BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Implementasi pembelajaran pendidikan agama islam berbasis saintifik di Sman 13 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) “pendidikan adalah usaha

  secarasengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatanya. Orang dewasa itu adalah orang tua sianak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya : guru sekolah pendeta atau kiai dalam

  1 lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama, dan sebagainya.

  Dalam berkembangnya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sangaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seorang atau kelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, sagala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

  Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab melalui pendidikan dapat di bentuk kepribadian anak. Pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam mengembangkan diri sesuai 1 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rienka Cipta, 2001), h.6 dengan potensi yang ada pada manusia tersebut.Pendidikan agama islam juga memiliki peran penting dalam dunia pendidikan karna merupakan salah satu pelajaran yang mengajarkan siswa bertingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan

  2 yang memiliki dimensi religious dan berkemampuan Ilmiah.

  Dalam mengaktualisasikan tujuan tersebut seorang pendidik bertanggung jawab mengantarkan peserta didik kearah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan sifat-sifat Allah menjadi sebagian karakteristik kepribadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial. Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransfer pengetahuan belaka, akan tetapi juga untuk merealisasikan nilai

  • –nilai pada peserta didik. Bentuk nilai yang ditransfer dan disosialisasikan paling tidak meliputi nilai etis, nilai pragmatis dan nilai religious. Secara factual, pelaksanaan pengajaran dan pemberian pengetahuan dibidang agama Islam dan untuk merealisasikan nilai pada peserta didik merupakan tugas yang cukup berat ditengah kehidupan masyarakat yang kompleks, apalagi pada masa sekarang yaitu pada masa

  3 perkembangan era globalisasi dan informasi.

  Untuk menuju kearah efesiensi dalam mengolah pendidikan kegiatan belajar-mengajar di sekolah idealnya harus mengarah pada kemandirian peserta didik dalam belajar . Menurut Teori kontruktivisme , peserta didik harus menemukan sendiri dan menstransformasi informasi kompleks , 2 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009).

  h.137 mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dalam merevisi apabila

  4

  aturan – aturan itu tidak sesuai lagi.

  Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif . Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah di amanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenjang pendidikan . Sesuai dengan TAP MPR No.

  II/MPR/1988, Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

  Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta

  5 sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.

  Pada kurikulum PAI memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslimyang berkembang dalam keimanan, ketakwaan,

  6 berbangsa dan bernegara. 4 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Brorientasi Kontruktivistik, ( Jakarta : Prestasi Pustaka,2007 ),h.13 5 Sudarsono, Kenakalan Remaja,( Jakarta: Rienka Cipta, 2000). h.128

  Dalam Al- Qur’an surat Al-Insyiqaaq ayat 6:

          

  Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan

  7 sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.

  Untuk mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia serta mencari kebenaran-kebenaran permasalahan agama secara ilmiah merupakan tantangan yang dihadapi ketika melaksanakan pembelajaran PAI. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hannya mengajarkan pengetahuan tentang agama tetapi materi itu pun harus berbasis pada fakta atau fenomena serta dapat membetuk kepribadian peserta didik agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat.

  Pembelajaran pada hakikatnya sangat terkait dengan bagaimana membangun interaksi yang baik antar dua komponen yaitu guru dan peserta didik. Dalam interaksi kelas guru menjadi pusat perhatian bagi peserta didik . Mulai dari penampilan, kemampuan mengajar, sikap , kedisiplinan serta hal- hal kecil yang terkadang lepas dari perhatian guru pun dapat menjadi objek penilaian peserta didik terhadap gurunya. Tak jarang peserta didik melakukan imitasi terhadap kebiasaan pola dari guru tersebut.

  Interaksi yang baik dapat digambarkan dengan suatu keadaan dimana guru dapat membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauan diri sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai kebutuhan mereka . Karena itu hendaklah pembelajaran agama islam 7 Departemen Agama RI , Al-Quran dan Tafsirnya, Dirjen Bimbingan Islam, Jakarta, berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama dan

  8 mengkorelasikan dengan kenyataan yang ada disekitar peserta didik.

