MEMAKNAI JIHAD DALAM AL-QUR'AN DAN TINJAUAN HISTORIS PENGGUNAAN ISTILAH JIHAD DALAM ISLAM

  

J-PAI: Jurnal Pendidikan Agam a Islam p-ISSN 2355-8237

Vol. 3 No. 1 Juli-Desem ber 2016 e-ISSN 2503-300X

MEMAKNAI JIHAD DALAM AL-QUR'AN DAN TINJAUAN HISTORIS

PENGGUNAAN ISTILAH JIHAD DALAM ISLAM

  

Abdul Fattah

  Fakultas Ilmu Tar biyah dan Kegur uan UIN Maulana Malik Ibr ahim Malang e-mail: abdul.fattah@pai.uin-malang.ac.id

  

Abstr act: A nar r ow under standing by some Muslims about jihad

w ill br ing a r adical gr oup that led to the appear ance of movements

that har m Muslims. To find out how the jihad in the Qur 'an and how

to phase in the use of the w or d jihad, it w ould r equir e a

compr ehensive under standing by ident ifying the ver ses of the

Qur 'an and under standing of the histor ical decline in t hese ver ses.

This ar ticle examines the identificat ion of passages w hich ther e is a

der ivation the w or d jihad and then sor ted accor ding t o time of

dow n (Makkiyyah and Madaniyyah). The ar ticle concludes that the

w or d jihad and der ivation in the Qur 'an is mentioned 41 t imes and

separ ated at 19 sur ah. Not all of the w or d jihad and it der ivation

means w ar , but histor ically it is know n that jihad also has other

meanings and r educed in accor dance w ith the conditions of t he

situation at that time.

  Keywords: jihad, al-Qur 'an, histor ical

Abstrak: Pemahaman sempit oleh sebagian umat Islam tentang

jihad akan memunculkan kelompok r adikal yang ber ujung pada

munculnya ger akan-ger akan yang mer ugikan umat Islam sendir i.

Untuk mengetahui bagaimana jihad dalam al-Qur’an dan

bagaimana tahapan dalam menggunakan kata jihad, maka

diper lukan pemahaman yang kompr ehensif dengan melakukan

identifikasi ayat-ayat al-Qur ’an dan memahaminya dar i sisi

histor is tur unnya ayat-ayat ter sebut. Ar tikel ini mengkaji tentang

Identifikasi ayat-ayat yang didalamnya ter dapat kata jihad dan

der ivasinya kemudian diur utkan sesuai masa tur unnya

(Makkiyyah dan Madaniyyah). Ar tikel ini menyimpulkan bahwa

kata jihad dan der ivasinya di dalam al-Qur ’an disebutkan 41 kali

dan ter pisah pada 19 ayat. Tidak semua kata jihad dan

  

der ivasinya memiliki ar ti per ang, akan tetapi secar a histor is dapat

diketahui bahwa jihad juga memiliki ar ti lain dan ditur unkan

sesuai dengan situasi kondisi pada saat itu.

  Kata-kata Kunci: jihad, al-Qur ’an, histor is Pendahuluan

  Jihad mer upakan kew ajiban seor ang mukmin untuk memper tahankan agamanya dar i ser angan law an. Wujud dar i ser angan ter sebut tidak har us ber upa ser angan fisik, akan tetapi dapat ber upa ser angan pemikir an, keilmuan, teknologi, per ekonomian dan lain sebagainya. Pada pr akteknya, umat Islam dapat melakukan jihad dengan ber sungguh-sungguh meningkatkan kualitas dar i menjadi seor ang pemikir , ahli di bidang keilmuan, teknologi, per ekonomian dan bidang-bidang lain yang r aw an ter jadi konflik antar a or ang Islam dan pihak lain yang ber usaha untuk menghancur kan Islam.

  Al-Qur ’an telah menyinggung banyak ter ma mengenai jihad. Jika dilihat dar i r untutan ayat-ayat al-Qur ’an tentang jihad, maka akan ditemukan bahw a per intah jihad dalam al-Qur ’an tentang jihad yang tur un pada aw al per iode Islam mempunyai ar ti ber dakw ah, yaitu dengan car a dialog antar a umat Islam dengan kaum Qur aisy (Ahmad al-Tayyeb, 2016: 154). Per iode Makkah telah menyaksikan hal itu dengan tur unnya ayat-ayat yang memer intahkan ber dakw ah dengan menggunakan al-Qur ’an kepada or ang suku Qur aish pada masa itu sebagaimana yang ter tuang dalam sur at al-Fur qan ayat 52:

  ا ً۟ﺮﯿِﺒ َ ا ً۟دﺎَﮭِﺟ ۦ ِﮫِﺑ ﻢُھ ۡﺪِﮭ ٰـَﺟَو َﻦﯾِﺮِﻔ َٰـ ٱۡﻟ ِﻊِﻄُﺗ ﺎَﻠَﻓ

  Maka janganlah kamu mengikuti or ang-or ang kafir , dan ber jihadlah ter hadap mer eka dengan Al Qur ’an dengan jihad yang besar . Per intah jihad dengan al-Qur ’an ter sebut menjadi per tanda bahw a umat Islam di aw al per iode sudah diper intahkan untuk meningkatkan kualitas dir i dengan mendalami al-Qur ’an, sehingga al- Qur ’an dapat dijadikan senjata ampuh untuk ber dakw ah kepada masyar akat Qur aisy yang belum mendapatkan hidayah. Ar tinya, umat Islam dapat ber dakw ah kepada or ang Qur aisy dengan car a ber dialog dengan mer eka, menggunakan al-Qur ’an sebagai alat ber dialog dengan mer eka sehingga Islam dapat diter ima dengan baik (Ahmad al-Tayyeb, 2016: 155).

  Per ang menjadi jalan ter akhir yang boleh dilakukan oleh seor ang muslim dalam menegakkan agamanya setelah jalan dakw ah. Hal itu dikar enakan peper angan secar a fisik mempunyai r esiko yang sangat tinggi, yaitu per tumpahan dar ah dar i pihak umat Islam sendir i dan juga dar i pihak law an, sehingga pendekatan secar a sosial kemasyar akatan lebih diutamakan dar ipada per ang. Disyar iatkannya or ang lain yang tidak seagama dengan mer eka, akan tetapi per ang hanya disyar iatkan untuk membela dir i dar i per law anan or ang kafir kepada umat Islam.

