J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat
www.djpp.depkumham.go.id
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1976
TENTANG
NARKOTIKA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Menimbang : a. bahwa narkot ika merupakan obat yang diperlukan dalam bidang
pengobat an dan ilmu penget ahuan;
b. bahwa sebaliknya, narkot ika dapat
pula menimbulkan
ket ergant ungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan
t anpa pembat asan dan pengawasan yang saksama;
c. bahwa pembuat an, penyimpanan, pengedaran dan penggunaan
narkot ika t anpa pembat asan dan pengawasan yang saksama dan
bert ent angan dengan perat uran yang berlaku merupakan
kej ahat an yang sangat merugikan perorangan dan masyarakat
dan merupakan bahaya besar bagi peri kehidupan manusia dan
kehidupan negara di bidang polit ik, keamanan, ekonomi, sosial ,
budaya, sert a ket ahanan nasional bangsa Indonesia yang sedang
membangun;
d. bahwa
unt uk mengat ur cara penyediaan dan penggunaan
narkot ika unt uk keperluan pengobat an dan at au ilmu
penget ahuan sert a unt uk mencegah dan menanggulangi bahayabahaya yang dapat dit imbulkan oleh akibat sampingan dari
penggunaan dan penyalahgunaan narkot ika, sert a rehabilit asi
t erhadap pecandu narkot ika perlu dit et apkan Undang-undang
t ent ang narkot ika yang baru, sebagai penggant i Verdoovende
Middelen Ordonnant ie(St bl. 1927 No. 278 Jo. No. 536) yang
t elah t idak sesuai lagi dengan kemaj uan t eknologi dan
perkembangan zaman;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945;
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 t ent ang Pokok-pokok
Kesehat an (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131,
www.djpp.depkumham.go.id
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);
3. Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1942);
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1961 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kepolisian (Lembaran Negara Tahun 1961
Nomor 245, Tambahan lembaran Negara Nomor 2289);
5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kej aksaan (Lembaran Negara Tahun 1961
Nomor 254, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2298);
6. Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1963 t ent ang Farmasi
(Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 81, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2580);
7. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1966 t ent ang Kesehat an Jiwa
(Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2805);
8. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2951);
9. Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1974 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kesej aht eraan Sosial (Lembaran Negara Tahun
1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3039);
10. Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1976 t ent ang Pengesahan
Konvensi Tunggal Narkot ika 1961, besert a Prot okol yang
mengubahnya (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3085)
Dengan perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
MEMUTUSKAN :
DENGAN MENCABUT VERDOOVENDE MIDDELEN ORDONNANTIE (STBL. 1927 NO.
278 JO NO. 536) SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DAN DITAMBAH.
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG NARKOTIKA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan :
www.djpp.depkumham.go.id
1.
2.
3.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
4.
Narkot ika adalah :
a.
bahan-bahan yang disebut pada angka 2 sampai dengan angka 13;
b.
garam-garam dan t urunan-t urunan dari Morf ina dan Kokaina;
c.
bahan lain, baik alamiah, sint et is maupun semi sint et is yang
belum disebut kan yang dapat dipakai sebagai penggant i Morf ina
at au Kokaina yang dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an sebagai
narkot ika, apabila penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat
ket ergant ungan yang menigikan sepert i Morf ina at au Kokaina;
d.
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
yang t ersebut dalam huruf a, b, dan c,
Tanaman Papaver adalah t anaman Papaver somnif erum L, t ermasuk bij i,
buah dan j eraminya.
Opium Ment ah adalah get ah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah
t anaman Papaver somnif erum L yang hanya mengalami pengolahan
sekedar unt uk pembungkusan dan pengangkut an t anpa memperhat ikan
kadar morf inanya.
Opium Masak adalah :
a.
Candu, yakni hasil yang diperoleh dari opium ment ah melalui
suat u rent et an pengolahan, khususnya dengan pelarut an,
pemanasan dan peragian, dengan at au t anpa penambahan bahanbahan lain, dengan maksud merobahnya. menj adi suat u ekst rak
yang cocok unt uk pemadat an;
b.
Jicing, yakni sisa-sisa dari candu set elah diisap, t anpa
memperhat ikan apakah candu it u dicampur dengan daun at au
bahan lain;
c.
Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan j icing.
Opium Obat adalah opium ment ah yang t elah mengalami pengolahan
sehingga sesuai unt uk pengobat an, baik dalam bent uk bubuk at au dalam
bent uk lain, at au dicampur dengan zat -zat net ral sesuai dengan syarat
f armakope.
Morf ina adalah alkaloida ut ama dari opium, dengan rumus kimia
C17H19NO3.
Tanaman Koka adalah t anaman dari semua genus Eryt hroxylon dari
keluarga Eryt hroxylaceae.
Daun Koka adalah daun yang belum at au sudah dikeringkan at au dalam
bent uk serbuk dari semua t anaman genus Eryt hroxylon dari keluarga
Eryt hroxylaceae, yang menghasilkan kokaina secara langsung at au
melalui perubahan kimia.
Kokaina Ment ah adalah semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun Koka
yang dapat diolah secara langsung unt uk mendapat kan Kokaina.
Kokaina adalah Met il est er 1-bensoil ekgonina dengan rumus kimia
C17H21NO4,
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ekgonina adalah 1-ekgonina dengan rumus ki mia C9H15NO3H20 dan est er
sert a t urunan-t urunannya yang dapat diubah menj adi Ekgonina dan
www.djpp.depkumham.go.id
13.
14.
15.
16.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
17.
Wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah darat an dan perairan Indonesia
besert a udara di at as wilayah darat an dan perairan Indonesia, inst al asi
di landas kont inen, demikian j uga kapal at au pesawat udara berbendera
Indonesia yang berada di Wilayah lain dan t empat -t empat yang menurut
ket ent uan yang berlaku t ermasuk wilayah Indonesia.
Impor, adalah memasukkan narkot ika ke dalam wilayah Indonesia,
t ermasuk memuat at au menyimpannya di dalam
pesawat udara at au
kapal berbendera Indonesia di l uar negeri yang akan at au sedang menuj u
Indonesia.
Ekspor adalah mengeluarkan obat -obat an yang mengandung narkot ika
dari wilayah Indonesia, t ermasuk memuat at au menyimpannya di dalam
pesawat udara at au kapal berbendera Indonesia yang akan at au sedang
meninggalkan Indonesia.
Sert if ikat Impor adalah ket erangan t ert ulis yang dikeluarkan oleh
Ment eri Kesehat an mengenai, nama, j enis at au sif at dan j umlah at au
berat narkot ika yang diset uj ui unt uk diimpor, nama dan alamat import ir
dan eksport ir, j angka wakt u pelaksanaan impor dan ket erangan bahwa
impor t ersebut hanya unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan
ilmu penget ahuan.
Sert if ikat Ekspor adalah ket erangan t ert ulis yang dikeluarkan oleh at au
at as nama pemerint ah negara pengekspor mengenai nama, j enis at au
sif at dan j umlah at au berat narkot ika yang diset uj ui unt uk diekspor,
nama dan alamat eksport ir dan import ir, j angka wakt u pelaksanaan
ekspor dan lain-lainnya.
Izin Impor adalah izin khusus yang dikeluarkan oleh Ment eri Perdagangan
set elah memperoleh Keput usan Ment eri Kesehat an unt uk mengimpor
narkot ika.
Izin Ekspor adalah izin khusus yang dikeluarkan oleh Ment eri
Perdagangan set elah memperoleh Keput usan Ment eri Kesehat an unt uk
mengekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika.
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan nasional yang berbadan
hukum yang memiliki izin usaha perdagangan besar dari Ment eri
Perdagangan dan memiliki izin khusus dari Ment eri Kesehat an.
Pabrik Farmasi adalah perusahaan nasional berbadan hukum yang
memproduksi, mengolah dan at au merakit narkot ika sert a memiliki izin
khusus dari Ment eri Kesehat an.
Transit o adalah pengangkut an narkot ika melalui dan singgah di
Indonesia, dengan at au t anpa pindahnya sarana pengangkut an, ant ara 2
ru
nd
an
gun
da
ng
an
12.
Kokaina.
Tanaman Ganj a adalah semua bagian dari semua t anaman genus
Cannabis, t ermasuk bij i dan buahnya.
Damar Ganj a adalah damar yang diambil dari t anaman Ganj a, t ermasuk
hasil pengolahannya, yang menggunakan damar sebagai bahan dasar.
www.djpp.depkumham.go.id
24.
25.
26.
27.
28.
29.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
30.
(dua) negara lain.
Alat Angkut an adalah set iap alat yang dapat mengangkut narkot ika baik
di darat , di air at au di udara.
Nakhoda adalah set iap pemimpin at au yang menggant ikannya dari suat u
kapal at au kendaraan air lainnya.
Kapt en Penerbang adalah set iap pemimpin at au yang menggant ikannya
dari suat u pesawat udara.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan alat pengangkut an di
darat .
Dokt er adalah dokt er umum, dokt er ahli, dokt er gigi dan dokt er hewan
yang berdasarkan perat uran yang berlaku mempunyai wewenang unt uk
menj alankan prakt ek pengobat an sesuai dengan bidang kedokt erannya.
Pecandu narkot ika adalah orang yang menggunakan narkot ika dan dalam
keadaan ket ergant ungan pada narkot ika, baik secara f isik maupun psikis
akibat penggunaan at au penyalahgunaan narkot ika.
Rehabilit asi adalah usaha memulihkan unt uk menj adikan pecandu
narkot ika hidup sehat j asmaniah dan at au rohaniah sehingga dapat
menyesuaikan
dan
meningkat kan
kembali
ket rampilannya,
penget ahuannya sert a kepandaiannya dalam lingkungan hidup.
Pasal 2
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Ment eri Kesehat an berwenang menet apkan :
i.
alat -alat penyalahgunaan narkot ika;
ii.
bahan-bahan yang dapat dipakai sebagai bahan dalam pembuat an
narkot ika;
sebagai barang dibawah pengawasan.
BAB II
NARKOTIKA UNTUK KEPENTINGAN PENGOBATAN
DAN ATAU TUJUAN ILMU PENGETAHUAN
Pasal 3
(1)
(2)
Narkot ika hanya digunakan unt uk kepent ingan pengobat an dan at au
t uj uan ilmu penget ahuan.
Ment eri Kesehat an berwenang menet apkan narkot ika t ert ent u yang
sangat berbahaya dilarang digunakan unt uk kepent ingan pengobat an dan
at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Pasal 4
(1)
Unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan
kepada lembaga ilmu penget ahuan dan at au lembaga pendidikan dapat
www.djpp.depkumham.go.id
(2)
diberi izin oleh Ment eri Kesehat an unt uk membeli, menanam,
menyimpan unt uk memiliki at au unt uk persediaan, at aupun menguasai
t anaman Papaver, Koka dan Ganj a.
Lembaga yang menanam Papaver, Koka dan Ganj a waj ib membuat
laporan t ent ang l uas t anaman, hasil t anaman dan sebagainya yang akan
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal
b.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
Pe
(2)
Ment eri Kesehat an memberikan izin kepada apot ik unt uk
membeli, meracik, menyediakan, memiliki at au menyimpan unt uk
persediaan, menguasai, menj ual, menyal urkan. menyerahkan,
mengirimkan dan membawa at au mengangkut narkot ika unt uk
kepent ingan pengobat an;
Ment eri Kesehat an memberikan izin kepada dokt er unt uk
membeli, menyediakan, memiliki at au menyimpan unt uk
persediaan, menguasai, menyalurkan, menyerahkan, mengirim,
membawa at au mengangkut dan menggunakan narkot ika unt uk
kepent ingan pengobat an.
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada pabrik f armasi
t ert ent u unt uk membeli, menyediakan, memiliki at au menyimpan
unt uk persediaan, menguasai, memproduksi, mengolah, merakit ,
menj ual, menyalurkan, menyerahkan, mengirim dan membawa
at au mengangkut narkot ika unt uk kepent ingan pengobat an at au
t uj uan ilmu penget ahuan;
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada pedagang
besar f armasi t ert ent u unt uk membeli, menyediakan, memiliki
at au menyimpan unt uk persediaan, menguasai, menj ual,
menyalurkan, menyerahkan, mengirim dan membawa at au
mengangkut narkot ika unt uk kepent ingan pengobat an dan
membawa at au mengangkut narkot ika unt uk kepent ingan
pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada rumah sakit
unt uk membeli, menyediakan, memiliki at au menyimpan unt uk
persediaan, menguasai, menyerahkan, mengirim, membawa at au
Mengangkut dan menggunakan narkot ika unt uk kepent ingan
pengobat an;
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada lembaga ilmu
penget ahuan dan lembaga pendidikan unt uk membeli dari
pedagang besar f armasi, menyediakan, memiliki at au menyimpan
unt uk persediaan, menguasai dan menggunakan narkot ika unt uk
t uj uan ilmu penget ahuan;
lzin khusus selain yang t ersebut dalam pasal ini diat ur dalam
perat uran perundang-undangan t ersendiri.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
a.
b.
c.
d.
e.
di
tje
n
(1)
5
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 6
(1)
(2)
Apot ik, pabrik f armasi, pedagang besar f armasi dapat membeli narkot ika
dari import ir pedagang besar f armasi t ersebut dalam Pasal 9.
