BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1536553695Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya EDITED9 8 1
BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
5.1. Potensi Pendanaan APBD
Bagian ini berisikan potensi pendanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya pada APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 38
tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten
mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah
daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintah daerah dimaksud meliputi :
Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah mendorong Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan maksud agar ketergantungan dari Pemerintah Pusat dapat dikurangi. Tekad
Pemerintah Pusat untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam mengelola
daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya Undang-undang Otonomi Daerah, yang
terdiri dari UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU No.
22 Tahun 1999 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menggantikan UU No. 25 Tahun 1999. Dengan
demikian daerah telah memposisikan dirinya pada posisi yang sangat strategis dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2016 sebesar 1.882.852.410
rupiah, dimana rencana pendapatan asli daerah sebesar 740.366.097 rupiah, dana
perimbangan 846.982.852 rupiah, dan lain-lain pendapatan yang sah 295.503.461 rupiah.
Realisasi belanja Pemerintah Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 2.048.492.742 rupiah.
Realisasi belanja daerah terbesar adalah dari belanja tidak langsung sebesar 1.087.829.312
disusul dengan belanja langsung sebesar 960.663.429 rupiah.
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Denpasar Tahun 2009-2013
dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.
V-1
Pendapatan (Rp.000)
Perkembangan Pendapatan Kota
Denpasar 2013 - 2016
2.000.000.000,00
1.800.000.000,00
1.600.000.000,00
1.400.000.000,00
1.200.000.000,00
1.000.000.000,00
800.000.000,00
600.000.000,00
400.000.000,00
200.000.000,00
0,00
2013
2014
2015
2016
Lain-lain Pendapatan yang sah 240.360.531,90 333.272.334,75 384.758.839,11 295.503.460,74
Dana Perimbangan
666.251.039,46 710.063.321,43 710.994.796 846.982.852,26
Pendapatan Asli Daerah
586.955.993,82 644.177.977,75 724.497.965,13 740.366.097,39
Gambar 5. 1 Perkembangan Pendapatan Kota Denpasar 2009 - 2013
Perkembangan Belanja Kota Denpasar
2013 - 2016
3.000.000.000,00
Belanja (Rp.000)
2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000,00
0,00
2013
2014
2015
2016
Pengeluaran Pembiayaan 837.726.981,90 743.938.496,05 607.667.032,63 618.646.413,20
Belanja Langsung
837.726.981,27 879.988.698,10 849.988.698,10 960.663.429,44
Belanja Tak Langsung
903.173.693,27 1.004.785.459,6 1.185.487.734,0 1.087.829.312,0
Gambar 5. 2 Perkembangan Belanja Kota Denpasar 2009 - 2013
V-2
Tabel 5. 1 Perkembangan Pendapatan Kota Denpasar Tahun 2009-2013
Pendapatan
Daerah
Pendapatan Asli
Daerah
Dana
Perimbangan
Lain-lain
Pendapatan yang
sah
Total
Penerimaan
2013
Rp.
586.955.993,82
666.251.039,46
2014
%
39,3
44,6
240.360.531,90
Rp.
644.177.977,75
710.063.321,43
%
43,1
47,5
333.272.334,75
16,1
1.493.567.565,18
2015
100
Rp.
724.497.965,13
710.994.796
%
48,5
47,6
384.758.839,11
22,3
1.678.453.633,93
2016
100
Rp.
740.366.097,39
846.982.852,26
49,6
56,7
295.503.460,74
25,8
1.820.251.600,25
%
100
19,8
1.882.852.410,38
100
Tabel 5. 2 Perkembangan Belanja Kota Denpasar 2009 – 2013
Pendapatan
Daerah
Belanja Tak
Langsung
Belanja
Langsung
Pengeluaran
Pembiayaan
Total
2013
2014
2015
2016
Rp.
%
Rp.
%
Rp.
%
Rp.
