Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

BAB Analisis Sosial Ekonomi dan

4

Lingkungan

Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk maka, bukan hanya beban
kependudukan yang akan menjadi tantangan kedepan, akan tetapi juga akan berimplikasi
pada persoalan lingkungan. Karena itu beban persoalan kependudukan beserta
implikasinya terhadap lingkungan, perlu mendapat perhatian, terutama untuk memastikan
kelestarian lingkungan dalam rangka keberlanjutannya harus bersifat inheren dalam
kebijakan dan rencana program/kegiatan. Dalam kaitan ini, ada dua aspek utama yang
harus menjadi pertimbangan yaitu; Aspek Lingkungan dan Aspek Sosial. Pertimbangan
utama terhadap dua aspek tersebut, terutama berkenaan dengan upaya pengamanan
(safeguards), meliputi pencegahan, penanganan, penyelesaian masalah dan pemulihan
kondisi akibat dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan yang tidak diinginkan yang
dapat terjadi akibat kegiatan/pembangunan prasarana. Upaya pengamanan tersebut
dilakukan secara sistematis dan terpadu pada saat perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
4.1
Aspek Lingkungan

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari dan
menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan
yang bersifat strategis. KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan
dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. KLHS menekankan pada aspek
keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya. Karena itu KLHS merupakan
suatu bentuk tindakan strategik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak tidak
terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara
inheren dalam kebijakan, rencana dan program.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pembuatan KLHS ditujukan untuk memastikan penerapan prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam pembangunan suatu wilayah, serta penyusunan kebijakan dan
program pemerintah. Menurut undang-undang tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, KLHS harus dilakukan dalam penyusunan dan evaluasi rencana tata
ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan panjang, kebijakan dan
program yang berpotensi menimbulkan dampak dan atau risiko terhadap lingkungan hidup.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma


IV-1

Mekanisme pelaksanaan KLHS meliputi pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan
program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah, perumusan alternatif
penyempurnaan kebijakan dan program serta rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan dan program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan. KLHS sendiri menurut ketentuan harus memuat kajian mengenai kapasitas
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; perkiraan
mengenai dampak dan risiko terhadap lingkungan hidup.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam
RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim,
(2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan
intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran
hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan
alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria
apakah rencana program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak
terhadap isu-isu tersebut.

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan
awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak
lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang
diusulkan (lihat Tabel 4.1.), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KAANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.
Prinsi-prinsip dasar pengamanan (safeguard) adalah sebagai berikut ini:
1. Semua pihak terkait RPIJM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan
baik dan konsisten kerangka pengamanan lingkungan dan sosial.
2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka
pengamanan dapat dilakukan secara lebih efektif.
3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas
kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam
kerangka proyek.
4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak
mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu
dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut,
baik pada tahap perencanaan persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma


IV-2

Tabel 4.1
Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan
Kategori

Dampak

Persyaratan Pemerintah

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang
buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang
ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL*

B


Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan
dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat
mungkin dilakukan

UKL/UPL

C

Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak
mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada

Catatan:
ANDAL
: Analisis Dampak Lingkungan
RPL
: Rencana Pemantauan Lingkungan
UKL
: Upaya Pengelolaan Lingkunga

UPL
: Upaya Pemantauan Lingkungan
* Lihat lampiran bagian III: SK Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001;SK Menteri PU No. 17/KPTS?M/2003;
UU No. 23/1997, Pasal 15(1); dan PP No.27/1999, pasal 5(1).

5.

6.
7.

Diharapkan RPIJM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal
tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang
secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected
People) warga terasing dan rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga
yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.
Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:
Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan denga kerangka
safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada
warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut

mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas
rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak
diinginkan bagi mereka.

Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang
menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/
pelestarian terhadap dampak lingkungan. Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan
lingkungan adalah :
1). Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan.
2). Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),
3). Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, dilengkapi dengan
perencanaan pengelolaan dampak.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-3

Ukuran dan standar keluarannya adalah : Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau

bahan bangunan yang digunakan tidak termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah
ditetapkan; Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan dari bangunan yang
dibangun; Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial
dan lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan.;
Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan dalam program ini adalah
meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan
konstruksi (termasuk dampak negatif atas pembebasan lahan). Oleh sebab itu, maka
pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan, akan dilakukan
melalui : a). Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria
desain/standar teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis
seperti Departemen Pekerjaan Umum; dan b). Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan
kegiatan skala kecil/sederhana melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS
untuk setiap kegiatan infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi
Dampak Lingkungan.
Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan
kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera
dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang
dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas air
limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja
manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak

mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu
dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah,
disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lainlain.
4.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
Seluruh program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya yang diusulkan oleh
Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.
1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak subproyek, dirumuskan dalam bentuk:
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL).
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-4

2.

3.


4.

Standar Operasi Baku (SOP)
Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL
atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi,
sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.
Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk
dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang
diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan,
dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi
sedemikian rupa harus dilengkapidengan AMDAL.
Usulan program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya tidak dapat dipergunakan
mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat
alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional
atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai
pembelian, produksi atau penggunaan:
Bahan-bahan perusak ozon

Bahan-bahan mengandung asbes.
Bahan-bahan mengandung B3
Pestisida, herbisida, dan insektisida.
Pembangunan bendungan.
Perusakan kekuayaan budaya.
Penebangan kayu.

Penjelasan UKL-UPL, Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH), Dokumen
Pemantauan Lingkungan Hidup (DPLH), Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (DPPLH), Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH),
yang disampaikan oleh Tim Teknis AMDAL.
Kegiatan yang diprogramkan dapat menimbulkan dampak atau tidak, sebagai rujukan
didasarkan pada Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor : 17/KPTS/M/2003 Tanggal : 3 Februari 2003 seperti terlihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada
tabel 8.2 tersebut, klasifikasi kegiatan yang dapat menjadi potensi dampak serta upaya
penanggulangan/mitigasi dapat dilakukan dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 4.3.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-5

Tabel 4.2
Ketentuan Pelaksanaan Amdal (Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 17/KPTS/M/2003)
NO

JENIS USAHA/KEGIATAN

SKALA
(BESARAN)

DASAR PERTIMBANGAN

ALASAN ILMIAH KHUSUS

BENDUNGAN/WADUK
a. Pembangunan Bendungan/waduk
Tinggi
1.

6m-< 15m

Atau Luas genangan

50 Ha-< 200 Ha

Atau daya tamping

100.000-500.000 M3

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan dan
eksploitasi sumber daya alam, penggunaan teknologi
yang mempengaruhi lingkungan (aspek keamanan
bendungan)

Penurunan cadangan quarry, perubahan ekosistem di
hulu dan hilir waduk, penggenangan lahan, property
milik masyarakat, ketidak puasan atas kompensasi
lahan

b. Rehabilitasi Bendungan/waduk
Tinggi

> 15m

Atau Luas genangan

> 200 Ha

Atau daya tamping

> 500.000 M3

Proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial
Gangguan pasokan air selama waduk dikeringkan,
dan budaya, penggunaan teknologi yang mempengaruhi
peningkatan keamanan bendungan
lingkungan,

DAERAH IRIGASI
Perubahan bentang alam, bentuk lahan. eksploitasi
500 Ha s/d < 2000 sumber daya air, pemanfaatan SD-Air menimbul-kan
pemborosan maupun kemerosotan sumber daya air
Ha
serta mempengaruhi lingkungan sosial budaya

Perubahan
ekosistem
kawasan
peningkatan
pencemaran pestisida, peningkatan potensi erosi dan
sedimentasi, peningkatan kebutuhan air irigasi,
penurunan cadangan air baku irigasi