  Selama ini, dalam pembelajaran PAI menjelaskan materi masih sebatas apa adanya, tanpa menunjukan fakta atau fenomena yang ada di sekitar peserta didik dan pembelajaran dalam keadaan pasif yaitu guru menerangkan, peserta didik mendengarkan, guru bertanya peserta didik menjawab seterusnya.

  Sehingga materi yang disampaikan kurang bermakna bagi peserta didik.

  Guru beranggapan tugasnya hannya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikan topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum, selain itu cara penyajian materi pembelajaran pun kurang menantang, sehingga peserta didik malas untuk berfikir dan hannya menerima apa yang disampaikan oleh guru saja.

  Padahal pembelajaran merupakan proses ilmiah yang apa bila dilakukan dengan tahap tahap yang baik akan menghasilkan sesuatu hasil yang lebih bermakna. Sebagaimana mana hal nya pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013 yang mana dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah dengan kata lain berbasis saintifik.

  Sebagaimana Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang setandar proses pendidikan dasar dan menengah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah atau basis saintifik. Pendekatan Ilmiah diyakini sebagai titik emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta 8 Ahmad Munjir Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran didik.pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah atau saintifik lebih efektif

  9 hasilnya dibandingkan dengan pembelajara tradisional.

  Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, juga dapat mendorong siswa melakukan penyelidikan guna menemukan fakta dari suatu fenomena kejadian. Artinya dalam proses pembelajaran peserta didik dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah bukan diajak beropini, mereka dilatik untuk berfikir logis runtut dan sistematis.

  Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini telah memberikan pengalaman baru sekaligus merupakan tantangan bagi para praktisi untuk memanfaatkan perubahan tersebut menjadi salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologi (saintifik) menjadi bagian yang penting dan tidak

  10 dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

  Kehadiran teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Hal ini di lihat bahwa penemuan teknologi dari para ilmuan yang jenius berawal dari tujuan

  11 untuk memudahkan aktivitas manusia, seperti satelit komunikasi.

  Perubahan kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang dihasilkan melalui model pendekatan bottom up approach. 9 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendekatan – Pedekatan Ilmiah dalam

  Pembelajaran .( Jakarta : Pustaka,2013 ),h.1-3 10 11 Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h.10 Hamzah B. Uno, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, (Jakarta; Bumi

  Sedangkan kurikulum 2013 yang merupakan hasil dari perubahan kurikulum 2006, merupakan kurikulum yang dihasilkan melalui model pendekatan top down approach yang berbasis saintifik.

  Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada saintifik sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki landasan nilai-nilai agama, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis saintifik merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  Pendekatan saintifik diperlukan dalam rangka membantu proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menjadi manusia yang berpengetahuan dan berbudi luhur. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bertujuan sebagai wahana pelestarian nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan, sehingga setiap individu berkewajiban untuk dapat berperan aktif dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara.

  Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan

  12 konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

  Upaya penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh tetapi untuk menumbuhkembangkan proses berpikir logis dan ilmiah. Pendekatan saintifik/ilmiah dapat membiasakan peserta didik untuk berpikir kritis dan logis, tidak berpikir sembrono atau menyimpulkan suatu masalah secara sembarangan.

  Seperti sekolah yang penulis teliti yaitu SMAN 13 Bandar Lampung, telah menerapkan kurikulum 2013 yang mana berbasis saintifik. Pada kurikulum ini yang ditekankan adalah aspek afektif yakni sikap peserta didik. Peserta didik tidak hannya dinilai melalui kemampuan kognitif saja melainkan mempertimbangkan aspek tingkah laku peserta didik tersebut.

