelajaran, dan mengembangkan penilaian. Keuntungannya model ini, adalah relatif murah, tidak membutuhkan ongkos mahal, dan tidak menambah dosen.

Dalam model komplementatif, implementasi karakter, ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler


(1)

PENDEKATAN TEACHING FACTORYPADA PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN VOKASI

Oleh: M. Bruri Triyono

Fakultas Teknik dan Pascasarjana UNY Abstrak

Salah satu kebijakan pada lingkup pendidikan kejuruan atau vokasi adalah penerapan teaching factory (TF), lebih luas lagi dengan melibatkan berbagai bidang keahlian di pendidikan vokasi sering disebut sebagai teaching industry. Pemahaman penerapan strategi teaching factory pada kenyataannya belum sama di antara penyelenggara lembaga pendidikan vokasi. Masih banyak yang menerapkan pembelajaran magang di industri, keterlibatan siswa di unit produksi sekolah, bahkan berusaha menterjemahkan kewirausahaan sebagai aktifitas teaching industry. Belum lagi pada saat menerapkan aktifitas pembelajarannya. Agar ada pemahaman yang sama atau mendekati pelaksanaan pembelajaran teaching factory, maka kajian tentang pendekatan teaching factory pada pembelajaran di lembaga pendidikan vokasi perlu diketahui.

Melalui pendekatan metode eksplorasi, berbagai konsep dan pemikiran serta contoh penerapan dalam lingkup pelaksanaan teaching factory dikumpulkan dan dikaji serta disesuaikan dengan kondisi pendidikan lembaga vokasi yang sudah berjalan. Menggunakan terminology strategi pembelajaran teaching factory untuk mendekatkan kondisi pembelajaran dengan situasi kerja di dunia kerja sehingga memudahkan pemahaman dan penerapan strategi pembelajaran TF pada lembaga pendidikan vokasi secara umum.

Strategi pembelajaran TF merupakan pembelajaran yang bersifat praktik dan dilaksanakan di lingkungan kerja yang sebenarnya serta menggunakan penilaian kinerja industri berstandar nasional. Pelaksanaan di lembaga vokasi dan SMK membutuhkan sumberdaya akademik yang harus dipersiapkan berkolaborasi dengan industri. Guru sebagai pembimbing harus mempunyai pengalaman dan keahlian di bidangnya, serta mampu membimbing sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar kinerja lulusannya diakui di dunia kerja.

Keyword : Strategi pembelajaran teaching factory A. PENDAHULUAN

Teaching Factory (TF) merupakan salah satu pengembangan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi keterampilan peserta didik khususnya di lingkungan pendidikan vokasi. Dalam berbagai sumber, TF selalu dikaitkan dengan pembelajaran yang bersifat praktik sesuai dengan kondisi atau lingkungan nyata di industri manufaktur. Lingkungan nyata yang menjadi persyaratan TF menunjukkan bahwa lembaga pendidikan vokasi harus bekerjasama dengan pihak industri baik produk maupun jasa apabila menginginkan terlaksananya strategi pembelajaran teaching factory (selanjutnya disebut strategi TF).

Strategi TF pada dasarnya menerapkan metode student center learning (SCL). Pendekatan SCL tidak secara utuh sudah lama dilaksanakan oleh para guru pada saat melaksanakan praktik baik di laboratorium maupun bengkel atau tempat praktik lainnya. Strategi TF merupakan gabungan model pembelajaran Competency Based Training dan Production Based Training (www.cheezypickle.com/teaching-factory/ diunduh tgl.6-10-2011). Landasan pemikiran dari SCL adalah teori belajar konstruktivis (Weswood Peter,2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari teori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget (1983), Jerome Breuner (1961), dan John Dewey (1933), yaitu


(2)

memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri, dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahaminya. Pandangan lain tentang konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati.