Ket ent uan-ket ent uan t ent ang persyarat an yang harus dipenuhi oleh
apot ik, pabrik f armasi, lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga
pendidikan dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 7
(1)
(2)
Yang dapat menyalurkan narkot ika kepada pihak-pihak yang dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) hanyalah apot ik.
Apot ik dilarang mengulangi menyerahkan narkot ika at as dasar resep yang
sama dari seorang dokt er at au at as dasar salinan resep dokt er.
Pasal 8
ra
tu
ra
n
Pe
(2)
Narkot ika dapat dipergunakan unt uk pengobat an penyakit hanya
berdasarkan resep dokt er.
Ket ent uan-ket ent uan persyarat an yang harus dipenuhi oleh penderit a
penyakit yang memerlukan narkot ika sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
di
tje
n
Pe
Pasal 9
Unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan, narkot ika
hanya dapat diimpor ke Indonesia oleh sat u import ir pedagang besar f armasi
set elah memperoleh keput usan Ment eri Kesehat an dan mendapat izin impor
dari Ment eri Perdagangan.
Pasal 10
(1)
Mengimpor narkot ika yang dimaksud dalam Pasal 9 at au ment ransit o
narkot ika harus disert ai sert if ikat impor yang dikeluarkan oleh Ment eri
Kesehat an.
(2)
Sert if ikat impor dapat diberikan, set elah dit erima permohonan t ert ulis
yang dilengkapi dengan ket erangan-ket erangan yang diperlukan.
(3)
Kepada inst ansi Bea dan Cukai yang bersangkut an dan kepada
Pemerint ah negara yang mengekspor diserahkan masing-masing sat u
eksemplar t embusan sert if ikat impor.
Pasal 11
www.djpp.depkumham.go.id
Impor at au t ransit o yang dimaksud dalam Pasal 10 harus disert ai sert if ikat
ekspor at au salinannya yang sah yang dikeluarkan oleh at au at as nama
Pemerint ah negara yang mengekspor.
Pasal 12
(1)
Set elah narkot ika t iba dan dit erima, import ir yang bersangkut an waj ib
melaporkannya kepada Ment eri Kesehat an.
(2)
Ment eri Kesehat an at au pej abat yang dit unj uknya memberikan cat at an
sebagai t anda pengesahan di bagian belakang dari sert if ikat ekspor at au
salinannya yang sah t ent ang nama, j enis at au sif at dan j umlah at au
berat narkot ika yang benar-benar diimpor menurut kenyat aan.
Pasal 13
Set elah t erlaksananya impor, maka sert if ikat ekspor yang t elah diberi
cat at an sepert i dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), oleh Ment eri
Kesehat an dikirim kepada Pemerint ah negara yang mengekspor.
(2)
Ment eri Kesehat an memberit ahukan kepada Pemerint ah negara yang
mengekspor, apabila sert if ikat impor t elah daluwarsa dengan dilampiri
dokumen-dokumen yang bersangkut an.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
Pasal 14
Ekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah.
Pasal 15
Impor Narkot ika dan ekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika dilakukan
melalui pelabuhan int ernasional at au melalui perlabuhan int ernasional at au
melalui pelabuhan lain dengan izin khusus dari Ment eri Kesehat an.
Pasal 16
Narkot ika yang ada pada apot ik, pedagang besar f armasi, pabrik f armasi,
rumah sakit , persediaan para dokt er, lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, harus disimpan sesuai dengan
ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an.
Pasal
17
www.djpp.depkumham.go.id
Ment eri Kesehat an berkewaj iban t iap t ahun t akwim menyusun rencana
kebut uhan narkot ika unt uk t uj uan pengobat an dan at au ilmu penget ahuan.
Pasal 18
Import ir yang dimaksud dalam Pasal 9 berkewaj iban unt uk menyusun dan
mengirimkan laporan bulanan kepada Ment eri Kesehat an mengenai
pemasukan dan pengeluaran narkot ika yang ada dalam penguasaannya,
dengan t embusan kepada Ment eri Perdagangan.
(2)
Pabrik f armasi, pedagang besar f armasi, apot ik, rumah sakit , lembaga
ilmu penget ahuan dan lembaga pendidikan yang dimaksud dalam Pasal 5,
berkewaj iban unt uk menyusun dan mengirimkan laporan bulanan kepada
Ment eri Kesehat an mengenai pemasukan dan pengeluaran narkot ika yang
ada dalam penguasaannya. ,
(3)
Jika dianggap perlu, dokt er dapat diwaj ibkan unt uk menyusun dan
mengirimkan laporan kepada Ment eri Kesehat an mengenai pemasukan
dan penggunaan narkot ika yang ada dalam penguasaannya,
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 19
di
tje
n
Pe
Bent uk dan isi laporan dimaksud dalam Pasal 18 dibuat sesuai dengan
ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri-Kesehat an.
BAB III
PENGANGKUTAN NARKOTIKA
Pasal 20
(1)
Pemilik at au pemuat narkot ika waj ib memberit ahukan kepada nakhoda,
kapt en penerbang at au pengemudi t ent ang j enis dan j umlah narkot ika
yang akan diangkut unt uk diimpor at au diekspor maupun dit ransit o.
(2)
Sebelum mengangkut narkot ika para nakhoda, kapt en penerbang at au
pengemudi waj ib memint a dari pemilik at au pemuat narkot ika-sert if ikat
impor at au sert if ikat ekspor.
Pasal 21
(1)
Pengangkut an narkot ika di dalam negeri melalui udara, air, at au darat ,
selain harus sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan khusus yang dit et apkan
oleh Ment eri Kesehat an, j uga harus memenuhi ket ent uan-ket ent uan
www.djpp.depkumham.go.id
umum yang berlaku bagi pengangkut an melalui udara, air at au darat .
Muat an narkot ika harus disimpan pada kesempat an pert ama di dalam
pet i besi (kluis) at au t empat lain di dalam kapal dengan disegel
bersama-sama oleh nakhoda dan pemilik at au pemuat nya.
(3)
Nakhoda membuat suat u berit a acara t ent ang adanya muat an narkot ika
yang diangkut nya
(4)
Jika sebuah kapal mempunyai narkot ika sebagai muat an dan at au
sebagai persediaan dalam apot ik kapal, nakhoda berkewaj iban unt uk
segera set elah t iba di suat u pelabuhan melaporkan hal ini kepada dinas
kesehat an set empat .
(5)
Pembongkaran muat an narkot ika dilakukan dalam kesempat an pert ama
oleh nakhoda dengan disaksikan oleh pej abat Bea dan Cukai.
(6)
Nakhoda yang menget ahui adanya narkot ika di dalam kapal secara t anpa
hak, waj ib membuat berit a acara, melakukan t indakan-t indakan
pengamanan dan pada kesempat an pert ama kapal singgah di pelabuhan
segera melaporkan dan menyerahkan persoalan t ersebut kepada yang
berwaj ib.
(7)
Ket ent uan lain yang berhubungan dengan pengangkut an narkot ika diat ur
lebih lanj ut oleh Ment eri Kesehat an.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(2)
Pasal 22
Ket ent uan-ket ent uan t ersebut dalam Pasal 21 ayat (2) sampai dengan ayat (7)
berlaku pula bagi kapt en penerbang unt uk pengangkut an di udara dan bagi
pengemudi unt uk pengangkut an di darat .
BAB IV
PERBUATAN-PERBUATAN YANG DILARANG
Pasal 23
(1)
Dilarang secara t anpa hak menanam at au memelihara, mempunyai dalam
persediaan, memiliki, menyimpan at au menguasai t anaman Papaver,
t anaman Koka at au t anaman Ganj a.
(2)
Dilarang secara t anpa hak memproduksi, mengolah, mengekst raksi,
mengkonversi, meracik at au menyediakan narkot ika.
www.djpp.depkumham.go.id
(3)
Dilarang secara t anpa hak memiliki, menyimpan unt uk memiliki at au
unt uk persediaan at au menguasai narkot ika.
(4)
Dilarang secara t anpa hak membawa, mengirim, mengangkut at au
ment ransit o narkot ika.
(5)
Dilarang secara t anpa hak mengimpor, mengekspor, menawarkan unt uk
dij ual, menyalurkan, menj ual, membeli, menyerahkan, menerima,
menj adi perant ara dalam j ual beli at au menukar narkot ika.
(6)
Dilarang secara t anpa hak menggunakan narkot ika t erhadap orang lain
at au memberikan narkot ika unt uk digunakan orang lain.
(7)
Dilarang secara t anpa hak menggunakan narkot ika bagi dirinya sendiri.
Pasal 24
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Penggunaan dan pemberian narkot ika oleh dokt er, kecuali unt uk pengobat an
dilarang.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
BAB V
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN DAN PEMERIKSAAN
DI DEPAN PENGADILAN
Pasal 25
(1)
Perkara narkot ika t ermasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain
unt uk diaj ukan ke Pengadilan guna mendapat kan pemeriksaan dan
penyelesaian dalam wakt u yang sesingkat -singkat nya.
(2)
Penyidikan, penunt ut an dan pemeriksaan di depan Pengadilan t erhadap
t indak pidana yang menyangkut narkot ika dil akukan menurut ket ent uanket ent uan yang berlaku, sekedar t idak dit ent ukan lain dalam Undangundang ini.
Pasal 26
Penyidik berhak unt uk membuka dan memeriksa set iap barang kiriman melalui
pos dan alat -alat perhubungan lainnya, yang dicurigai mempunyai hubungan
dengan perkara-perkara yang menyangkut narkot ika yang sedang dalam
penyidikan.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 27
Narkot ika yang didapat i dalam penyidikan at au cont ohnya diperiksa di
laborat orium pemeriksaan yang dit unj uk oleh Ment eri Kesehat an.
Pasal 28
Di depan Pengadilan saksi dan orang lain yang bersangkut an dengan perkara
yang sedang dalam pemeriksaan, dilarang menyebut nama at au alamat at au
hal-hal yang memberikan kemungkinan dapat diket ahuinya ident it as pelapor.
Pasal 29
Narkot ika dan alat yang digunakan di dalam kej ahat an yang menyangkut
narkot ika sert a hasilnya dapat dinyat akan dirampas unt uk negara.
(2)
Perampasan narkot ika dan alat yang digunakan sert a hasilnya yang bukan
kepunyaan sit erdakwa t idak dilakukan apabila hak-hak pihak ket iga yang
berikt ikad baik akan t erganggu.
(3)
Jika dalam keput usan perampasan narkot ika dan alat yang digunakan
dalam kej ahat an t ermasuk milik pihak ket iga yang berikt ikad baik,
pemilik dapat mengaj ukan kepada Pengadilan yang bersangkut an
keberat an t erhadap perampasan t ersebut , dalam j angka wakt u 3 (t iga)
bulan set elah pengumuman keput usan Hakim.
(4)
Narkot ika yang dinyat akan dirampas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) menj adi milik negara, dan met al cara yang dit et apkan oleh Ment eri
Kesehat an dan Jaksa Agung digunakan unt uk keperluan negara at au
segera dimusnahkan.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
Pasal 30
Selain kepada penyidik umum yang mempunyai wewenang dalam penyidikan
berdasarkan ket ent uan hukum yang berl aku, kepada pej abat kesehat an
t ert ent u dapat diberi wewenang penyidikan t erbat as.
BAB VI
GANJARAN (PREMI)
Pasal 31
Kepada mereka yang t elah berj asa dalam mengungkapkan kej ahat an yang
menyangkut narkot ika, diberi ganj aran yang akan diat ur dengan Perat uran
www.djpp.depkumham.go.id
Pemerint ah.
BAB VII
PENGOBATAN DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DAN USAHA PENANGGULANGANNYA
Pasal 32
Orang t ua at au Wali dari seorang pecandu narkot ika yang belum cukup
umur waj ib melaporkan pecandu t ersebut kepada pej abat yang dit unj uk
oleh Ment eri Kesehat an dan waj ib membawanya ke rumah sakit at au
kepada dokt er yang t erdekat unt uk mendapat kan pengobat an dan
perawat an yang diperlukan.
(2)
Pecandu narkot ika yang t elah cukup umur waj ib melaporkan diri kepada
pej abat yang dit unj uk oleh Ment eri Kesehat an.
