BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 1421f8e2c7 BAB VBab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kota, profil investasi dan

  proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada dasarnya adalah dalam rangka memuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota Pariaman, yang meliputi : 1.

  Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada 3.

  Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumber daya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

5.2 PROFIL APBD KOTA PARIAMAN

  Kondisi Keuangan Kota Pariaman a.

  Pendapatan

  • Sumber dan Potensi Pendapatan Daerah yang sangat terbatas, terutama berkaitan dengan peningkatan PAD. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan terus memaksimalkan upaya intensifikasi, ekstensifikasi PAD melalui pengkajian dan pemetaan terhadap beberapa potensi yang dapat meningkatkan PAD.
  • Pengaruh dari krisis keuangan global terhadap perekonomian nasional yang pada akhirnya berdampak pula terhadap perekonomian daerah, termasuk berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Alternatif pemecahan masalah adalah mendorong terciptanya perbaikan ekonomi secara lokal dan nasional melalui kegiatan yang bersifat fisik dan menimbulkan dampak peredaran uang pada masyarakat.
  • Perlunya peningkatan Manajemen Pengelolaan Pendapatan Daerah melalui penyempurnaan PERDA di bidang perpajakan dan retribusi daerah dan pengoptimalan pelaksanaannya, mulai dari perencanaan sampai pengendalian dan evaluasi pengelolaan pendapatan daerah serta meningkatkan SDM yang profesional di bidang pendapatan daerah.
  • Belum optimalnya pelaksanaan administrasi Pendapatan Daerah sebagai piranti dalam mendorong akselerasi penerimaan PAD. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah perubahan strategi terhadap pengelolaan dan sistem pungutan pelaksanaan pajak dan retribusi daerah.
  • Alokasi penerimaan dana-dana yang berasal dari pusat berupa dana perimbangan, maupun dana yang berasal dari Propinsi yang relatif masih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan. Alternatif pemecahan masalah dapat yang dilakukan antara lain terus mengadakan berbagai bentuk pendekatan, baik melalui lintas sektor dan program maupun melalui pendekatan persuasif lainnya sehingga penerimaan dari aspek ini dapat ditingkatkan b.

  Belanja Daerah

  • Penerapan belanja daerah dari sisi penatausahaan keuangan daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 serta berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, masih belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Ini disebabkan oleh hal-hal teknis antara lain relatif masih terbatasnya sumber daya aparatur yang memahami sistim dan prosedur pengelolaan keuangan sesuai dengan aturan yang ada. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada pengelola keuangan SKPD tentang Sistim dan prosedur pengelolaan keuangan daerah.
  • Keterbatasan Pendapatan Asli Daerah, seperti keterbatasan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka anggaran yang disediakan untuk membiayai Belanja Daerah relatif juga masih terbatas jika dibandingkan dengan kebutuhan
sarana dan prasarana guna memacu percepatan pembangunan Kota Pariaman sebagai kota tujuan yang membutuhkan biaya pembangunan yang cukup besar. Dampak dari kondisi ini antara lain ada kegiatan-kegiatan yang belum dapat dilaksanakan atau dibiayai sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan. Alternatif pemecahan masalah antara lain dilakukan Penetapan Skala Prioritas dan Penetapan Anggaran secara bertahap dengan stressing anggaran yang sangat ketat dan berlapis sesuai dengan perencanaan yang dilakukan bersama antara TAPD dan Panitia anggaran DPRD.

  • Masih perlunya peningkatan optimalisasi dalam mengimplementasikan perencanaan, pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian anggaran belanja daerah, sehingga upaya menciptakan efisiensi dan efektivitas belanja daerah dapat ditingkatkan. Solusi yang dapat dilakukan antara lain menjaga konsistensi dan komitmen bersama terhadap perencanaan yang telah disusun, sehingga dapat diaplikasikan melalui pengelolaan Belanja Daerah secara efisien, efektif dan ekonomis.
  • Dukungan teknis administratif dalam pengelolaan Belanja Daerah yang masih perlu terus ditingkatkan, sehingga prinsip-prinsip anggaran seperti transparansi pengelolaan Akuntabilitas, Disiplin, Keadilan, Efisiensi dan Efektivitas dalam penggunaan Belanja Daerah belum dapat dilaksanakan seutuhnya. Solusi yang dapat dilakukan antara lain secara berkala melakukan peningkatan tertib administrasi dan secara bertahap menyiapkan sistem pengelolaan keuangan daerah, melakukan monitoring dan evaluasi setiap bulannya dalam rangka efektifitas pengelolaan Belanja Daerah.

5.2.1 Sumber Pembiayaan

  Kemampuan pembiayaan pembangun dapat dilihat dari pendapatan yang diterima Pemerintah Daerah dan alokasi peruntukan pengeluaran. Pendapatan Kota Pariaman diperoleh dari sumber penerimaan, antara lain berupa:

  a. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD); b.