Pembelajaran praktik di lembaga pendidikan vokasi tujuannya untuk memberi pengalaman belajar peserta didik agar mengusai keterampilan bidang keahlian tertentu. Penguasaan keterampilan baik keterampilan yang bersifat fisik maupun intelektual melibatkan aktifitas peserta didik secara langsung menggunakan peralatan yang sejenis dengan peralatan sebenarnya selama proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan peralatan dalam suasana belajar yang sesuai dengan kondisi nyata atau sebenarnya di dunia kerja dan penggunaan strategi demonstrasi untuk penyampaiannya menunjukkan ciri-ciri pembelajaran SCL. Tiga aspek dalam pembelajaran yang menuntut kinerja keterampilan adalah motorik, persepsual, dan kognitif (Kevin O’Neil,1997:76). Aspek motorik melibatkan aktifitas badan dan tangan untuk memperoleh keterampilan tertentu, aspek persepsual melibatkan penggunaan sistim sensor untuk mendapatkan kemampuan membedakan, mengenal bentuk dan simbol, mengestimasi jarak, kecepatan, suhu, sudut dan lainnya. Aspek kognitif

melibatkan kemampuan manipulasi dan komprehensif suatu simbol untuk membaca gambar, diagram, dan menyelesaikan masalah

Kenyataan di beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK), pembelajaran TF dilaksanakan melalui keberadaan unit produksi (UP) dalam bentuk keterlibatan peserta didik mengerjakan aktifitas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dari sisi keterlibatan peserta didik menyelesaikan pekerjaan dapat dimasukan sebagai bagian dari konsep TF akan tetapi ditinjau dari sisi pembelajaran, kondisi tersebut kurang memenuhi aspek penilaian kinerja yang sesuai dengan standar lapangan pekerjaan karena belum melibatkan partner industri dalam kegiatan pembelajarannya, meskipun adapula SMK yang menerapkan sesuai dengan tujuan dan konsep TF.

B. KONSEP TEACHING FACTORY Beberapa konsep tentang TF diunduh dari berbagai sumber dan disarikan secara ringkas adalah sebagai berikut:

TF memfasilitasi pembelajaran efektif dalam iplementasi broad base kurikulum di tahun pertama dan spesialisasi mhs di tahun terakhir. Melalui lingkungan belajar yang realistik, berorientasi praktik fokus pada problem solving, menumbuhkan rasa percaya diri karena mampu segera bekerja di tempat tugas. (Nanyang Univ. www.nyp.edu.sg/ diunduh tgl.6-10-2011) TF bukan sebuah pabrik, bukan sekolah di pabrik, bukan pabrik di sekolah, bukan dual track (Jerman), bukan sandwich training program (UK), dan bukan proyek


(3)

industri (www.scrib.com/doc/35019204/ metodologi teaching factory-diunduh tgl.6-10-2011)

Learning factory, suatu aktifitas gabungan phisik dan intelektual berdasarkan fasilitas, fokus pada realisasi produk dan proses dalam rancangan manufaktur yang menggambarkan spesialisasi pada laboratorium / workshop sesuai dengan disiplin keahliannya. (Jorgensen et.al, 1995)

TF memungkinkan pembelajaran keterampilan lebih efektif dan realistik sesuai dengan kriteria pembelajaran hands on, melalui replika kecil industri manufaktur (Sema E. Alptekin et.al, 2001)

Arizona State University East (2003) TF menerapkan hands-on dalam pembelajaran laboratorium untuk mendidik teknisi lebih siap memenuhi kebutuhan lapangan kerja. (Yahya, Muhamad.

www/.east.asu.edu/mtf/ate.htm,2003 diunduh tgl.6-10-2011)

Berdasarkan kenyataan dan berbagai sumber tentang TF, dapat dirangkum menjadi ciri-ciri strategi pembelajaran TF. (1) pembelajaran TF bersifat praktik, (2) menggunakan prinsip “hands-on”, (3) berorientasi produk nyata atau aktifitas jasa nyata, (4) berkolaborasi dengan industri, (5) menggunakan standar penilaian pembelajaran berbasis industri, (6) guru atau instruktur berpengalaman industri.