%
903.173.693,27
35,03
1.004.785.459,64
38,97
1.185.487.734,07
45,97
1.087.829.312,09
42,19
837.726.981,27
32,49
879.988.698,10
34,13
849.988.698,10
32,96
960.663.429,44
37,25
26,9
607.667.032,63
21,1
100
2.884.918.501,95
100
837.726.981,90
2.578.627.656,44
32,5
100
743.938.496,05
2.764.762.855,84
618.646.413,20
3.009.156.170,96
20,6
100
V-3
Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 menunjukan adanya sedikit perbedaan antara pendapatan dan
belanja daerah, dari tahun 2013 s/d 2016 menunjukan adanya defisit anggaran.
Ditinjau dari proporsi pendapatan daerah (Gambar 5.1), dari tahun 2013 s/d tahu
2016 dana perimbangan mendominasi pendapatan daerah Kota Denpasar. Ditinjau dari
proporsi belanja daerah dari tahun 2013 s//d 2016 proporsi belanja tidak langsung selalu
mendominasi. Struktur anggaran dengan proporsi belanja langsung lebih kecil dari belanja
tidak langsung menunjukan kecilnya anggaran untuk kegiatan pembangunan khususnya
terkait dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Rasio kemandirian keuangan daerah, perbandingan antara PAD dengan Dana
Perimbangan pada tahun terakhir (2016) menunjukan angka 99,68 %. Angka ini termasuk
kemandirian keuangan daerah kategori sangat tinggi atau sangat kecil ketergantungannya
dengan pihak eksternal (Pemerintah Pusat, Provinsi).
Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran guna mewujudkan pembangunan yang lebih
merata sejalan dengan potensi yang dimiliki. Kondisi ini akan mampu mendorong
pembangunan yang lebih luas dan merata dengan kerja keras mengerahkan segala upaya
untuk menggali potensi yang ada untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Rendahnya kemandirian keuangan daerah adalah akibat rendahnya pendapatan asli daerah
dan ini merupakan cerminan kemampuan daerah untuk membiayai pengeluaran dalam
rangka mewujudkan pembangunan yang lebih merata di daerah tidak atau belum
terlaksana seperti yang diharapkan. Untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah
dalam membiayai pengeluaran daerah Kota Denpasar maka variabel yang digunakan
sebagai dasar estimasi pengeluaran daerah yaitu penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah yang berasal dari jasa makanan, minuman, dan jasa perhotelan. Maka kedua
komponen tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih serius, hal ini karena pajak dan
retribusi sangat dominan dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam
membiayai pengeluaran daerah Kota Denpasar.
Tantangan ke depan yang mesti diatasi dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah adalah meningkatkan PAD dari sumber-sumber yang menjadi beban ekonomi biaya
tinggi bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya UU No 28 tahun 2010 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah membuka peluang peningkatan pajak daerah yang berasal dari Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Dituntut kesigapan Pemerintah Kota
Denpasar dalam menyiapkan perangkat regulasinya, memperkuat basis data wajib pajak,
dan memperbaiki manajemen pajak daerah. Di samping itu, penyerahan pengelolaan pajak
V-4
air bawah tanah dari Pemerintah Provinsi ke Pemerintah Kabupaten/Kota juga membuka
peluang yang sama dan menuntut prasyarat dan perbaikan kinerja aparat yang menangani
pajak daerah.
Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja
maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan
dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Pada Tabel 5.1, sebagai berikut:
Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah
= 33,46 % per tahun;
Laju pertumbuhan Dana Perimbangan
= 7,06 % per tahun;
Laju pertumbuhan lain-lain pendapatan yang sah = 33,28 % per tahun
Berdasarkan kecenderungan atau rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah maka proyeksi
dengan perhitungan regresi pendapatan daearh Kota Denpasar 2017 – 2021 seperti pada
matriks:
V-5
Tabel 5. 3 Matriks Potensi Pendanaan APBD Kota Denpasar
Realisasi
Jumlah
Proyeksi
tahun 2010
tahun 2011
tahun 2012
tahun 2013
tahun 2014
Rp
% APBD
%
kenaikan
APBD
per th
2
3
4
5
6
7
8
9
Sektor
1
Bangkim
PBL
SPAM
PLP
Total Belanja
APBD CK
Total Belanja
APBD
4.915.806
2.878.000
7.315.211
1.220.000
13.673.210
4.017.070
27.631.795
13.431.600
32.294.006
15.697.864
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
10
11
13
14
15
85.830.028
1,14
31.537.543
35.849.646
40.751.340
46.323.238
52.656.978
37.244.534
0,50
13.685.200
15.556.367
17.683.376
20.101.210
22.849.633
188.130
213.853
243.093
276.331
314.114
6.478.980
7.364.846
8.371.835
9.516.510
10.817.694
51.889.854
58.984.712
67.049.645
76.217.289
86.638.418
2.760.761.994
3.138.238.781
3.567.327.667
4.055.085.535
4.609.534.146
0
0
512.000
0
0
512.000
0,01
98.500
1.300.000
5.282.100
5.050.000
5.902.068
17.632.668
0,23
7.892.306
9.835.211
23.484.380
46.113.395
53.893.938
141.219.230
1.129.542.231
1.256.022.646
1.497.807.387
1.750.526.909
1.879.567.453
7.513.466.626
1,88
13,67
V-6
5.2. Potensi Pendanaan APBN
Bagian ini berisikan potensi pendanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya melalui APBN Direktorat Jenderal Cipta Karya di Kota Denpasar. Perkembangan
Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN yang dilaksanakan di Kota
Denpasar dalam 4 tahun terakhir yaitu 2017-2020 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. 4 APBN Cipta Karya di Kota Denpasar 2017 – 2020
SEKTOR
Bangkim
PBL
PKPAM
PLP
Total
2017
4.860.000
500.000
37.665.105
47.650.000
90.675.105
(× Rp. 1.000,-)
2018
2019
17.500.000
2.630.000
12.000.000
2.800.000
82.529.796
3.200.000
93.137.641
1.113.450.000
205.167.437
1.122.080.000
2020
2.630.000
2.000.000
12.600.000
17.230.000
5.3. Alternatif Sumber Pendana
Bagian ini berisikan potensi alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya, di luar APBN dan APBD, antara lain melalui KPS, CSR, dan
sebagainya. Untuk kegiatan yang layak secara finansial dapat dibangun dengan skema
KPS, sedangkan kegiatan yang tidak layak secara finansial dapat diusulkan kepada swasta
sebagai CSR.
5.3.1. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
PDAM Kota Denpasar sebagai Perusahaan daerah di Kota Denpasar yang bergerak
dalam pelayanan bidang Cipta Karya khususnya sektor air minum. Rencana pembiayaan
dari perusahaan daerah dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk
pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan. dapat menjadi
salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
5.3.2. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam rangka meningkatkan pembiayaan dan investasi di Bidang Cipta karya
diperlukan beberapa terobosan dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang
tidak mengikat dan tidak menjadi beban ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat. Peluang
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kerjasama antara pemerintah dan swasta
khususnya untuk menangani pembiayaan bidang Cipta Karya.
V-7
Rencana Kerjasama Pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan adalah dalam
bentuk Bangun Kelola dan Alih Milik ataupun outsourcing. Bentuk kerjasama ini dapat
dituangkan dalam bentuk perjanjian atau kontrak antara pemerintah daerah dengan pihak
swasta dengan memaksimalkan keahlian dan asset kedua belah pihak dalam menyediakan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini resiko dan manfaat potensial dalam
menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta.
Berbagai resiko yang mungkin ditimbulkan dari pola kemitraan ini juga harus
diperhitungkan secara matang mulai dari segi pasar yang dihadapi, kemungkinan
permintaan yang menyimpang dari perjanjian atau rencana, pengoperasian infrastruktur,
biaya konstruksi yang membengkak dan kurang telitinya dalam pencantuman hak dan
kewajiban serta sanksi dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
Berbagai peluang kerjasama pemerintah dan swasta ini dapat dilakukan dalam hal
penyediaan infrastruktur dan pengelolaan infrastruktur. Beberapa area yang dapat
diterapkan ke dalam bentuk pola kerjasama pemerintah dan swasta ini dapat meliputi
proyek air minum dan persampahan.