  Dana Perimbangan; c. Sumber-sumber penerimaan lainnya yang sah. Pendapatan Kota Pariaman sebagian besar bersumber dari penerimaan dana perimbangan dengan rata-rata setiap tahunnya sebesar 70 – 95 %. Sedangkan peran PAD kurang dari 10% dan lain-lain pendapatan yang sah semakin meningkat, yang pada tahun 2012 berkisar 11%. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan oleh Pemerintah Kota Pariaman yang bersumber dari pendapatan asli daerah masih rendah sehingga Pemerintah Kota Pariaman sampai saat ini masih mengandalkan sumber pembiayaan dari dana perimbangan. Berikut ini terlihat

Tabel 5.1 realisasi pendapatan pemerintah Kota Pariaman yang meningkat setiap tahunnya pada setiap komponen pendapatan.

  Tabel 5.1. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Pariaman 2008 – 2012

  No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

  

I PENDAPATAN ASLI 13,341,784,168.88 12,263,180,927.45 14,884,538,651.36 17,048,308,370.64 17,578,732,431.94

DAERAH

  

1 Pendapatan Pajak 1,650,855,176.00 1,298,100,083.00 2,682,243,170.00 2,485,409,553.00 3,103,926,086.00

Daerah

  

2 Pendapatan Retribusi 1,276,232,163.00 1,433,898,628.00 1,794,586,374.30 1,753,263,722.00 1,254,631,172.00

Daerah

  3 Hasil Kekayaan dan 1,785,518,868.00 2,139,081,682.00 2,398,657,085.00 4,000,077,357.00 4,058,646,204.00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

  

4 Lain - Lain PAD yang 8,629,177,961.88 7,392,100,534.45 8,009,052,022.06 8,809,557,738.64 9,161,528,969.94

Sah

  

II DANA 288,350,583,646.59 286,397,911,572.00 277,186,844,147 306,381,801,020.00 351,373,849,863.00

PERIMBANGAN

  

1 Bagi Hasil 16,240,444,709.00 19,197,115,572.00 21,227,608,147.00 21,554,457,020.00 25,096,406,863.00

Pajak/Bukan Pajak

  

2 Dana Alokasi Umum 223,192,122,400.00 222,473,796,000.00 236,689,036,000.00 262,870,144,000.00 299,255,003,000.00

  3 Dana Alokasi Khusus 40,004,000,000.00 44,727,000,000.00 19,270,200,000.00 21,957,200,000.00 27,022,440,000.00

  4 Transfer dari 8,914,016,537.59

  

0.00

  0.00

  0.00

  0.00 pemerintah provinsi

  

III LAIN - LAIN 1,691,595,419.00 14,313,162,765 54,622,333,040.95 79,812,397,855 47,190,467,517

PENDAPATAN YANG SAH

  1 Pendapatan Hibah 9,169,300

  2 Dana Darurat 2,756,988,760.95

  3 Bagi Hasil Pajak/ 7,490,479,760.00 7,443,535,880.00 12,361,783,335.00 12,317,579,517.00 Bukan Pajak dari Propinsi

  4 Dana Penyesuaian dan 5,590,350,000.00 43,806,808,400.00 67,020,414,520.00 34,872,888,000.00 Otonomi Khusus

  5 Bantuan Keuangan 1,682,426,119 1,232,333,005.00 615,000,000.00 430,200,000.00

  0.00 dari Pemerintah Daerah Lainnya

TOTAL PENDAPATAN 303,383,963,234 312,974,255,264.45 346,693,715,839 403,242,507,246 416,143,049,812

  

PENERIMAAN 52,297,015,476.00 89,475,268,624.47 115,943,596,204.66 119,581,454,461.16 120,240,263,964.08

PEMBIAYAAN

  Dari Tabel 5.1. persentase sumber pendapatan terhadap jumlah APBD terlihat PAD tetap persentasenya pada tahun 2008 dan 2012, sedangkan dana perimbangan tahun 2011 terjadi penurunan dan pada tahun 2012 terjadi kenaikan lagi. Tetapi pendapatan lain yang sah tahun 2008 mengalami peningkatan hingga tahun 2012 mencapai 11%.

  Tabel 5.2. Persentase Sumber Pendapatan Terhadap APBD

  Tahun Jumlah APBD PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain yang sah Jumlah % Jumlah % Jumlah % 2008 303,384,467,574.47 13,341,784,168.88 4% 288,351,087,986.5 95% 1,691,595,419.00 1%

  9 2009 312,974,255,264.45 12,263,180,927.45 4% 286,397,911,572.0 92% 14,313,162,765.00 5% 2010 346,693,715,839.31 14,884,538,651.36 4% 277,186,844,147.0 80% 54,622,333,040.95 16% 2011 403,242,507,245.64 17,048,308,370.64 4% 306,381,801,020.0 76% 79,812,397,855.00 20% 2012 416,143,049,811.94 17,578,732,431.94 4% 351,373,849,863.0 84% 47,190,467,517.00 11%

  Pertumbuhan yang mengalami lonjakan tinggi adalah pendapatan lain yang sah sedangkan PAD dan dana perimbangan mengalami penurunan pertumbuhan pada tahun 2008 – 2011. Dengan demikian penerimaan PAD mengalami peningkatan hingga tahun 2012. Pendapatan dari PAD juga mengalami kenaikan hingga tahun 2012. Dana perimbangan secara nominal terjadi kenaikan.