  Dalam perkembangannya siswa-siswa pada masa sekarang sangat memprihatinkan untuk merubah keadaan itu guru perlu merangsang kemauan atau minat siswa terhadap perkembangan pendidikan nilai-nilai pendidikan agama melalui pembelajaran PAI dan upaya guru untuk membantu sangat diperlukan sebagai pembimbing, apabila yang dibimbingnya berhasil maka akan tercipta keadaan yang sejalan antara pendidikan Islam dan pendidikan umum. Karena agama itu adalah sumber dari segala ilmu yang termuat dalam kitab al- 12 qur’an apabila kita mampu memahami isi kandungannya.

  . Sudrajat, Akhmad. Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran. (Jakarta bumi

  Seorang guru adalah pembimbing siswanya dan mengasuh, melatih terhadap perkembangan rohani dan jasmani siswa. Meskipun berada di sekolah umum,sangat baik apabila ditingkatkan nilai- nilai pendidikan agama islam bagi siswa, agar siswa bisa berbuat dan berfikir secara islami dan mengetahui tentang agama. “Pendidikan dalam konteks Islam yaitu bimbingan terhadap perkembangan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua

  13 ajaran Islam.

  Untuk meningkatkan pendidikan agama Islam,guru harus memiliki pendekatan yang tepat dalam mengajarkan hal-hal yang bersifat agama agar siswa tersebut menyenangi mata pelajaran tersebut, seperti menghubungkan hal-hal yang bersifat umum kedalam agama.contoh kecilnya menghubungkan pelajaran Matematika dengan sholat yaitu; Dalam sholat 5 waktu terdapat 17 rakaat, 17 adalah bentuk hitungan angka. Jadi, orang yang melakukan sholat berarti bisa menghitung suatu jumlah raka’at dalam sholat hal tersebut adalah unsur dari pelajaran Matematika.

  “Mengenai kompetensi guru ada sepuluh profil kemampuan dasar bagi seorang guru”

1. Menguasai bahan 2.

  Mengelola program balajar mengajar 3. mengelola kelas 4. menggunakan media

  5. menguasai landasan-landasan kependidikan 6. mengelola interaksi belajar mengajar 7. menilai prestasi siswea untuk kepentingan pengajaran 8. mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyulihan disekolah

  14 9.

  mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran”Guru Pendidikan Agama Islam mengajarkan dan menanamkaan nilai- nilai pendidikan agama kepada siswa di sekolah umum dimana siswa tersebut pada masa puber sehingga akan bermanfaat setidaknya untuk mengurangi tingkat kenakalan remaja dan tindakan negative serta menyeimbangkan pendidikan akhlak dengan kecerdasan akal.

  Berdasarkan paparan diatas studi ini penting ,mengingat pengembangan pendidikan agama Islam memiliki fungsi yang baik juga penting dalam membentuk karakteristik pribadi muslim dan juga dapat menjadi control bagi siswa dari hal-hal negative yang akan ia hadapi.

Tabel 1.1 Wawancara awal mengenai Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Saintifik di SMAN 13 Bandar Lampung. No Pertanyaan Jawaban

  Bagaimana pandangan bapak Sangat baik, karena dengan adanya tentang pembelajaran PAI pembelajaran PAI dengan pendekatan 1 berbasis Saintifik terhadap Saintifik dapat membuat peserta didik lebih peserta didik? aktif. Apakah bapak membuat Ya, saya membuatnya 2 perangkat pembelajaran berbasis Saintifik? 14 Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo

  Apakah bapak sudah Ya, hanya saja belum maksimal karena di menerapkan pendekatan SMAN 13 baru menerapkan kurikulum

  3 Saintifik mulai dari 2013. perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi,? Media apa saja yang Buku paket dan LCD 4 digunakan sebagai penunjang pembelajaran PAI Apakah ada kendala dalam Ada, karena pesetadidik belum terbiasa mengimplementaskian dengan pembelajaran Saintifik

  5 pembelajaran PAI berbasis Saintifik

  Berdasarkan pengamatan awal ( studi pendahuluan ) dalam hal ini penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut :

  1. Upaya guru dalam mengimplementasikan pembelajaran pendidikan agama islam yang berbasis saintifik

2. Guru harus mampu menarik perhatian siswa dalam mengajarkan hal-hal yang bersifat agama agar siswa tersebut menyenangi mata pelajarannya.

