174964135 Makalah Kesehatan
makalah kesehatan tentang Hipertiroid / hipertiroidisme
makalah kesehatan tentang Hipertiroid / hipertiroidisme
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit endokrin (hipertiroiditisme dan hipotiroidisme) merupakan penyakit yang menyerang
pada kelenjar tiroid yang mana penyakit ini akan membuat si penderita merasa terganggu untuk
melakukan aktifitas karena penyakit tersebut. Hipertiroidisme adalah suatu kondisi dimana
terjadi kelebihan sekresi hormone tiroid dan Hipotiroidisme merupakan penurunan sekresi
hormone kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam
memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
Agar mahasiswa sebagai calon perawat dapat mengetahui dan memahami konsep dasar tentang
penyakit endokrin (hipertiroiditisme dan hipotiroiditisme) dan juga memahami gambaran asuhan
keperawatan yang harus dilakukan.
C. Batasan Masalah
Banyak kasus tentang penyakit endokrin, tetapi penulis hanya membatasi masalah tentang
penyakit hipertiroiditisme dan hipotiroiditisme.
D. Metode dan Teknik Penulisan
Penulis menggunakan metode studi pustaka keperawatan untuk mendapatkan bahan-bahan yang
bersifat teoritis dari buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan penyakit glomerulonefritis, tidak
didasarkan pada kasus yang terjadi.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yakni : BAB I PENDAHULUAN yang berisi : A.Latar
Belakang, B. Tujuan Pembuatan Makalah, C. Batasan Masalah, D. Metode Penulisan, E.
Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS yang berisi I. KONSEP DASAR yakni
terdiri dari : A. Definisi, B. Etiologi, C. Patofisiologi, D. Manifestasi Klinis, E. Pathways, F.
Pemeriksaan Diagnostik, G. Penatalaksanaan. II. ASUHAN KEPERAWATAN yang terdiri dari :
A. Pengkajian, B. Perumusan Diagnosa Keperawatan. C. Intervensi Keperawatan. BAB III
PENUTUP yang berisi : A. Kesimpulan, B. Kritik dan Saran serta halaman terakhir yakni
DAFTAR PUSTAKA.
(2)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan sekresi hormone
tiroid. Tirotoksikosis muncul pada manifestasi klinis yang terjadi bila jaringan tubuhb di
stimulasi oleh peningkatan hormone ini. Hipertiroiddisme merupakan kelainan endokrin yang
dapat dicegah. Seperti kebanyakan kelenjar tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat
menonjol pada wanita. Kelainan menyebabkan wanita 4 kali lebih banyak dari pada pria,
terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan 40 tahun.
Hipotiroidisme merupakan penurunan sekresi hormone kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebut uhan jaringan tubuh akan
hormone-hormon tiroid.
B. ETIOLOGI
Penyebab Hipertiroidisme, antara lain :
1. Over fungsi keseluruhan kelenjar.
2. Pengobatan migedema dengan hormone tiroid yang berlebih.
3. Goiter nodular toksik
4. Adenoma toksik (jinak)
5. Karsinoma tiroid
6. Tiroiditis sub akut dan kronik
7. Ingesti Tiroid Hormon
Penyebab Hipotiroidisme, antara lain :
1. Pengangkatan kelenjar tiroid
2. Pengobatan tirotoksitosis dengan RAI
3. infeksi kronis kelenjar tiroid
(3)
4. atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik
C. PATOFISIOLOGI
1. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengobatan normal sekresi hormone tiroid (TH).
Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka terjadi hipermetabolisme, yang
meningkatkan aktifitas system saraf simpatis. Jumlah TH yang berlebihan menstimuli system
kardida dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada
takikardia dan peningkatan curah jantung, volume sekuncup, kepekaan adrenergik, dan aliran
darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah pada keseimbangan nitrogen negative,
penipisan lemak dab hasil akhir defisiensi nutrisi.
Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme hipotalamik, pituitary dan
hormone gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum pubertasi, akan mengakibatkan penundaan
perkembangan seksual pada kedua jenis kelamin, tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan
libido baik pada pria dan wanita. Setelah pubertas wanita juga akan menunjukkan ketidak
teraturan menstruasi dan penurunan fertilitas.
2. Hipotiroidisme
Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, 4 kali lipat angka
kejadian pada wanita disbanding pria. Hipotiroidisme kongenital dijumpai satu orang pada 4
ribu kelainan hidup.