5.2.2 Pengeluaran Daerah

  Pengeluaran Pemerintah Kota Pariaman terbesar adalah untuk belanja pegawai sehingga kemampuan Pemerintah Daerah Kota Pariaman untuk membangun (infrastruktur) umumnya masih sangat rendah seperti terlihat pada Tabel 5.3. Jika dirinci terhadap jenis pengeluaran maka pengeluaran untuk belanja pegawai merupakan proporsi terbesar. Kegiatan keciptakaryaan dan kegiatan lain-lainnya termasuk kepada belanja langsung berupa belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang jumlahnya sebesar 47% dari total APBD pada tahun 2008 dan menurun menjadi menjadi 46% pada tahun 2009. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan belanja langsung sebesar 50% dari total APBD, tetapi pada tahun 2012 menurun kembali menjadi 41% dari total APBD.

  Tabel 5.3. Realisasi Belanja Daerah Kota Pariaman

  N URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 o BELANJA DAERAH 266,139,064,315.00 282,992,195,150.26 340,989,686,918.43 401,104,697,743 399,511,515,533.69

  

I BELANJA TIDAK 123,824,011,112.00 140,265,131,402.00 182,823,640,724.78 200,745,629,085.22 228,066,359,022.00

LANGSUNG

  1 Belanja Pegawai 105,528,538,247.00 123,708,802,052.00 157,807,594,884.28 185221379701.22 209,997,642,786.00

  2 Belanja Subsidi 72,000,000.00 72000000.00 72,000,000.00 - -

  

3 Belanja Hibah 5,607,399,540.00 3,281,095,500.00 4,850,369,500.00 4551192000.00 7,591,325,483.00

  4 Belanja Bantuan Modal 4,761,285,000.00 6,204,659,429.00 4,937,345,100.00 2809349560.00 1,267,100,000.00

  5 Belanja Bagi Hasil 314,247,386.00 265,737,791.00 Kepada Pemerintah Desa

  6 Belanja Bantuan 7,558,540,939.00 6,748,988,130.00 7,424,009,840.50 7706792624.00 7,838,992,753.00 Keuangan Kepada Pemerintah Desa Serta Partai Politik

  

7 Belanja Tidak Terduga 54,000,000.00 55,848,500.00 7,732,321,400.00 384915200.00 1,299,298,000.00

  

II BELANJA LANGSUNG 142,315,053,203.00 142,727,063,748.26 158,166,046,194 200,359,068,657.50 171,445,156,511.69

  

1 Belanja Pegawai 8,783,871,561.00 12,190,617,473.00 12,515,478,197.00 15,099,770,150.00 16,950,394,700.00

  

2 Belanja Barang dan Jasa 43,641,473,905.00 53,077,076,779.00 60,766,231,730.00 70,836,905,226.90 73,880,671,646.00

  

3 Belanja Modal 89,889,707,737.00 77,459,369,496.26 84,884,336,266.65 114,422,393,280.60 80,614,090,165.69

PENGELUARAN 3,513,732,534.00 2,066,170,664.38 1,479,000,000.00 5,008,899,000.00 PEMBIAYAAN

  1 Penyertaan Modal 0.00 2,000,000.00 742,000,000.00 1,479,000,000.00 5,008,899,000.00 (Investasi) Pemerintah Daerah

  2 Pembayaran Pokok Utang 3,511,732,534.00 1,324,170,664.38 Tabel 5.4.

  Persentase Belanja Langsung Terhadap APBD

  

Tahun Jumlah APBD (dalam juta) Belanja Langsung %

2008 303,384,467,574.47 142,315,053,203.00 47% 2009 312,974,255,264.45 142,727,063,748.26 46% 2010 346,693,715,839.31 158,166,046,194.00 46% 2011 403,242,507,245.64 200,359,068,657.50 50% 2012 416,143,049,811.94 171,445,156,511.69 41%

5.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Apabila dilihat alokasi anggaran bidang keciptyakaryaan dari alokasi belanja langsung maka persentase alokasi untuk bidang keciptakaaryaan hanya mengambil porsi sebesar 12% dari belanja langsung. Persentase bidang keciptakaryaan kecenderungannya menurun persentasenya kecuali pada tahun 2009 karena ada bencana gempa. Pada tahun 2012 bidang keciptakaryaan memiliki proporsi 6% dari biaya langsung (Tabel 5.5).