  Dari gejala-gejala yang dikemukakan diatas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul :

  “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS SAINTIFIK DI SMAN 13

BANDAR LAMPUNG.

B. MASALAH

  Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Saintifik.

1. Identifikasi Masalah

  Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa

  Pendidikan Agama Islam Berbasis saintifik di SMAN 13 Bandar Lampung.

  Dari persoalan-persoalan pokok tersebut, maka persoalan

  • – persoalan yang mingintari kajian inji dapat di identifikasikan sebagai berikut : a.

  Implementasi pendidikan agama Islam berbasis saintifik masih kurang efektif.

  b.

  Penerapan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari setelah pelaksanaan pendekatan saintifik seperti apa.

2. Fokus Masalah

  Mengingat banyaknya persoalan dalam kajian ini, untuk itu penulis hanya memfokuskan pada pokok bahasan tentang Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Saintifik.

  C. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang, identifiksai dan batasan masalah maka rumusan masalahnya ialah “Bagaimana Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis

  Saintifik di SMAN 13 Bandar Lampung ”?

  D. TUJUAN DAN KEGUNAAN 1.

  Tujuan Menurut Heri Jauhari tujuan dan kegunaan penelitian yaitu: ”Tujuan dan manfaat penelitian selalu ada dalam penelitian biasanya untuk mengetahui sebuah atau sejumlah . Adapun manfaat yaitu segala sesuatu

  15 yang bisa dirasakan dan dilaksanakan.

15 Heri Jauhari, Panduan Penulisan Sekeripsi Teori dan Aplikasi, ( Bandung : Pustaka

  Tujuan penulisan proposal ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara ilmiyah dan sistematis tentang :

1.1 Menganalisis secara kritis tentang implementasi pembelajaran PAI berbasis saintifik di SMAN 13 Bandar Lampung.

  1.2 Untuk mengetahui factor-faktor dalam implementasi pembelajaran pendidikan agama islam berbasis saintifik di SMAN 13 Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a.

  Manfaat Untuk Sekolah 1.

  Sebagai kontribusi pemikiran khususnya bagi pengembangan dan peningkatan pendidikan di lembaga SMAN 13 Bandar Lampung.

2. Untuk memberikan informasi dan masukan bagi pihak sekolah mengenai implementasi pembelajaran PAI berbasis saintifik.

  b.

  Manfaat Untuk Guru Sebagai informasi bagi guru yang mengajar agar dapat mengembangkan pendidikan agama Islam disekolah dengan basis saintifik tersebut sehingga berdampak pada perkembangan siswa- siswa.

  c.

  Manfaat Untuk Siswa Informasi bagi siswa tentang pentingnya implementasi pembelajaran PAI dengan basis saintifik d.

  Manfaat Untuk Penelitian 1.

  Sebagai pengembangan wawasan keilmuan bagi penulis dalam bidang pendidikan yang berkaitan karya ilmiyah.

2. Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat dijadikan sebagai bekal bagi peneliti.

  3. Sebagai tambahan keilmuan yang mana nantinya dapat di gunakan sebagai pembekalan diri yang mana zaman pasti banyak perubahan – perubahan.

E. Jenis dan MetodePenelitian

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluatif. Pendekatan kualitatif berarti upaya menemukan kebenaran wilayah - wilayah konsep mutu . Mutu dapat diartikan sebagai berbagai komponen atau factor karena kelengkapan unsurnya serta keterkaitan satu sama lain sehingga menunjukan kekuatan

  16

  kapasitas dari induk ( konsep ) dari komponen-komponen itu. Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang tidak menggunakan dasar kerja statistic , tetapi berdasarkan bukti-bukti kualitatif.