Eksploitasi sumber daya air, pemanfaatannya
menimbulkan pemborosan dan kemerosotan sumber
500 Ha s/d < 1000 daya alam serta mempengaruhi lingkungan sosial
budaya
Ha

Penurunan pasokan air, konflik pemakaian air,
perubahan pola tanam dll

200 Ha s/d < 500
Ha

Pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya
maupun lingkungan alami

Perubahan pola tanam, konflik pemakaian air irigasi,
peningkatan beban kerja P3A

500 Ha s/d 1 Km

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan,
pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya

Penurunan stabilitas pantai bagian kiri dan kanan,
perubahan estetika, penurunan asset budaya

b. Tegak Lurus - Groin, breakwater (Panjang)

10m s/d < 500 m

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan,
pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya

Perubahan keseimbangan pantai yang cenderung
merusak sekitamya, perubahan estetika pantai,
penurunan nilai asset budaya

NORMALISASI SUNGAI
a. Kota Besar/Metropolitan (panjang atau luas)
5.

b. Kota Sedang (panjang sungai)
c. Perdesaan (panjang sungai)
Sodetan

1 Km s/d < 5 Km
1 Ha s/d 5 Ha

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan,
Perubahan keseimbangan alur sungai, perubahan
3 Km s/d < 10 Km pengaruhnya terhadap lingkungan sosial ekonomi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lahannya
5 Km s/d5 Km

Perubahan bentang a!am dan bentuk lahan, Bangkitan LHR, kemacetan lalu lintas, kebisingan,
pengamhnya terhadap lingkungan fisik-kimia dan getaran, emisi gas buang, gangguan visual, ketidak
biologi serta sosial ekonomi budaya
puasan atas nilai kompensasi lahan

JALAN RAYA
a. Bangunan/peningkatan jalan dengan pelebaran diluar DAMIJA
a-1. Kota Besar/Metropolitan
8.

- Panjang

1 Km s/d = 60 m

9.

Gangguan terhadap pengaliran sungai, Bangkitan LHR,
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan.
kemacetan lalu lintas, kebisingan, getaran, emisi gas
pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawibuang, gangguan visual, ketidak puasan atas nilai
biologi dan sosial ekonomi
kompensasi lahan,

PERSAMPAHAN
a. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan system control landfill atau
Sanitary landfill
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruh
Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap pembakaran,
penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisikLuas
< 10 Ha
emisi bio gas (H2S, NOx. SOx.COx, dioxin),
kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis
pencemaran air tanah maupun air permukaan oleh
Kapasitas
< 10.000 ton
hewan
b. TPA didaerah pasang surut
10.

- Luas

< 5 Ha

- Kapasitas
b. Pembangunan
operasionai)

< 5.000 ton
Transfer

Station

(kapsitas

c. Pembangunan Incenerator
d. Bangunan Komposting dan daur ulang (kapasitas
sampah baku)

< 1000 ton/hari
Semua Ukuran

kedalam proses pembusukan, kecuali untuk lokasi yang
leachate (air lindi), gangguan cacing), gangguan lalat,
berada di bantaran sungai
keluhan penduduk sekitar terhadap keberadaan tempat
Tidak dibangun di sekitar sungai / berbatasan langsung
pembuangan sampah disekitar dll
dengan sungai

> 4 ton/hari
> 500 m2

PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
a. Kota Metropolitan (luas)

2 Ha s/d < 25 Ha

b. Kota Besar (luas)

2 Ha s/d < 50 Ha Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi
dan pemanfaatan sumber daya alam. yang
menimbulkan pemborosan & kemerosotan,
2 Ha s/d < 100 Ha pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi,
biologi, sosial ekonomi dan budaya

11.
c. Kota Sedang, kecil (luas)

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, pembahan
daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan
LHR, bangkitan sampah dan limbah, pembahan tingkat
konsumsi air bersih, pembahan koeffisien KDB &
KLB, pembahan volume run-off, perubahan kawasan
resapan air, kesenjangan sosial dengan masyarakat
sekitar

PEREMAJAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
a. Kota Metropolitan & Besar
12.