(3)
Syarat -syarat unt uk melaksanakan ket ent uan t ersebut dalam ayat (1)
dan ayat (2) dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
Pasal 33
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Hakim dalam memut us perkara pidana yang dimaksud dalam Pasal 36 ayat (7)
dapat memerint ahkan yang bersalah unt uk menj alani pengobat an dan
perawat an at as biaya sendiri.
Pasal 34
(1)
Pengobat an dan perawat an pecandu narkot ika sert a rehabilit asi bekas
pecandu narkot ika dilakukan pada lembaga rehabilit asi.
(2)
Pembent ukan, susunan, t ugas dan wewenang lembaga rehabilit asi yang
t ersebut dalam ayat (1), t ermasuk pendirian cabang-cabangnya di
t empat -t empat yang diperlukan, dit et apkan dengan Keput usan Presiden.
(3)
Dalam menyelenggarakan rehabilit asi diikut sert akan sebanyak mungkin
lembaga-lembaga dalam masyarakat yang berhubungan dengan masalah
it u, baik milik Pemerint ah maupun swast a.
Pasal 35
Guna menanggulangi penyalahgunaan narkot ika Pemerint ah dapat mengadakan
kerj asama bilat eral at au mult ilat eral dengan negara lain at au badan
int ernasional yang menangani masalah ini.
www.djpp.depkumham.go.id
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 36
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (1) :
a.
b.
(2)
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 6 (enam) t ahun
dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut t anaman Koka
at au t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-l amanya 10 (sepuluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 15. 000. 000. - (limabelas
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut t anaman
Papaver.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (2) :
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 12 (dua belas)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 20. 000. 000, - (dua puluh
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka
at au t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika
lainnya.
di
tje
n
Pe
b.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
(3)
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (3) :
a.
b.
(4)
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 6 (enam) t ahun
dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au
t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-sel amanya 10 (sepuluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 15. 000. 000, - (lima belas
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika
lainnya.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (4) :
a.
dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan denda set inggit ingginya Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah) apabila
www.djpp.depkumham.go.id
b.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (5) :
a.
b.
(6)
dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan denda set inggit ingginya Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah) apabila
perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au t anaman, Ganj a;
dipidana dengan pidana mat i at au pidana penj ara seumur hidup
at au pidana penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan
denda set inggi-t ingginya Rp. 50. 000. 000, - (lima puluh j ut a rupiah)
apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika lainnya.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (6) :
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 6 (enam) t ahun
dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au
t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-l amanya 10 (sepuluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 15. 000. 000, - (lima belas
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika
lainnya.
di
tje
n
Pe
b.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(5)
perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana mat i at au pidana penj ara seumur hidup
at au pidara penj ara sel ama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan
denda set inggi-t ingginya Rp. 50. 000. 000, - (Iima puluh j ut a rupiah)
apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika lainnya.
(7)
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (7) :
a.
b.
(8)
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 2 (dua) t ahun
apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au t anaman
Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 3 (t iga) t ahun
apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika lainnya.
Barang siapa karena kelalaian menyebabkan dilanggarnya ket ent uan
t ersebut dalam Pasal 23 ayat (1) diat as t anah at au t empat miliknya at au
yang dikuasainya, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1
(sat u) t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a
rupiah).
Pasal 37
www.djpp.depkumham.go.id
Percobaan unt uk melakukan t indak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat
(1) sampai dengan ayat (7) dipidana dengan pidana penj ara yang sama dengan
pidana penj ara bagi t indak pidananya.
Pasal 38
Membuj uk anak yang bel um cukup umur unt uk melakukan t indak pidana
sebagaimana t ersebut dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan ayat (7) diancam
dengan pidana sebagaimana t ersebut dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan
ayat (7) dit ambah dengan sepert iganya, dengan ket ent uan selama-lamanya 20
(dua puluh) t ahun.
Pasal 39
Pidana penj ara yang dit ent ukan dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan
ayat (7) dapat dit ambah dengan sepert iga, j ika t erpidana ket ika
melakukan kej ahat an, belum lewat 2 (dua) t ahun, sej ak menj alani unt uk
seluruhnya at au sebagian pidana penj ara yang dij at uhkan padanya.
(2)
Dalam hal pengulangan kej ahat an yang dimaksud dalam ayat (1) diancam
dengan pidana denda, maka pidana denda t ersebut dikalikan dua.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 40
di
tje
n
Pe
Dokt er yang dengan sengaj a melanggar Pasal 24 dipidana dengan pidana
penj ara selama-lamanya 12 (dua belas) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp.
20. 000. 000, - (dua puluh j ut a rupiah).
Pasal 41
Import ir yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, (sat u j ut a rupiah)'
Pasal 42
(1)
Pabrik f armasi, pedagang besar f armasi, apot ik, rumah sakit , dokt er,
lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga pendidikan yang t idak
melaksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2),
ayat (3) dan Pasal 19, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya
1 (sat u) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a
rupiah).
www.djpp.depkumham.go.id
2)
Lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga pendidikan yang menanam
t anaman Papaver, Koka dan Garij a yang t idak melaksanakan kewaj iban
membuat laporan yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), dipidana
dengan pidana kuningan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan denda
set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, (sat u j ut a rupiah).
Pasal 43
Nakhoda, kapt en penerbang at au pengemudi yang t idak melaksanakan
kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), Pasal 21 ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan Pasal 22, dipidana dengan
pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan at au denda set inggit ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 44
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Terhadap pelanggaran ket ent uan-ket ent uan sebagaimana yang diat ur dalam
Pasal-pasal 40, 41, 42 dan 43 dapat dikenakan pidana t ambahan yang berupa
pencabut an hak sepert i diat ur dalam Pasal 35 Kit ab Undang-undang Hukum
Pidana ayat (1) ke 1 dan ke 6.
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 45
di
tje
n
Pe
Barang siapa dengan sengaj a menghalangi at au mempersulit penyidikan,
penunt ut an dan pemeriksaan di depan Pengadilan perkara t indak pidana yang
menyangkut narkot ika, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 5
(lima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000. - (sepuluh j ut a
rupiah).
Pasal 46
Set iap saksi yang dengan sengaj a t idak memberikan ket erangan at au memberi
ket erangan yang t idak benar kepada penyidik dalam t indak pidana yang
menyangkut narkot ika, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 5
(lima) t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah).
Pasal 47
Saksi dan orang lain yang bersangkut an dengan perkara yang sedang dalam
pemeriksaan di depan Pengadilan yang t idak memenuhi ket ent uan t ersebut
dalam Pasal 28 dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u)
t ahun.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 48
Barang siapa yang menget ahui t ent ang adanya narkot ika yang t idak sah dan
t idak melaporkan kepada pihak yang berwaj ib dipidana dengan pidana
kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp.
1. 000. 000, (sat u j ut a rupiah).
Pasal 49
Jika suat u t indak pidana mengenai narkot ika dilakukan oleh at au at as nama
suat u badan hukum, suat u perseroan, suat u perserikat an orang yang lainnya
at au suat u yayasan, maka t unt ut an pidana dilakukan dan hukuman pidana sert a
t indakan t at a t ert ib dij at uhkan, baik t erhadap badan hukum, perseroan,
perserikat an at au yayasan it u, maupun t erhadap mereka yang memberi
perint ah melakukan t indak pidana narkot ika it u at au yang bert indak sebagai
pemimpin at au penanggungj awab dalam perbuat an at au kelalaian it u, at aupun
t erhadap kedua-duanya.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 50
ra
tu
ra
n
Pe
Semua perbuat an yang diancam dengan pidana t ersebut dalam Bab VIII Undangundang ini adalah kej ahat an, kecuali yang t ersebut dalam Pasal 47 adalah
pelanggaran.
di
tje
n
Pe
Pasal
51
(1)
Terhadap warganegara asing yang melakukan t indak pidana yang
menyangkut narkot ika dan t elah menj al ani pidananya sebagaimana
diat ur dalam Undang-undang ini, dilakukan pengusiran keluar wilayah
Indonesia.
(2)
Warganegara asing yang pernah melakukan t indak pidana yang
menyangkut narkot ika, baik di wilayah Indonesia maupun di luar negeri,
dilarang memasuki wilayah Indonesia.
Pasal 52
Dalam Perat uran Pemerint ah sebagai pelaksanaan Undang-undang ini dapat
dicant umkan ancaman pidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 1 (sat u)
t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 53
Unt uk t indak pidana yang t idak diat ur di dalam Undang-undang ini diperlakukan
www.djpp.depkumham.go.id
ket ent uan dalam Kit ab Undang-undang
perundang-undangan yang berlaku.
Hukum
Pidana
at au
perat uran
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
Selama perat uran perundang-undangan unt uk melaksanakan ket ent uan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka perat uran dalam bidang narkot ika
yang ada pada wakt u Undang-undang ini mulai berlaku, t et ap berlaku
sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 55
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 26 Juli 1976
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 26 Juli 1976
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
SUDHARMONO, SH.
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1976
TENTANG
NARKOTIKA
UMUM
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Perat uran perundang-undangan yang mengat ur t ent ang narkot ika sebelum
Undang-undang ini berlaku, ialah Verdoovende Middelen Ordonnant ie
(St aat sblad 1927 No. 278 j o No. 536) yang t elah diubah dan dit ambah, besert a
perat uran pelaksanaannya yang dikeluarkan oleh Ment eri Kesehat an.
Ket ent uan-ket ent uan di dalam perat uran perundang-undangan t ersebut ,
berhubung dengan perkembangan lalu-lint as dan adanya alat -alat perhubungan
dan
pengangkut an
modern
yang
menyebabkan
cepat nya
penyebaran/ pemasukan narkot ika ke Indonesia, dit ambah pula dengan
kemaj uan-kemaj uan yang dicapai dalam bidang pembuat an obat -obat an,
t ernyat a t idak cukup memadai unt uk dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Perat uran
perundang-undangan
t ersebut
t idak
lagi
sesuai
dengan
perkembangan zaman karena yang diat ur didalamnya hanyalah mengenai
perdagangan dan penggunaan narkot ika, yang di dalam perat uran it u dikenal
dengan ist ilah Verdoovende Middelen at au obat bius, sedangkan t ent ang
pemberian pelayanan kesehat an unt uk usaha penyembuhan pecandunya t idak
diat ur.
Narkot ika merupakan salah sat u obat yang diperlukan dalam dunia pengobat an,
demikian j uga dalam bidang penelit ian unt uk t uj uan pendidikan,
pengembangan ilmu dan penerapannya. Meskipun ada bahayanya, namun masih
dapat dibenarkan penggunaan narkot ika unt uk kepent ingan pengobat an dan
at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Dengan demikian, unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu
penget ahuan, maka dalam Undang-undang ini dibuka kemungkinan unt uk
mengimpor narkot ika, mengekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika,
menanam, memelihara Papaver, Koka dari Ganj a.
Disamping manf aat nya t ersebut , narkot ika apabila disalah gunakan at au salah
pemakaiannya, dapat menimbulkan akibat sampingan yang sangat merugikan
bagi perorangan sert a menimbulkan bahaya bagi kehidupan sert a nilai-nilai
kebudayaan. Karena it u penggunaan narkot ika hanya dibat asi unt uk
kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Penyalahgunaan pemakaian narkot ika dapat berakibat j auh dan f at al sert a
menyebabkan yang bersangkut an menj adi t ergant ung pada narkot ika unt uk
kemudian berusaha agar senant iasa memperoleh narkot ika it u dengan segala
cara, t anpa mengindahkan norma-norma sosial, agama maupun hukum yang
berlaku.
www.djpp.depkumham.go.id
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Dalam pada it u t idak must ahil, kalau penyalahgunaan narkot ika adalah
merupakan salah sat u sarana dalam rangka kegiat an subversi.
Di dalam Undang-undang ini diat ur pelbagai masalah yang berhubungan dengan
narkot ika, meliput i pengat uran mengenai :
1.
Ket ent uan t ent ang pengert ian dan j enis narkot ika.
2.
Ket ent uan t ent ang kegiat an yang menyangkut narkot ika sepert i:
penanaman,
peracikan,
produksi,
perdagangan,
lalu-lint as,
pengangkut an sert a penggunaan narkot ika.
3.
Ket ent uan t ent ang waj ib lapor bagi orang at au badan yang melakukan
kegiat an-kegiat an sebagai t ersebut dalam angka 2.
4.
Ket ent uan yang mengat ur mengenai penyidikan, penunt ut an dan
pemeriksaan di depan Pengadilan dari perkara yang berhubungan dengan
narkot ika yang karena kekhususannya dan unt uk mempercepat prosedur
dan mempermudah penyidikan, penunt ut an dan pemeriksaan di depan
Pengadilan, memerlukan penyimpangan dari ket ent uan hukum yang
berlaku.
