BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ERLIN NUR ASLIH BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini rokok dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik

  laki-laki maupun perempuan bahkan yang lebih mengkhawatirkan merokok sudah dilakukan oleh anak-anak yang masih berumur dibawah lima tahun.

  Bagi sebagian masyarakat Indonesia, merokok sudah menjadi salah satu kegiatan rutin yang sudah biasa dilakukan (Mukti, 2014).

  Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu resiko mengenai bahaya adiktif rokok. Keputusan konsumen untuk membeli rokok tidak didasarkan pada informasi yang cukup tentang resiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak pembelian yang dibebankan pada orang lain (Kemenkes RI, 2011).

  Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI, 2011). Perilaku merokok merugikan kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak penyakit, diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem respirasi, kanker dan masalah kesehatan yang lainnya seperti impotensi, kehamilan premature, berat bayi lahir rendah (BBLR).

  Penyakit-penyakit ini dapat timbul karena rokok yang terbuat dari tembakau ini mengandung 7000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, 200 diantaranya adalah zat beracun (Ericksen, 2012). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85% dan partikel. Diantaranya nikotin, karbon monoksida, tar adalah sebagian dari ribuan zat didalam rokok (Ahmad, 2010).

  Menurut Riskesdas 2013, angka penyakit tidak menular di Indonesia yang salah satu faktor resikonya adalah rokok mencapai jumlah yang tinggi, yaitu 20 juta orang mengalami penyakit paru menahun, 5 juta orang mengalami penyakit diabetes, 4 juta orang mengalami penyakit jantung, 3 juta orang mengidap kanker, dan 3 juta orang mengalami struk (Riskesdas, 2013).

  Selain menyebabkan penyakit, rokok juga telah menjadi salah satu perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke (Sari, 2007). Semua kelainan ini didapatkan akibat kebiasaan merokok yang dilakukan sejak lama. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2011 lebih dari 6 juta orang meninggal karena penyakit akibat rokok. Hal ini berarti tiap satu menit hampir sebelas orang meninggal dunia akibat racun pada rokok (Ericksen, 2012). Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian akibat merokok mencapai 10 juta jiwa setiap tahunnya dan akan didominasi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia (Sari, 2007).

  Jumlah perokok di dunia mencapai lebih dari 1 miliar orang terdiri dari 800 juta pria dan 200 juta perempuan (Ericksen, 2012). Di negara berkembang, seperti Indonesia jumlah perokok usia ≥15 tahun sebanyak 34,2% tahun 2007 (Depkes RI, 2007), kemudian meningkat prevalensinya menjadi 34,7% di tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010), dan meningkat kembali tahun 2011, menurut GATS 2011 jumlah perokok usia 15 tahun sebanyak 34,8 % dengan prevalensi pria 67% dan perempuan 2,7% (WHO, 2013).

  Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, proporsi perokok laki-laki di Indonesia sebanyak 47,5 %. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, umur 35-39 tahun 32,2 persen, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%) (Riskesdas 2013). remaja dengan umur 10-14 tahun terpapar rokok di dalam rumah dan 78,1 % terpapar rokok di luar rumah. Kemudian, perokok baru dengan umur 10-14 tahun mencapai jumlah 3,96 juta per tahun dan 10.869 per hari. Indonesia merupakan Negara dengan prevalensi tertinggi dari 10 negara ASEAN lainnya (The Asean Tobacco Control Atlas, 2014).

  Riset pengawasan tembakau ASEAN juga melaporkan bahwa perokok dengan umur 10-14 tahun mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 1995 (9%), tahun 2001 (9,5%), tahun 2004 (12,6%), tahun 2007 (16%), dan tahun 2010 (17,5%). Riset tersebut memprediksi jumlah perokok remaja akan terus meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun kedepan, hal ini menunjukkan hingga saat ini pemerintah masih belum serius menyelesaikan masalah akibat rokok di masyarakat, termasuk di kalangan remaja yang angkanya terus meningkat (The Asean Tobacco Control Atlas, 2014 ).