  Tabel 5.5. Persentase Dana Alokasi untuk Keciptakaryaan terhadap Belanja Langsung

  

Tahun Belanja Alokasi Dana Cipta % Alokasi Keciptakaryaan

Langsung Karya Terhadap Belanja Langsung 2008 142,315,053,203.00 15.718.426.050,00 11 % 2009 142,727,063,748.26 16.885.379.000,00 12 % 2010 158,166,046,194.00 14.893.984.550,80 9 % 2011 200,359,068,657.50 17.412.913.750,00 9 % 2012 171,445,156,511.69 10.351.123.849,00

  6 %

  

5.4 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA

BERSUMBER DARI SWASTA DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Hingga saat ini Kota Pariaman belum berhasil melaksanakan pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

  

5.5 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG

CIPTA KARYA

5.5.1 Proyeksi APBD

  Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima (5) tahun terakhir menggunakan asumsi dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima (5) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1.

  Menetukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.

  Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Y = Nilai tahun ini

  Y -1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y

  • 2

  = Nilai 2 tahun sebelumnya Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terjadi dari PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK, DBH), dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.

  Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :

  Keterangan: Y

  n

  = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)

  3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya

  Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel-6.6) maka diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya dalam lima (5) tahun kedepan.

  Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut dapat ditampilkan pada Tabel 9.10. Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)

  1. Net Public Saving Net Public Saving atau Tabungan Pemerintan adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat.

  Dengan kata lain NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta kayra. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah – Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

  • Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi /tidak bisa dihindari oleh pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai sesuai peraturan daerah yang berlaku .
  • Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

  Hasil perhitungan Net Public Saving (NPS) Kota Pariaman selengkapnya tersaji pada tabel 5.11.

  2. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio) Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.

  Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.

  Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b.

  Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d.

  Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut:

  PAD = Pendapatan Asli daerah DBH = Dana Bagi Hasil DAU = Dana Alokasi Umum DBHDR = DBH Dana Reboisasi

  Hasil perhitungan Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio) Kota Pariaman selengkapnya tersaji pada tabel 9.8.

  Dalam Kebijakan Umum Anggaran APBD Tahun 2014 diasumsikan Pendapatan Daerah mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kondisi pada APBD awal Tahun 2013. Angka ini meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan tetap dan pada Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

1. Perkiraan PAD Tahun 2014sebesar Rp.17.917.436.806,- yang terdiri atas: a.

  Pajak Daerah sebesar Rp. 3.256.000.000,- b.

  Retribusi Daerah sebesar Rp. 3.831.150.000,- c.

  Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah sebesar Rp. 4.523.786.806,-

  d. Lain-lain PAD Yang Sah sebesar sebesar Rp.6.306.500.000,-

  2. Perkiraan Penerimaan Dana Perimbangan sebesar Rp. 439.617.763.610,-

  3. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Syah Perkiraan sebesarRp.56.713.866.424,-peningkatan berasal dari Dana Penyesuaian dan

  Otonomi Khusus. Proyeksi Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan Pendapatan Daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Secara umum, pendapatan daerah diproyeksikan akan mengalami peningkatan, mengingat dalam tiga tahun terakhir telah terjadi kenaikan tingkat Pendapatan Daerah. Selain itu, Pemerintah Daerah terus mengupayakan peningkatan Pendapatan Daerah melalui berbagai upaya, baik upaya peningkatan pajak daerah mapun meningkatkan perolehan dana perimbangan. Sebelum menjelaskan rencana Pendapatan Daerah tahun 2014, terlebih perlu dilihat realisasi Pendapatan Daerah tahun-tahun sebelumnya, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  Tabel 5.6 Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2011 – 2012

  No. Uraian Tahun 2011 2012

  1 Pendapatan Asli Daerah 17.048.308.370,64 17.578.732.431,94

  2 Pendapatan Transfer 385.763.998.875,00 398.564.317.380,00

  3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 430.000.000,00 00,00 Total 403.242.507.245,64 416.143.049.811,94

  Sumber : LKPD Kota Pariaman Tahun 2012 Pada tahun 2012 total realisasi Pendapatan Daerah Kota Pariaman sebesar Rp.

  416.143.049.811,94 atau 101,90 % dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp. 408.397.305.793,00. Sedangkan untuk tahun 2011 realisasi pendapatan daerah adalah sebesar Rp. 403.242.507.245,64. Secara total, Pendapatan Daerah tahun 2012 lebih tinggi Rp. 12.900.542.566,30 atau meningkat sebesar 3,20 % dibanding tahun 2011. Untuk tahun 2012 dan 2013, Pendapatan Daerah direncanakan sebagaimana rincian pada tabel berikut ini :

  Tabel 5.7 Penetapan Pendapatan Daerah Tahun 2012 dan Rencana Tahun 2013

  No. Uraian Tahun 2012*) 2013**)

  1 Pendapatan Asli Daerah 17.578.732.431,94 17.949.384.806,00

  2 Dana Perimbangan 398.564.317.380,00 396.810.545.822,00

  3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 00,00 54.747.823.120,00 Total 416.143.049.811,94 469.507.953.748.00