Meskipun diadakan penyimpangan dan pengat uran khusus, t idak berart i
bahwa hak azasi t ersangka/ t erdakwa t idak dij amin at au dilindungi,
bahkan diusahakan sedemikian rupa, sehingga penyimpangan dan
pengat uran khusus it u t idak merupakan penghapusan seluruh hak azasi
t ersangka/ t erdakwa, melainkan hanya pengurangan yang t erpaksa
dilakukan demi menyelamat kan bangsa dan negara dari bahaya yang
dit imbulkan karena penyalahgunaan narkot ika.
Ket ent uan t ersebut ant ara lain ialah, bahwa dalam pemeriksaan di
depan Pengadilan, saksi at au orang lain yang bersangkut an dengan
perkara yang sedang dalam pemeriksaan dilarang dengan sengaj a
menyebut nama, alamat at au hal lain yang memberi kemungkinan dapat
diket ahui ident it as pelapor (Pasal 28).
5.
Ket ent uan yang mengat ur t ent ang pemberian ganj aran (premi).
6.
Ket ent uan t ent ang pengobat an dan rehabilit asi pecandu narkot ika.
7.
Ket ent uan lain yang berhubungan dengan kerj asama int ernasional dalam
penanggulangan masalah yang dit imbulkan ol eh narkot ika.
Guna memberikan ef ek prevent if yang lebih t inggi t erhadap dilakukannya
t indak pidana t ersebut , demikian pula unt uk memberikan keleluasaan kepada
alat penegak hukum dalam menangani perkara t indak pidana t ersebut secara
ef ekt if , maka dit ent ukan ancaman hukuman yang diperberat bagi pelaku t indak
pidana, lebih-lebih dalam hal perbuat an t ersebut dilakukan t erhadap at au
dit uj ukan kepada anak-anak dibawah umur.
Karena Indonesia merupakan negara pesert a dari Konvensi Tunggal Narkot ika
1961, besert a Prot okol yang Mengubahnya, maka ket ent uan-ket ent uan dalam
Undang-undang ini t elah pula disesuaikan dengan hal-hal yang diat ur di dalam
Konvensi t ersebut .
www.djpp.depkumham.go.id
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Dalam pasal ini dimuat pengert ian dan ist ilah-ist ilah t eknis yang
digunakan dalam Undang-undang ini, ant ara lain mengenai t anamant anaman dari zat -zat yang t ermasuk ke dalam pengert ian narkot ika.
Bahan-bahan dan sediaan-sediaan sert a campuran-campurannya t ersebut
dapat diubah at au dit ambah oleh Ment eri Kesehat an disesuaikan dengan
perkembangan t eknologi dan ilmu penget ahuan di bidang obat -obat an.
Pasal ini memungkinkan Ment eri Kesehat an menet apkan bahan-bahan
yang dapat dipakai sebagai penggant i narkot ika, baik yang berasal dari
t anaman maupun yang dibuat secara sint et is sebagai narkot ika.
Pengangkut an yang dimaksud dalam Nomor 23 dan 24, t ermasuk
membawa, menyimpan dan menyediakan.
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 2
Yang dimaksud dengan alat -alat yang dapat dipergunakan unt uk
penyalahgunaan narkot ika adalah alat -alat pemadat an, alat sunt ik dan
alat -alat lainnya yang dipergunakan dengan berbagai cara unt uk
memasukkan narkot ika ke dalam t ubuh manusia.
di
tje
n
Pe
Pasal 3
Dalam rangka mencegah dan melindungi bahaya-bahaya yang dapat
dit imbulkan oleh akibat buruk yang sangat merugikan bagi perorangan
dan merupakan bahaya bagi perikehidupan manusia dan kehidupan
negara, Pemerint ah perlu diberi wewenang unt uk menet apkan berbagai
narkot ika t ert ent u sebagai narkot ika yang dilarang digunakan dalam
pengobat an dan ilmu penget ahuan, sepert i Diaset il Morf ina (Heroina)
dan lain-lain.
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5
Pemberian izin khusus ini dimaksudkan unt uk memperket at pengawasan
t erhadap peredaran dan penggunaan narkot ika. Apot ik dan dokt er yang
karena pekerj aannya dapat dianggap harus diperkenankan menerima,
menyimpan dan menyerahkan narkot ika unt uk keperluan pengobat an
t idak memerlukan izin khusus melainkan izin biasa.
Izin bagi dokt er t idak merupakan izin t ersendiri melainkan merupakan
bagian dari izin melakukan pekerj aan dokt er (act e van t oelat ing). Hal ini
berlaku bagi dokt er-dokt er yang belum memiliki izin pada wakt u mulai
www.djpp.depkumham.go.id
berlakunya Undang-undang ini. Dokt er yang t elah mempunyai izin
t ersebut diat as pada wakt u berlakunya Undang-undang ini dianggap
t elah mempunyai izin yang dimaksudkan dalam Pasal 5 ayat (1) sub b dan
t unduk pada ket ent uan-ket ent uan bagi dokt er sebagai-mana diat ur
dalam Undang-undang ini.
Yang dimaksud rumah sakit dalam pasal ini meliput i unit -unit kesehat an
lainnya.
Pasal 6
Cukup j elas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Ayat (2)
Maksudnya unt uk menj amin pengawasan yang ket at agar resep dokt er
t idak disalahgunakan.
Pasal 8
Cukup j elas.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 9
Unt uk mengimpor narkot ika secara khusus diperlukan izin impor dari
Ment eri Perdagangan set elah memperoleh keput usan Ment eri Kesehat an,
karena Ment eri Kesehat an menget ahui kebut uhan nasional akan
narkot ika.
Mengingat pent ingnya impor narkot ika dan unt uk penget at an maka
keput usan hanya dapat dilakukan oleh Ment eri Kesehat an sendiri.
Pasal 10
Cukup j elas.
Pasal 11
Cukup j elas.
Pasal 12
Set elah import ir menerima pengiriman narkot ika, ia harus segera
memeriksa apakah j enis, mut u dan j umlah at au bobot narkot ika yang
dit erimanya t elah sesuai dengan yang t ersebut dalam sert if ikat ekspor.
Pasal 13
Cukup j elas.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 14
Yang dapat diekspor hanyalah obat -obat an yang mengandung narkot ika.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan pelabuhan int ernasional dalam pasal ini adalah
pelabuhan laut dan pelabuhan udara int ernasional.
Pasal 16
Maksud pasal ini ialah unt uk mengamankan narkot ika agar t idak dengan
mudah digunakan oleh orang yang t idak berhak.
Pasal 17
Cukup j elas.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 18
Maksud adanya kewaj iban unt uk menyusun dan mengirim laporan adalah
agar Ment eri Kesehat an set iap wakt u dapat menget ahui t ent ang
persediaan narkot ika yang t erdapat pada import ir dan pedagang besar
f armasi.
Laporan t ersebut berupa daf t ar cat at an yang disusun secara t erperinci.
Agar dapat dicegah penyalahgunaan narkot ika, maka t embusan laporan
yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini selain disampaikan kepada
Ment eri Perdagangan disampaikan pula kepada Jaksa Agung dan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia.
Pasal 19
Bent uk dan isi laporan dit ent ukan oleh Ment eri Kesehat an agar t erdapat
keseragaman.
Pasal 20
Yang dapat diekspor hanyalah obat -obat an yang mengandung narkot ika.
Pasal 21 dan Pasal 22
Pasal ini berint ikan j aminan bahwa pengangkut baik di darat , di air
maupun di udara, bert anggungj awab dan waj ib menempuh prosedur
yang t elah dit ent ukan, demi pengamanan lalu-lint as narkot ika di
Indonesia.
Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24
Maksudnya unt uk mencegah penyalahgunaan pemakaian narkot ika dan
agar semat a-mat a diberikan hanya kepada penderit a yang memerlukan
www.djpp.depkumham.go.id
pengobat an dan at au unt uk keperluan pengobat an.
Pasal 25
Cukup j elas.
Pasal 26
Ket ent uan pasal ini mengat ur, bahwa hanya surat -surat dan kiriman
melalui dinas pos dan alat -alat perhubungan lainnya yang dicurigai at au
diduga keras berhubungan langsung dengan t indak pidana narkot ika
dapat dibuka unt uk diperiksa.
Pasal 27
Laborat orium pemeriksa adalah laborat orium Pemerint ah sepert i
Laborat orium Farmasi Nasional, Laborat orium kriminil dan lain-lain dan
narkot ika yang didapat i dalam penyelidikan disimpan dengan segel
dalam t empat t ert ent u dengan disaksikan oleh t ersangka.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 28
Pasal ini dimaksud unt uk memberikan perlindungan t erhadap pelapor,
ialah mereka yang memberikan ket erangan mengenai suat u t indak
pidana narkot ika, agar supaya pelapor t idak t akut -t akut akan diket ahui
nama
dan
alamat nya
yang
mungkin
akan
membahayakan
keselamat annya, apabila ia dikenal oleh umum.
Karena sangat diharapkan laporan-laporan t ent ang t indak pidana
narkot ika yang t elah dilakukan at au diduga t elah dilakukan, maka
perlulah diberikan perlindungan t erhadap para pelapor t ersebut yang
sungguh-sungguh akan membant u usaha pemeriksaan t indak pidana
narkot ika.
Supaya perlindungan ini dapat dij amin, maka saksi dan orang lain yang
bersangkut an dengan perkara yang sedang dalam pemeriksaan waj ib
merahasiakan nama, alamat at au hal -hal yang memungkinkan
diket ahuinya pelapor, baik dalam f ase pemeriksaan
pendahuluan
maupun di depan Pengadilan.
Pasal 29
Cukup j elas.
Pasal 30
Maksud dari pasal ini ialah memberikan wewenang penyidikan t erbat as,
karena keahliannya dapat membant u dalam memperlancar pemeriksaan.
Wewenang penyidikan yang diberikan kepada pej abat kesehat an meliput i
:
a.
Menyit a at au memerint ahkan penyerahan semua barang-barang
www.djpp.depkumham.go.id
yang bersangkut an dengan penyalahgunaan narkot ika.
b.
Mint a memperlihat kan semua dokumen-dokumen yang menurut
pandangan mereka diperlukan unt uk menj alankan t ugas dengan
baik.
c.
Memasuki semua t empat yang diperlukan unt uk menj alankan
t ugas dengan baik. Mereka yang menj alankan t ugas ini dapat
mint a bant uan pej abat -pej abat lain yang mempunyai wewenang.
Pasal 31
Pasal ini maksudnya unt uk memberikan gairah bagi berhasilnya
penyidikan t indak pidana narkot ika yang sangat t ert ut up dan pelik
masalahnya.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 32
Unt uk membant u Pemerint ah dalam menanggulangi masalah dan bahaya
narkot ika, dalam hal ini khusus pecandu narkot ika, maka diperlukan
pengikut sert aan masyarakat dan disamping it u orang t ua/ wali guna
meningkat kan pengawasan dan bimbingan t erhadap anak-anaknya.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 33
Hakim dalam memut us perkara pidana yang dimaksud dalam Pasal 36
ayat (7) dapat :
a.
Memerint ahkan yang bersalah it u dimasukkan dalam lembaga
rehabilit asi pecandu narkot ika dengan t idak memidananya, dan
at au
b.
memidana yang bersalah.
Pasal ini berdasarkan pikiran bahwa pecandu narkot ika it u selain orang
yang melanggar ket ent uan Pasal 23 ayat (7), j uga merupakan korban
penyalahgunaan narkot ika.
Pasal 34
Ol eh karena pengobat an dan rehabilit asi korban penyalahgunaan
narkot ika t idak hanya menj adi t ugas dan t anggungj awab Pemerint ah
akan t et api j uga merupakan t anggungj awab masyarakat pada umumnya
maka dipandang perlu adanya lembaga rehabilit asi t ersebut .
Pasal ini dimaksudkan unt uk lebih menj amin koordinasi di dalam usaha
pengawasan dan penanggulangan masalah penyalahgunaan narkot ika,
mengingat bahwa masalah ini menyangkut berbagai segi sosial dan
melibat kan berbagai inst ansi Pemerint ah dan Swast a secara f ungsionil.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 35
Cukup j elas.
Pasal 36
Cukup j elas.