  Sebagian umat Islam memi liki pemahaman yang sempit ter hadap jihad, mer eka hanya mengetahui jihad yang ber ar ti per ang, tanpa mengkaji lebih dalam dar i sisi histor is tur unnya al-Qur ’an bahw a jihad ber ar ti dakw ah dengan al-Qur ’an. Sempitnya pemahaman ini memunculkan or ang-or ang r adikalis yang melakukan keker asan dengan atas nama Islam. Tidak dapat dipungkir i bahw a Islam juga mensyar iatkan per ang di dalam al-Qur ’an, akan tetapi hal itu bukan ber ar ti dibolehkan per ang dengan menyer ang or ang lain secar a fisik, akan tetapi per intah per ang ter sebut hanya ber sifat defensiv dar i per law anan or ang lain, sehingga nilai-nilai kasih sayang dalam Islam tidak hilang sedikitpun.

  Pengertian Jihad

  Jihad mer upakan kata yang familiar di kalangan umat Islam, akan tetapi banyak dar i mer eka memiliki pemahaman yang over tentang jihad sehingga memunculkan pemahaman yang menuju pada r adikalisme. Jihad dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai ar ti: 1. Usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan; 2. Upaya membela agama dengan mengor bankan har ta dan nyaw a; 3. Per ang suci melaw an or ang kafir untuk memper tahankan agama Islam (Tim Penyusun, 2008: 637). Penger tian yang terdapat dalam KBBI ter sebut sebetulnya sudah mencer minkan tingkatan dalam penggunaan kata jihad dalam kehidupan nyata, akan tetapi sebagian or ang masih memiliki pemahaman yang sempit akan hal itu dan hanya mengambil sebagian pemahaman dar i definisi ter sebut.

  Dalam memahami makna jihad dalam al-Qur ’an, setidaknya ada empat pesan yang disampaikan al-Qur ’an dengan menggunakan r edaksi jihad dan der ivasinya, yaitu jihad ber ar ti per ang, ber ar gumentasi (hujjah), infak di jalan Allah dan ber sungguh-sungguh menolong dan menjalankan per intah agama (Abu Nizhan, 2011: 546). Keempat makna ter sebut tentunya mempunyai fungsi dan per iodisasi ter sebut, kapan jihad ber ar ti per ang, ber ar gumentasi (hujjah), infak di jalan Allah dan ber sungguh-sungguh menolong dan menjalankan per intah agama.

  Dalam kitab Mu'jam al-Mausu'i Li Alfadz al-Qur 'an al-Kar im

  • diter angkan bahw a kata Jahada-Yujahidu ( ﺪھﺎﺠﯾ ﺪھﺎﺟ ) ber sama der ivasinya mempunyai dua makna, yaitu menger ahkan Segala

  ( )

  Kemampuan dan per ang di jalan Allah (al-Qital). Sedangkan

  ﻊﺳﻮﻟا لﺬﺑ

  kata Jahada ( ) beser ta der ifasinya mempunyai ar ti Ghayah, al-

  َﺪَﮭَﺟ

Nihayah (tujuan akhir ), Mashaqqah (kesulitan), al-Was'u (kemampuan)

dan al-Thaqah (kemampuan) (Ahmad Mukhtar , 2002: 130).

  Al-Mar aghi (Bahr un Abu Bakar , 1986: 141) menjelaskan ter dapat empat cakupan dalam ber jihad:

  1. Per ang dalam r angka membela agama, pemeluknya dan untuk meninggikan kalimah Allah.

  2. Memer angi haw a nafsu, yang dikatakan oleh or ang-or ang salaf sebagai jihad akbar . Di antar anya ialah memer angi haw a nafsunya sendiri, khususnya di saat usia muda.

  3. Ber jihad dengan har ta benda untuk amal kebaikan yang ber manfaat bagi umat dan agama.

  4. Jihad melaw an kebatilan dan membela kebenar an.

  Identifikasi kata Jihad dan derivasinya dalam al-Qur’an

  Fu’ad Abdul Baqi dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahr as Li Alfadh al-Qur ’an mengidentifikasi kata jihad dan der ivasinya di dalam al- Qur ’an disebutkan sebanyak 41 kali dan ter bagi dalam 19 sur at. Penggunaan kata jihad dalam al-Qur ’an mempunyai bentuk yang var iatif, adakalanya ber upa Fi’il Madhi, Mudlar i’, Amar atau Masdar dan juga ber bentuk Mufr ad, Tat hniyah dan Jama’ . dengan r incian sebagai ber ikut: (Muhammad Fuad, 2001: 224-225).

  

Tempat Bentuk

NO Sur at Redaksi Ayat

Tur un Kata

Al-Fur qan (25): ۦ ِﮫِﺑ ﻢُھ ۡﺪِﮭ ٰـَﺟَو َﻦﯾِﺮِﻔ َٰـ ٱۡﻟ ِﻊِﻄُﺗ ﺎَﻠَﻓ

  ۡﺪِﮭ ٰـَﺟ

  52

  ا ً۟ﺮﯿِﺒ َ ا ً۟دﺎَﮭِﺟ

  Al-Fur qan (25): ۦ ِﮫِﺑ ﻢُھ ۡﺪِﮭ ٰـَﺟَو َﻦﯾِﺮِﻔ َٰـ ٱۡﻟ ِﻊِﻄُﺗ ﺎَﻠَﻓ

  2. Makkiyyah

  ا ً۟دﺎَﮭِﺟ

  52

  ا ً۟ﺮﯿِﺒ َ ا ً۟دﺎَﮭِﺟ ﻦ َﻟِٕ ۡﻢِﮩِﻨ ٰـَﻤ ۡﯾَأ َﺪ ۡﮭَﺟ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ ْاﻮُﻤَﺴ ۡﻗَأَو ىَﺪ ۡﺣِإ ۡﻦِﻣ ٰىَﺪ ۡھَأ ﱠﻦُﻧﻮُﻜَﯿﱠﻟ ٌ۟ﺮﯾِﺬَﻧ ۡﻢُھَء ٓﺎَﺟ

  3. Fatir (35): 42 Makkiyyah

  َﺪ ۡﮭَﺟ ﺎﱠﻟِإ ۡﻢُھَداَز ﺎﱠﻣ ٌ۟ﺮﯾِﺬَﻧ ۡﻢُھَء ٓﺎَﺟ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ِۖﻢَﻣُﺄ ٱۡﻟ