> = 1 Ha

b. Kota Sedang

> = 2Ha

c. Revitalisasi kawasan (memfungsikan kembali
kawasan)

> = 1 Ha

Perubahan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap
lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan
pelestarian cagar budaya

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-8

Pembahan kepadatan penduduk. perubahan tingkat
pelayanan prasarana & sarana kota. perubahan kondisi
sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan
bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan
bersejarah

PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
13.

IPLT

< 2 Ha

IPAL

< 3 Ha

Perubahan bentuk lahan, pengaruh proses teknologi
terhadap Iingkungan fisik, kimiawi, biologi, sosial,
ekonomi dan budaya

Gangguan kesehatan, estetika, bau, pembahan kualitas
air tanah maupun air permukaan sekitar PILT/IPAL,
pembahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar

PEMBANGUNAN SISTEM PERPIPAAN AIR LIMBAH (SEWERAGE)
14.

Kota Besar/ Metropolitan (luas Layanan)

< 500 Ha

Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungsn
fisik-kimiawi, proses dan hasil kegiatannya
memperngaruhi lingkungan

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana
umum.ketidak puasan atas nilai kompensasi

DRAINASE PERMUKIMAN PERKOTAAN
a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan
- Drainase Utama (panjang)
15.

- Drainase Sekunder dan Tertier (panjang)

< 5 Km
1 Km-5 Km

b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang
Drainase Utama (panjang)
Drainase Sekunder dan Tertier (panjang)
c. Pembangunan Saluran di Kota Kecil (panjang)

< 10 Km

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, penerapan
teknologinya mempengaruhi lingkungan fisikkimiawi. proses dan hasilnya mempengaruhi
lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

2 Km -10 Km *)

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana
umum. ketidak puasan atas nilai kompensasi kerusakan
property atau kompensasi pembebasan lahan,
perubahan kualitas air di bagian hilir saluran.
*) Pembangunan drainase sekunder dan tertier di kota sedang
kemungkinan melewati pemukiman padat

> 5 Km

PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG

Meliputi apartemen / perkantoran dan Rumah Sakit
Kelas A, B, C

(luas lantai)

Gangguan lalu lintas, kebisingan. kesehatan, getaran,
gangguan genangan local (dewatering). gangguan
cahaya, kebakaran. bangkitan LHR, Air limbah,
Sampan, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana
dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan
akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB,
peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas,
bahan yang bersifat ozon

16.
< 10.000 m2

Perubahan bentuk lahan. proses teknologinya
mempengaruhi lingkungan fisik-kimia, hasilnya
mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi, budaya,
flora fauna, penubahan intensitas bangunan gedung
terhadap lingkungan

AIR BERSIH PERKOTAAN

17

a. Pembangunan jaringan distribusi (luas layanan)

100 Ha s/d 5 l/dt dan < 50 l/dt

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-9

Pembangunan meliputi Permukiman, Perkantoran,
pendidikan, Olah Raga, Kesehatan, Tempat Ibadah,
Pusat Perdagangan & Perbelanjaan

PEMBANGUNAN KAWASAN TERPADU
18.

Luas lahan
Atau luas lantai bangunan

5 Ha
< 10.000 m2

Gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, genangan
Perubahan bentuk lahan. penerapan teknologinya
local, bangkitan LHR, sampah, air limbah, peningkatan
mempergaruhi lingkungan fisik-kimia, biologi, proses
kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan
dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial.
(air bersih, sanitasi, sampah, drainase, areal parker),
ekonomi dan budaya
perubahan KLB, KDB, peningkatan PKL

PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN UNTUK PEMINDAHAN PENDUDUK DAN ATAU PERMUKIMAN KEMBALI
a.Jumlah penduduk yang dipindahkan