Pasal 37
Menurut pasal ini percobaan melakukan t indak pidana narkot ika,
diancam dengan pidana yang sama dengan t indak pidananya, karena
dianggap bahwa percobaan it u sendiri sudah berbahaya.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 38
Pasal ini dimaksudkan unt uk lebih melindungi generasi muda yang akan
dat ang, mengingat bahwa kelompok masyarakat yang paling rawan
t erhadap bahaya penyalahgunaan narkot ika adalah anak-anak yang
belum cukup umur, maka orang yang
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1976
TENTANG
NARKOTIKA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Menimbang : a. bahwa narkot ika merupakan obat yang diperlukan dalam bidang
pengobat an dan ilmu penget ahuan;
b. bahwa sebaliknya, narkot ika dapat
pula menimbulkan
ket ergant ungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan
t anpa pembat asan dan pengawasan yang saksama;
c. bahwa pembuat an, penyimpanan, pengedaran dan penggunaan
narkot ika t anpa pembat asan dan pengawasan yang saksama dan
bert ent angan dengan perat uran yang berlaku merupakan
kej ahat an yang sangat merugikan perorangan dan masyarakat
dan merupakan bahaya besar bagi peri kehidupan manusia dan
kehidupan negara di bidang polit ik, keamanan, ekonomi, sosial ,
budaya, sert a ket ahanan nasional bangsa Indonesia yang sedang
membangun;
d. bahwa
unt uk mengat ur cara penyediaan dan penggunaan
narkot ika unt uk keperluan pengobat an dan at au ilmu
penget ahuan sert a unt uk mencegah dan menanggulangi bahayabahaya yang dapat dit imbulkan oleh akibat sampingan dari
penggunaan dan penyalahgunaan narkot ika, sert a rehabilit asi
t erhadap pecandu narkot ika perlu dit et apkan Undang-undang
t ent ang narkot ika yang baru, sebagai penggant i Verdoovende
Middelen Ordonnant ie(St bl. 1927 No. 278 Jo. No. 536) yang
t elah t idak sesuai lagi dengan kemaj uan t eknologi dan
perkembangan zaman;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945;
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 t ent ang Pokok-pokok
Kesehat an (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131,
www.djpp.depkumham.go.id
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);
3. Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1942);
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1961 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kepolisian (Lembaran Negara Tahun 1961
Nomor 245, Tambahan lembaran Negara Nomor 2289);
5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kej aksaan (Lembaran Negara Tahun 1961
Nomor 254, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2298);
6. Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1963 t ent ang Farmasi
(Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 81, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2580);
7. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1966 t ent ang Kesehat an Jiwa
(Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2805);
8. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2951);
9. Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1974 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kesej aht eraan Sosial (Lembaran Negara Tahun
1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3039);
10. Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1976 t ent ang Pengesahan
Konvensi Tunggal Narkot ika 1961, besert a Prot okol yang
mengubahnya (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3085)
Dengan perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
MEMUTUSKAN :
DENGAN MENCABUT VERDOOVENDE MIDDELEN ORDONNANTIE (STBL. 1927 NO.
278 JO NO. 536) SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DAN DITAMBAH.
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG NARKOTIKA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan :
www.djpp.depkumham.go.id
1.
2.
3.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
4.
Narkot ika adalah :
a.
bahan-bahan yang disebut pada angka 2 sampai dengan angka 13;
b.
garam-garam dan t urunan-t urunan dari Morf ina dan Kokaina;
c.
bahan lain, baik alamiah, sint et is maupun semi sint et is yang
belum disebut kan yang dapat dipakai sebagai penggant i Morf ina
at au Kokaina yang dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an sebagai
narkot ika, apabila penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat
ket ergant ungan yang menigikan sepert i Morf ina at au Kokaina;
d.
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
yang t ersebut dalam huruf a, b, dan c,
Tanaman Papaver adalah t anaman Papaver somnif erum L, t ermasuk bij i,
buah dan j eraminya.
Opium Ment ah adalah get ah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah
t anaman Papaver somnif erum L yang hanya mengalami pengolahan
sekedar unt uk pembungkusan dan pengangkut an t anpa memperhat ikan
kadar morf inanya.
Opium Masak adalah :
a.
Candu, yakni hasil yang diperoleh dari opium ment ah melalui
suat u rent et an pengolahan, khususnya dengan pelarut an,
pemanasan dan peragian, dengan at au t anpa penambahan bahanbahan lain, dengan maksud merobahnya. menj adi suat u ekst rak
yang cocok unt uk pemadat an;
b.
Jicing, yakni sisa-sisa dari candu set elah diisap, t anpa
memperhat ikan apakah candu it u dicampur dengan daun at au
bahan lain;
c.
Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan j icing.
Opium Obat adalah opium ment ah yang t elah mengalami pengolahan
sehingga sesuai unt uk pengobat an, baik dalam bent uk bubuk at au dalam
bent uk lain, at au dicampur dengan zat -zat net ral sesuai dengan syarat
f armakope.
Morf ina adalah alkaloida ut ama dari opium, dengan rumus kimia
C17H19NO3.
Tanaman Koka adalah t anaman dari semua genus Eryt hroxylon dari
keluarga Eryt hroxylaceae.
Daun Koka adalah daun yang belum at au sudah dikeringkan at au dalam
bent uk serbuk dari semua t anaman genus Eryt hroxylon dari keluarga
Eryt hroxylaceae, yang menghasilkan kokaina secara langsung at au
melalui perubahan kimia.
Kokaina Ment ah adalah semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun Koka
yang dapat diolah secara langsung unt uk mendapat kan Kokaina.
Kokaina adalah Met il est er 1-bensoil ekgonina dengan rumus kimia
C17H21NO4,
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ekgonina adalah 1-ekgonina dengan rumus ki mia C9H15NO3H20 dan est er
sert a t urunan-t urunannya yang dapat diubah menj adi Ekgonina dan
www.djpp.depkumham.go.id
13.
14.
15.
16.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
17.
Wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah darat an dan perairan Indonesia
besert a udara di at as wilayah darat an dan perairan Indonesia, inst al asi
di landas kont inen, demikian j uga kapal at au pesawat udara berbendera
Indonesia yang berada di Wilayah lain dan t empat -t empat yang menurut
ket ent uan yang berlaku t ermasuk wilayah Indonesia.
Impor, adalah memasukkan narkot ika ke dalam wilayah Indonesia,
t ermasuk memuat at au menyimpannya di dalam
pesawat udara at au
kapal berbendera Indonesia di l uar negeri yang akan at au sedang menuj u
Indonesia.
Ekspor adalah mengeluarkan obat -obat an yang mengandung narkot ika
dari wilayah Indonesia, t ermasuk memuat at au menyimpannya di dalam
pesawat udara at au kapal berbendera Indonesia yang akan at au sedang
meninggalkan Indonesia.
Sert if ikat Impor adalah ket erangan t ert ulis yang dikeluarkan oleh
Ment eri Kesehat an mengenai, nama, j enis at au sif at dan j umlah at au
berat narkot ika yang diset uj ui unt uk diimpor, nama dan alamat import ir
dan eksport ir, j angka wakt u pelaksanaan impor dan ket erangan bahwa
impor t ersebut hanya unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan
ilmu penget ahuan.
Sert if ikat Ekspor adalah ket erangan t ert ulis yang dikeluarkan oleh at au
at as nama pemerint ah negara pengekspor mengenai nama, j enis at au
sif at dan j umlah at au berat narkot ika yang diset uj ui unt uk diekspor,
nama dan alamat eksport ir dan import ir, j angka wakt u pelaksanaan
ekspor dan lain-lainnya.
Izin Impor adalah izin khusus yang dikeluarkan oleh Ment eri Perdagangan
set elah memperoleh Keput usan Ment eri Kesehat an unt uk mengimpor
narkot ika.
Izin Ekspor adalah izin khusus yang dikeluarkan oleh Ment eri
Perdagangan set elah memperoleh Keput usan Ment eri Kesehat an unt uk
mengekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika.
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan nasional yang berbadan
hukum yang memiliki izin usaha perdagangan besar dari Ment eri
Perdagangan dan memiliki izin khusus dari Ment eri Kesehat an.
Pabrik Farmasi adalah perusahaan nasional berbadan hukum yang
memproduksi, mengolah dan at au merakit narkot ika sert a memiliki izin
khusus dari Ment eri Kesehat an.
Transit o adalah pengangkut an narkot ika melalui dan singgah di
Indonesia, dengan at au t anpa pindahnya sarana pengangkut an, ant ara 2
ru
nd
an
gun
da
ng
an
12.
Kokaina.
Tanaman Ganj a adalah semua bagian dari semua t anaman genus
Cannabis, t ermasuk bij i dan buahnya.
Damar Ganj a adalah damar yang diambil dari t anaman Ganj a, t ermasuk
hasil pengolahannya, yang menggunakan damar sebagai bahan dasar.
www.djpp.depkumham.go.id
24.
25.
26.
27.
28.
29.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
30.
(dua) negara lain.
Alat Angkut an adalah set iap alat yang dapat mengangkut narkot ika baik
di darat , di air at au di udara.
Nakhoda adalah set iap pemimpin at au yang menggant ikannya dari suat u
kapal at au kendaraan air lainnya.
Kapt en Penerbang adalah set iap pemimpin at au yang menggant ikannya
dari suat u pesawat udara.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan alat pengangkut an di
darat .
Dokt er adalah dokt er umum, dokt er ahli, dokt er gigi dan dokt er hewan
yang berdasarkan perat uran yang berlaku mempunyai wewenang unt uk
menj alankan prakt ek pengobat an sesuai dengan bidang kedokt erannya.
Pecandu narkot ika adalah orang yang menggunakan narkot ika dan dalam
keadaan ket ergant ungan pada narkot ika, baik secara f isik maupun psikis
akibat penggunaan at au penyalahgunaan narkot ika.
Rehabilit asi adalah usaha memulihkan unt uk menj adikan pecandu
narkot ika hidup sehat j asmaniah dan at au rohaniah sehingga dapat
menyesuaikan
dan
meningkat kan
kembali
ket rampilannya,
penget ahuannya sert a kepandaiannya dalam lingkungan hidup.
Pasal 2
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Ment eri Kesehat an berwenang menet apkan :
i.
alat -alat penyalahgunaan narkot ika;
ii.
bahan-bahan yang dapat dipakai sebagai bahan dalam pembuat an
narkot ika;
sebagai barang dibawah pengawasan.
BAB II
NARKOTIKA UNTUK KEPENTINGAN PENGOBATAN
DAN ATAU TUJUAN ILMU PENGETAHUAN
Pasal 3
(1)
(2)
Narkot ika hanya digunakan unt uk kepent ingan pengobat an dan at au
t uj uan ilmu penget ahuan.
Ment eri Kesehat an berwenang menet apkan narkot ika t ert ent u yang
sangat berbahaya dilarang digunakan unt uk kepent ingan pengobat an dan
at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Pasal 4
(1)
Unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan
kepada lembaga ilmu penget ahuan dan at au lembaga pendidikan dapat
www.djpp.depkumham.go.id
(2)
diberi izin oleh Ment eri Kesehat an unt uk membeli, menanam,
menyimpan unt uk memiliki at au unt uk persediaan, at aupun menguasai
t anaman Papaver, Koka dan Ganj a.
Lembaga yang menanam Papaver, Koka dan Ganj a waj ib membuat
laporan t ent ang l uas t anaman, hasil t anaman dan sebagainya yang akan
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal
b.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
Pe
(2)
Ment eri Kesehat an memberikan izin kepada apot ik unt uk
membeli, meracik, menyediakan, memiliki at au menyimpan unt uk
persediaan, menguasai, menj ual, menyal urkan. menyerahkan,
mengirimkan dan membawa at au mengangkut narkot ika unt uk
kepent ingan pengobat an;
Ment eri Kesehat an memberikan izin kepada dokt er unt uk
membeli, menyediakan, memiliki at au menyimpan unt uk
persediaan, menguasai, menyalurkan, menyerahkan, mengirim,
membawa at au mengangkut dan menggunakan narkot ika unt uk
kepent ingan pengobat an.
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada pabrik f armasi
t ert ent u unt uk membeli, menyediakan, memiliki at au menyimpan
unt uk persediaan, menguasai, memproduksi, mengolah, merakit ,
menj ual, menyalurkan, menyerahkan, mengirim dan membawa
at au mengangkut narkot ika unt uk kepent ingan pengobat an at au
t uj uan ilmu penget ahuan;
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada pedagang
besar f armasi t ert ent u unt uk membeli, menyediakan, memiliki
at au menyimpan unt uk persediaan, menguasai, menj ual,
menyalurkan, menyerahkan, mengirim dan membawa at au
mengangkut narkot ika unt uk kepent ingan pengobat an dan
membawa at au mengangkut narkot ika unt uk kepent ingan
pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada rumah sakit
unt uk membeli, menyediakan, memiliki at au menyimpan unt uk
persediaan, menguasai, menyerahkan, mengirim, membawa at au
Mengangkut dan menggunakan narkot ika unt uk kepent ingan
pengobat an;
Ment eri Kesehat an memberikan izin khusus kepada lembaga ilmu
penget ahuan dan lembaga pendidikan unt uk membeli dari
pedagang besar f armasi, menyediakan, memiliki at au menyimpan
unt uk persediaan, menguasai dan menggunakan narkot ika unt uk
t uj uan ilmu penget ahuan;
lzin khusus selain yang t ersebut dalam pasal ini diat ur dalam
perat uran perundang-undangan t ersendiri.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
a.
b.
c.
d.
e.
di
tje
n
(1)
5
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 6
(1)
(2)
Apot ik, pabrik f armasi, pedagang besar f armasi dapat membeli narkot ika
dari import ir pedagang besar f armasi t ersebut dalam Pasal 9.