  Telah diketahui bahwa lebih dari 30% penduduk Indonesia yang merokok dilaporkan mulai mengonsumsi rokok sebelum mencapai umur 10 tahun.

  Bahkan lebih tragisnya lagi Indonesia berada pada urutan 1 dari 10 negara ASEAN yang jumlah perokok laki-laki dengan umur 13-15 tahun mencapai 41%. Penduduk umur 13-15 tahun berjenis kelamin perempuan berada pada urutan ke-6 terbanyak dari 10 negara ASEAN lainnya dengan prevalensi 3,5% dari seluruh penduduk Indonesia umur 13-15 tahun berjenis kelamin perempuan (The Asean Tobacco Control Atlas, 2014).

  Kesehatan merupakan hak azasi manusia yang diamanatkan oleh Undang- No.36 tahun 2009 pasal 115 menetapkan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya. KTR merupakan taggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan KTR. Yang termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum serta kawasan lain yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2013).

  Pemerintah telah merumuskan MOU (Memorandum of Understanding) antara Kementrian Dalam Negri dan Kementrian Kesehatan yang menekankan pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negri dituangkan dalam surat bernomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan bersama ini sebenarnya sudah menyebutkan adanya sanksi bagi pihak pelanggar, namun masih perlu diperkuat dengan petunjuk operasional dan konsistensi implementasinya di lapangan (Kemenkes RI, 2013).

  Pemerintah melakukan upaya penurunan angka penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, dengan mengeluarkan Undang- produk tembakau merupakan zat adiktif yang peredaran dan konsumsinya harus dikendalikan. Pada pasal 115 juga juga jelas diatur mengenai kawasan tanpa rokok. Dukungan terhadap peraturan tersebut, juga didukung oleh Muhammadiyah salah satu organisasi sosial dan kemasyarakatan.

  Muhammadiyah juga ikut serta mengeluarkan Fatwa mengenai Hukum Merokok di lingkungan Muhammadiyah dalam peraturan Nomor 6/SM/MTT/III/2010 yang menyatakan bahwa rokok dapat merugikan kesehatan dan hukumnya haram (MPKU, 2010).

  Fatwa Hukum Merokok telah ditindaklanjuti dengan adanya kesepakatan dari empat majelis di lingkungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, antara lain Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU), Majelis Pendidikan Dasar Menengah (DIKDASMEN), Majelis Pendidikan Tinggi dan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS). Aturan tersebut mengharuskan penerapan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) di lingkungan Muhammadiyah termasuk di dalamnya lingkungan amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan yang meliputi sekolah-sekolah termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah (MPKU, 2010).

  Dari sekian peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang diberlakukan di instansi-instansi, institusi pendidikan, tempat umum dan universitas. Beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah telah mengimplementasikan KTR di lingkungan kampus yang ditandai dengan adanya SK Rektor yang mengatur Universitas Muhammadiyah Malang (SK Rektor No. 54 tahun 2014), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (SK Rektor No. 01 Tahun 2012), Universitas Muhammadiyah Semarang (SK Rektor No.

  007/UNIMUS/SK.HK/2012), Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (SK Rektor No. 107/H.14/2010) dan Universitas Muhammadiyah Magelang (SK Rektor No. 06/DKL/II.3/AU/B/2014).

  Dari peraturan yang diterapkan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto sesuai dengan (SK Rektor No. 01 Tahun 2012) tentang Kawasan Tanpa Rokok, salah satu fakultas di Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan yang sudah jelas ada aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan rata-rata pengunjung kampus melihat tulisan (Kawasan Bebas Rokok) di setiap dinding-dinding yang sering terlihat namun masih ada saja mahasiswa yang masih merokok di area kampus. Berdasarkan observasi yang dilakukan, di kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto tidak sedikit mahasiswa yang masih merokok di area kampus. Meskipun sudah di luar

  masih cukup

  pagar kampus, namun masih berbatasan dengan kampus. Dan

  banyak terlihat perilaku mahasiswa di lingkungan kampus sehari-harinya

  tidak menunjukkan adanya kepatuhan terhadap peraturan tersebut.