1. Air Minum
Arah kebijakan dalam penyediaan air minum dengan skema KPS adalah
mengembangkan inovasi pendanaan yang disesuaikan dengan modalitas proyek. Strategi
yang ditempuh untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra penyediaan air minum adalah :
Memperbaharui perangkat peraturan yang mendukung pelaksanaan KPS dalam
penyediaan air minum
Mengembangkan inovasi sumber pendanaan dalam pembiayaan air minum
Memperkuat koordinasi kerjasama antar pemerintah daerah dalam konteks pelayanan
regional; serta,
Mengembangkan bundling untuk system penyediaan air minum, seperti instalasi
pengolahan air (IPA), transmisi, dan distribusi khususnya dalam skala kawasan
komersial, dan unbundling untuk penyediaan air minum yang paling komersial seperti
water meter.
2. Persampahan
Arah kebijakan dalam persampahan yang dikembangkan dengan skema KPS adalah
meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.
Strategi yang ditempuh untuk bidang persampahan adalah :
V-8
Upaya pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya melalui penerapan prinsip
3 R (reuse, reduse and recycle), dan mendorong swasta untuk menggunakan kemasan
pembungkus yang ramah lingkungan;
Pengelolaan persampahan secara professional, melalui pemasaran bisnis persamapahan
pada masyarakat dan swasta;
Perkuatan lembaga pengelolaan sampah untuk peningkatan pelayanan persampahan
dalam satu wilayah;
Pemberian jaminan kepastian hukum kerjasama pengelolaan sampah antar pemda dalam
pengelolaan akhir sampah bersama dan antara pemda dan swasta;
Memperkuat koordinasi kerjasama antar pemda dalam konteks pelayanan regional.
Mengembangkan sistem tarif (tipping fee) yang mempertimbangkan pemulihan biaya
dan kemampuan APBD dan masyarakat di daerah;
Mengembangkan bundling untuk system pengelolaan sampah, seperti pengumpulan,
pengangkutan dan pengolahan akhir sampah, khususnya dalam skala kawasan
komersial.
Pembiayaan melalui kerjasama pemerintah dan swasta ini sedang dalam proses oleh
Pemerintah Kota Denpasar melalui kerjasama dengan Perbankan, namun belum terealisasi
dikarenakan beberapa persyaratan belum terpenuhi. Pembiayaan melalui kerjasama
pemerintah dan swasta ini akan terus dilanjutkan guna dapat memenuhi pelayanan kepada
masyarakat khususnya di bidang Cipta Karya.
5.3.3. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya DI Kota Denpasar dilakukan
dengan beberapa hal yaitu :
1. Mengoptimalkan potensi pendapatan daerah. Pengembangan potensi PAD dilakukan
dengan cara:
Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan
daerah. Ekstensifikasi pajak tetap mengacu pada UU No. 34 tahun 2000 dan
peraturan perundangan lainnya dengan memperhatikan kriteria: (a) Bersifat pajak
bukan retribusi (b) Dasar pengenaan pajak tak bertentangan dengan kepentingan
umum (c) Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak provinsi/pusat (d) Potensinya
memadai (e) Tak memberikan dampak ekonomi negatif (f) Memperhatikan aspek
keadilan dan kemampuan masyarakat (g) Menjaga kelestarian lingkungan.
V-9
Pengembangan penerimaan dari perusahaan milik daerah, melalui pengelolaan
BUMD yang lebih efisien dan profesional.
Pengembangan upaya peningkatan investasi di Kota Denpasar melalui: (a)
Penyederhanaan perijinan dan penataan pelayanan investasi melalui pelayanan satu
pintu (b) Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi daerah (c)
Pengembangan sistem informasi penanaman modal daerah.
2. Memperbaiki struktur anggaran dengan meningkatkan proporsi belanja langsung.
3. Pemanfaatan dana hibah untuk bidang Cipta Karya.
4. Kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)
5. Pemanfaatan Dana CSR.
Tabel 5. 5 Alternatif Pendanaan CSR
SEKTOR
PKP
PBL
SPAM
PLP
2017
5.256.000
Total
5.256.000
(× Rp. 1.000,-)
2018
13.108.172
525.6000
18.364.172
2019
18.116.800
18.116.800
V-10
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
5.1. Potensi Pendanaan APBD
Bagian ini berisikan potensi pendanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya pada APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 38
tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten
mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah
daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintah daerah dimaksud meliputi :
Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah mendorong Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan maksud agar ketergantungan dari Pemerintah Pusat dapat dikurangi. Tekad
Pemerintah Pusat untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam mengelola
daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya Undang-undang Otonomi Daerah, yang
terdiri dari UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU No.