Ket ent uan-ket ent uan t ent ang persyarat an yang harus dipenuhi oleh
apot ik, pabrik f armasi, lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga
pendidikan dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 7
(1)
(2)
Yang dapat menyalurkan narkot ika kepada pihak-pihak yang dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) hanyalah apot ik.
Apot ik dilarang mengulangi menyerahkan narkot ika at as dasar resep yang
sama dari seorang dokt er at au at as dasar salinan resep dokt er.
Pasal 8
ra
tu
ra
n
Pe
(2)
Narkot ika dapat dipergunakan unt uk pengobat an penyakit hanya
berdasarkan resep dokt er.
Ket ent uan-ket ent uan persyarat an yang harus dipenuhi oleh penderit a
penyakit yang memerlukan narkot ika sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
di
tje
n
Pe
Pasal 9
Unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan, narkot ika
hanya dapat diimpor ke Indonesia oleh sat u import ir pedagang besar f armasi
set elah memperoleh keput usan Ment eri Kesehat an dan mendapat izin impor
dari Ment eri Perdagangan.
Pasal 10
(1)
Mengimpor narkot ika yang dimaksud dalam Pasal 9 at au ment ransit o
narkot ika harus disert ai sert if ikat impor yang dikeluarkan oleh Ment eri
Kesehat an.
(2)
Sert if ikat impor dapat diberikan, set elah dit erima permohonan t ert ulis
yang dilengkapi dengan ket erangan-ket erangan yang diperlukan.
(3)
Kepada inst ansi Bea dan Cukai yang bersangkut an dan kepada
Pemerint ah negara yang mengekspor diserahkan masing-masing sat u
eksemplar t embusan sert if ikat impor.
Pasal 11
www.djpp.depkumham.go.id
Impor at au t ransit o yang dimaksud dalam Pasal 10 harus disert ai sert if ikat
ekspor at au salinannya yang sah yang dikeluarkan oleh at au at as nama
Pemerint ah negara yang mengekspor.
Pasal 12
(1)
Set elah narkot ika t iba dan dit erima, import ir yang bersangkut an waj ib
melaporkannya kepada Ment eri Kesehat an.
(2)
Ment eri Kesehat an at au pej abat yang dit unj uknya memberikan cat at an
sebagai t anda pengesahan di bagian belakang dari sert if ikat ekspor at au
salinannya yang sah t ent ang nama, j enis at au sif at dan j umlah at au
berat narkot ika yang benar-benar diimpor menurut kenyat aan.
Pasal 13
Set elah t erlaksananya impor, maka sert if ikat ekspor yang t elah diberi
cat at an sepert i dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), oleh Ment eri
Kesehat an dikirim kepada Pemerint ah negara yang mengekspor.
(2)
Ment eri Kesehat an memberit ahukan kepada Pemerint ah negara yang
mengekspor, apabila sert if ikat impor t elah daluwarsa dengan dilampiri
dokumen-dokumen yang bersangkut an.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
Pasal 14
Ekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika diat ur dengan Perat uran
Pemerint ah.
Pasal 15
Impor Narkot ika dan ekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika dilakukan
melalui pelabuhan int ernasional at au melalui perlabuhan int ernasional at au
melalui pelabuhan lain dengan izin khusus dari Ment eri Kesehat an.
Pasal 16
Narkot ika yang ada pada apot ik, pedagang besar f armasi, pabrik f armasi,
rumah sakit , persediaan para dokt er, lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, harus disimpan sesuai dengan
ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an.
Pasal
17
www.djpp.depkumham.go.id
Ment eri Kesehat an berkewaj iban t iap t ahun t akwim menyusun rencana
kebut uhan narkot ika unt uk t uj uan pengobat an dan at au ilmu penget ahuan.
Pasal 18
Import ir yang dimaksud dalam Pasal 9 berkewaj iban unt uk menyusun dan
mengirimkan laporan bulanan kepada Ment eri Kesehat an mengenai
pemasukan dan pengeluaran narkot ika yang ada dalam penguasaannya,
dengan t embusan kepada Ment eri Perdagangan.
(2)
Pabrik f armasi, pedagang besar f armasi, apot ik, rumah sakit , lembaga
ilmu penget ahuan dan lembaga pendidikan yang dimaksud dalam Pasal 5,
berkewaj iban unt uk menyusun dan mengirimkan laporan bulanan kepada
Ment eri Kesehat an mengenai pemasukan dan pengeluaran narkot ika yang
ada dalam penguasaannya. ,
(3)
Jika dianggap perlu, dokt er dapat diwaj ibkan unt uk menyusun dan
mengirimkan laporan kepada Ment eri Kesehat an mengenai pemasukan
dan penggunaan narkot ika yang ada dalam penguasaannya,
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 19
di
tje
n
Pe
Bent uk dan isi laporan dimaksud dalam Pasal 18 dibuat sesuai dengan
ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri-Kesehat an.
BAB III
PENGANGKUTAN NARKOTIKA
Pasal 20
(1)
Pemilik at au pemuat narkot ika waj ib memberit ahukan kepada nakhoda,
kapt en penerbang at au pengemudi t ent ang j enis dan j umlah narkot ika
yang akan diangkut unt uk diimpor at au diekspor maupun dit ransit o.
(2)
Sebelum mengangkut narkot ika para nakhoda, kapt en penerbang at au
pengemudi waj ib memint a dari pemilik at au pemuat narkot ika-sert if ikat
impor at au sert if ikat ekspor.
Pasal 21
(1)
Pengangkut an narkot ika di dalam negeri melalui udara, air, at au darat ,
selain harus sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan khusus yang dit et apkan
oleh Ment eri Kesehat an, j uga harus memenuhi ket ent uan-ket ent uan
www.djpp.depkumham.go.id
umum yang berlaku bagi pengangkut an melalui udara, air at au darat .
Muat an narkot ika harus disimpan pada kesempat an pert ama di dalam
pet i besi (kluis) at au t empat lain di dalam kapal dengan disegel
bersama-sama oleh nakhoda dan pemilik at au pemuat nya.
(3)
Nakhoda membuat suat u berit a acara t ent ang adanya muat an narkot ika
yang diangkut nya
(4)
Jika sebuah kapal mempunyai narkot ika sebagai muat an dan at au
sebagai persediaan dalam apot ik kapal, nakhoda berkewaj iban unt uk
segera set elah t iba di suat u pelabuhan melaporkan hal ini kepada dinas
kesehat an set empat .
(5)
Pembongkaran muat an narkot ika dilakukan dalam kesempat an pert ama
oleh nakhoda dengan disaksikan oleh pej abat Bea dan Cukai.
(6)
Nakhoda yang menget ahui adanya narkot ika di dalam kapal secara t anpa
hak, waj ib membuat berit a acara, melakukan t indakan-t indakan
pengamanan dan pada kesempat an pert ama kapal singgah di pelabuhan
segera melaporkan dan menyerahkan persoalan t ersebut kepada yang
berwaj ib.
(7)
Ket ent uan lain yang berhubungan dengan pengangkut an narkot ika diat ur
lebih lanj ut oleh Ment eri Kesehat an.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(2)
Pasal 22
Ket ent uan-ket ent uan t ersebut dalam Pasal 21 ayat (2) sampai dengan ayat (7)
berlaku pula bagi kapt en penerbang unt uk pengangkut an di udara dan bagi
pengemudi unt uk pengangkut an di darat .
BAB IV
PERBUATAN-PERBUATAN YANG DILARANG
Pasal 23
(1)
Dilarang secara t anpa hak menanam at au memelihara, mempunyai dalam
persediaan, memiliki, menyimpan at au menguasai t anaman Papaver,
t anaman Koka at au t anaman Ganj a.
(2)
Dilarang secara t anpa hak memproduksi, mengolah, mengekst raksi,
mengkonversi, meracik at au menyediakan narkot ika.
www.djpp.depkumham.go.id
(3)
Dilarang secara t anpa hak memiliki, menyimpan unt uk memiliki at au
unt uk persediaan at au menguasai narkot ika.
(4)
Dilarang secara t anpa hak membawa, mengirim, mengangkut at au
ment ransit o narkot ika.
(5)
Dilarang secara t anpa hak mengimpor, mengekspor, menawarkan unt uk
dij ual, menyalurkan, menj ual, membeli, menyerahkan, menerima,
menj adi perant ara dalam j ual beli at au menukar narkot ika.
(6)
Dilarang secara t anpa hak menggunakan narkot ika t erhadap orang lain
at au memberikan narkot ika unt uk digunakan orang lain.
(7)
Dilarang secara t anpa hak menggunakan narkot ika bagi dirinya sendiri.
Pasal 24
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Penggunaan dan pemberian narkot ika oleh dokt er, kecuali unt uk pengobat an
dilarang.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
BAB V
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN DAN PEMERIKSAAN
DI DEPAN PENGADILAN
Pasal 25
(1)
Perkara narkot ika t ermasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain
unt uk diaj ukan ke Pengadilan guna mendapat kan pemeriksaan dan
penyelesaian dalam wakt u yang sesingkat -singkat nya.
(2)
Penyidikan, penunt ut an dan pemeriksaan di depan Pengadilan t erhadap
t indak pidana yang menyangkut narkot ika dil akukan menurut ket ent uanket ent uan yang berlaku, sekedar t idak dit ent ukan lain dalam Undangundang ini.
Pasal 26
Penyidik berhak unt uk membuka dan memeriksa set iap barang kiriman melalui
pos dan alat -alat perhubungan lainnya, yang dicurigai mempunyai hubungan
dengan perkara-perkara yang menyangkut narkot ika yang sedang dalam
penyidikan.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 27
Narkot ika yang didapat i dalam penyidikan at au cont ohnya diperiksa di
laborat orium pemeriksaan yang dit unj uk oleh Ment eri Kesehat an.
Pasal 28
Di depan Pengadilan saksi dan orang lain yang bersangkut an dengan perkara
yang sedang dalam pemeriksaan, dilarang menyebut nama at au alamat at au
hal-hal yang memberikan kemungkinan dapat diket ahuinya ident it as pelapor.
Pasal 29
Narkot ika dan alat yang digunakan di dalam kej ahat an yang menyangkut
narkot ika sert a hasilnya dapat dinyat akan dirampas unt uk negara.
(2)
Perampasan narkot ika dan alat yang digunakan sert a hasilnya yang bukan
kepunyaan sit erdakwa t idak dilakukan apabila hak-hak pihak ket iga yang
berikt ikad baik akan t erganggu.
(3)
Jika dalam keput usan perampasan narkot ika dan alat yang digunakan
dalam kej ahat an t ermasuk milik pihak ket iga yang berikt ikad baik,
pemilik dapat mengaj ukan kepada Pengadilan yang bersangkut an
keberat an t erhadap perampasan t ersebut , dalam j angka wakt u 3 (t iga)
bulan set elah pengumuman keput usan Hakim.
(4)
Narkot ika yang dinyat akan dirampas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) menj adi milik negara, dan met al cara yang dit et apkan oleh Ment eri
Kesehat an dan Jaksa Agung digunakan unt uk keperluan negara at au
segera dimusnahkan.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
Pasal 30
Selain kepada penyidik umum yang mempunyai wewenang dalam penyidikan
berdasarkan ket ent uan hukum yang berl aku, kepada pej abat kesehat an
t ert ent u dapat diberi wewenang penyidikan t erbat as.
BAB VI
GANJARAN (PREMI)
Pasal 31
Kepada mereka yang t elah berj asa dalam mengungkapkan kej ahat an yang
menyangkut narkot ika, diberi ganj aran yang akan diat ur dengan Perat uran
www.djpp.depkumham.go.id
Pemerint ah.
BAB VII
PENGOBATAN DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DAN USAHA PENANGGULANGANNYA
Pasal 32
Orang t ua at au Wali dari seorang pecandu narkot ika yang belum cukup
umur waj ib melaporkan pecandu t ersebut kepada pej abat yang dit unj uk
oleh Ment eri Kesehat an dan waj ib membawanya ke rumah sakit at au
kepada dokt er yang t erdekat unt uk mendapat kan pengobat an dan
perawat an yang diperlukan.
(2)
Pecandu narkot ika yang t elah cukup umur waj ib melaporkan diri kepada
pej abat yang dit unj uk oleh Ment eri Kesehat an.
(3)
Syarat -syarat unt uk melaksanakan ket ent uan t ersebut dalam ayat (1)
dan ayat (2) dit et apkan oleh Ment eri Kesehat an.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
Pasal 33
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Hakim dalam memut us perkara pidana yang dimaksud dalam Pasal 36 ayat (7)
dapat memerint ahkan yang bersalah unt uk menj alani pengobat an dan
perawat an at as biaya sendiri.