Jika produksi hormen tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk
meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormone TSH. Penurunan serkersi
hormone kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang aka mempengaruhi
semua system tubuh.
Penurunan hormone tiroid juga akan menggangu metabolisme lemak dimana akan terjadi
peningkatan kadar kolesterol dan trigeliserida sehingga klien berpotensi mengalami
atherosklerosit. Akumulasi proteoglicang hidrophilik di rongga interstisial seperti rongga pleura,
kardiak dan abdominal sebagai tanda mikedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal
sebagai dampak dari menurunya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami enemi.
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dini hipotiroidisme tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrim dapat menyababkan
penderitannya untuk melaksankan pekerjaan sehari-hari secara penuh atau ikut serta dalam
aktifitas yang lazim dilakukannya, laporan tentang adanya kerontokan rambut, kuku yang rapuh
serta kulit yang kering sering ditemukan, kadang-kadang suara menjadi kasar, dan pasien
meungkin mengeluh suara yang parau. Gangguan haid seperti menorhagia atau amenore akan
terjadi disamping hilangnya libido.
(4)
Gejala penderita hipotiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan memperlihatkan
kelompok tanda dan gejala yang khas ( yang kadang disebut tirotoksis). Gejala yang ditemukan
sering berupa kegelisahan. Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel),
iritabel dan terus merasa khawatir; mereka tidak dapat duduk diam; menderita palpitasi;dan
denyut nadi yang abnormal cepat ditemukan pada saat melakukan aktifitas maupun beristirahat.
Penderita tirotoksis tidak tahan panas dan terus berkeringat secara tidak lazim; kulit penderita
sering kemerahan (flusing) dengan warna salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak
serta basah. Namun demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin melaporkan kulit yang kering
dan pruritus yang menyebar. Tremor pada tangan dapat terlihat. Pasien dapat memperlihatkan
eksfostalmos (mata yang menonjol) yang memperlihatkan ekspresi wajah seperti terkejut.
F. DAMPAK HIPERTIROIDISME DAN HIPOTIROIDISME
1. Dampak hioiroidisme terhadap tubuh :
System integument :diaporesis
System pencernaan : berat badan turun, diare.
System muskuluskeletal : kelemahan
System pernafasan : dispnea dan takipnea
System kardiovaskuler : nyeri dada, sistolik meningkat
System herrologi : mata kabur, mata lelah
System reproduksi : amenore
2. Dampak hipertiroidisme terhadap tubuh :
System integument : kulit dingin, pucat
System pulmonary : hipoventilasi
System kardiovaskuler : bradikardia, disritmia
System reproduksi :
-Pada wanita : masa mentruasi yang memanjang.
-Pada pria : menurunya libido
(5)
Sistim gastrointestinal : anoreksia
G. RENCANA KEPERAWATAN
1. hipertiroidisme
PENGKAJIAN
o
Pengumpulan data
o
Riwayat penyakit dalam keluarga
o
Kebiasaan hidup sehari-hari
o
Keluhan klien
o
Pemeriksaan fisik
o
Pengkajian psiko-sosial
o
Pemeriksaan diagnostic
DIAGNOSA KEPERWATAN 1
Penurunan curah jantung yang berbuhungan dengan penurunan waktu pengisian diastolic
sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung
Tujuan :
Fungsi kardio kembali normal
Intervensi :
o
Observasi tiap 4 jam
(6)
o
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari
o
Bilab pakaian basahb segera ganti
o
Kolaborasi pemberian obat anti tiroid seperti thinamide
DIAGNOSA KEPERAWATAN 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek hiperkatabolisme
Tujuan :
Setelah perawatan di rumah sakit, klien akan mempertahankan status nutrisi yang optimal
Intervensi :
o
Beri makanan TKTP
o
Berib makanan tambahan diantara waktu makan
o
Timbang berat badan secara teratur setiap 2 hari sekali
o
Konsultasikan klien pada ahli gizi.
2. hipotiroidisme
PENGKAJIAN
o
Riwayat kesehatan klien dan keluarga
o
Kebiasaan hidup sehari-hari
o
Tempat tinggal klien sekarang dan pada masa balita
o
Keluhan utama klien
o
Pemeriksaan fisik
o
Pengkajian psikososial
(7)
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume sekuncup akibat
bradikardia dan arteriosclerosis arteri koronaria
Tujuan :
Fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah normal, irama jantung
dalam batas normal.