22 Tahun 1999 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menggantikan UU No. 25 Tahun 1999. Dengan
demikian daerah telah memposisikan dirinya pada posisi yang sangat strategis dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2016 sebesar 1.882.852.410
rupiah, dimana rencana pendapatan asli daerah sebesar 740.366.097 rupiah, dana
perimbangan 846.982.852 rupiah, dan lain-lain pendapatan yang sah 295.503.461 rupiah.
Realisasi belanja Pemerintah Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 2.048.492.742 rupiah.
Realisasi belanja daerah terbesar adalah dari belanja tidak langsung sebesar 1.087.829.312
disusul dengan belanja langsung sebesar 960.663.429 rupiah.
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Denpasar Tahun 2009-2013
dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.
V-1
Pendapatan (Rp.000)
Perkembangan Pendapatan Kota
Denpasar 2013 - 2016
2.000.000.000,00
1.800.000.000,00
1.600.000.000,00
1.400.000.000,00
1.200.000.000,00
1.000.000.000,00
800.000.000,00
600.000.000,00
400.000.000,00
200.000.000,00
0,00
2013
2014
2015
2016
Lain-lain Pendapatan yang sah 240.360.531,90 333.272.334,75 384.758.839,11 295.503.460,74
Dana Perimbangan
666.251.039,46 710.063.321,43 710.994.796 846.982.852,26
Pendapatan Asli Daerah
586.955.993,82 644.177.977,75 724.497.965,13 740.366.097,39
Gambar 5. 1 Perkembangan Pendapatan Kota Denpasar 2009 - 2013
Perkembangan Belanja Kota Denpasar
2013 - 2016
3.000.000.000,00
Belanja (Rp.000)
2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000,00
0,00
2013
2014
2015
2016
Pengeluaran Pembiayaan 837.726.981,90 743.938.496,05 607.667.032,63 618.646.413,20
Belanja Langsung
837.726.981,27 879.988.698,10 849.988.698,10 960.663.429,44
Belanja Tak Langsung
903.173.693,27 1.004.785.459,6 1.185.487.734,0 1.087.829.312,0
Gambar 5. 2 Perkembangan Belanja Kota Denpasar 2009 - 2013
V-2
Tabel 5. 1 Perkembangan Pendapatan Kota Denpasar Tahun 2009-2013
Pendapatan
Daerah
Pendapatan Asli
Daerah
Dana
Perimbangan
Lain-lain
Pendapatan yang
sah
Total
Penerimaan
2013
Rp.
586.955.993,82
666.251.039,46
2014
%
39,3
44,6
240.360.531,90
Rp.
644.177.977,75
710.063.321,43
%
43,1
47,5
333.272.334,75
16,1
1.493.567.565,18
2015
100
Rp.
724.497.965,13
710.994.796
%
48,5
47,6
384.758.839,11
22,3
1.678.453.633,93
2016
100
Rp.
740.366.097,39
846.982.852,26
49,6
56,7
295.503.460,74
25,8
1.820.251.600,25
%
100
19,8
1.882.852.410,38
100
Tabel 5. 2 Perkembangan Belanja Kota Denpasar 2009 – 2013
Pendapatan
Daerah
Belanja Tak
Langsung
Belanja
Langsung
Pengeluaran
Pembiayaan
Total
2013
2014
2015
2016
Rp.
%
Rp.
%
Rp.
%
Rp.