50KK - 200KK

19.
b. Atau luas lahan kawasan

2 Ha - 100 Ha

Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidak puasan atas
pemberian kompensasi penggantian dan bangunan,
adaptasi dengan penduduk sekitar. perubahan ekosistem
kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber
daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan dll),
perubahan koefisien run off, perubahan KDB, KLB

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan,
eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya
mempengaruhi lingkungan sosial ekonomi, budaya,
penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan
fisik-kimia-biologi,
mempengaruhi
pelestarian Catatan:
*)Kedalam kegiatan ini termasuk kawasan yang dipersiapkan
kawasan konservasi sumber daya alam

untuk menampung pengungsi dan memukimkan kembali,
penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek
misalnya waduk, jalan, bencana alam dan bencana sosial, dll.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-10

Tabel 4.3
Pengelolaan Dampak Kegiatan
No

POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF

ALTERNATIF UPAYA
PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU
Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke tempat lain
yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas
1

Resiko Longsor akibat Kegiatan
Galian/Timbunan Tanah diarea
lereng/tebing

Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai

2

Jembatan mengganggu lalu lintas
perahu

Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah

3

Jembatan/T.Perahu merubah
arah/aliran sungai

Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai

4

Meningkatnya erosi pada tebing

Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dasar saluran diperlandai

5

Meningkatnya erosi pada saluran
pinggir/samping

6

Jalan tanah meningkatkan debu

7

Jalan menutup/memotong aliran air
alamiah/drainase

Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub
drainase)
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran, seperti
beton, aspal, dll.
Permukaan jalan dipadatkan
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir
kasar (kerikil/sirtu)
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau beton

8

9
10

11

Saluran samping/drainase terjadi
pendangkalan/ sedimentasi
Jalan baru akan menebang banyak
pohon-pohon
Tidak ada pembuangan akhir /ada
genangan air dari drainase/Goronggorong

Bangunan tidak nyaman/aman

Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau saluran
kota yang ada (terintegrasi)
Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih aman
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti
sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau badan jalan
Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu masuk/
keluar jembatan (kiri+kanan)
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong (kiri+kanan)

12

Belum terjamin O&P kegiatan

Dibentuk O&P
pemeliharaan

kegiatan

dan

ada

rencana

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

kegiatan

IV-11

No

POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF

ALTERNATIF UPAYA
PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA IRIGASI

1

Resiko Longsor akibat Kegiatan
Galian/Timbunan Tanah di area
lereng/tebing

2

Meningkatnya erosi pada tebing
atau dinding saluran tanah

3

Konsentrasi air tidak terkendali
disaluran/sawah

4

Saluran terjadi
pendangkalan/sedimentasi akibat
erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing

5
Belum terjamin O&P kegiatan
PRASARANA AIR BERSIH
Galian Sumur (sumur dangkal)
1
longsor
Galian sumur dalam/bor bisa
memunculkan bahan2 tambang
2
yang bisa berbahaya, seperti
minyak,gas
Kualitas air sumur bercampur
3
mineral/bahan2 berbahaya bagi
kesehatan
Sumur Gali (sumur dangkal)
4
longsor
Sumur terlalu dekat dengan
5
MCK/WC
Air Sumur tercampur air
6
permukaan/Air Rembesan

Pemindahan jalur Saluran atau bangunan ke tempat lain yang
lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Pengaturan penggunaan Air
Dibuat pintu-pintu air
Dasar saluran diperlandai
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan
Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
Dibuat turap penahan tanah
Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi
terkait sebelum kegiatan dimulai;

Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan
Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton
Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter

Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir
Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air masuk
7
Mata Air tercampur air permukaan
Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
8
Belum terjamin O&P kegiatan
Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA
Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat pembuangan atau
Tidak ada saluran pembungan
drainase yang ada
limbah cair domestik (MCK,
1
Jamban, Air Cucian Dapur,dsb)
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban
Pipa sanitasi dipermukaan tanah
Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank
yang sangat rawan thd sinar
2
matahari, terinjak, dan kenakalan
Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk septicktank
manusia
Bangunan MCK, Jamban, Drainase
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar
air limbah, tidak sesuai standar
3
teknis bangunan
teknis
Septicktank/Resapan MCK/WC
Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal 11
4
terlalu dekat dengan Sumur.
meter
Jenis bangunan Septicktank tidak
Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya resap
5
sesuai jenis tanah
tanah
Tidak ada pembuangan akhir dari
Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir (seperti
6
saluran MCK, WC, Saluran Limbah
sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
Rumah Tangga/ada genangan air

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-12

No
7

POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
Belum terjamin O&P kegiatan

ALTERNATIF UPAYA
PENANGGULANGAN/MITIGASI
Dibentuk O&P
pemeliharaan

kegiatan

dan

ada

rencana

kegiatan

PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN
Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang lebih
aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas
1.

Resiko Longsor akibat Kegiatan
Galian/Timbunan Tanah diarea
lereng/tebing

Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Tampingan diperlandai

2

Meningkatnya erosi pada tebing

Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dasar saluran diperlandai

3

Saluran
terjadi
pendangkalan/sedimentasi
akibat
erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing

Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti
sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar
teknis bangunan
Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

Tidak ada pembuangan akhir
drainase/ada genangan air
Bangunan Drainase Tiidak sesuai
5
standar teknis
6
Belum terjamin O&P kegiatan
PRASARANA PERSAMPAHAN
Bangunan Sampah Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar
1
standar teknis
teknis bangunan
Tidak ada Pembuangan Sampah
2
TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota;
dari TPS
Belum terjamin O&P kegiatan
3
Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
Persampahan
Sumber : pedoman pelakanaan pnpm mandiri perkotaan
4

4.2

Aspek Sosial

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terkait dengan kebutuhan
masyarakat agar dapat tumbuh dan berkembang kerarah yang lebih baik dalam lingkungan
yang sehat, berjatidiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, masyarakat dipandang sebagai
objek, karena itu yang menjadi titik tekan penyediaan infrastruktur adalah kebutuhan
mereka. Namun seingkali dalam penyediaannya dapat berimplikasi cukup luas. Karena itu
dalam aspek sosial ini perlu dipertimbangkan berbagai dampak negatif dari investasi
program infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak
dapat diperbaiki/dipulihkan. Apabila diduga terjadi dampak negative maka, perlu dipastikan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-13

adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap
perencanaan, persipan maupun tahap pelaksanaan serta pengoperasian dan pemeliharaan,
guna mendukung pembangunan infrastruktur. Untuk kepentingan tersebut, terdapat beberapa
prinsip dasar yang perlu dicermati sebagai berikut:
1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku (ujung tombak) dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi (termasuk dalam penyediaan infrastruktur).
2. Memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemelihataan (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak
masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya).
3. Mendorong agar stakeholder mampu bertindak secara transparan, akuntabel, dan
professional dalam perencanaan dan pelaksanaan.
4. Mendorong perkuatan kelembagaan yang mewadahi berbagai aspirasi dari berbagai
stakeholder.
Prinsip-prinsip dasar tersebut dimaksudkan agar masyarakat sebagai subjek dan juga objek
pembangunan, dapat turutserta dalam menentukan nasibnya. Artinya, setiap tahapan
penyelenggaraan pembangunan, membutuhkan peranserta masyarakat. Keterlibatan
masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
Peran masyarakat dilakukan untuk :
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial;
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian
lingkungan hidup.
Secara substansial, aspek sosial yang akan dikaji dalam konteks peranserta masyarakat
dalam penyediaan infrastruktur Bidang Cipta Karya ini adalah:
Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-14

4.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa, penyediaan infrastruktur akan terkait
dengan kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan tarap hidup yang lebih baik dalam
lingkungan yang sehat, berjatidiri dan berkelanjutan. Dalam konteks tersebut, terdapat
beberapa komponen sosial yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan program, yaitu:
“berupaya untuk melakukan pencegahan terhadap dampak sosial di satu pihak, dan di lain
pihak, melakukan penanganan dan sekaligus solusi terhadap dampak sosial yang terjadi”.
Beberapa kemungkinan dampak sosial dan tindakan yang perlu dilakukan adalah:
1.