  اًرﻮُﻔُﻧ ﻦ َﻟِٕ ۡﻢِﮩِﻨ ٰـَﻤ ۡﯾَأ َﺪ ۡﮭَﺟ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ ْاﻮُﻤَﺴ ۡﻗَأَو ﺎَﻤﱠﻧِإ ۡﻞُﻗ ﺎَﮩِﺑ ۚ ﱠﻦُﻨِﻣ ۡﺆُﯿﱠﻟ ٌ۟ﺔَﯾاَء ۡﻢُﮩ ۡﺗَء ٓﺎَﺟ

  4. Al-An’am(6): 109 Makkiyyah

  َﺪ ۡﮭَﺟ اَذِإ ٓﺎَﮭﱠﻧَأ ۡﻢُﻛُﺮِﻌ ۡﺸُﯾ ﺎَﻣَو ِﮫﱠﻠﻟ ۖ ٱ َﺪﻨِﻋ ُﺖ ٰـَﯾَﺄ ٱۡﻟ

  َنﻮُﻨِﻣ ۡﺆُﯾ ﺎَﻟ ۡتَء ٓﺎَﺟ ﺎَﻣ ﻰِﺑ َكِﺮ ۡﺸُﺗ نَأ ٰٓﻰَﻠَﻋ َكاَﺪَﮭ ٰـَﺟ نِإَو ﺎَﻤُﮭ ۖ ۡﻌِﻄُﺗ ﺎَﻠَﻓ ٌ۟ﻢ ۡﻠِﻋ ۦ ِﮫِﺑ َﻚَﻟ َﺲ ۡﯿَﻟ

  

5. Luqman (31): 15 Makkiyyah اَﺪَﮭ ٰـَﺟ ۡﻊِﺒﱠﺗ َوٱ ﺎۖ ً۟ﻓوُﺮ ۡﻌَﻣ ﺎَﯿ ۡﻧﱡﺪﻟ ٱ ﻰِﻓ ﺎَﻤُﮭ ۡﺒِﺣﺎَﺻَو

  ۡﻢُﻜُﻌِﺟ ۡﺮَﻣ ﱠﻰَﻟِإ ﱠﻢُﺛ ۚ ﱠﻰَﻟِإ َبﺎَﻧَأ ۡﻦَﻣ َﻞﯿِﺒَﺳ َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ۡﻢُﺘﻨُﻛ ﺎَﻤِﺑ ُﻢ ُﺌﱢﺒَﻧُﺄَﻓ

  ﺎَﻣ ِﺪ ۡﻌَﺑ ۢﻦِﻣ ْاوُﺮَﺟﺎَھ َﻦﯾِﺬﱠﻠِﻟ َﻚﱠﺑَر ﱠنِإ ﱠﻢُﺛ

  Al-Nahl (16):

  

6. Makkiyyah ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ َﻚﱠﺑَر ﱠنِإ ْا ٓوُﺮَﺒَﺻَو ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ ﱠﻢُﺛ ْاﻮُﻨِﺘُﻓ

110

  ٌ۟ﻢﯿِﺣﱠر ٌ۟رﻮُﻔَﻐَﻟ ﺎَھ ِﺪ ۡﻌَﺑ ۢﻦِﻣ ُﺚَﻌ ۡﺒَﯾ ﺎَﻟ ۡﻢِﮭِﻨ ۙ ٰـَﻤ ۡﯾَأ َﺪ ۡﮭَﺟ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ ْاﻮُﻤَﺴ ۡﻗَأَو

  7. Al-Nahl (16): 38 Makkiyyah

  َﺪ ۡﮭَﺟ ﺎ ۟ﻘَﺣ ِﮫ ۡﯿَﻠَﻋ اًﺪ ۡﻋَو ٰﻰَﻠَﺑ ۚ ُتﻮُﻤَﯾ ﻦَﻣ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َنﻮُﻤَﻠ ۡﻌَﯾ ﺎَﻟ ِسﺎﱠﻨﻟ ٱ َﺮَﺜ َأۡ ﱠﻦِﻜ ٰـَﻟَو

  Al-Ankabut (29): ﱠنِإ ۤۦۚ ِﮫِﺴ ۡﻔَﻨِﻟ ُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ ﺎَﻤﱠﻧِﺈَﻓ َﺪَﮭ ٰـَﺟ ﻦَﻣَو

  8. Madaniyah َﺪ َﮭ ٰـَﺟ

  6

  َﻦﯿِﻤَﻠ ٰـَﻌ ٱۡﻟ ِﻦَﻋ ﱞﻰِﻨَﻐَﻟ َﮫﱠﻠﻟ ٱ نِإَو ً۟ﻨﺎۖ ۡﺴُﺣ ِﮫ ۡﯾَﺪِﻟ ٲ َﻮِﺑ َﻦ ٰـَﺴﻧِﺈ ٱۡﻟ ﺎَﻨ ۡﯿﱠﺻَوَو

  Al-Ankabut (29): ۦ ِﮫِﺑ َﻚ َﻟ َﺲ ۡﯿَﻟ ﺎَﻣ ﻰِﺑ َكِﺮ ۡﺸُﺘِﻟ َكاَﺪَﮭ ٰـَﺟ

  9. Madaniyah اَﺪَﮭ ٰـَﺟ

  8

  ﻢُﻜُﺌﱢﺒَﻧُﺄَﻓ ۡﻢُﻜُﻌِﺟ ۡﺮَﻣ ﱠﻰَﻟِإ ۚ ٓﺎَﻤُﮭ ۡﻌِﻄُﺗ ﺎَﻠَﻓ ٌ۟ﻢ ۡﻠِﻋ .

  َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ۡﻢُﺘﻨُﻛ ﺎَﻤِﺑ

  Al-Ankabut (29):

  ﺎَﻨَﻠُﺒُﺳ ۚ ۡﻢُﮩﱠﻨَﯾِﺪ ۡﮩَﻨَﻟ ﺎَﻨﯿِﻓ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ

  10. Madaniyah ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ

  69

  َﻦﯿِﻨِﺴ ۡﺤُﻤ ٱۡﻟ َﻊَﻤَﻟ َﮫﱠﻠﻟ ٱ ﱠنِإَو

  Al-Ankabut (29): ﱠنِإ ۤۦۚ ِﮫِﺴ ۡﻔَﻨِﻟ ُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ ﺎَﻤﱠﻧِﺈَﻓ َﺪَﮭ ٰـَﺟ ﻦَﻣَو

  11. Madaniyah ُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ

  6

  َﻦﯿِﻤَﻠ ٰـَﻌ ٱۡﻟ ِﻦَﻋ ﱞﻰِﻨَﻐَﻟ َﮫﱠﻠﻟ ٱ َﻮُھ ۦۚ ِهِدﺎَﮭِﺟ ﱠﻖَﺣ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ﻰِﻓ ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺟَو

  

12. Al-Hajj (22) : 78 Madaniyah ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺟ ِﻦﯾﱢﺪﻟ ٱ ﻰِﻓ ۡﻢُﻜ ۡﯿَﻠَﻋ َﻞَﻌ َﺟ ﺎَﻣَو ۡﻢُﻜ ٰ َﺒَﺘ ۡﺟ ٱ

  َﻮُھ ۚ َﻢﯿِھ ٲ َﺮ ۡﺑِإ ۡﻢُﻜﯿِﺑَأ َﺔﱠﻠﱢﻣ ۚ ٍ۟جَﺮَﺣ ۡﻦِﻣ

  اَﺬ ٰـَھ ﻰِﻓَو ُﻞ ۡﺒَﻗ ﻦِﻣ َﻦﯿِﻤِﻠ ۡﺴُﻤ ٱۡﻟ ُﻢُﻜ ٰ ﱠﻤَﺳ ۡﻢُﻜ ۡﯿَﻠَﻋ اًﺪﯿِﮭَﺷ ُلﻮُﺳﱠﺮﻟ ٱ َنﻮُﻜَﯿِﻟ ْاﻮُﻤﯿِﻗَﺄَﻓ ِسﺎﱠﻨﻟ ۚ ٱ ﻰَﻠَﻋ َء ٓاَﺪَﮩُﺷ ْاﻮُﻧﻮُﻜَﺗَو ْاﻮُﻤِﺼَﺘ ۡﻋ َوٱ َة ٰﻮَﻛ ﱠﺰﻟ ٱ ْاﻮُﺗاَءَو َة ٰﻮَﻠﱠﺼﻟ ٱ َﻢ ۡﻌِﻧَو ٰﻰَﻟ ۡﻮَﻤ ٱۡﻟ َﻢ ۡﻌِﻨَﻓ ۡﻢُﻜ ۖ َﻟٰ ۡﻮَﻣ َﻮُھ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ

  ُﺮﯿِﺼﱠﻨﻟ ٱ َﻮُھ ۦۚ ِهِدﺎَﮭِﺟ ﱠﻖَﺣ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ﻰِﻓ ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺟَو ِﻦﯾﱢﺪﻟ ٱ ﻰِﻓ ۡﻢُﻜ ۡﯿَﻠَﻋ َﻞَﻌَﺟ ﺎَﻣَو ۡﻢُﻜ ٰ َﺒَﺘ ۡﺟ ٱ َﻮُھ ۚ َﻢﯿِھ ٲ َﺮ ۡﺑِإ ۡﻢُﻜﯿِﺑَأ َﺔﱠﻠﱢﻣ ۚ ٍ۟جَﺮَﺣ ۡﻦِﻣ اَﺬ ٰـَھ ﻰِﻓَو ُﻞ ۡﺒَﻗ ﻦِﻣ َﻦﯿِﻤِﻠ ۡﺴُﻤ ٱۡﻟ ُﻢُﻜ ٰ ﱠﻤَﺳ

  

13. Al-Hajj (22) : 78 Madaniyah ۦ ِهِدﺎَﮭِﺟ ۡﻢُﻜ ۡﯿَﻠَﻋ اًﺪﯿِﮭَﺷ ُلﻮُﺳﱠﺮﻟ ٱ َنﻮُﻜَﯿِﻟ

  ْاﻮُﻤﯿِﻗَﺄَﻓ ۚ ِسﺎﱠﻨﻟ ٱ ﻰَﻠَﻋ َء ٓاَﺪَﮩُﺷ ْاﻮُﻧﻮُﻜَﺗَو ْاﻮُﻤِﺼَﺘ ۡﻋ َوٱ َة ٰﻮَﻛﱠﺰﻟ ٱ ْاﻮُﺗاَءَو َة ٰﻮَﻠﱠﺼﻟ ٱ َﻢ ۡﻌِﻧَو ٰﻰَﻟ ۡﻮَﻤ ٱۡﻟ َﻢ ۡﻌِﻨَﻓ ۡﻢُﻜ ۖ َﻟٰ ۡﻮَﻣ َﻮُھ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ

  ُﺮﯿِﺼﱠﻨﻟ ٱ ْاوُﺮَﺟﺎَھ َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ﱠنِإ

  Al-Baqar ah (2):

  َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟَو

  14. Madaniyah

  ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ

  218 ٌ۟رﻮُﻔَﻏ ُﮫﱠﻠﻟ َوٱ ۚ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ َﺖَﻤ ۡﺣَر َنﻮُﺟ ۡﺮَﯾ

  ٌ۟ﻢﯿِﺣﱠر ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟَو ْاوُﺮَﺟﺎَھَو ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ﱠن ِإ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأ ْا ٓوُﺮَﺼَﻧﱠو ْاوَواَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ْاﻮ ُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ٍ۟ﺾ ۚ ۡﻌَﺑ ُء ٓﺎَﯿِﻟ ۡوَأ ۡﻢُﮩُﻀ ۡﻌَﺑ

  15. Al-Anfal (8): 72 Madaniyah

  ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ ﻦﱢﻣ ﻢِﮩِﺘَﯿ ٰـَﻟَو ﻦﱢﻣ ﻢُﻜَﻟ ﺎَﻣ ْاوُﺮِﺟﺎَﮩُﯾ ۡﻢَﻟَو ِنِإَو ْاوُﺮِﺟﺎَﮩُﯾ ۚ ٰﻰﱠﺘَﺣ ٍء ۡﻰَﺷ