  Sumber : LKPD Kota Pariaman 2012 Ket. : *) penetapan

  • ) rencana Dari tahun ke tahun, pendapatan cenderung mengalami peningkatan, meskipun komponen-komponennya berfluktuatif. Dana perimbangan menjadi sumber utama pendapatan, dimana komponen terbesarnya dari Dana DAU. Pendapatan Daerah tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp. 469.507.953.748,- Pendapatan tahun 2013 terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 17.949.384.806,- Dana Perimbangan sebesar Rp. 396.810.545.822,- dan lain-lain Pendapatan D a er a h Yang Sah sebesar Rp. 54.747.823.120,- Sumber PAD yang lain diperoleh dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yaitu sebesar Rp. 54.747.823.120,- . Pajak Daerah pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp. 3.256.000.000,- atau naik sebesar 25,59% dibandingkan kondisi tahun 2012, hal ini terjadi karena Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sudah dialihkan menjadi pajak daerah. Sumber terbesar komponen Dana Perimbangan adalah Dana Alokasi Umum yang ditetapkan sebesar Rp. 396.810.545.822,- atau terjadi peningkatan sebesar 0,42% dibandingkan realisasi tahun 2012. Lebih lengkapnya persandingan realisasi pendapatan tahun 2010 dan 2011 dengan penetapan tahun 2012 serta proyeksi tahun 2013 terdapat pada tabel dibawah ini :

  Tabel 5.8 Realisasi, Penetapan dan Proyeksi PendapatanTahun 2010 – 2013

  No. Uraian Tahun 2010*) 2011*) 2012**) 2013***)

  1 Pendapatan Asli Daerah 14.884,538 17.125,350 17.578,732 17.949,384

  

2 PendapatanTransfer/DanaPerimbangan 328.437,188 385.763,998 398.564,317 396.810,545

  3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 3.367,688 430,000 00,00 54.747 Total 346.693,715 403.319,549 416.143,049 469.507.953

  Sumber : DPPKA Kota Pariaman 2012 Ket. : *) realisasi

  : **) penetapan

  • ) rencana Arah Kebijakan Keuangan Daerah 1.

  Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah kebijakan pokok Pendapatan Daerah tahun 2014 dilakukan dengan memperbaiki kebijakan perpajakan dan retribusidi tahun 2013. Sehubungan dengan kebijakan tersebut akan dilakukan langkah-langkah berkaitan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah sebagaiberikut:

   Mengimplementasikan Perda-perda tentang Pajak Daerah;

   Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak antara lain melalui pengembangan online system; Menindaklanjuti pengalihan PBB dan BPHTB menjadi pajak daerah;

   Melakukan evaluasi terhadap besaran NJOP untuk penetapan PBB;  Melakukan optimalisasi retribusi daerah; 

   Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan BUMD; Mengimplementasikan hasil evaluasi terhadap perjanjian-perjanjian

   pemanfaatan asset daerah dengan pihak ketiga; Mengoptimalkan pengembangan asset daerah yang berada di lahan-lahan

   yang strategis dan ekonomis melalui kerjasama dengan pihak ketiga; Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk Bagi Hasil Pajak dan

   Bukan Pajak, Perolehan DAU, Lain-lain Pendapatan yang sah (BOS, Sertifikasi Guru, dan Hibah), serta bagi hasil pengelolaan asset pusat di daerah.

2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

  Belanja daerah merupakan kewajiban Pemerintah Daerah sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja yang bersangkutan. Belanja Daerah disusun dengan pendekatan kinerja yang ingin dicapai (performance-based budgeting). Belanja Daerah digunakan untuk membiayai :

  Belanja pegawai yang meliputi gaji, tunjangan dan lain-lain.  Belanja telepon, air, listrik dan internet (TALI). 

   Belanja wajib yang sifatnya mengikat.

   Belanja dedicated program yakni program yang berskala besar, monumental, dan berdampak luas pada kepentingan publik.

   urusan pemerintahan.

  Belanja Prioritas SKPD yakni untuk membiayai kegiatan sesuai tupoksi dan

  Arah kebijakan Belanja Daerah tahun 2014 diupayakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat, yaitu dengan mengupayakan agar pelayanan menjadi lebih dekat kepada masyarakat. Arah kebijakan Belanja Daerah pada tahun 2014 dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Menaikkan alokasi gaji PNS sebesar 6 % (kebijakan Pemerintah Pusat), dan acress 2,5%;

  2. Memenuhi belanja mengikat, yaitu TALI, tipping fee, Rekening Listrik PJU, Bantuan dan Hibah serta Belanja Tak Terduga;

  3. Menjamin alokasi belanja dedicated program dan kegiatan prioritas lain yang berkontribusi terhadap percepatan penyelesaian target strategis RPJMD;

  4. Mendukung kebijakan Program Prioritas Pemerintah Pusat dan Program ProJob, ProPoor, ProGrowth, Pro Environment dan percepatan pencapaianMDG’s;

  5. Mengacu pada penetapan kinerja S K P D dan pemenuhan SPM urusan pemerintahan.

  6. Memenuhi proporsi anggaran pendidikan lebih dari atau sama dengan 20 persen dari total belanja dan anggaran kesehatan lebih dari 8 persen dari Belanja Daerah ;

  7. Memenuhi anggaran untuk JPKM – Gakin;

  8. Mengakomodir semaksimal mungkin usulan kegiatan dari hasil Musrenbang; 9. Melaksanakan efisiensi belanja non fisik, utamanya honorariumPNS.