  Dari seluruh mahasiswa aktif laki-laki di Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjumlah 3112 orang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara yang dilakukan peneliti di Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada 17 orang mahasiswa dengan status perokok aktif. Pada saat diluar jam kuliah dan masih di lingkungan kampus, semua mahasiswa yang di wawancarai mengetahui adanya peraturan kawasan bebas rokok di UMP namun hanya sebatas tahu bahwa KTR adalah kawasan tanpa asap rokok, semua mahasiswa tahu akan konsekuensi dari peraturan itu jika dilanggar namun belum tahu secara spesifik, 12 dari 17 mahasiswa yang diwawancarai mengaku ada pengurangan jumlah konsumsi rokok dari rata- rata konsumsi rokok per hari jika kuliah 3-5 batang, sedangkan diluar kuliah (libur) bisa mengkonsumsi 6-12 batang rokok, 6 mahasiswa mulai merokok sejak SMP dan 11 mahasiswa mulai merokok sejak SMA, 14 mahasiswa yang di wawancara tahu akan bahaya merokok dan takut akan bahaya merokok, dari

  17 yang di wawancara 15 mahasiswa diantaranya mengaku pernah merokok di dalam kampus, semua mahasiswa yang diwawancara memiliki keinginan untuk berhenti merokok.

  Dari Uraian Diatas Maka Peneliti Tertarik Untuk Melakukan Penelitian Yang Berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dengan Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian masalah diatas maka masalah yang dirumuskan adalah “Adakah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dengan Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto ?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang

  Kawasan Tanpa Rokok Dengan Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

  Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk : a.

  Untuk mengetahui karakteristik responden diantaranya (Usia, Fakultas, Angkatan, Awal mulai merokok). b.

  Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai penerapan peraturan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus.

  c.

  Untuk mengetahui kepatuhan mahasiswa terhadap peraturan kawasan tanpa rokok di kampus.

  d.

  Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang KTR dengan kepatuhan mahasiswa terhadap peraturan kawasan tanpa rokok di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti, baik materi yang diteliti maupun metode penelitian yang dilakukan, dan menambah pengalaman dalam menyusun sebuah penelitian. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh diperkuliahan.

  Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok dan meningkatkan kepatuhan terhadap semua peraturan di kampus terutama peraturan kawasan tanpa rokok (KTR).

3. Bagi Institusi Pendidikan

  Dapat menjadi sumber referensi bagi mahasiswa dan dosen di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam hubungannya dengan penggunaan rokok, dan dapat mewujudkan kegiatan sosialisasi tentang kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus terkait peraturan kawasan tanpa rokok.

E. Penelitian Terkait 1.

  Yayi Suryo Prabandari, Nawi Ng, Retna Siwi Padmawati (2009), meneliti tentang “Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Alternatif Pengendalian Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok Terhadap Perilaku Dan Status Merokok Mahasiswa Di Fakultas Kedokteran Ugm, Yogyakarta”, Dua survei potong lintang telah dilakukan di FK UGM. Survei pertama dilaksanakan pada tahun 2003 dengan partisipan 734 dan survei kedua pada tahun 2007 dengan partisipan 463. Prevalensi perokok dan usaha untuk berhenti merokok diukur di kedua survey tersebut. Studi tentang opini mahasiswa terhadap kebijakan kampus bebas rokok dilakukan pada survei ke dua di tahun 2007. Hasil: Persentase mahasiswa yang tidak merokok bertambah 19,1%, sedangkan pada wanita bertambah 1,2%. Sementara itu, terdapat UGM, 6% berhenti merokok setelah pelaksanaan kebijakan kampus bebas rokok dan 7% mengurangi jumlah rokok yang mereka hisap. Lebih lanjut, 90% mahasiswa dan 94% mahasiswi mendukung pelaksanaan kebijakan kampus bebas rokok.