  ُُﻢ ۡﯿَﻠَﻌَﻓ ِﻦﯾﱢﺪﻟ ٱ ﻰِﻓ ۡﻢُﻛوُﺮَﺼﻨَﺘ ۡﺳ ٱ ﻢُﮩَﻨ ۡﯿَﺑَو ۡﻢُﻜَﻨ ۡﯿَﺑ ِۭم ۡﻮَﻗ ٰﻰَﻠَﻋ ﺎﱠﻟِإ ُﺮ ۡﺼﱠﻨﻟ ٱ

  ٌ۟ﺮﯿِﺼَﺑ َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُﮫﱠﻠﻟ َوٱ ٌ۟ﻖۗ ٰـَﺜﯿﱢﻣ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟَو ْاوُﺮَﺟﺎَھَو ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ْا ٓوُﺮَﺼَﻧﱠو ْاوَواَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ

  16. Al-Anfal (8): 74 Madaniyah ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ

  ٌ۟ةَﺮِﻔ ۡﻐﱠﻣ ﻢُﮭﱠﻟ ﺎۚ ۟ﻘَﺣ َنﻮُﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ ُﻢُھ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأ ٌ۟ﻢﯾِﺮَﻛ ٌ۟ق ۡزِرَو

  ْاوُﺮَﺟﺎَھَو ُﺪ ۡﻌَﺑ ۢﻦِﻣ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ْاﻮُﻟْوُأَو ۡﻢُﻜﻨِﻣ ۚ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُﺄَﻓ ۡﻢُﻜَﻌَﻣ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟَو

  17. Al-Anfal (8): 75 Madaniyah ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ

  ﻰِﻓ ٍ۟ﺾ ۡﻌَﺒِﺑ ٰﻰَﻟ ۡوَأ ۡﻢُﮩُﻀ ۡﻌَﺑ ِمﺎَﺣ ۡرَﺄ ٱۡﻟ ُۢﻢﯿِﻠَﻋ ٍء ۡﻰَﺷ ﱢﻞُﻜِﺑ َﮫﱠﻠﻟ ٱ ﱠنِإ ۗ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﺐ ٰـَﺘِﻛ

  ِﻢَﻠ ۡﻌَﯾ ﺎﱠﻤَﻟَو َﺔﱠﻨَﺠ ٱۡﻟ ْاﻮُﻠُﺧ ۡﺪَﺗ نَأ ۡﻢُﺘ ۡﺒِﺴَﺣ ۡمَأ

  Ali Imr an (3):

  18. Madaniyah

  ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ َﻢَﻠ ۡﻌَﯾَو ۡﻢُﻜﻨِﻣ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ

  142

  َﻦﯾِﺮِﺒ ٰـﱠﺼﻟ ٱ

  

19. Al-Mumtahanah Madaniyah ً۟ﺪا ٰـَﮭِﺟ ىﱢوُﺪَﻋ ْاوُﺬِﺨﱠﺘ َﺗ ﺎَﻟ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ﺎَﮩﱡﯾَﺄ ٰٓـَﯾ

  (60): 1 ِةﱠدَﻮَﻤ ۡﻟ ِﺑﭑ ﻢِﮩ ۡﯿَﻟِإ َنﻮُﻘ ۡﻠُﺗ َء ٓﺎَﯿِﻟ ۡوَأ ۡﻢُﻛﱠوُﺪَﻋَو

  ﱢﻖَﺤ ٱۡﻟ َﻦﱢﻣ ﻢُﻛَء ٓﺎَﺟ ﺎَﻤِﺑ ْاوُﺮَﻔَﻛ ۡﺪَﻗَو ْاﻮُﻨِﻣ ۡﺆُﺗ نَأ ۙ ۡﻢُﻛﺎﱠﯾِإَو َلﻮُﺳﱠﺮﻟ ٱ َنﻮُﺟِﺮ ۡﺨُﯾ ﻰِﻓ ً۟ﺪا ٰـَﮭِﺟ ۡﻢُﺘ ۡﺟَﺮَﺧ ۡﻢُﺘﻨُﻛ نِإ ۡﻢُﻜﱢﺑَر ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ َنوﱡﺮِﺴُﺗ ۚ ﻰِﺗﺎَﺿ ۡﺮَﻣ َء ٓﺎَﻐِﺘ ۡﺑ َوٱ ﻰِﻠﯿِﺒَﺳ ۡﻢُﺘ ۡﯿَﻔ ۡﺧَأ ٓﺎَﻤِﺑ ُﻢَﻠ ۡﻋَأ ۟ﺎَﻧَأَو ِةﱠدَﻮَﻤ ۡﻟ ِﺑﭑ ﻢِﮩ ۡﯿَﻟِإ ﱠﻞَﺿ ۡﺪَﻘَﻓ ۡﻢُﻜﻨِﻣ ُﮫ ۡﻠَﻌ ۡﻔَﯾ ﻦَﻣَو ۡﻢُﺘﻨَﻠ ۚ ۡﻋَأ ٓﺎَﻣَو

  ِﻞﯿِﺒﱠﺴﻟ ٱ َء ٓاَﻮَﺳ َﻦﯿِﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ َﻦ ِﻣ َنوُﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ ىِﻮَﺘ ۡﺴَﯾ ﺎﱠﻟ ﻰِﻓ َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ۡﻟ َوٱ ِرَﺮﱠﻀﻟ ٱ ﻰِﻟْوُأ ُﺮ ۡﯿَﻏ َﻞﱠﻀَﻓ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۚ ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ

  20. Al-Nisa(4) : 95 Madaniyah

  َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َﺪَﻋَو ۟ﻼُﻛَو ً۟ﺔَﺟَرَد ۚ َﻦﯾِﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ ﻰَﻠَﻋ ﻰَﻠَﻋ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َﻞ ﱠﻀَﻓَو ۚ ٰﻰَﻨ ۡﺴُﺤ ٱۡﻟ

  ﺎ ً۟ﻤﯿِﻈَﻋ اًﺮ ۡﺟَأ َﻦﯾِﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ َﻦﯿِﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ َﻦِﻣ َنوُﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ ىِﻮَﺘ ۡﺴَﯾ ﺎﱠﻟ ﻰِﻓ َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ۡﻟ َوٱ ِرَﺮﱠﻀﻟ ٱ ﻰِﻟْوُأ ُﺮ ۡﯿَﻏ َﻞﱠﻀَﻓ ۡﻢِﮩۚ ِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ

  

21. Al-Nisa(4) : 95 Madaniyah َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ

  ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َﺪَﻋَو ۟ﻼُﻛَو ۚ ً۟ﺔَﺟَرَد َﻦﯾِﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ ﻰَﻠَﻋ ﻰَﻠَﻋ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َﻞﱠﻀَﻓَو ٰﻰَﻨ ۚ ۡﺴُﺤ ٱۡﻟ

  ﺎ ً۟ﻤﯿِﻈَﻋ اًﺮ ۡﺟَأ َﻦﯾِﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ َﻦﯿِﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ َﻦِﻣ َنوُﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ ىِﻮَﺘ ۡﺴَﯾ ﺎﱠﻟ ﻰِﻓ َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ۡﻟ َوٱ ِرَﺮﱠﻀﻟ ٱ ﻰِﻟْوُأ ُﺮ ۡﯿَﻏ َﻞﱠﻀَﻓ ۚ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ

  22. Al-Nisa(4) : 95 Madaniyah

  َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َﺪَﻋَو ۟ﻼُﻛَو ً۟ﺔَﺟَرَد ۚ َﻦﯾِﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ ﻰَﻠَﻋ ﻰَﻠَﻋ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ َﻞﱠﻀَﻓَو ٰﻰَﻨ ۚ ۡﺴُﺤ ٱۡﻟ

  ﺎ ً۟ﻤﯿِﻈَﻋ اًﺮ ۡﺟَأ َﻦﯾِﺪِﻌ ٰـَﻘ ٱۡﻟ

  Muhammad

  ۡﻢُﻜﻨِﻣ َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ َﻢَﻠ ۡﻌَﻧ ٰﻰﱠﺘَﺣ ۡﻢُﻜﱠﻧَﻮُﻠ ۡﺒَﻨَﻟَو

  23. Madaniyah

  َﻦﯾِﺪِﮭ ٰـَﺠُﻤ ٱۡﻟ

  (47): 31 ۡﻢُﻛَرﺎ َﺒ ۡﺧَأ ْاَﻮُﻠ ۡﺒَﻧَو َﻦﯾِﺮِﺒ ٰـﱠﺼﻟ َوٱ

  ۡﻦ َﻟِٕ ۡﻢِﮩِﻨ ٰـَﻤ ۡﯾَأ َﺪ ۡﮭَﺟ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ ْاﻮُﻤَﺴ ۡﻗَأَو

  24. Al-Nur (24): 53 Madaniyah

  َﺪ ۡﮭَﺟ ٌ۟ﺔَﻋﺎَﻃ ْاﻮُﻤِﺴ ۖ ۡﻘُﺗ ﺎﱠﻟ ﻞُﻗ ۖ ﱠﻦُﺟُﺮ ۡﺨَﯿَﻟ ۡﻢُﮩَﺗ ۡﺮَﻣَأ َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُۢﺮﯿِﺒَﺧ َﮫﱠﻠﻟ ٱ ﱠنِإ ۚ ٌﺔَﻓوُﺮ ۡﻌﱠﻣ

  ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ َنﻮُﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ ﺎَﻤﱠﻧِإ

  Al-Hujur at (49):

  ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟَو ْاﻮُﺑﺎَﺗ ۡﺮَﯾ ۡﻢَﻟ ﱠﻢُﺛ ۦ ِﮫِﻟﻮُﺳَرَو

  25. Madaniyah ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ 15 ِﮫﱠﻠﻟ ۚ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ ۡﻢِﮭِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ

  َنﻮُﻗِﺪ ٰـﱠﺼﻟ ٱ ُﻢُھ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأ

  Al-Tahr im (66): َﻦﯿِﻘِﻔ ٰـَﻨُﻤ ۡﻟ َوٱ َرﺎﱠﻔ ُ ٱۡﻟ ِﺪِﮭ ٰـَﺟ ﱡﻰِﺒﱠﻨﻟ ٱ ﺎَﮩ ﱡﯾَﺄ ٰٓـَﯾ

  26. Madaniyah ۡﺪِﮭ ٰـَﺟ

  9

  َﺲ ۡﺌِﺑَو ُﻢﱠﻨَﮭَﺟ ۖ ۡﻢُﮭ ٰ َو ۡﺄَﻣَو ۡﻢِﮩۚ ۡﯿَﻠَﻋ ۡﻆُﻠ ۡﻏ َوٱ

  ُﺮﯿِﺼَﻤ ٱۡﻟ َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﺗَو ۦ ِﮫِﻟﻮُﺳَرَو ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ َنﻮُﻨِﻣ ۡﺆُﺗ

  27. Al-Shaf (61): 11 Madaniyah

  َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﺗ ۡﻢُﻜِﻟ ٲ ۡﻢُﻜِﺴُﻔﻧَأَو ۚ َذ ۡﻢُﻜ ِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ َنﻮُﻤَﻠ ۡﻌَﺗ ۡﻢُﺘﻨُﻛ نِإ ۡﻢُﻜﱠﻟ ٌ۟ﺮ ۡﯿَﺧ

  ۡﻢُﻜﻨِﻣ ﱠﺪَﺗ ۡﺮَﯾ ﻦَﻣ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ﺎَﮩﱡﯾَﺄ ٰٓـَﯾ ٍ۟م ۡﻮَﻘِﺑ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ ﻰِﺗ ۡﺄَﯾ َف ۡﻮَﺴَﻓ ۦ ِﮫِﻨﯾِد ﻦَﻋ َﻦﯿِﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ ﻰَﻠَﻋ ٍﺔﱠﻟِذ َأ ۤۥ ُﮫَﻧﻮﱡﺒِﺤُﯾَو ۡﻢُﮩﱡﺒِﺤُﯾ

  Al-Maidah (5):

  

28. Madaniyah َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ ﻰِﻓ َنوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ َﻦﯾِﺮِﻔ ٰـَﻜ ٱۡﻟ ﻰَﻠَﻋ ٍةﱠﺰِﻋَأ

  54

  َﻚِﻟ َذٲ ٍِٕ۟ﻢۚ ٓﺎَﻟ َﺔَﻣ ۡﻮَﻟ َنﻮُﻓﺎَﺨَﯾ ﺎَﻟَو ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ُﮫﱠﻠﻟ َوٱ ُءۚ ٓﺎَﺸَﯾ ﻦَﻣ ِﮫﯿِﺗ ۡﺆُﯾ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ُﻞ ۡﻀَﻓ