5.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan

  Bidang Cipta Karya

5.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

  Upaya-Upaya Pemerintah Kota Pariaman Dalam Mencapai Target Pengelolaan pendapatan daerah perlu dilakukan secara profesional serta adanya inovasi dan kreativitas dari SKPD, sehingga upaya penggalian dan memaksimalkan pencapaian pendapatan daerah dapat direalisir secara maksimal. Secara garis besar upaya-upaya yang akan dilakukan Pemerintah Kota Pariaman dalam mencapai target penerimaan pendapatan daerah adalah sebagai berikut: a.

  Pemantapan sistem dan manajemen operasional pemungutan pendapatan daerah, diantaranya dengan mencegah semaksimal mungkin kebocoran penerimaan pendapatan daerah dan memotivasi aparat pemungut untuk berupaya memenuhi target penerimaan pendapatan daerah b.

  Mengupayakan intensifikasi,ektensifikasi dan diversifikasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, diantaranya dengan pengkajian dan penggalian potensi- potensi penerimaan daerah yang belum teridentifikasi serta mengusahakan pemungutan pajak dan retribusi daerah secara lebih intensif c. Pengembangan koordinasi secara sinergis dengan Pemerintah dan Pemerintah propinsi untuk mendapatkan alokasi anggaran APBD dan APBD Pemerintah

  Provinsi Sumatera Barat baik berupa tambahan dana perimbangan, bagi hasil dan bantuan keuangan maupun melalui dana Dana Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan.

  d.

  Meningkatkan fungsi-fungsi manajemen penerimaan bagi SKPD penghasil dan instansi terkait serta koordinasi yang terpadu terhadap seluruh pemangku kepantingan kota Pariaman.

  e.

  Mengupayakan pengelolaan aset dan sumber daya yang dimiliki Pemerintah Kota Pariaman secara lebih profesional dengan tanpa mengenyampingkan fungsi pemerintah daerah sebagai lembaga pelayanan publik.

  Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan Belanja Daerah Kebijakan belanja daerah tidak terlepas dari kebijakan penganggaran untuk mencapai sasaran pembangunan daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pariaman adalah untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintah kota yang terbagi kedalam seperangkat urusan wajib dan urusan pilihan, sesuai dengan karakteristik, potensi, dan permasalahan, dalam rangka mewujudkan visi dan misi serta strategi dan prioritas pembangunan daerah selaras dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara prioritas pembangunan tahunan daerah sebagaimana dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah, harus konsisten dengan prioritas pembangunan jangka menengah bdan jangka panjang daerah. Fungsi Pemerintah Kota Pariaman sebagai lembaga pelayanan publik dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya dan kemampuan keuangan Pemerintah Kota melalui pelaksanaan program dan kegiatan SKPD melalui peningkatan sumber daya manusia, pembangunan fisik sarana dan prasarana pelayanan publik di perkotaan, serta peningkatan sarana dan prasarana pelayanan administrasi yang dibutuhkan oleh aparatur pemerintah daerah.

  Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana yang diubah dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 36 dinyatakan bahwa pengelompokkan belanja dibedakan atas: A.

  BELANJA TIDAK LANGSUNG, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, diantaranya belanja pegawai (gaji dan tunjangan PNS); bunga; subsidi; hibah; bantuan sosial; belanja bagi basil; bantuan keuangan; dan belanja tidak terduga.

  B.

  BELANJA LANGSUNG, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja pegawai; belanja barang dan jasa; dan belanja modal. Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, oleh karena itu dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 supaya mengutamakan pada pencapaian hasil melalui program dan kegiatan tanpa mengabaikan porsi dari Belanja Tidak Langsung.

  Oleh sebab itu untuk lebih terarahnya APBD Kota Pariaman Tahun 2014, perlu ditetapkan pokok-pokok Kebijakan Umum Penganggaran pada tingkat makro sebagai berikut : 1.

  Pengguna anggaran dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diharapkan dapat meninjau kembali prioritas program dan kegiatannya selaras dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan Pemerintah mengacu pada RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD.

  2. Peninjauan kembali program dan kegiatan tersebut adalah dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD yang merupakan bagian dari pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintahan dan urusan wajib atau urusan pilihan yang menjadi kewenangannya.

  3. Struktur anggaran belanja secara makro haruslah menggambarkan imbangan yang rasional antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung, sedangkan penggunaan anggaran harus dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis, sehingga memberikan dampak positif terhadap pengembangan fungsi dan pemanfaatan potensi unggulan kota.