2. Puswitasari, A. (2012). Dengan judul penelitian Faktor Kepatuhan

  Mahasiswa Dan Karyawan Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran Undip. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keikutsertaan mahasiswa dan karyawan dalam mematuhi peraturan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Metode penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan studi cross-

  

sectional . Sampel didapatkan dengan mengambil responden secara acak

  (simple random sampling) sampai waktu penelitian berakhir yakni bulan Juli 2012. Data primer yang berupa data deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dengan gambar/ diagram. Data dianalisis dengan menggunakan uji

  chi-square

  (χ2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara latar belakang perilaku merokok (p=0,01) dan pengetahuan peraturan Kawasan Tanpa Rokok (p=0,007) terhadap tingkat kepatuhan, sedangkan pengetahuan bahaya kandungan rokok tidak menunjukkan hasil yang bermakna (p=0,6), kemudian pengaruh lingkungan memberikan risiko 1,6 (1,1-2,2) kali lipat terhadap tingkat 1,3 (0,5-3,4) kali lipat, dan tidak mengetahui peraturan Kawasan Tanpa Rokok memberikan risiko 1,5 (1,1-2,0) kali lipat.

3. Hiroki,O; Toshiyuki,O; Martin,M; Kazuyuki,T; Yoshikatsu,M. (2013). An

  

exploratory analysisof the impact of a university campus smoking ban of

staff and student smoking habits in Japan . Tobacco Induces Diseases.

  Penelitian cross sectional ini dilaksanakan di Nayoro City, Jepang pada tahun 2011, di antara fakultas dan mahasiswa Universitas Nayoro. Lima tahun setelah deklarasi larangan merokok total di kampus universitas, karakteristik merokok semua siswa, guru dan pekerja kantoran, dan dampak kebijakan terhadap perokok diselidiki. Survei dilakukan melalui anonim, self-administered, multiple-choice questionnaire. Informasi dikumpulkan berdasarkan karakteristik dan karakteristik merokok responden, dan sikap merokok terhadap merokok. Hasil: Tingkat pemulihan adalah 62,1%. Di antara responden, prevalensi merokok adalah 17,9% pada guru dan pekerja kantoran, dan 4,0% pada siswa. Di antara semua perokok, 46,4% tidak berhenti merokok saat berada di universitas dan mereka mengindikasikan bahwa area merokok mereka "di jalan-jalan di samping kampus": 16 dan "di luar rumah di kampus": 3, masing- masing. Sedangkan untuk perokok, 29,6% di antaranya mengurangi jumlah rokok yang dihisap per hari akibat larangan merokok. Tak satu pun dari mantan perokok tersebut menjawab bahwa motivasi utama mereka untuk berhenti merokok adalah larangan merokok.

  Yasinta, HR. (2013). Dengan judul penelitian hubungan antara pengetahuan, sikap dan tanda larangan merokok dengan kepatuhan terhadap kawasan tanpa rokok (ktr) pada mahasiswa di universitas dian nuswantoro semarang 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan tanda larangan merokok dengan kepatuhan terhadap kawasan tanpa rokok (ktr) pada mahasiswa di Universitas dian nuswantoro tahun 2013. Jenis penelitian ini explanatory research, dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 100 Mahasiswa perokok, yang diambil secara accidental sampling. Analisis data yang digunakan adalah korelasi Rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang kawasan Tanpa rokok (ktr) cukup baik (72%), sikap cukup baik terhadap kawasan tanpa rokok sebanyak (66%), dan mempunyai tanggapan cukup baik terhadap tanda larangan merokok (63%), serta mempunyai kepatuhan terhadap kawasan tanpa rokok cukup baik (62%). Ada hubungan antara pengetahuan tentang Kawasan tanpa rokok (pvalue=0,001), sikap terhadap kawasan tanpa rokok (pvalue=0,000), dan Tanggapan terhadap tanda larangan merokok (pvalue=0,019) dengan kepatuhan terhadap kawasan tanpa rokok.