  ٌﻢﯿِﻠَﻋ ٌﻊِﺳ َوٲ ْا ٓﻮُﻐَﺘ ۡﺑ َوٱ َﮫﱠﻠﻟ ٱ ْاﻮُﻘﱠﺗ ٱ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ﺎَﮭﱡﯾَﺄ ٰٓـَﯾ

  Al-Maidah (5):

  

29. Madaniyah ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺟ ۦ ِﮫِﻠﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺟَو َﺔَﻠﯿِﺳَﻮ ٱۡﻟ ِﮫ ۡﯿَﻟِإ

  35

  َنﻮُﺤِﻠ ۡﻔُﺗ ُۡﻢ ﱠﻠَﻌَﻟ َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ِء ٓﺎَﻟُﺆ ٰٓـَھَأ ْا ٓﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ ُلﻮُﻘَﯾَو

  Al-Maidah (5):

  30. Madaniyah

  َﺪ ۡﮭَﺟ ۚ ۡﻢُﻜَﻌَﻤَﻟ ۡﻢُﮩﱠﻧِإ ۡﻢِﮩِﻨ ۙ ٰـَﻤ ۡﯾَأ َﺪ ۡﮭَﺟ ِﮫ ﱠﻠﻟ ِﺑﭑ ْاﻮُﻤَﺴ ۡﻗَأ

  53

  َﻦﯾِﺮِﺴ ٰـَﺧ ْاﻮُﺤَﺒ ۡﺻَﺄَﻓ ۡﻢُﮭُﻠ ٰـَﻤ ۡﻋَأ ۡﺖَﻄِﺒَﺣ ِﺪِﺠ ۡﺴَﻤ ٱۡﻟ َةَرﺎَﻤِﻋَو ﱢج ٓﺎَﺤ ٱۡﻟ َﺔَﯾﺎَﻘِﺳ ۡﻢُﺘ ۡﻠَﻌَﺟَأ

  Al-Taubah (9): ِﺮِﺧَﺄ ٱۡﻟ ِم ۡﻮَﯿ ۡﻟ َوٱ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ َﻦَﻣاَء ۡﻦَﻤَﻛ ِماَﺮَﺤ ٱۡﻟ

  31. Madaniyah

  َﺪَﮭ ٰـَﺟَو

  19 َﺪﻨِﻋ َن ۥ ُﻮَﺘ ۡﺴَﯾ ﺎَﻟ ِﮫﱠﻠﻟ ۚ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ َﺪَﮭ ٰـَﺟَو

  َﻦﯿِﻤِﻠ ٰـﱠﻈﻟ ٱ َم ۡﻮَﻘ ٱۡﻟ ىِﺪ ۡﮩَﯾ ﺎَﻟ ُﮫﱠﻠﻟ َوٱ ِﮫﱠﻠﻟ ۗ ٱ ُﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻢَﻠ ۡﻌَﯾ ﺎﱠﻤَﻟَو ْاﻮُﻛَﺮ ۡﺘُﺗ نَأ ۡﻢُﺘ ۡﺒِﺴَﺣ ۡمَأ

  Al-Taubah (9): ﻦِﻣ ْاوُﺬِﺨﱠﺘَﯾ ۡﻢَﻟَو ۡﻢُﻜﻨِﻣ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ

  32. Madaniyah

  ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ

  16

  َﻦﯿِﻨِﻣ ۡﺆُﻤ ٱۡﻟ ﺎَﻟَو ۦ ِﮫِﻟﻮُﺳَر ﺎَﻟَو ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِنوُد َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُۢﺮﯿِﺒَﺧ ُﮫﱠﻠﻟ َوٱ ۚ ً۟ﺔَﺠﯿِﻟَو

  ﻰِﻓ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟَو ْاوُﺮَﺟﺎَھَو ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ

  Al-Taubah (9):

  

33. Madaniyah ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ ُﻢَﻈ ۡﻋَأ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ

  20

  َنوُﺰ ِٕ ٓﺎَﻔ ٱۡﻟ ُﻢُھ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأَو ۚ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ َﺪﻨِﻋ ًﺔَﺟَرَد ۥ ُﮫَﻌَﻣ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟ َوٱ ُلﻮُﺳﱠﺮﻟ ٱ ِﻦِﻜ ٰـَﻟ

  Al-Taubah (9):

  34. Madaniyah

  ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأَو ۚ ۡﻢِﮭِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ

  88

  َنﻮُﺤِﻠ ۡﻔُﻤ ٱۡﻟ ُﻢُھ َﻚ ِٕ ٰٓـَﻟْوُأَو ۖ ُت ٲ َﺮ ۡﯿَﺨ ٱۡﻟ ُﻢُﮭَﻟ ِﮫﱠﻠﻟ ِﺑﭑ َنﻮُﻨِﻣ ۡﺆُﯾ َﻦﯾِﺬﱠﻟ ٱ َﻚُﻧِﺬ ۡٔـَﺘ ۡﺴَﯾ ﺎَﻟ

  Al-Taubah (9):

  35. Madaniyah

  ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ نَأ ِﺮِﺧَﺄ ٱۡﻟ ِم ۡﻮَﯿ ۡﻟ َوٱ

  44

  َﻦﯿِﻘﱠﺘُﻤ ۡﻟ ِﺑﭑ ُۢﻢﯿِﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟ َوٱ ۗ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو َﻒ ٰـَﻠِﺧ ۡﻢِھِﺪَﻌ ۡﻘَﻤِﺑ َنﻮُﻔﱠﻠَﺨُﻤ ٱۡﻟ َحِﺮَﻓ ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ نَأ ْا ٓﻮُھِﺮَﻛَو ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِلﻮُﺳَر

  Al-Taubah (9):

  

36. Madaniyah ْاوُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ ِﮫﱠﻠﻟ ٱ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰِﻓ ۡﻢِﮩِﺴُﻔﻧَأَو ۡﻢِﮭِﻟ َﻮٲ ۡﻣَﺄِﺑ