  Dalam tulisan lain menyatakan pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berdasarkan pada kenyataan lapangan dan apa yang dialami

  17

  oleh responden akhirnya dicari rujukan teorinya. Penelitian ini melakukan pendekatan berdasar kan pada kenyataan lapangan yang berupa buki-bukti kualitatif dan apa yang dialami oleh responden. 16 Rusmin Tumatagor , Theknik Pengumpulan Data Kualitatif dan Kuantitatif , makalah

  pada workshop penelitian tingkat dasar , tgl 3-4 Maret 2009

  Jenis metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian suatu kelompok manusia, objek, suatu set kondisi,suatu system pemikiran tau pun sua tu kelas pristiwa masa sekarang . Tujuan dari penelian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-

  18 fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

  Secara obyektif jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus . Sifat khas studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan data yang dikumpulkan dalam rangka untuk dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang

  19 bersangkutan yang berarti studikasus merupakan penelitian teksploratif.

  Penelitian ini diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari data tersebut., data sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan data hanya berlaku untuk data tersebut. Suatu data dapat terdiri atas satu unit atau lebih tetapi memiliki satu data kesatuan. Data dapat diperoleh dari satu orang, satu kelas, satu sekolah, atau beberapa sekolah tetepi dalam satu kantor kecamatan.

  Dari Aspek Metodelogi, Metode Merupakan prosedur penelitian social yang diarahkan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambaran dan angka-angka. Oleh karna itu metode penelitian deskriptif 18 Moh. Nazir , Metode Penelitian , ( Jakarta: Ghalia Indonesia , 2003).Cet. Ke-3,h.54 kualitatif ini difokuskan pada persoalan penelitian yang diterapkan atas dasar fakta dan dilakukan dengan cara terlibat serta wawancara mendalam.

  Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas social dengan menerapkan berbagai teori dan konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dalam hal ini obyek yang diteliti difokuskan pada pengembangan nilai-nilai agama pada pembelajaran PAI Tetapi berbasis saintifik di SMP Negeri 7 Kotabumi. Untuk focus penelitian diarahkan kepada pembelajaran PAI serta pengembangannya dengan berbasis saintifik melalui peserta didik.

  Dalam penelitian ini pelaksanaannya tidak dibatasi pada variable tertentu sebagaimana yang berlaku pada penelitian kuantitatif, tetapi lebih kepada data-data yang berkaitan dengan kata-kata , tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang diamati .Penelitian ini diusahankan mengumpulkan data deskriptif sebanyak mungkin yang akan dituangkan dalam bentuk laporan

  20 penelitian.

F. Jenis dan Sumber Data

  Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah gejala-gejala sebagaimana adanya berupa perkataan, ucapan dan pendapat pimpinan lembaga atau Kepala Sekolah dan dewan guru atau siswa. Sumber data diperoleh dari situasi yang wajar maka dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua yaitu : sumber pimer atau disebut Informan dan sumber sekunder subjek penelitian. Informan dalam penelitian ini diambil untuk memberikan informasi yang terkait dengan persoalan yang dikaji yaitu guru PAI SMAN 13 Bandar Lampung Berjumlah 1 Orang.

  Menurut Fraenkel dan Norman E. Wallen istilah “ sumber data” mengarahkan pada jenis-jenis informasi yang diperoleh peneliti melalui subjek penelitiannya dari mana data dapat diperoleh. Dengan demikian data yang diperoleh berhubungan dengan subjek yang akan diteliti yaitu data mengenai implementasi pengembangan nilai-nilai agama pada pembelajaran PAI berbasis saintifik di SMAN 13 Bandar Lampung. Adapun sumber data yang digunakan peneliti adalah : 1.

  Sumber data primer atau sumber utama yaitu informasi yang berbentuk lisan yang diperoleh dari informan ( manusia ) dalam hal ini adalah Guru PAI, Dewan Guru , Siswa serta Kepala Sekolah , SMAN 13 Bandar Lampung.

  2. Sumber data sekunder atau sumber data penunjang , yaitu arsip , dokumen resmi. Dari sumber-sumber ini diperoleh data yang berkaitan dengan pengembangan nilai agama pada pendidikan agama islam berbasis saintifik, pelaksanaannya maupunevaluasi pada peserta didikan di Bandar Lampung.