5. Armayati, L. (2014). Dengan judul penelitian Faktor-fakor yang

  Mempengaruhi Kepatuhan Mahasiswa dan Karyawan Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Kampus Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau. Penelitian dilakukan dalam pendekatan kuantitatif sebanyak 100 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner kepatuhan terhadap peraturan area tanpa rokok di kampus. Metode analisis data yang digunakan adalah Chi-square, yang bertujuan untuk menggambarkan data deskriptif dan uji fungsi korelasi antar variabel. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan adanya korelasi perilaku merokok dan latar belakang pengetahuan peraturan tanpa rokok dengan kepatuhan terhadap peraturan tanpa merokok, sementara pengetahuan tentang bahaya merokok tidak berkorelasi dengan kepatuhan terhadap peraturan daerah tanpa merokok.

6. Biao,L; Liang, W; Liang,L; Tieshan,L. (2015). The Effects of Educational

  

Campaigns ans Smoking Bans in Public Places on Smokers’ Intention to

Quit Smoking: Findings from 17 Cities in China . Tujuan penelitian ini,

  dari data sampel representatif berskala besar, mencakup beberapa variabel aktual perokok perokok dan dampak kampanye pendidikan dan merokok di tempat-tempat umum dan di mana kebijakan tersebut dapat mendorong perokok untuk berhenti merokok. Survei over-sectional dilakukan dari Oktober 2010 sampai Januari 2011 di 17 kota di Provinsi Anhui. Dalam survei yang sebenarnya, responden yang memenuhi syarat diminta untuk menyelesaikan wawancara tatap muka dengan permintaan yang tepat dan tepat waktu. Kuesioner ini dirancang berdasarkan pada literatur yang ada dan diterjemahkan ke bahasa China untuk tujuan perbandingan dan konsistensi dengan studi yang relevan. Perokok yang terkena dampak merokok (OR = 2,58,95% CI 2,27-2,94 dan OR = 1,31,95% CI1.14-1,51, resp). Mengacu bahwa kedua kampanye pendidikan dan larangan merokok efektif dalam hal peremajaan 'tidak penting secara visual.

  7. Muchsin M, Septian E D J, Fardhiasih D A. (2015). Dengan judul penelitian Intensi Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Penerapan Kawasan Kampus Tanpa Rokok. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap para mahasiswa/i dengan intensi kepatuhan terhadap penerapan kawasan kampus tanpa rokok di salah satu Universitas swasta di Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa/i di salah satu fakultas di salah satu Universitas yang terdapat di Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, sehingga besar sampel yang didapatkan sebesar 258 mahasiswa/i. Pengumpulan data dilakukan mengunakan kuesioner terstruktur. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Berdasarkan hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (nilai p<0,05) antara jenis kelamin (nilai p=0,000), status merokok (nilai p=0,000), pengetahuan (nilai p=0,004) dan sikap (nilai p=0,004) dengan intensi kepatuhan terhadap penerapan kawasan kampus tanpa rokok.

8. Purwo Setiyo Nugroho (2015), meneliti tentang Evaluasi Implementasi

  Muhammadiyah Surakarta. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, Waktu penelitian ini selama bulan Desember 2014-April 2015 di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penentuan sumber data/informan dengan Purposive Sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang dari kalangan Dosen UMS dan Lembaga Mahasiswa FIK UMS. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan wawancara semiterstruktur terhadap informan. Serta dalam pencatatan wawancara menggunakan alat bantu berupa alat tulis serta alat rekam berupa smartphone untuk merekam wawancara yang dilaksanakan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya SK Dekan mengenai KTR, adanya teguran bagi yang merokok, adanya Klinik Berhenti Merokok (KBM) dan dukungan dana bagi KBM merupakan faktor pendukung KTR FIK UMS. Kurang maksimalnya sosialisasi, edukasi, fungsi KBM, masih ditemukan mahasiswa yang merokok dan belum adanya Juru Anti Rokok merupakan faktor penghambat KTR FIK UMS.