%
903.173.693,27
35,03
1.004.785.459,64
38,97
1.185.487.734,07
45,97
1.087.829.312,09
42,19
837.726.981,27
32,49
879.988.698,10
34,13
849.988.698,10
32,96
960.663.429,44
37,25
26,9
607.667.032,63
21,1
100
2.884.918.501,95
100
837.726.981,90
2.578.627.656,44
32,5
100
743.938.496,05
2.764.762.855,84
618.646.413,20
3.009.156.170,96
20,6
100
V-3
Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 menunjukan adanya sedikit perbedaan antara pendapatan dan
belanja daerah, dari tahun 2013 s/d 2016 menunjukan adanya defisit anggaran.
Ditinjau dari proporsi pendapatan daerah (Gambar 5.1), dari tahun 2013 s/d tahu
2016 dana perimbangan mendominasi pendapatan daerah Kota Denpasar. Ditinjau dari
proporsi belanja daerah dari tahun 2013 s//d 2016 proporsi belanja tidak langsung selalu
mendominasi. Struktur anggaran dengan proporsi belanja langsung lebih kecil dari belanja
tidak langsung menunjukan kecilnya anggaran untuk kegiatan pembangunan khususnya
terkait dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Rasio kemandirian keuangan daerah, perbandingan antara PAD dengan Dana
Perimbangan pada tahun terakhir (2016) menunjukan angka 99,68 %. Angka ini termasuk
kemandirian keuangan daerah kategori sangat tinggi atau sangat kecil ketergantungannya
dengan pihak eksternal (Pemerintah Pusat, Provinsi).
Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran guna mewujudkan pembangunan yang lebih
merata sejalan dengan potensi yang dimiliki. Kondisi ini akan mampu mendorong
pembangunan yang lebih luas dan merata dengan kerja keras mengerahkan segala upaya
untuk menggali potensi yang ada untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Rendahnya kemandirian keuangan daerah adalah akibat rendahnya pendapatan asli daerah
dan ini merupakan cerminan kemampuan daerah untuk membiayai pengeluaran dalam
rangka mewujudkan pembangunan yang lebih merata di daerah tidak atau belum
terlaksana seperti yang diharapkan. Untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah
dalam membiayai pengeluaran daerah Kota Denpasar maka variabel yang digunakan
sebagai dasar estimasi pengeluaran daerah yaitu penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah yang berasal dari jasa makanan, minuman, dan jasa perhotelan. Maka kedua
komponen tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih serius, hal ini karena pajak dan
retribusi sangat dominan dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam
membiayai pengeluaran daerah Kota Denpasar.
Tantangan ke depan yang mesti diatasi dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah adalah meningkatkan PAD dari sumber-sumber yang menjadi beban ekonomi biaya
tinggi bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya UU No 28 tahun 2010 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah membuka peluang peningkatan pajak daerah yang berasal dari Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Dituntut kesigapan Pemerintah Kota
Denpasar dalam menyiapkan perangkat regulasinya, memperkuat basis data wajib pajak,
dan memperbaiki manajemen pajak daerah. Di samping itu, penyerahan pengelolaan pajak
V-4
air bawah tanah dari Pemerintah Provinsi ke Pemerintah Kabupaten/Kota juga membuka
peluang yang sama dan menuntut prasyarat dan perbaikan kinerja aparat yang menangani
pajak daerah.
Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja
maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan
dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Pada Tabel 5.1, sebagai berikut:
Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah
= 33,46 % per tahun;
Laju pertumbuhan Dana Perimbangan
= 7,06 % per tahun;
Laju pertumbuhan lain-lain pendapatan yang sah = 33,28 % per tahun
Berdasarkan kecenderungan atau rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah maka proyeksi
dengan perhitungan regresi pendapatan daearh Kota Denpasar 2017 – 2021 seperti pada
matriks:
V-5
Tabel 5. 3 Matriks Potensi Pendanaan APBD Kota Denpasar
Realisasi
Jumlah
Proyeksi
tahun 2010
tahun 2011
tahun 2012
tahun 2013
tahun 2014
Rp
% APBD
%
kenaikan
APBD
per th
2
3
4
5
6
7
8
9
Sektor
1
Bangkim
PBL
SPAM
PLP
Total Belanja
APBD CK
Total Belanja
APBD
4.915.806
2.878.000
7.315.211
1.220.000
13.673.210
4.017.070
27.631.795
13.431.600
32.294.006
15.697.864
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
10
11
13
14
15
85.830.028
1,14
31.537.543
35.849.646
40.751.340
46.323.238
52.656.978
37.244.534
0,50
13.685.200
15.556.367
17.683.376
20.101.210
22.849.633
188.130
213.853
243.093
276.331
314.114
6.478.980
7.364.846
8.371.835
9.516.510
10.817.694
51.889.854
58.984.712
67.049.645
76.217.289
86.638.418
2.760.761.994
3.138.238.781
3.567.327.667
4.055.085.535
4.609.534.146
0
0
512.000
0
0
512.000
0,01
98.500
1.300.000
5.282.100
5.050.000
5.902.068
17.632.668
0,23
7.892.306
9.835.211
23.484.380
46.113.395
53.893.938
141.219.230
1.129.542.231
1.256.022.646
1.497.807.387
1.750.526.909
1.879.567.453
7.513.466.626
1,88
13,67
V-6
5.2. Potensi Pendanaan APBN
Bagian ini berisikan potensi pendanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya melalui APBN Direktorat Jenderal Cipta Karya di Kota Denpasar. Perkembangan
Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN yang dilaksanakan di Kota
Denpasar dalam 4 tahun terakhir yaitu 2017-2020 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. 4 APBN Cipta Karya di Kota Denpasar 2017 – 2020
SEKTOR
Bangkim
PBL
PKPAM
PLP
Total
2017
4.860.000
500.000
37.665.105
47.650.000
90.675.105
(× Rp. 1.000,-)
2018
2019
17.500.000
2.630.000
12.000.000
2.800.000
82.529.796
3.200.000
93.137.641
1.113.450.000
205.167.437
1.122.080.000
2020
2.630.000
2.000.000
12.600.000
17.230.000
5.3. Alternatif Sumber Pendana
Bagian ini berisikan potensi alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya, di luar APBN dan APBD, antara lain melalui KPS, CSR, dan
sebagainya. Untuk kegiatan yang layak secara finansial dapat dibangun dengan skema
KPS, sedangkan kegiatan yang tidak layak secara finansial dapat diusulkan kepada swasta
sebagai CSR.
5.3.1. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
PDAM Kota Denpasar sebagai Perusahaan daerah di Kota Denpasar yang bergerak
dalam pelayanan bidang Cipta Karya khususnya sektor air minum. Rencana pembiayaan
dari perusahaan daerah dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk
pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan. dapat menjadi
salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
5.3.2. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam rangka meningkatkan pembiayaan dan investasi di Bidang Cipta karya
diperlukan beberapa terobosan dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang
tidak mengikat dan tidak menjadi beban ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat. Peluang
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kerjasama antara pemerintah dan swasta
khususnya untuk menangani pembiayaan bidang Cipta Karya.
V-7
Rencana Kerjasama Pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan adalah dalam
bentuk Bangun Kelola dan Alih Milik ataupun outsourcing. Bentuk kerjasama ini dapat
dituangkan dalam bentuk perjanjian atau kontrak antara pemerintah daerah dengan pihak
swasta dengan memaksimalkan keahlian dan asset kedua belah pihak dalam menyediakan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini resiko dan manfaat potensial dalam
menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta.
Berbagai resiko yang mungkin ditimbulkan dari pola kemitraan ini juga harus
diperhitungkan secara matang mulai dari segi pasar yang dihadapi, kemungkinan
permintaan yang menyimpang dari perjanjian atau rencana, pengoperasian infrastruktur,
biaya konstruksi yang membengkak dan kurang telitinya dalam pencantuman hak dan
kewajiban serta sanksi dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
Berbagai peluang kerjasama pemerintah dan swasta ini dapat dilakukan dalam hal
penyediaan infrastruktur dan pengelolaan infrastruktur. Beberapa area yang dapat
diterapkan ke dalam bentuk pola kerjasama pemerintah dan swasta ini dapat meliputi
proyek air minum dan persampahan.