Setiap kegiatan masing-masing sektor harus didasarkan pada Rencana Induk/Master
Plan
Dokumen yang dimaksud diperlukan sebagai dasar konsepsional dan menjadi rujukan
perencanaan selanjutnya. Dokumen ini perlu disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait
secara berjenjang sesuai dengan level/tingkatan yang menjadi lingkup tugasnya masingmasing.
Sejauh ini, dokumen-dokumen sektoral tersebut masih belum dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Seluma. Untuk itu perlu didorong agar terjadi peningkatan kapasitas
institusional pemerintah, swasta dan masyarakat.

2.

Setiap Dokumen Perencanaan dan usulan pembangunan perlu dilakukan Konsultasi
Tingkat Daerah
Tahapan ini perlu dilakukan sebagai upaya kanalisasi aspirasi berbagai pihak terkait,
terutama masyarakat, agar dapat meyalurkan aspirasinya dan mengungkapkan
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kegiatan pembangunan didaerahnya. Pelaksanaan
ini sebagai wujud pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan yang baik (good

3.
4.

governance), yang dilakukan dalam rangka :
Masyarakat bisa menyalurkan keinginan dan tuntutannya kepada pemerintah .
Terlibat aktif dalam proses pembuatan keputusan
Pelaksana utama kebijakan
Setiap usulan kegiatan perlu dilengkapi jastifikasi teksnis
Perlu dilakukan Pelembagaan (institusionalization)
Pelembagaan ini perlu dilakukan dalamrangka pelaksanaan prinsip-prinsip keberlajutan
dalam proses partisipasi dengan semangat dialogis yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi dan peruntukannya suatu program pembangunan dirancang. Selain dari itu,
pelembagaan ini juga dapat dijadikan indikator kinerja.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-15

4.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi
berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan
masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi antara lain:
1. prasarana harus dapat dipastikan bahwa tapak (site) yang akan dipergunakan telah
memiliki status lahan yang jelas. Terkait dengan hal ini, pengadaan lahan dan
pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan telah dilakukan satu tahun sebelum

2.

3.

pelaksanaan fisik kegiatan dilakukan. Demikianjuga halnya apabila terdapat dengan
pemindahan penduduk (resettlement) harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini
termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugian, serta bantuan dalam
pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru
Setiap kegiatan yang akan dibangun perlu tersosialisasikan sebelum pelaksanaan
dilakukan. Apabila dimungkinkan, dilakukan proses dialogis dalam rangka mencari
umpan balik (padback) yang sesuai dengan kebutuhan dan peruntukan program.
Sebelum pelaksanaan kegiatan, pihak pelaksana melakukan pengecekan kepada pihak
terkait mengenai kebenaran kepemilikan dan status lahan.

4.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur. Dalam kaitan ini, peranserta masyarakat yang dapat
dilakukan Pasca Pembangunan antara lain adalah:
1. Membangun mitra lokal dalam rangka pengendalian dan pengelolaan atas asset properti

2.

bangunan dan lingkungan agar dapat berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan secara
terkendali dan menerus. Mitra lokal ini sebagai katalisator pembangunan yang dapat
menjembatani kepentingan antar stakeholders, yang secara kelembagaan dapat
diintegrasikan dengan aspek pelembagaan (institusionalization) pada tapan perencanaan.
Pengembangan institusional mitra lokal, dimaksudkan agar mitra lokal mempunyai
kompetensi berupa; partisipasi dan ketrampilan teknis dalam melakukan fasilitasi
pengendalian dan pengelolaan aset.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma

IV-16