Pasal 34
(1)
Pengobat an dan perawat an pecandu narkot ika sert a rehabilit asi bekas
pecandu narkot ika dilakukan pada lembaga rehabilit asi.
(2)
Pembent ukan, susunan, t ugas dan wewenang lembaga rehabilit asi yang
t ersebut dalam ayat (1), t ermasuk pendirian cabang-cabangnya di
t empat -t empat yang diperlukan, dit et apkan dengan Keput usan Presiden.
(3)
Dalam menyelenggarakan rehabilit asi diikut sert akan sebanyak mungkin
lembaga-lembaga dalam masyarakat yang berhubungan dengan masalah
it u, baik milik Pemerint ah maupun swast a.
Pasal 35
Guna menanggulangi penyalahgunaan narkot ika Pemerint ah dapat mengadakan
kerj asama bilat eral at au mult ilat eral dengan negara lain at au badan
int ernasional yang menangani masalah ini.
www.djpp.depkumham.go.id
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 36
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (1) :
a.
b.
(2)
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 6 (enam) t ahun
dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut t anaman Koka
at au t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-l amanya 10 (sepuluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 15. 000. 000. - (limabelas
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut t anaman
Papaver.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (2) :
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 12 (dua belas)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 20. 000. 000, - (dua puluh
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka
at au t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika
lainnya.
di
tje
n
Pe
b.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
(3)
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (3) :
a.
b.
(4)
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 6 (enam) t ahun
dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au
t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-sel amanya 10 (sepuluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 15. 000. 000, - (lima belas
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika
lainnya.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (4) :
a.
dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan denda set inggit ingginya Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah) apabila
www.djpp.depkumham.go.id
b.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (5) :
a.
b.
(6)
dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan denda set inggit ingginya Rp. 30. 000. 000, - (t iga puluh j ut a rupiah) apabila
perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au t anaman, Ganj a;
dipidana dengan pidana mat i at au pidana penj ara seumur hidup
at au pidana penj ara selama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan
denda set inggi-t ingginya Rp. 50. 000. 000, - (lima puluh j ut a rupiah)
apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika lainnya.
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (6) :
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 6 (enam) t ahun
dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au
t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-l amanya 10 (sepuluh)
t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 15. 000. 000, - (lima belas
j ut a rupiah) apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika
lainnya.
di
tje
n
Pe
b.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(5)
perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au t anaman Ganj a;
dipidana dengan pidana mat i at au pidana penj ara seumur hidup
at au pidara penj ara sel ama-lamanya 20 (dua puluh) t ahun dan
denda set inggi-t ingginya Rp. 50. 000. 000, - (Iima puluh j ut a rupiah)
apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika lainnya.
(7)
Barang siapa melanggar Pasal 23 ayat (7) :
a.
b.
(8)
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 2 (dua) t ahun
apabila perbuat an t ersebut menyangkut daun Koka at au t anaman
Ganj a;
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 3 (t iga) t ahun
apabila perbuat an t ersebut menyangkut narkot ika lainnya.
Barang siapa karena kelalaian menyebabkan dilanggarnya ket ent uan
t ersebut dalam Pasal 23 ayat (1) diat as t anah at au t empat miliknya at au
yang dikuasainya, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1
(sat u) t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a
rupiah).
Pasal 37
www.djpp.depkumham.go.id
Percobaan unt uk melakukan t indak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat
(1) sampai dengan ayat (7) dipidana dengan pidana penj ara yang sama dengan
pidana penj ara bagi t indak pidananya.
Pasal 38
Membuj uk anak yang bel um cukup umur unt uk melakukan t indak pidana
sebagaimana t ersebut dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan ayat (7) diancam
dengan pidana sebagaimana t ersebut dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan
ayat (7) dit ambah dengan sepert iganya, dengan ket ent uan selama-lamanya 20
(dua puluh) t ahun.
Pasal 39
Pidana penj ara yang dit ent ukan dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan
ayat (7) dapat dit ambah dengan sepert iga, j ika t erpidana ket ika
melakukan kej ahat an, belum lewat 2 (dua) t ahun, sej ak menj alani unt uk
seluruhnya at au sebagian pidana penj ara yang dij at uhkan padanya.
(2)
Dalam hal pengulangan kej ahat an yang dimaksud dalam ayat (1) diancam
dengan pidana denda, maka pidana denda t ersebut dikalikan dua.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
(1)
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 40
di
tje
n
Pe
Dokt er yang dengan sengaj a melanggar Pasal 24 dipidana dengan pidana
penj ara selama-lamanya 12 (dua belas) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp.
20. 000. 000, - (dua puluh j ut a rupiah).
Pasal 41
Import ir yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, (sat u j ut a rupiah)'
Pasal 42
(1)
Pabrik f armasi, pedagang besar f armasi, apot ik, rumah sakit , dokt er,
lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga pendidikan yang t idak
melaksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2),
ayat (3) dan Pasal 19, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya
1 (sat u) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a
rupiah).
www.djpp.depkumham.go.id
2)
Lembaga ilmu penget ahuan dan lembaga pendidikan yang menanam
t anaman Papaver, Koka dan Garij a yang t idak melaksanakan kewaj iban
membuat laporan yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), dipidana
dengan pidana kuningan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan denda
set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, (sat u j ut a rupiah).
Pasal 43
Nakhoda, kapt en penerbang at au pengemudi yang t idak melaksanakan
kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), Pasal 21 ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan Pasal 22, dipidana dengan
pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan at au denda set inggit ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 44
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Terhadap pelanggaran ket ent uan-ket ent uan sebagaimana yang diat ur dalam
Pasal-pasal 40, 41, 42 dan 43 dapat dikenakan pidana t ambahan yang berupa
pencabut an hak sepert i diat ur dalam Pasal 35 Kit ab Undang-undang Hukum
Pidana ayat (1) ke 1 dan ke 6.
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 45
di
tje
n
Pe
Barang siapa dengan sengaj a menghalangi at au mempersulit penyidikan,
penunt ut an dan pemeriksaan di depan Pengadilan perkara t indak pidana yang
menyangkut narkot ika, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 5
(lima) t ahun dan denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000. - (sepuluh j ut a
rupiah).
Pasal 46
Set iap saksi yang dengan sengaj a t idak memberikan ket erangan at au memberi
ket erangan yang t idak benar kepada penyidik dalam t indak pidana yang
menyangkut narkot ika, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 5
(lima) t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a
rupiah).
Pasal 47
Saksi dan orang lain yang bersangkut an dengan perkara yang sedang dalam
pemeriksaan di depan Pengadilan yang t idak memenuhi ket ent uan t ersebut
dalam Pasal 28 dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u)
t ahun.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 48
Barang siapa yang menget ahui t ent ang adanya narkot ika yang t idak sah dan
t idak melaporkan kepada pihak yang berwaj ib dipidana dengan pidana
kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp.
1. 000. 000, (sat u j ut a rupiah).
Pasal 49
Jika suat u t indak pidana mengenai narkot ika dilakukan oleh at au at as nama
suat u badan hukum, suat u perseroan, suat u perserikat an orang yang lainnya
at au suat u yayasan, maka t unt ut an pidana dilakukan dan hukuman pidana sert a
t indakan t at a t ert ib dij at uhkan, baik t erhadap badan hukum, perseroan,
perserikat an at au yayasan it u, maupun t erhadap mereka yang memberi
perint ah melakukan t indak pidana narkot ika it u at au yang bert indak sebagai
pemimpin at au penanggungj awab dalam perbuat an at au kelalaian it u, at aupun
t erhadap kedua-duanya.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 50
ra
tu
ra
n
Pe
Semua perbuat an yang diancam dengan pidana t ersebut dalam Bab VIII Undangundang ini adalah kej ahat an, kecuali yang t ersebut dalam Pasal 47 adalah
pelanggaran.
di
tje
n
Pe
Pasal
51
(1)
Terhadap warganegara asing yang melakukan t indak pidana yang
menyangkut narkot ika dan t elah menj al ani pidananya sebagaimana
diat ur dalam Undang-undang ini, dilakukan pengusiran keluar wilayah
Indonesia.
(2)
Warganegara asing yang pernah melakukan t indak pidana yang
menyangkut narkot ika, baik di wilayah Indonesia maupun di luar negeri,
dilarang memasuki wilayah Indonesia.
Pasal 52
Dalam Perat uran Pemerint ah sebagai pelaksanaan Undang-undang ini dapat
dicant umkan ancaman pidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 1 (sat u)
t ahun dan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).
Pasal 53
Unt uk t indak pidana yang t idak diat ur di dalam Undang-undang ini diperlakukan
www.djpp.depkumham.go.id
ket ent uan dalam Kit ab Undang-undang
perundang-undangan yang berlaku.
Hukum
Pidana
at au
perat uran
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
Selama perat uran perundang-undangan unt uk melaksanakan ket ent uan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka perat uran dalam bidang narkot ika
yang ada pada wakt u Undang-undang ini mulai berlaku, t et ap berlaku
sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 55
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 26 Juli 1976
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 26 Juli 1976
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
SUDHARMONO, SH.
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1976
TENTANG
NARKOTIKA
UMUM
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Perat uran perundang-undangan yang mengat ur t ent ang narkot ika sebelum
Undang-undang ini berlaku, ialah Verdoovende Middelen Ordonnant ie
(St aat sblad 1927 No. 278 j o No. 536) yang t elah diubah dan dit ambah, besert a
perat uran pelaksanaannya yang dikeluarkan oleh Ment eri Kesehat an.
Ket ent uan-ket ent uan di dalam perat uran perundang-undangan t ersebut ,
berhubung dengan perkembangan lalu-lint as dan adanya alat -alat perhubungan
dan
pengangkut an
modern
yang
menyebabkan
cepat nya
penyebaran/ pemasukan narkot ika ke Indonesia, dit ambah pula dengan
kemaj uan-kemaj uan yang dicapai dalam bidang pembuat an obat -obat an,
t ernyat a t idak cukup memadai unt uk dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Perat uran
perundang-undangan
t ersebut
t idak
lagi
sesuai
dengan
perkembangan zaman karena yang diat ur didalamnya hanyalah mengenai
perdagangan dan penggunaan narkot ika, yang di dalam perat uran it u dikenal
dengan ist ilah Verdoovende Middelen at au obat bius, sedangkan t ent ang
pemberian pelayanan kesehat an unt uk usaha penyembuhan pecandunya t idak
diat ur.
Narkot ika merupakan salah sat u obat yang diperlukan dalam dunia pengobat an,
demikian j uga dalam bidang penelit ian unt uk t uj uan pendidikan,
pengembangan ilmu dan penerapannya. Meskipun ada bahayanya, namun masih
dapat dibenarkan penggunaan narkot ika unt uk kepent ingan pengobat an dan
at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Dengan demikian, unt uk kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu
penget ahuan, maka dalam Undang-undang ini dibuka kemungkinan unt uk
mengimpor narkot ika, mengekspor obat -obat an yang mengandung narkot ika,
menanam, memelihara Papaver, Koka dari Ganj a.
Disamping manf aat nya t ersebut , narkot ika apabila disalah gunakan at au salah
pemakaiannya, dapat menimbulkan akibat sampingan yang sangat merugikan
bagi perorangan sert a menimbulkan bahaya bagi kehidupan sert a nilai-nilai
kebudayaan. Karena it u penggunaan narkot ika hanya dibat asi unt uk
kepent ingan pengobat an dan at au t uj uan ilmu penget ahuan.
Penyalahgunaan pemakaian narkot ika dapat berakibat j auh dan f at al sert a
menyebabkan yang bersangkut an menj adi t ergant ung pada narkot ika unt uk
kemudian berusaha agar senant iasa memperoleh narkot ika it u dengan segala
cara, t anpa mengindahkan norma-norma sosial, agama maupun hukum yang
berlaku.
www.djpp.depkumham.go.id
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Dalam pada it u t idak must ahil, kalau penyalahgunaan narkot ika adalah
merupakan salah sat u sarana dalam rangka kegiat an subversi.
Di dalam Undang-undang ini diat ur pelbagai masalah yang berhubungan dengan
narkot ika, meliput i pengat uran mengenai :
1.
Ket ent uan t ent ang pengert ian dan j enis narkot ika.
2.
Ket ent uan t ent ang kegiat an yang menyangkut narkot ika sepert i:
penanaman,
peracikan,
produksi,
perdagangan,
lalu-lint as,
pengangkut an sert a penggunaan narkot ika.
3.
Ket ent uan t ent ang waj ib lapor bagi orang at au badan yang melakukan
kegiat an-kegiat an sebagai t ersebut dalam angka 2.
4.
Ket ent uan yang mengat ur mengenai penyidikan, penunt ut an dan
pemeriksaan di depan Pengadilan dari perkara yang berhubungan dengan
narkot ika yang karena kekhususannya dan unt uk mempercepat prosedur
dan mempermudah penyidikan, penunt ut an dan pemeriksaan di depan
Pengadilan, memerlukan penyimpangan dari ket ent uan hukum yang
berlaku.