Intervensi :
o
Observasi TTV setiap 2 jam
o
Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri dada.
o
Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti Levotiroxine Sodium
o
Ajarkan pada klien dan keluarga tentang cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang
harus diwaspadai.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 2
Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan edema jaringan otak dan retensi air
Tujuan :
Proses berfikir klien kembali ketingkat yang normal.
Intervensi :
o
Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir
o
Orientasikan klien kembali dengan lingkungan yang baik
o
Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan
mengadaptasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
(8)
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan sekresi hormone
tiroid dan Hipotiroidisme merupakan penurunan sekresi hormone kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebut uhan jaringan tubuh
akan hormone-hormon tiroid.
B. Kritik dan Saran
Sebagai penyusun, kami merasa bersyukur dan bangga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sedemikian rupa, tetapi, makalah ini belumlah sempurna seperti makalah yang sempurna. Oleh
karena itu, kami sebagai penyusun memohon kritik dan saran dari para pembaca karena kami
sadar tiada hal yang sempurna di muka bumi ini, yang pepatah mengatakan “Tiada gading yang
tak retak”, kecuali Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Rumahorbo,hotma. 1999.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Bandung :EGC.
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Carpenitto, Lynda Juall. 1999.
Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
Shuddath, Brunner. 2001.
Keperawatan Medikal–
Bedah. Vol. 2. EGC : Jakarta.
makalah kesehatan tentang Hipertiroid / hipertiroidism
Read more:
http://www.perkuliahan.com/makalah-kesehatan-tentang-hipertiroid-hipertiroidisme/#ixzz2OuTUquuX
Format Pengkajian Pada Sistem Perkemihan
Format Pengkajian Pada Sistem Perkemihan
(9)
tindakan untuk menetapkan, merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan, dan dinamis. (Effendi, Nasrul. 1995 : 2)
Proses keperawatan tersebut dalam pelaksanaannya harus berkesinambungan, karena proses keperawatan ini meliputi beberapa tahap yaitu :
A. Pengkajian 1. Pengumpulan Data a. Data Biografi
Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan CRF biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat
menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi, riwayat tidak dapat kencing, penggunaan hormon.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit CRF seperti hipertensi, diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, arthritis dan kanker. c. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada klien CRF pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya CRF seperti makanan yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi karena klien mengalami mual. Pada klien dengan CRF harus dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol, selama sakit biasanya intake
(10)
dibatasi sesuai output. Eliminasi BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai
ditemukan oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali pada klien dengan penurunan aktivitas. Sebelum sakit biasanya kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena adanya kelemahan.
d. Pemeriksaan Fisik 1) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan CRF ditemukan adanya tachipnoe, pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi pleura.
2) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis.
3) Sistem Pencernaan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.
4) Sistem Genotiurinaria
Pada klien dengan CRF awal ditemukan adanya poliuri dan nokturi, selanjutnya berkembang menjado oliguri dan anuri, terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat).
5) Sistem Muskuloskeletal
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis.
6) Sistem Integumen
Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis, pucat. 7) Sistem Persyarafan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan letargi, insomnia, nyeri kepala, tremor, koma. e. Data Psikososial
(11)
Klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah, cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada klien CRF mungkin disebabkan karena perubahan body image takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan kematian. f. Data Spiritual
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan ketidakmampuan beribadah seperti biasa. g. Data Penunjang
1) Laboratorium (a) Urine
(1) Volume biasanya oliguri dan anuri
(2) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan (3) Berat jenis menurun
(4) Osmolalitas menurun (5) Klirens kreatinin menurun (6) Natrium meningkat (7) Protein meningkat (b) Darah
(1) Serum kreatinin meningkat (2) Blood urea nitrogen meningkat (3) Kadar kalium meningkat
(4) Hematokrit menurun (5) Hemoglobin menurun (6) Natrium, kalsium menurun (7) Magnesium/posfat meningkat
(8) Protein (khususnya albumin menurun) (i) pH menurun
2) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. 2) Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
(12)
perkemihan bagian atas.
5) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. 2. Analisa
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data subjektif dan objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan
mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Sistem
Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis ( CRF ) menurut Marilynn E. Doenges, Barbara Engram, dan Brunner and Suddart adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
(13)
dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
B. Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan asuhan
keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien dan mengatasi masalah keperawatan. Pada perencanaan mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi. Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan pula tujuan dan intervensi keperawatan, yaitu :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan. Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang lambat - Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema - Menunjukkan tanda-tanda vita normal
- Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi napas pendek - Melakukan hygiene oral dengan sering
- Melaporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Hasil yang diharapkan :
(14)
- Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet - Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang
- Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea
- Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima - Melaporkan peningkatan nafsu makan
- Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma dapat diterima 3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan hubungan antara penyebab ginjal dan konsekuensinya
- Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal - Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiri
- Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar - Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin - Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan - Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
(15)
- Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
- Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep diri Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)
- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan
- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat gagal ginjal - Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
Tujuan : Mempertahankan curah jantung Hasil yang diharapkan :
- Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal - Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi
Hasil yang diharapkan : - Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan /cedera kulit
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
(16)
- Mendemonstrasikan keinginan untuk mengikuti program terapeutik perawatan di rumah yang dianjurkan
- Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat sisi akses vaskuler
C. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana yang sudah dibuat sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan, yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan keterampilan, sikap, dan pengetahuannya sesuai dengan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang muncul, dapat bersifat dependen maupun kolaboratif. Adapun pelaksanaan harus memperhatikan : a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
b. Sesuai dengan prioritas tindakan.
c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta dengan menggunakan kata kerja.
d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan. D. Evaluasi
Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. (Effendi, 1995 : 40)
Evaluasi dikategorikan sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan; sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti : di akhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau di akhir kerangka waktu tertentu, seperti di akhir sesi penyuluhan.
(1)
Klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah, cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada klien CRF mungkin disebabkan karena perubahan body image takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan kematian. f. Data Spiritual
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan ketidakmampuan beribadah seperti biasa. g. Data Penunjang
1) Laboratorium (a) Urine
(1) Volume biasanya oliguri dan anuri
(2) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan (3) Berat jenis menurun
(4) Osmolalitas menurun (5) Klirens kreatinin menurun (6) Natrium meningkat (7) Protein meningkat (b) Darah
(1) Serum kreatinin meningkat (2) Blood urea nitrogen meningkat (3) Kadar kalium meningkat
(4) Hematokrit menurun (5) Hemoglobin menurun (6) Natrium, kalsium menurun (7) Magnesium/posfat meningkat
(8) Protein (khususnya albumin menurun) (i) pH menurun
2) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. 2) Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
(2)
perkemihan bagian atas.
5) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. 2. Analisa
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data subjektif dan objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan
mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Sistem
Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis ( CRF ) menurut Marilynn E. Doenges, Barbara Engram, dan Brunner and Suddart adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
(3)
dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
B. Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan asuhan
keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien dan mengatasi masalah keperawatan. Pada perencanaan mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi. Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan pula tujuan dan intervensi keperawatan, yaitu :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan. Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang lambat - Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema - Menunjukkan tanda-tanda vita normal
- Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi napas pendek - Melakukan hygiene oral dengan sering
- Melaporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Hasil yang diharapkan :
(4)
- Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet - Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang
- Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea
- Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima - Melaporkan peningkatan nafsu makan
- Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma dapat diterima 3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan hubungan antara penyebab ginjal dan konsekuensinya
- Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal - Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiri
- Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar - Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin - Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi Hasil yang diharapkan :
(5)
- Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
- Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep diri Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)
- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan
- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat gagal ginjal - Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
Tujuan : Mempertahankan curah jantung Hasil yang diharapkan :
- Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal - Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi
Hasil yang diharapkan : - Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan /cedera kulit
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
(6)
- Mendemonstrasikan keinginan untuk mengikuti program terapeutik perawatan di rumah yang dianjurkan
- Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat sisi akses vaskuler
C. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana yang sudah dibuat sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan, yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan keterampilan, sikap, dan pengetahuannya sesuai dengan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang muncul, dapat bersifat dependen maupun kolaboratif. Adapun pelaksanaan harus memperhatikan : a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
b. Sesuai dengan prioritas tindakan.
c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta dengan menggunakan kata kerja.
d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan. D. Evaluasi
Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. (Effendi, 1995 : 40)
Evaluasi dikategorikan sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan; sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti : di akhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau di akhir kerangka waktu tertentu, seperti di akhir sesi penyuluhan.