C. PERSIAPAN PEMBELAJARAN

TEACHING FACTORY

Persiapan melaksanakan pembelajaran TF merupakan kegiatan

yang harus dipikirkan dengan baik karena menyangkut berbagai aktifitas yang tentunya akan mempengaruhi kinerja lembaga secara keseluruhan. Sesuai dengan ciri-ciri strategi pembelajaran TF, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah;

1. Tinjauan visi misi lembaga

2. Unggulan keahlian atau kompetensi tiap bidang yang dibuka

3. Pengembangan kurikulum 4. Fasilitas dan peralatan

5. Jaringan kerjasama industri yang sesuai bidang keahlian

6. Produk dissection dan atau sertifikasi komponen produk praktik (produk/jasa)

7. Mempertimbangkan ROI (Rate Of Investment) sebagai bagian dari keuntungan pelaksanaan TF.

D. STRATEGI PEMBELAJARAN

TEACHING FACTORY

Sesuai dengan domain teori konstruktivisme dalam pembelajaran SCL, strategi TF melalui pendekatan metode pembelajaran SCL mendukung pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dan berperan dalam membangun pengalaman belajar mereka. Tingkat pemahaman metode SCL berawal dari mengamati, mencoba atau mengimitasi, mengerjakan, dan pada akhirnya memecahkan masalah. Pada aspek pemecahan masalah merupakan inti dari pembelajaran TF, karena peserta didik harus mensinergikan berbagai pengalaman belajar baik phisik maupun intelektual untuk mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru atau


(4)

instruktur dalam lingkungan kerja yang sebenarnya.

Pembelajaran langsung yang bersifat individu memerlukan pendampingan agar peserta didik dapat

mengeksplorasi kemampuannya. Bantuan pendidik dalam konteks individu

adalah menyediakan sumber belajar dan berperan sebagai pembimbing untuk penguasaan keterampilannya. Sumber belajar tersebut berupa Handouts, job sheets, perencanaan dan spesifikasi tugas, lembar penilaian. Pendidik akan mendampingi, menyampaikan berbagai sumber belajar yang diperlukan, membantu mengarahkan menyelesaikan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran praktik berlangsung. Empat aspek dalam strategi pembelajaran secara umum adalah, (1) Tahapan pembelajaran, (2) Metode pembelajaran, (3) Media Pembelajaran, (4) Waktu pembelajaran.

1. Tahap Pembelajaran

Tiga tahapan dalam strategi TF adalah tahap persiapan, praktik, dan penilaian/penguatan.

a. Tahap persiapan: berisi tentang analisis tugas praktik yang berkaitan dengan pembelajarannya dirinci dalam beberapa kegiatan.

- Tujuan pembelajaran - Operasional atau langkah

kerja

- Kegiatan atau aktifitas peserta didik

- Penilaian

Tujuan pembelajaran dalam kerangka TF harus disampaikan kepada peserta didik, tujuan tersebut dapat dikaitkan dengan SKKD yang

sudah dirumuskan. Sebaiknya tujuan dalam pembelajaran TF merupakan unggulan keahlian dari lembaga pendidikan dan menjadi kebanggaan SMK tersebut.

Kegiatan operasional atau langkah kerja merupakan interaksi guru dengan peserta didik. Guru akan menyiapkan prosedur kegiatan atau aktifitas selama pelaksanaan TF. Peserta didik wajib menyelesaikan rencana kerja setelah mereka mempelajari tugas atau job yang diberikan oleh guru.

Kegiatan peserta didik dalam kerangka persiapan diarahkan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan meminimalkan hambatan yang mungkin terjadi berkaitan dengan waktu, batasan atau persyaratan ketercapaian, dan lingkungan kerja.

Penilaian diinformasikan kepada peserta didik dalam kerangka penilaian formatif yang disesuaikan dengan bagian-bagian penguasaan keterampilan yang membentuk satu keterampilan utama dan mengacu pada tujuan pembelajarannya.

b. Tahap Praktik

Pada tahap ini peserta didik akan mengimitasi sekaligus manipulasi gerak dari apa yang telah diperoleh melalui pengalaman belajarnya. Meskipun peserta didik lebih banyak bekerja sendiri akan tetapi tanpa pembimbingan atau pembiaran aktifitas peserta didik secara mandiri akan berdampak pada gagalnya pemenuhan pengalaman belajar mereka. Beberapa hal yang perlu dilakukan


(5)

pendidik untuk menjamin kegiatan praktik peserta didik yang efektif:

Apa yang dikerjakan Bagaimana mengerjakan

Mememberi rasa ketertarikan dan variasi tugas

Siapkan variasi lembar kerja, model kerja proyek, dan kerja produksi

Menjamin tugas berjenjang dan mudah Pengembangan silabus dan analisis kejuruan

Antisipasi kesulitan Alat bantu pelatihan

Mengedepankan indpenden Instruction Sheet/manual sheet - individu Evaluasi siswa dan menentukan feedback

termasuk remedial bila perlu

Supervisi dan periksa kerja praktik siswa dengan pertanyaan, penguatan, dan mengulang demonstrasi bila diperlukan c. Tahap Penilaian/Penguatan

Tahap penilaian/penguatan merupakan tahap penutup untuk mengecek kinerja peserta didik setelah menjalani kegiatan praktik yang relevan dengan tujuan pembelajarannya. Feedback atau umpan balik yang diberikan pada tahap ini bertujuan untuk mengarahkan agar keterampilan yang telah diperoleh melalui pembelajaran praktik sesuai dengan target keterampilan yang harus dikuasai.

Feedback yang diberikan sebelum dan selama pelaksanaan praktik disebut pembimbingan, sedangkan feedback yang diberikan setelah praktik disebut penguatan. Penguatan positif akan meningkatkan perilaku yang diinginkan dan penguatan negativ akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

Penilaian yang baik pada tahap ini adalah penilaian yang bersifat formatif. Setiap tahap pembelajaran pada key point yang

sesuai dengan tahap penguasaan keterampilannya harus dinilai. Untuk memudahkan model penilaian ini, gunakan rubrik yang sesuai dengan term penguasaan keterampilannya. Penilaian strategi pembelajaran TF melibatkan partner industrinya, kerangka penilaian dibuat bersama dan mengacu pada standar nasional. 2. Metode

Metode pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran berpusat pada siswa (SCL). Sifat individual merupakan tantangan guru dalam mengampu kegiatan pembelajaran TF. Dalam bahasan tahap praktik telah dijelaskan bagaimana guru melengkapi kebutuhan peserta didik dan membimbing untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Media

Media pembelajaran tidak lagi bersifat kelompok atau kelas, akan tetapi harus disesuaikan dengan keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik. Media disini merupakan alat atau fasilitas yang merujuk pada keahlian di lapangan


(6)

kerja, baik dalam skala kecil (simulasi) maupun sebenarnya.

4. Waktu

Waktu merupakan variabel yang harus dikelola dengan baik. Banyaknya peserta didik dan terbatasnya tempat untuk kegiatan pembelajaran TF memerlukan pengaturan yang baik. Waktu disesuaikan dengan kondisi pekerjaan sebenarnya, akan lebih baik kalau dicoba dahulu untuk menyelesaikan satuan kompetensi dari unit kompetensi keahlian yang akan diukur dan diunggulkan.

E. PENUTUP

Strategi pembelajaran TF merupakan pembelajaran yang bersifat praktik dan dilaksanakan pada lingkungan kerja yang sebenarnya, menggunakan penilaian kinerja industri yang berstandar nasional. Pelaksanaan di SMK membutuhkan sumberdaya akademik yang harus dipersiapkan berkolaborasi dengan industri. Guru sebagai pembimbing harus mempunyai keahlian dibidangnya dan mampu membimbing sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar lulusannya siap dan diakui kinerjanya di dunia kerja.

F. REFERENSI

Jorgensen et.al, (1995), Proceeding of the World Conference on

Engineering Education, Minnepolis,MN, Oktober 1995

Kevin O’ Neil, (1997) Planing, Skill, and Strategies for Teaching Technical and Vocational Subjects: Universitas Brunei Darussalam

Kidd and Leighbody, (1968) Methods of Teaching Shop and Technical Subjects: Canada, Delmar Publisher USA

Peter Westwood, (2008) What Teachers Need to Know about Teaching Methods: Victoria, Acer Press Australia

Sema E. Alptekin et.al, (2001), Proceeding of the 2001 American Society for Engineering Education, Annual Conference & Exposition

Yahya, Muhamad. (2003) An Overview of Teaching Factory Concept: www/.east.asu.edu/mtf/ate.htm,20 03 diunduh tgl.6-10-2011