  4. Pengalokasian belanja modal adalah dalam rangka meningkatkan jumlah dan mutu serta mempertahankan nilai dari asset daerah, jaringan sarana dan prasarana kota, guna memacu pengembangan pemanfaatan potensi unggulan kota.

  5. Setiap program harus jelas outcome, harus terukur keluaran (output) yang disusun ke dalam target pencapaian kinerja yang terukur sesuai dengan proyeksi capaian kinerja tahun berjalan.

  6. Untuk mengamankan kebijakan umum penganggaran diatas diupayakan optimalisasi pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan dari sumber-sumber pendapatan asli daerah disamping tambahan penerimaan yang berasal dari APBN dan APBD Propinsi serta penerimaan lain yang sah.

  7. Agar tercapainya sasaran program dan kegiatan secara efektif, efisien dan ekonomis, perlu diperkuat pelaksanaan tugas fungsi pokok manajemen penyelenggaraan kegiatan yang ditampung didalam APBD, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

8. Pertanggungjawaban pengguna anggaran disusun dalam Laporan Kinerja dan

  Keuangan Instansi Pemerintah (LKKIP) yang menggambarkan capaian kinerja secara periodik dengan memberikan argumentasi yang jelas terhadap penyebab tidak tercapainya sasaran kinerja secara optimal.

  9. Program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan yang mengacu kepada prioritas pembangunan seperti dikemukakan pada diatas adalah merupakan hasil dari proses penjaringan dan pembahasan bersama melalui tahapan-tahapan sistem perencanaan pembangunan daerah dan ketentuan pedoman pelaksanaan lainnya, sedapat mungkin ditampung dalam prioritas dan plafon anggaran sementara ini sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Kebijakan Penganggaran Belanja Pegawai

   dan penambahan PNSD diperhitungkan acress yang besarnya 2,5% dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan); Besarnya penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan

  Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, mutasi

   hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai yang sudah dilakukan sebelumnya dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2014 dan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan Pemerintah; Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, juga ditambahkan penganggaran

   untuk belanja pegawai dan sesuai dengan kebutuhan pengangkatan CPNSD dan formasi pegawai tahun 2014;

   Untuk meningkatkan motivasi pegawai agar lebih memiliki etos kerja yang tinggi disediakan anggaran berupa tambahan penghasilan ; Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pemanfaatan biaya pemungutan pajak

   daerah, pemerintah daerah juga menganggarkan biaya pemungutan pajak daerah didasarkan atas rencana kebutuhan riil bagi aparat terkait dalam pemungutan pajak daerah dan jumlahnya dibatasi paling tinggi sebesar 5% dari target penerimaan pajak daerah Tahun Anggaran 2014 .

   Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan luran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri DalamNegeri Nomor 616.A/MENKES/ SKB/VI/2004 Nomor 155A Tahun 2004 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah.

   serta belanja penunjang kegiatan yang didasarkan pada : 1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

  Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007;

  2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.

   Belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempedomani ketentuan penganggaran yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

  Kebijakan Penganggaran Belanja Hibah Pemberian hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan  daerah yang dilakukan oleh Pemerintah (instansi vertikal), semi pemerintah, pemerintah daerah lainnya, serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya;

   secara selektif dan rasional dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah; Dalam rangka akuntabilitas penggunaan hibah kepada pemerintah, pemerintah  daerah lainnya, perusahaan daerah, organisasi masyarakat dan masyarakat, pemberian hibah akan dilengkapi dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) antara pemerintah daerah dengan penerima hibah serta kewajiban penerima hibah mempertanggung-jawabkan penggunaan dana yang diterima.

  Penentuan organisasi atau lembaga yang akan menerima hibah akan dilakukan

  Kebijakan Penganggaran Belanja Bantuan Sosial Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat,  pemerintah daerah memberikan bantuan sosial kepada kelompok/anggota masyarakat namun tetap dilakukan secara selektif/tidak mengikat dan jumlahnya dibatasi;

   peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian bantuan keuangan kepada partai politik.

  Untuk penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik mengacu pada

  Kebijakan Penganggaran Belanja Bantuan Keuangan

   lembaga Pemerintahan Desa, maka Pemerintah Kota Pariaman tetap mengalokasikan Dana Desa.

  Dalam rangka percepatan pelayanan terhadap masyarakat, dan penguatan

   pengentasan kemiskinan.

  Pengalokasian anggaran untuk membantu masyarakat miskin dalam rangka

  Kebijakan Penganggaran Belanja Tidak Terduga Penetapan anggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan  mempertimbangkan perkiraan realisasi Tahun Anggaran 2013 dan estimasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta tidak biasa/tanggap darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2013.

  Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan Daerah adalah semua pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah diperkirakan berasal dari SILPA Tahun Anggaran sebelumnya.