G. Metode Pengumpulan Data

  Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Metode observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis dengan menggunakan indra terhadap beberapa peristiwa yang terjadi atau berlangsung ditangkap pada waktu

  21

  peristiwa tersebut terjadi. Menurut Nawawi , metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang Nampak

  22 pada objek penelitian.

  Menurut Denis P. Forcese , teknik yang digunakan adalah non participant observation dimana peneliti berada diluar subjek, yang pada dasarnya meliputi pengamatan tanpa menggunakan identitas dan kelompok diberi tahu tentang kepentingan penelitian. Dalam Observasi Ini peneliti tidak ikut terlibat langsung didalam kehidupan seseorang yang di observasi dan terpisah berkedudukan sebagai pengamat. Berdasarkan klasifikasi di atas, observasi, dalam penelitian ini termasuk dalam observasi berpartisipasi pasif (pasive partisipation) atau non participan, di mana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaannya, penelitin datang kesekolah, mengamati dan mencatat suasana maupun peristiwa yang terjadi pada objek penelitian.

2. Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan tanya jawab

  23

  sepihak yang di kerjakan berdasarkan pada tujuan penyelidikan. Esterberg dalam sugiono medevinisikan wawancara sebagai pertemun dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

21 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, ( Yogyakarta: Gadjah Mada

  University Press, 2001), h.100 22 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Di Bidang Sosial, ( Yogyakarta : Gajah mada University Press, 2001),h.10

  24

  dikonstrusikan maka dalam suatu topik tertentu. Lebih lanjut susunan Stainbeck, dalam Sugiono menjelaskan bahwa melalui wawan cara, penelitian akan mengetahui hal-hal yang lebih dalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa di temukan melalui observasi.

  Dalam hal ini penelitian akan melakukan wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru, siswa, dan pihak terkait dengan sekolah.

  Jika di lihat dari jenisnya, maka wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur ( semi terstruktur interview) jenis wawancara ini sudah termasuk dalam katagori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila di bandingkan dengan wawancara struktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang di ajak wawancara dimana pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, penelitian perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang di kemukakan oleh informan. Adapun langkah-langkah wawancara dalam penelitian kualitatif sebagai berikut: a.

  Menetapkan kepada siapa wawancara akan di lakukan.

  b.

  Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan 24 pembicaraan.

  Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, c.

  Mengawali atau membuka alur wawancara.

  d.

  Melakukan alur wawancara.

  e. ikhtisar hasil wawancara dan Mengkonfirmasikan mengahirinya.

  f.

  Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan.

  g.

  Mengidenfitifikasikan tidak lanjut wawancara yang telah di

  25 peroleh.

  3. Dokumentasi digunakan untuk mencari data melalui beberapa arsip dan dokumentasi, surat kabar, majalah, jurnal, buku, dan benda-benda tertulis lainya yang relefan. Dokumen-dokumen yang di himpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Apabila fokus pada masalah pendidikan khususnya kegiatan pembelajaran PAI berbasis saintifik, maka di cari dokumen yang memuat tentang pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis saintifik sereta dokumen tentang akhlak peserta didik di sekolah tersebut.

H. Metode Analisis Data

   Menurut Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

  mengurutkan data karena dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja spirit yang disarankan oleh data. Setelah berbagai data dari lapangan terkumpul, dengan menggunakan beberapa metode di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif.

  Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan, menguraikan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul, dengan memberi perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diobservasi, sehingga memperoleh gambaran secara umum

  26 dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

  Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu: dari observasi, wawancara, dan dokumen- dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Maka dari itu, penulis menggunakan tehnik analisa deskriptif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan sederhana tentang bagaimana kemampuan guru A- Qur’an Hadits memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar siswa, sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

  Sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang bisa diceritakan

  27 kepada orang lain”.

  Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan langkah- langkah sebagai berikut:

  1. Reduksi Data Reduksi data adalah merupakan kumpulan analisis data yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan atau diverifikasi. Data yang diperoleh dari lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar mudah untuk menyimpulkannya.

  Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan serta membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.

  2. Diplay Data atau Penyajian Data Diplay data atau penyajian data yaitu, mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah ada di susun dengan menggunakan teks yang bersifat naratif, selain itu bisa juga bersifat matriks, grafik, network dan chart. Selain itu juga supaya peneliti mudah

27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

  dalam memahami yang telah terjadi dan dapat merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

  Menarik kesimpulan atau verifikasi merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu, kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan

  28 kesimpulan yang valid.

  Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk diambil kesimpulan.

I. KERANGKA FIKIR

  Implemetesi yaitu upaya atau realisasi suatu kegiatan dalam mencapai terget atau sasaran yangtelah ditetapkan secara efektif dan efisien.Dalam kaitannya dengan penelitian ini merupakan realisasi atau penetapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI terhadap siswa SMP SMAN 13 Bandar Lampung untuk memahami, menguasai dan mengamalkan masalah akhlak karimah dengan baik dan benar.

  Dimyati dan Mudjiono memakanai pembelajaran sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan,keterampilan dan

  29

  sikap. Sedangkan Syaiful Segal mengartikan pembelajaran sebagai 28 .

  Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), h. 169 29 Dimayanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002),

  membelajarkan peserta didik menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

  Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah.Mengajar dilakukan oleh

  30 peserta didik.

  Agama menurut bahasa sangsekerta berarti tidak kacau ( a= tidak gama=kacau) dengan kata lain agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Di dunia barat terdapat suatu istilah umum pengertian agama yaitu religi, religie, religion ). Istilah lain dari Agama berasal dari bahasa arab yaitu Addin yang berarti hukum,perhitungan, kerajaan,kekuasaan, keputusan, pembalasan kesemua itu memberikan gambaran bahwa Addiin merupakan gambaran pengabdian dan penyerahan mutlak seorang hamba kepada Tuhan dengan upacara dan tingkah laku

  

31

sebagai manifestasi ketaatan tersebut.

  Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pembelajara pada hakekatnya merupakan proses pembelajaran mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam lingkungan tertentu yang sengaja dikelola untuk menciptakan peran serta siswa dalam memperoleh dan menproses pengetahuan, keterampilan dan sifat. Unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran dan mempengaruhi keberhsilan pembelajaran antara lain: (1) peserta didik; (2) guru; (3) kurikulum; (4) metode pembelajaran; dan (5) media pembelajaran. 30 31 Syaiful Segala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2005), h.61 Yusuf Syamsul, Psikologi Belajar Agama, ( Bandung : Pustaka Bani Qurais,2003),

  Adapun Pendidikan Agama Islam (PAI) berasal dari kata pendidikan dan agama islam. Pendidikan secara interen merupakan peruses penanaman nilai-nilai kebebasan dan kemerdekaan terhadap peserta didik utuk

  32

  menyatakan pikiran serta mengembangkan totalitas dirinya. Dengan Kata lain Pendidikan Merupakan Proses transmisi ajaran Islam dari generasi ke generasi berikutnya, Proses tersebut tidak hannya melibat kan aspek kognitif (pengetahuan) tetapi juga afektif dan psikomotorik ( sikap dan pengalaman belajar).

  Sedangkan kata agama berasal dari bahasa arab yaitu Addin yang berarti hukum,perhitungan, kerajaan,kekuasaan, keputusan, pembalasan kesemua itu memberikan gambaran bahwa Addiin merupakan gambaran pengabdian dan penyerahan mutlak seorang hamba kepada Tuhan dengan

  33

  upacara dan tingkah laku sebagai manifestasi ketaatan tersebut. Dan kata agama Islam berarti suatu hukum atau peraturan yang berdasarkan syariat- syariat islam atau tuntunan Islam.