Meskipun diadakan penyimpangan dan pengat uran khusus, t idak berart i
bahwa hak azasi t ersangka/ t erdakwa t idak dij amin at au dilindungi,
bahkan diusahakan sedemikian rupa, sehingga penyimpangan dan
pengat uran khusus it u t idak merupakan penghapusan seluruh hak azasi
t ersangka/ t erdakwa, melainkan hanya pengurangan yang t erpaksa
dilakukan demi menyelamat kan bangsa dan negara dari bahaya yang
dit imbulkan karena penyalahgunaan narkot ika.
Ket ent uan t ersebut ant ara lain ialah, bahwa dalam pemeriksaan di
depan Pengadilan, saksi at au orang lain yang bersangkut an dengan
perkara yang sedang dalam pemeriksaan dilarang dengan sengaj a
menyebut nama, alamat at au hal lain yang memberi kemungkinan dapat
diket ahui ident it as pelapor (Pasal 28).
5.
Ket ent uan yang mengat ur t ent ang pemberian ganj aran (premi).
6.
Ket ent uan t ent ang pengobat an dan rehabilit asi pecandu narkot ika.
7.
Ket ent uan lain yang berhubungan dengan kerj asama int ernasional dalam
penanggulangan masalah yang dit imbulkan ol eh narkot ika.
Guna memberikan ef ek prevent if yang lebih t inggi t erhadap dilakukannya
t indak pidana t ersebut , demikian pula unt uk memberikan keleluasaan kepada
alat penegak hukum dalam menangani perkara t indak pidana t ersebut secara
ef ekt if , maka dit ent ukan ancaman hukuman yang diperberat bagi pelaku t indak
pidana, lebih-lebih dalam hal perbuat an t ersebut dilakukan t erhadap at au
dit uj ukan kepada anak-anak dibawah umur.
Karena Indonesia merupakan negara pesert a dari Konvensi Tunggal Narkot ika
1961, besert a Prot okol yang Mengubahnya, maka ket ent uan-ket ent uan dalam
Undang-undang ini t elah pula disesuaikan dengan hal-hal yang diat ur di dalam
Konvensi t ersebut .
www.djpp.depkumham.go.id
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Dalam pasal ini dimuat pengert ian dan ist ilah-ist ilah t eknis yang
digunakan dalam Undang-undang ini, ant ara lain mengenai t anamant anaman dari zat -zat yang t ermasuk ke dalam pengert ian narkot ika.
Bahan-bahan dan sediaan-sediaan sert a campuran-campurannya t ersebut
dapat diubah at au dit ambah oleh Ment eri Kesehat an disesuaikan dengan
perkembangan t eknologi dan ilmu penget ahuan di bidang obat -obat an.
Pasal ini memungkinkan Ment eri Kesehat an menet apkan bahan-bahan
yang dapat dipakai sebagai penggant i narkot ika, baik yang berasal dari
t anaman maupun yang dibuat secara sint et is sebagai narkot ika.
Pengangkut an yang dimaksud dalam Nomor 23 dan 24, t ermasuk
membawa, menyimpan dan menyediakan.
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 2
Yang dimaksud dengan alat -alat yang dapat dipergunakan unt uk
penyalahgunaan narkot ika adalah alat -alat pemadat an, alat sunt ik dan
alat -alat lainnya yang dipergunakan dengan berbagai cara unt uk
memasukkan narkot ika ke dalam t ubuh manusia.
di
tje
n
Pe
Pasal 3
Dalam rangka mencegah dan melindungi bahaya-bahaya yang dapat
dit imbulkan oleh akibat buruk yang sangat merugikan bagi perorangan
dan merupakan bahaya bagi perikehidupan manusia dan kehidupan
negara, Pemerint ah perlu diberi wewenang unt uk menet apkan berbagai
narkot ika t ert ent u sebagai narkot ika yang dilarang digunakan dalam
pengobat an dan ilmu penget ahuan, sepert i Diaset il Morf ina (Heroina)
dan lain-lain.
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5
Pemberian izin khusus ini dimaksudkan unt uk memperket at pengawasan
t erhadap peredaran dan penggunaan narkot ika. Apot ik dan dokt er yang
karena pekerj aannya dapat dianggap harus diperkenankan menerima,
menyimpan dan menyerahkan narkot ika unt uk keperluan pengobat an
t idak memerlukan izin khusus melainkan izin biasa.
Izin bagi dokt er t idak merupakan izin t ersendiri melainkan merupakan
bagian dari izin melakukan pekerj aan dokt er (act e van t oelat ing). Hal ini
berlaku bagi dokt er-dokt er yang belum memiliki izin pada wakt u mulai
www.djpp.depkumham.go.id
berlakunya Undang-undang ini. Dokt er yang t elah mempunyai izin
t ersebut diat as pada wakt u berlakunya Undang-undang ini dianggap
t elah mempunyai izin yang dimaksudkan dalam Pasal 5 ayat (1) sub b dan
t unduk pada ket ent uan-ket ent uan bagi dokt er sebagai-mana diat ur
dalam Undang-undang ini.
Yang dimaksud rumah sakit dalam pasal ini meliput i unit -unit kesehat an
lainnya.
Pasal 6
Cukup j elas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Ayat (2)
Maksudnya unt uk menj amin pengawasan yang ket at agar resep dokt er
t idak disalahgunakan.
Pasal 8
Cukup j elas.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 9
Unt uk mengimpor narkot ika secara khusus diperlukan izin impor dari
Ment eri Perdagangan set elah memperoleh keput usan Ment eri Kesehat an,
karena Ment eri Kesehat an menget ahui kebut uhan nasional akan
narkot ika.
Mengingat pent ingnya impor narkot ika dan unt uk penget at an maka
keput usan hanya dapat dilakukan oleh Ment eri Kesehat an sendiri.
Pasal 10
Cukup j elas.
Pasal 11
Cukup j elas.
Pasal 12
Set elah import ir menerima pengiriman narkot ika, ia harus segera
memeriksa apakah j enis, mut u dan j umlah at au bobot narkot ika yang
dit erimanya t elah sesuai dengan yang t ersebut dalam sert if ikat ekspor.
Pasal 13
Cukup j elas.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 14
Yang dapat diekspor hanyalah obat -obat an yang mengandung narkot ika.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan pelabuhan int ernasional dalam pasal ini adalah
pelabuhan laut dan pelabuhan udara int ernasional.
Pasal 16
Maksud pasal ini ialah unt uk mengamankan narkot ika agar t idak dengan
mudah digunakan oleh orang yang t idak berhak.
Pasal 17
Cukup j elas.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 18
Maksud adanya kewaj iban unt uk menyusun dan mengirim laporan adalah
agar Ment eri Kesehat an set iap wakt u dapat menget ahui t ent ang
persediaan narkot ika yang t erdapat pada import ir dan pedagang besar
f armasi.
Laporan t ersebut berupa daf t ar cat at an yang disusun secara t erperinci.
Agar dapat dicegah penyalahgunaan narkot ika, maka t embusan laporan
yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini selain disampaikan kepada
Ment eri Perdagangan disampaikan pula kepada Jaksa Agung dan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia.
Pasal 19
Bent uk dan isi laporan dit ent ukan oleh Ment eri Kesehat an agar t erdapat
keseragaman.
Pasal 20
Yang dapat diekspor hanyalah obat -obat an yang mengandung narkot ika.
Pasal 21 dan Pasal 22
Pasal ini berint ikan j aminan bahwa pengangkut baik di darat , di air
maupun di udara, bert anggungj awab dan waj ib menempuh prosedur
yang t elah dit ent ukan, demi pengamanan lalu-lint as narkot ika di
Indonesia.
Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24
Maksudnya unt uk mencegah penyalahgunaan pemakaian narkot ika dan
agar semat a-mat a diberikan hanya kepada penderit a yang memerlukan
www.djpp.depkumham.go.id
pengobat an dan at au unt uk keperluan pengobat an.
Pasal 25
Cukup j elas.
Pasal 26
Ket ent uan pasal ini mengat ur, bahwa hanya surat -surat dan kiriman
melalui dinas pos dan alat -alat perhubungan lainnya yang dicurigai at au
diduga keras berhubungan langsung dengan t indak pidana narkot ika
dapat dibuka unt uk diperiksa.
Pasal 27
Laborat orium pemeriksa adalah laborat orium Pemerint ah sepert i
Laborat orium Farmasi Nasional, Laborat orium kriminil dan lain-lain dan
narkot ika yang didapat i dalam penyelidikan disimpan dengan segel
dalam t empat t ert ent u dengan disaksikan oleh t ersangka.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 28
Pasal ini dimaksud unt uk memberikan perlindungan t erhadap pelapor,
ialah mereka yang memberikan ket erangan mengenai suat u t indak
pidana narkot ika, agar supaya pelapor t idak t akut -t akut akan diket ahui
nama
dan
alamat nya
yang
mungkin
akan
membahayakan
keselamat annya, apabila ia dikenal oleh umum.
Karena sangat diharapkan laporan-laporan t ent ang t indak pidana
narkot ika yang t elah dilakukan at au diduga t elah dilakukan, maka
perlulah diberikan perlindungan t erhadap para pelapor t ersebut yang
sungguh-sungguh akan membant u usaha pemeriksaan t indak pidana
narkot ika.
Supaya perlindungan ini dapat dij amin, maka saksi dan orang lain yang
bersangkut an dengan perkara yang sedang dalam pemeriksaan waj ib
merahasiakan nama, alamat at au hal -hal yang memungkinkan
diket ahuinya pelapor, baik dalam f ase pemeriksaan
pendahuluan
maupun di depan Pengadilan.
Pasal 29
Cukup j elas.
Pasal 30
Maksud dari pasal ini ialah memberikan wewenang penyidikan t erbat as,
karena keahliannya dapat membant u dalam memperlancar pemeriksaan.
Wewenang penyidikan yang diberikan kepada pej abat kesehat an meliput i
:
a.
Menyit a at au memerint ahkan penyerahan semua barang-barang
www.djpp.depkumham.go.id
yang bersangkut an dengan penyalahgunaan narkot ika.
b.
Mint a memperlihat kan semua dokumen-dokumen yang menurut
pandangan mereka diperlukan unt uk menj alankan t ugas dengan
baik.
c.
Memasuki semua t empat yang diperlukan unt uk menj alankan
t ugas dengan baik. Mereka yang menj alankan t ugas ini dapat
mint a bant uan pej abat -pej abat lain yang mempunyai wewenang.
Pasal 31
Pasal ini maksudnya unt uk memberikan gairah bagi berhasilnya
penyidikan t indak pidana narkot ika yang sangat t ert ut up dan pelik
masalahnya.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 32
Unt uk membant u Pemerint ah dalam menanggulangi masalah dan bahaya
narkot ika, dalam hal ini khusus pecandu narkot ika, maka diperlukan
pengikut sert aan masyarakat dan disamping it u orang t ua/ wali guna
meningkat kan pengawasan dan bimbingan t erhadap anak-anaknya.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Pasal 33
Hakim dalam memut us perkara pidana yang dimaksud dalam Pasal 36
ayat (7) dapat :
a.
Memerint ahkan yang bersalah it u dimasukkan dalam lembaga
rehabilit asi pecandu narkot ika dengan t idak memidananya, dan
at au
b.
memidana yang bersalah.
Pasal ini berdasarkan pikiran bahwa pecandu narkot ika it u selain orang
yang melanggar ket ent uan Pasal 23 ayat (7), j uga merupakan korban
penyalahgunaan narkot ika.
Pasal 34
Ol eh karena pengobat an dan rehabilit asi korban penyalahgunaan
narkot ika t idak hanya menj adi t ugas dan t anggungj awab Pemerint ah
akan t et api j uga merupakan t anggungj awab masyarakat pada umumnya
maka dipandang perlu adanya lembaga rehabilit asi t ersebut .
Pasal ini dimaksudkan unt uk lebih menj amin koordinasi di dalam usaha
pengawasan dan penanggulangan masalah penyalahgunaan narkot ika,
mengingat bahwa masalah ini menyangkut berbagai segi sosial dan
melibat kan berbagai inst ansi Pemerint ah dan Swast a secara f ungsionil.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 35
Cukup j elas.
Pasal 36
Cukup j elas.
Pasal 37
Menurut pasal ini percobaan melakukan t indak pidana narkot ika,
diancam dengan pidana yang sama dengan t indak pidananya, karena
dianggap bahwa percobaan it u sendiri sudah berbahaya.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal 38
Pasal ini dimaksudkan unt uk lebih melindungi generasi muda yang akan
dat ang, mengingat bahwa kelompok masyarakat yang paling rawan
t erhadap bahaya penyalahgunaan narkot ika adalah anak-anak yang
belum cukup umur, maka orang yang