1. Air Minum
Arah kebijakan dalam penyediaan air minum dengan skema KPS adalah
mengembangkan inovasi pendanaan yang disesuaikan dengan modalitas proyek. Strategi
yang ditempuh untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra penyediaan air minum adalah :
Memperbaharui perangkat peraturan yang mendukung pelaksanaan KPS dalam
penyediaan air minum
Mengembangkan inovasi sumber pendanaan dalam pembiayaan air minum
Memperkuat koordinasi kerjasama antar pemerintah daerah dalam konteks pelayanan
regional; serta,
Mengembangkan bundling untuk system penyediaan air minum, seperti instalasi
pengolahan air (IPA), transmisi, dan distribusi khususnya dalam skala kawasan
komersial, dan unbundling untuk penyediaan air minum yang paling komersial seperti
water meter.
2. Persampahan
Arah kebijakan dalam persampahan yang dikembangkan dengan skema KPS adalah
meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.
Strategi yang ditempuh untuk bidang persampahan adalah :
V-8
Upaya pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya melalui penerapan prinsip
3 R (reuse, reduse and recycle), dan mendorong swasta untuk menggunakan kemasan
pembungkus yang ramah lingkungan;
Pengelolaan persampahan secara professional, melalui pemasaran bisnis persamapahan
pada masyarakat dan swasta;
Perkuatan lembaga pengelolaan sampah untuk peningkatan pelayanan persampahan
dalam satu wilayah;
Pemberian jaminan kepastian hukum kerjasama pengelolaan sampah antar pemda dalam
pengelolaan akhir sampah bersama dan antara pemda dan swasta;
Memperkuat koordinasi kerjasama antar pemda dalam konteks pelayanan regional.
Mengembangkan sistem tarif (tipping fee) yang mempertimbangkan pemulihan biaya
dan kemampuan APBD dan masyarakat di daerah;
Mengembangkan bundling untuk system pengelolaan sampah, seperti pengumpulan,
pengangkutan dan pengolahan akhir sampah, khususnya dalam skala kawasan
komersial.
Pembiayaan melalui kerjasama pemerintah dan swasta ini sedang dalam proses oleh
Pemerintah Kota Denpasar melalui kerjasama dengan Perbankan, namun belum terealisasi
dikarenakan beberapa persyaratan belum terpenuhi. Pembiayaan melalui kerjasama
pemerintah dan swasta ini akan terus dilanjutkan guna dapat memenuhi pelayanan kepada
masyarakat khususnya di bidang Cipta Karya.
5.3.3. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya DI Kota Denpasar dilakukan
dengan beberapa hal yaitu :
1. Mengoptimalkan potensi pendapatan daerah. Pengembangan potensi PAD dilakukan
dengan cara:
Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan
daerah. Ekstensifikasi pajak tetap mengacu pada UU No. 34 tahun 2000 dan
peraturan perundangan lainnya dengan memperhatikan kriteria: (a) Bersifat pajak
bukan retribusi (b) Dasar pengenaan pajak tak bertentangan dengan kepentingan
umum (c) Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak provinsi/pusat (d) Potensinya
memadai (e) Tak memberikan dampak ekonomi negatif (f) Memperhatikan aspek
keadilan dan kemampuan masyarakat (g) Menjaga kelestarian lingkungan.
V-9
Pengembangan penerimaan dari perusahaan milik daerah, melalui pengelolaan
BUMD yang lebih efisien dan profesional.
Pengembangan upaya peningkatan investasi di Kota Denpasar melalui: (a)
Penyederhanaan perijinan dan penataan pelayanan investasi melalui pelayanan satu
pintu (b) Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi daerah (c)
Pengembangan sistem informasi penanaman modal daerah.
2. Memperbaiki struktur anggaran dengan meningkatkan proporsi belanja langsung.
3. Pemanfaatan dana hibah untuk bidang Cipta Karya.
4. Kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)
5. Pemanfaatan Dana CSR.
Tabel 5. 5 Alternatif Pendanaan CSR
SEKTOR
PKP
PBL
SPAM
PLP
2017
5.256.000
Total
5.256.000
(× Rp. 1.000,-)
2018
13.108.172
525.6000
18.364.172
2019
18.116.800
18.116.800
V-10