ProdukHukum Perdagangan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 460/KMK.03/2001 TANGGAL 28 AGUSTUS 2001
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NO. 569/KMK.04/2000
TENTANG JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Menimbang :
a. bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum perlu ditetapkan jenis kendaraan bermotor yang
dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan jenis kendaraan bermotor yang tidak
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta prosedur pembebasannya;
b. bahwa dalam hal terdapat harga jual atau penggantian dipengaruhi oleh hubungan istimewa atas Barang
Mewah Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak, perlu ditentukan harga pasar wajar yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 569/KMK.04/2000
tentang Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;
Mengingat :
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1993 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (LN RI tahun 1983 No. 51, TLN No. 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang No. 18 tahun 2000 (LN RI tahun 2000 No. 128, TLN No. 3986);

2. Peraturan Pemerintah No.145 Tahun 2000 Tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah
Yang Dikenakan Pajak Penjulalan Atas Barang Mewah (LN RI Tahun 2000 No.261, TLN No. 4063)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2001 (LN RI tahun 2001 No. 106,
TLN No. 4129);
3. Keputusan Presiden No. 228/M Tahun 2001;
4. Keputusan Menteri Keuangan No. 569/KMK.04/2000 tentang Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenakan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI
KEUANGAN NO. 569/KMK.04/2000 TENTANG JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG
DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 567/KMK.04/2001 tentang Jenis
Kendaraan Bermotor Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :
"Pasal 1
(1)

Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Tergolong Mewah di dalam daerah Pabean oleh

Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu yang Tergolong Mewah atau impor Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran I Keputusan

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 10% (sepuluh
persen).
Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah dengan tarif 20% (dua puluh persen).
Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu yang tergolong Mewah atau Impor Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran III Keputusan
Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 30% (tiga puluh
persen).
Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah atau Impor Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Keputusan
Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 40% (empat puluh
persen).
Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang tergolong Mewah di dalam daerah Pabean oleh
Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu yang Tergolong Mewah atau Impor Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V Keputusan
Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 50% (lima puluh
persen).
Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah atau Impor Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Keputusan
Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 60% (enam puluh

persen).
Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah atau Impor Barang
Kena Pajak Tertentu Yang Tergolong Mewah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII Keputusan
Menteri Keuangan ini dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 75% (tujuh puluh
lima persen).

2. Ketentuan Pasal 2 dihapus.
3. Ketentuan Pasal 4 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) diubah, ayat (3) dan ayat (5) dihapus, serta ditambah 1
(satu) ayat yaitu ayat (6), sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 4
(1) Dalam hal penyerahan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di dalam Daerah
Pabean, dasar Pengenaan Pajak untuk menghitung Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah harga
Jual.
(2) Dalam hal impor kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Dasar Pengenaan Pajak
untuk menghitung Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah harga Jual.
(3) Dihapus.
(4) Dalam hal terdapat hubungan istimewa antara industri perakitan atau Pabrikan kendaraan bermotor
dengan Distributor atau Dealer atau Agen atau Penyalur, dan diketahui bahwa harga Jual dipengaruhi
oleh adanya hubungan istimewa diantara pihak-pihak tersebut sehingga Harga Jual menjadi rendah dari

harga pasar wajar, maka dasar Pengenaan Pajak ditetapkan sebesar harga pasar wajar.
(5) Dihapus.

(6) Harga Pasar Wajar di antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa ditentukan melalui
pemeriksaan dengan mengacu kepada pedoman pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang
mempunyai hubungan istimewa yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
4. Ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat yaitu ayat (3), sehingga
keseluruhan Pasal 6 berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 6
(1) Dibebaskan dari pengenaan pajak Penjualan Atas Barang mewah :
a. Atas impor atau penyerahan kendaraan bermotor di dalam Daerah Pabean, yang digunakan untuk
kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaran tahanan,
kendaraan angkutan umum;
b. Atas impor atau penyerahan semua jenis kendaraan bermotor di dalam daerah Pabean, yang
digunakan untuk tujuan Protokoler kenegaraan, sepanjang dananya berasal dari APBN/APBD;
c. Atas impor atau penyerahan kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang atau lebih
termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel, dengan
semua kapasitas isi silinder), di dalam Daerah Pabean, yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI
atau POLRI, sepanjang dananya berasal dari dari APBN/APBD;
d. Atas impor atau penyerahan semua jenis kendaraan bermotor di dalam daerah Pabean, yang

digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI, sepanjang dananya berasal dari APBN/APBD.
(2) Untuk mendapatkan pembebasan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas impor atau
penyerahan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pembelian kendaraan bermotor
harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Penjualan Atas Barang Mewah kepada
Direktur Jenderal Pajak.
(2) Surat Keterangan Bebas Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dapat diberikan atas impor atau penyerahan kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan
angkutan umum yang dilakukan pada atau setelah tanggal 1 Januari 201 sampai dengan ditetapkannya
Keputusan Menteri Keuangan ini.
5. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 6A, yang berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 6A
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah tidak dikenakan atas impor dan atau penyerahan di dalam Daerah
Pabean kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan angkutan barang”.
6. Ketentuan Pasal 7 ayat (1) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 7 berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 7
(1) Apabila Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak impor atau perolehannya ternyata dipindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga tidak
sesuai dengan tujuan semula, maka Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang pada saat impor
atau perolehannya tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang

Kena Pajak tersebut dipindahtangankan atau diubah peruntukannya.
(2) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.”