  Untukpenerimaanpembiayaan diasumsikansebesar Rp. 40.799.846.893,00. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pengeluaran pembiayaan diperkirakan sebesar Rp. 00,00 Sehingga pembiayaan netto menjadi minus Rp. 3.298.000.000,- Kebijakan belanja berdasarkan Urusan Pemerintah Daerah Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 maka struktur belanja pemerintahan daerah dari belanja langsung dibagi atas urusan wajib dan urusan pilihan. Total Belanja Langsung APBD Kota Pariaman pada tahun anggaran 2014 sebesar Rp. 277.160.738.855,- sedangkan Belanja Tidak Langsung berjumlah Rp. 277.888.174.878,-.

  Alokasi anggaran belanja langsung pada SKPD yang memiliki urusan wajib sebesar Rp. 256.107.317.855,-. Sementara anggaran untuk SKPD urusan pilihan sebesar Rp. 21.053.421.000,.

  

Tabel

PREDIKSI PENDAPATAN & BELANJA DAERAH TAHUN 2014

No. Jenis Penerimaan/Belanja Target Anggaran Bertambah/ %

  Berkurang 2013 (Rp.) 2014 (Rp.) ( Rp ) (Rp.) (Rp.)

  1

  2

  4

  4

  5

  6

  1. PENDAPATAN DAERAH. 458,358,117,562 514,249,066,840 55,890,949,278 100 1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 15,096,327,357 17,917,436,806 2,821,109,449

  3.48

1.1.1 PAJAK DAERAH 2,592,500,000 3,256,000,000 663,500,000

  0.63

  1. Pajak Hotel 40,000,000 45,000,000 5,000,000

  2. Pajak Restoran 500,000,000 650,000,000 150,000,000

  3. Pajak Hiburan 5,000,000 10,000,000 5,000,000

  4. Pajak Reklame 110,000,000 140,000,000 30,000,000

  5. Pajak Penerangan Jalan 1,650,000,000 - 1,650,000,000

  6. Pajak Pengambilan dan

  • 250,000,000 250,000,000 Pengol. Bahan galian gol. C

  7. Pajak Parkir 7,500,000 10,000,000 2,500,000

  8. Pajak BPHTB 30,000,000 500,000,000 470,000,000

  • 9. Pajak Sarang Burung Walet 1,000,000 1,000,000

1.1.2 RETRIBUSI DAERAH 2,197,250,000 3,831,150,000 1,633,900,000

  0.74 Retribusi Jasa Umum 1,143,100,000 1,725,900,000 582,800,000

  1. Retribusi Pelayanan 47,900,000 560,700,000 512,800,000 Kesehatan :

  • Dinas Kesehatan (JKSS) 500,000,000 500,000,000 -
  • Puskesmas Naras 5,000,000 10,000,000 5,000>Puskesmas Pauh 15,000,000 15,000,000
  • Puskesmas Kurai Taji 11,400,000 11,400,0>Puskesmas Kampung Baru 9,300,000 9,300,000 Padusunan - Puskesmas Air Santok 5,000,000 8,000,000 3,000,000
  • Puskesmas Marunggi 2,200,000 3,500,000 1,300,000
  • Puskesmas Sikapak - 3,500,000 3,500,000

  • - - - Jasa Layanan Kesehatan

  • Masyarakat yang bersumber dari klaim kepada BPJS yang diterima oleh Dinas Kesehatan

  2. Retribusi Pelayanan 10,000,000 50,000,000 60,000,000

  Persampahan / Kebersihan

  3. Retribusi Penggantian Biaya 655,200,000 655,200,000 - KTP & Akte Catatan Sipil

  • Retribusi Penggantian Biaya 150,000,000 150,000,000 KTP
  • Retribusi Penggantian B
  • 60,000,000 60,000,000 Cetak Kartu Keluarga - Retribusi Penggantian Biaya 443,200,000 - 443,200,000 Cetak Akte Capil
  • Retribusi Penggantian Cetak 2,000,000 2,000,000 Lainnya (surat Kependudukan)

  4. Retribusi Pelayanan Parkir 25,000,000 65,000,000 40,000,000 ditepi Jalan Umum

  5. Retribusi Pasar 320,000,000 330,000,000 10,000,000

  6. Retribusi Pengujian 45,000,000 55,000,000 10,000,000 Kendaraan Bermotor Retribusi Jasa Usaha

  786,500,000 594,750,000 1,381,250,000

  1. Retribusi Pemakaian 299,750,000 445,250,000 145,500,000 Kekayaan Daerah

  2. Retribusi Jasa Usaha Tempat 5,000,000 10,000,000 5,000,000 Pelelangan Ikan ( TPI )

  3. Retribusi Terminal 250,000,000 350,000,000 100,000,000

  4. Retribusi Rumah Potong 40,000,000 41,000,000 1,000,000 Hewan

  5. Retribusi Tempat Rekreasi - 10,000,000 10,000,000 dan Olahraga

  6. Retribusi Tempat Khusus 25,000,000 25,000,000 - Parkir

  7. Retribusi Penjualan Produksi 500,000,000 500,000,000 - Usaha Daerah Retribusi Perizinan Tertentu 459,400,000 724,000,000 264,600,000

  1. Retribusi Izin Mendirikan 390,000,000 - 390,000,000 Bangunan