  Pendidikan sudah seharusnya menghasilkan perubahan sikap, oleh karna itu untuk membentuk peserta didik yang memiliki kepribadian paripurna, maka ekstensi agama merupakan suatu kemestian untuk diajarkan di sekolah-sekolah.Pada dataran oprasional prosesnya tidak hannya dilakukan sebatas transfer of knowledge, akan tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana ilmu mereka proleh mampu membuahkan sikap baik ( akhlakul karimah), sesuai dengan pesan nilai yang dimilikinya. 32 H. Samsul Nizar ,Membincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA

  Tentang Pendidikan Islam, ( Jakarta,Kencana,2008), h.113

  Menurut Ahmad D.marimba Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian

  

34

utama menurut ukuran-ukuran islam.

  Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh seserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang ada pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

  35 hidup.

  Saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

  Selain itu saintifik juga merupakan sesuatu yang menghubungkan antara sains

  36 dengan etika atau moral khusus dalam pendidikan.

  Berikut contoh kegiatan belajar dan deskripsi langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran kurikulum 2013 adalah:

  1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui - Mengamati 34 Ahmad D. Marimba, pengantar filsafat pendidikan islam, (Bandung :Al-

  Ma’arif, 2000), h.23 35 36 Zakiyah Drajad, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), h. 87 Loeloek Endah P, Panduan Memahami Kurikulum 2013,( Jakarta : PT Pestasi dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

  2. Menanya: mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati- Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

  3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber - Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

  4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi - mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

  5. Mengkomunikasikan: SISWA menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya - menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

  6.

  (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: SISWA menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

  

KERANGKA FIKIR PENELITIAN

Proses Out Put Input Pengembangan Peserta didik yang Pembelajaran PAI berahlak mulia dan Peserta Didik berbasis saintifik: memahami nilai- nilai agama secara

1. Perencanaan konperhensip

  Menyusun RPP

  • Memilih dan
  • Mengembangk an Bahan Ajar

2. Pelaksanaan

  • Metode Media

  Strategi dan

  • 3. Evaluasi

  Proses

  • Hasil -

BAB II LANDASAN TEORI A. Implementasi Pembelejaran Pendidikan Agama Islam 1. Implementasi Pembelajaran Implementasi yaitu upaya atau realisasi suatu kegiatan dalam mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya

  yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Maka, implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulum, permasalahan yang besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah direncanakan maka terjadilah kesia-siaan antara rangcangan dengan implementasi.

  Implementasi juga adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan terinci. Implementasi biasanya

  37

  dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar akktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut Hanifah implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi suatu pengembangan. 37 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung: Alfabeta,

  Sedangkan pengembangan adalah sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan

  38

  sikap. sedangkan Syaiful Segal mengartikan pembelajaran sebagai membelajarkan peserta didik menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan suatu pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah antara guru dan peserta

  39 didik.

  Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interkasi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar diri seoarang guru untuk membelajarkan siswannya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang

  40 diharapkan.

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

  H. Haidar Putra Daulay, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang 41 berbentuk jasmani maupun rohani. Sedangkan definisi pendidikan agama 38 Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Rencana Aksi Sekjen

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

1 1 8

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Job Characteristic Terhadap Cyberloafing pada Karyawan Telekomunikasi

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Dinamika Pembentukan Identitas pada Kelompok Straight Edge di Kota Medan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - BAB I (PENDAHULUAN)

0 3 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pembelajaran pendidikan agama islam dalam internalisasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa peserta didik di Sman 2 Kota Agung Kabupaten Tanggamus - Raden Intan Repository

0 4 121

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peran guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di Smp Negri 1 kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus - Raden Intan Repository

0 0 16

1 BAB I PENDAHULUAN - Hubungan penggunaan media pembelajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama islam di Smp Negri 1 Ketepang Lampung Selatan - Raden Intan Repository

1 6 151

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pembelajaran pendidikan agama islam berwawasan multikultum pada Sman 1 Bumi Agung Kabupaten Way Kanan - Raden Intan Repository

0 0 130

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peran guru pendidikan agama islam dalam pembinaan akhlak peserta didik di sekolah menengah atas nurul hidayah Karang Pucung Kecamatan Waysulun Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 29