Pasal II
Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 September 2001.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri Keuangan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Agustus 2001
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

Lampiran I :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 10%
NO.


URAIAN BARANG

a.

Kendaraan bermotor untuk pengangkutan
10
(sepuluh) orang atau lebih termasuk pengemudi,
dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi
silinder;
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang
dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain
sedan atau station wagon, dengan motor bakar nyala
kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1
(satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi
silender sampai dengan 1500 cc;
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang
dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi,
selain sedan atau station wagon, dengan motor

bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan
kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 CC.

b.

c.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

NO.HS
8702.10.910
8702.10.990
8702.90.910
8702.90.990
8703.21.919
8703.22.919


8703.31.919

Lampiran II :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 20 %
NO.
a.

b.

URAIAN BARANG

NO.HS

Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang
dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain
sedan atau station wagon, dengan sistem 1 (satu) Ex.8703.23.919
gandar penggerak (4x2);
Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api,

dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 CC
sampai dengan 2500 CC.
8703.32.919
Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala
kompresi (diesel/semi diesel), dengan kapasitas
isi silinder lebih dari 1500 CC sampai dengan
2500 CC.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

Lampiran III :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 30 %
No

URAIAN BARANG

NO.HS

Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10
(sepuluh) orang termasuk pengemudi;
a.

Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api,
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500
CC;
- sedan atau station wagon,
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem
2 (dua) gandar penggerak (4x4);

8703.21.190
8703.22.190
8703.21.929
8703.22.929

b.

Kendaraan bermotor selain sedan atau
wagon, dengan motor bakar cetus api,
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2),
kapasitas isi silinder lebih dari 2500 CC
dengan 3000 CC.

c.

Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala,
kompresi (diesel/semi diesel), dengan kapasitas
silinder sampai dengan 1500 CC;
- sedan atau station wagon;
8703.31.190
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem 8703.31929
2 (dua) gandar penggerak (4x4).

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

station Ex.8703.23.929
dengan
dengan
sampai

Lampiran IV :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 40 %
No

URAIAN BARANG
Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10
(sepuluh) orang termasuk pengemudi;

NO.HS

a.

Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api,
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500
CC sampai dengan 3000 CC;
- sedan atau station wagon,
8703.23.190
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem 8703.23.929
2 (dua) gandar penggerak (4x4);

b.

Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala,
kompresi (diesel/semi diesel), dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 1500 CC sampai dengan 2500
CC.
- sedan atau station wagon;
8703.23.190
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem 8703.23.929
2 (dua) gandar penggerak (4x4).

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

Lampiran V :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 50 %
No

URAIAN BARANG

NO.HS

Semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk Ex. 8703.10.000
golf.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

Lampiran VI :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 60 %

No
a.

b.

URAIAN BARANG

NO.HS

Kelompok kendaraan bermotor beroda dua dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 250 CC sampai
dengan 500 CC;
8711.30.900
- Sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda Ex.8711.90.000
yang dilengkapi dengan motor tambahan,
dengan atau tanpa kereta pasangan sisi.
Ex.8703.10.000
Kendaran khusus yang dibuat untuk perjalanan di
atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan
semacam itu.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO

Lampiran VII :
DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU
IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DENGAN TARIF SEBESAR 75 %
NO.

URAIAN BARANG

NO.HS

a.

Kelompok kendaraan bermotor beroda dua dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 500 CC,
8711.40.900
- Sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda 8711.50.900
yang dilengkapi dengan
motor tambahan,
dengan atau tanpa kereta pasangan sisi, Ex.8711.90.900
termasuk kereta pasangan sisi.

b.

Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10
(sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api, dengan kapasitas isi silinder
lebih dari 3000 CC.
- sedan atau station wagon;
8703.24.190
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem 8703.24.919
1 (satu) gandar penggerak (4x2).
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem 8703.24.190
2 (dua) gandar penggerak (4x4).

c.

Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10
(sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel),
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 CC.
- sedan atau station wagon;
8703.24.929
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem 8703.33.190
1 (satu) gandar penggerak (4x2).
8703.33.929
- selain sedan atau station wagon, dengan sistem
2 (dua) gandar penggerak (4x4).

d.

Trailer atau semi-trailer dari tipe caravan, untuk 8716.10.000
perumahan atau kemah.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BOEDIONO