TUNTUTAN KEPADA PEMERINTAH BARU

TUNTUTAN KEPADA PEMERINTAH BARU
Tanggal 20 Oktober 2004 Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu 2004 dilantik
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) baru. Susilo Bambang Yudhoyono dan
Muhammad Jusuf Kallah adalah orang yang menempati posisi penting di Republik tercinta
ini, yang mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi dalam
pemilihan babak kedua. Dengan demikian, rakyat Indonesia memiliki Presiden dan Wakil
Presiden yang baru. Pergantian kepemimpinan nasional yang penting dan strategis itu tentu
saja tidak sekadar seremonial sirkulasi kekuasaan semata. Juga bukan sekadar menumbuhkan
harapan-harapan baru akan perubahan sebagaimana yang sering dijanjikan dan menjadi isu
utama pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK) dalam Pemilu yang
lalu. Hal yang lebih penting ialah adanya kebijakan-kebijakan yang berani dan benar-benar
dapat dirasakan secara nyata untuk membawa perbaikan-perbaikan yang signifikan dalam
kehidupan bangsa dan negara.
Aspek-aspek dan masalah-masalah mendasar dapat ditangani dan menjadi agenda
pemerintah baru seperti memecahkan pengangguran, kemiskinan, kesenjangan sosialekonomi, penyelamatan asset-aset negara dan kekayaan alam, pemberantasan korupsi,
menegakkan moralitas publik, menegakkan kedaulatan bangsa dan negara di hadapan asing,
memelihara keutuhan bangsa dan negara, menegakkan supremasi hukum, mengurus negara
dengan benar, dan agenda-agenda penting lainnya. Hal-hal yang disebutkan itu merupakan
tuntutan nyata yang harus dijadikan perhatian, agenda, dan kebijakan penting pemerintahan
baru di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Mereka sungguh diuji
komitmen, janji, kesungguhan, dan kemampuannya selaku eksekutif. Jika pasangan ini

selama masa kampanye dan sesudahnya selalu mengusung isu-isu perubahan dan kerakyatan,
maka sejak 20 Oktober 2004 itulah momentum yang paling menentukan sampai lima tahun
ke depan apakah sekadar isu semata atau memang menjadi kenyataan. Rakyat bukan hanya
akan menanti dan mencermati dengan sorot mata tajam sekaligus akan menuntut dan
menghisabnya.
Harus disadari bahwa fungsi dan peran pemerintah itu eksekusi. Karena itu segala
macam janji, pernyataan, kesediaan, dan isu-isu penting yang selama ini menjadi unggulan
pasangan SBY-JK dalam merebut suara rakyat harus menjadi kenyataan dalam bentuk
kebijakan-kebijakan pemerintah yang benar-benar memihak dan menguntungkan rakyat dan
negara. Setelah dilantik tidak ada lagi janji dan pernyataan, tetapi tindakan dan kebijakan
sebagai utang nasional yang harus dibayar kepada rakyat dan negara. Rakyat menuntut
perubahan yang nyata, yang benar-benar dirasakan memihak kepentingan mereka, sekaligus
menguntungkan dan membela kepentingan negara. Kepentingan pribadi, keluarga, kroni, dan
partai serta golongan menjadi hilang atau harus ditempatkan di bawah kepentingan bangsa
dan negara, bahkan tidak boleh memanipulasi kepentingan bangsa dan negara. Membuka
rumah atau Istana Negara untuk keluh kesah rakyat pun tidak cukup sekadar sereomonial
yang kelihatan menyenangkan opini publik, tetapi harus nyata-nyata ditindak-lanjuti dan
diwujudkan dalam kebijakan-kebijakan yang meneguntungkan nasib rakyat. Rakyat sudah
bosan untuk sekadar didengarkan dan diberi simpati, yang lebih penting mereka diangkat
kesejahteraan dan hajat hidupnya. Kini sudah saatnya pemerintah baru berpihak kepada

rakyat dan menjunjung tinggi kepentingan negara. Jika pemerintah yang lalu dianggap gagal,
pemerintah yang baru harus berhasil. Sosok bijak saja tidak cukup, tetapi juga tindakan.
Saatnya bertindak nyata untuk rakyat dan negara, bukan lagi kepiawaian janji dan bicara.
(HNs)
Sumber:
Suara Muhammadiyah

Edisi 20 2004