  81

  ُرﺎَﻧ ۡﻞُﻗ ﱢﺮَﺤ ۗ ٱۡﻟ ﻰِﻓ ْاوُﺮِﻔﻨَﺗ ﺎَﻟ ْاﻮُﻟﺎَﻗَو َنﻮُﮭَﻘ ۡﻔَﯾ ْاﻮُﻧﺎَﻛ ۡﻮﱠﻟ اۚ ۟ﺮَﺣ ﱡﺪَﺷَأ َﻢﱠﻨَﮭَﺟ

  

37. Al-Taubah (9): Madaniyah ۡﺪِﮭ ٰـَﺟ َﻦﯿِﻘِﻔ ٰـَﻨُﻤ ۡﻟ َوٱ َرﺎﱠﻔ ُ ٱۡﻟ ِﺪِﮭ ٰـَﺟ ﱡﻰِﺒﱠﻨﻟ ٱ ﺎَﮩﱡﯾَﺄ ٰٓـَﯾ

  Penggunaan Istilah Jihad secara historis

  ٱ ۡﻮﱠﻄﻟ ِل ۡﻨِﻣ ۡﻢُﮭ ْاﻮُﻟﺎَﻗَو ۡرَذ ﺎَﻧ ﻦُﻜَﻧ َﻊﱠﻣ ٱۡﻟ ٰـَﻘ َﻦﯾِﺪِﻌ 40.

  ﺎَھَدﺎَﺴَﻛ ٰـَﺴَﻣَو ُﻦِﻜ ۡﺮَﺗ ۡﻮَﺿ ٓﺎَﮭَﻧ ﱠﺐَﺣَأ ۡﯿَﻟِإ ُﻢ َﻦﱢﻣ ٱ ِﮫﱠﻠﻟ ِﮫِﻟﻮُﺳَرَو ۦ ٍ۟دﺎَﮭِﺟَو ﻰِﻓ

  ۡﺧِإَو َﻮٲ ۡﻢُﻜُﻧ ۡزَأَو َوٲ ۡﻢُﻜُﺟ ۡﻢُﻜُﺗَﺮﯿِﺸَﻋَو َأَو ۡﻣ َﻮٲ ٌل ٱۡﻗ ۡﻓَﺮَﺘ ﺎَھﻮُﻤُﺘ ٰـَﺠِﺗَو ٌ۟ةَﺮ ۡﺨَﺗ ۡﻮَﺸ َن

  ٍ۟دﺎَﮭِﺟ ۡﻞُﻗ نِإ َنﺎَﻛ ٓﺎَﺑاَء ۡﻢُﻛُؤ ۡﺑَأَو ٓﺎَﻨ ُؤ ُۡﻢ

  24 Madaniyah

  Al-Taubah (9):

  َنوُﺪِﺠَﯾ ﺎﱠﻟِإ ۡﮭُﺟ ۡﻢُھَﺪ ۡﺴَﯿَﻓ َنوُﺮَﺨ ۡﻨِﻣ ۡﻢُﮩۙ َﺮِﺨَﺳ ٱ ُﮫﱠﻠﻟ ۡﻨِﻣ ۡﻢُﮩ ۡﻢُﮭَﻟَو ٌباَﺬَﻋ ٌﻢﯿِﻟَأ 41.

  ٱ َﻦﯾِﺬﱠﻟ ۡﻠَﯾ َنوُﺰِﻤ ٱۡﻟ َﻦﯿِﻋﱢﻮﱠﻄُﻤ َﻦِﻣ ٱۡﻟ ۡﺆُﻤ َﻦﯿِﻨِﻣ ﻰِﻓ ٱ ٰـَﻗَﺪﱠﺼﻟ ِﺖ َوٱ ﱠﻟ َﻦﯾِﺬ ﺎَﻟ

  79 Madaniyah ۡﮭُﺟ َﺪ

  Al-Taubah (9):

  ٓاَذِإَو ۡﺖَﻟِﺰﻧُأ ٌةَرﻮُﺳ ۡنَأ ُﻨِﻣاَء ْاﻮ ِﺑﭑ ِﮫﱠﻠﻟ ٰـَﺟَو ْاوُﺪِﮭ َﻊَﻣ ِﮫِﻟﻮُﺳَر ٱ ۡﺳ ۡٔـَﺘ َﻚَﻧَﺬ ْاﻮُﻟْوُأ

  Sejar ah penyebar an Islam tidak akan bisa lepas dar i dua kota yang agung, yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota ter sebut menjadi saksi per jalanan hidup nabi Muhammad semasa hidupnya dalam mengajar kan Islam kepada umatnya. Al-Qur ’an tur un kepada nabi Muhammad SAW. selama r entang w aktu sekitar 23 tahun di dua tempat ber sejar ah itu (Wijaya, 2016 : 105). Oleh kar ena itu, kedua kota ter sebut telah disepakati par a ulama ilmu al-Qur ’an dan tafsir menjadi pengkategor ian ayat al-Qur ’an, yaitu Makkiyyah dan Madaniyah.

  86 Madaniyah ٰـَﺟ ْاوُﺪِﮭ

  Al-Taubah (9):

  ۡﻣَﺄِﺑ َﻮٲ ِﻟ ُۡﻢ ۡﻢُﻜِﺴُﻔﻧَأَو ﻰِﻓ ِﻞﯿِﺒَﺳ ٱ ِﮫﱠﻠﻟ ۚ َذٲ ۡﻢُﻜِﻟ ۡﯿَﺧ ٌ۟ﺮ ۡﻢُﻜﱠﻟ نِإ ۡﻢُﺘﻨُﻛ ۡﻌَﺗ َنﻮُﻤَﻠ 39.

  ٰـَﺟ ْاوُﺪِﮭ ٱ ْاوُﺮِﻔﻧ ً۟ﻓﺎَﻔِﺧ ﺎ ً۟ﻻﺎَﻘِﺛَو ٰـَﺟَو ْاوُﺪِﮭ

  41 Madaniyah

  Al-Taubah (9):

  َوٱ ۡﻏ ۡﻆُﻠ ۡﯿَﻠَﻋ ۡﻢِﮩۚ ۡﺄَﻣَو َو ٰ ۡﻢُﮭ ُﻢﱠﻨَﮭَﺟ ۖ ۡﺌِﺑَو َﺲ ٱۡﻟ ُﺮﯿِﺼَﻤ 38.

  73

  Pengkategor ian al-Qur ’an menjadi Makkiyyah dan Madaniyah ber tujuan untuk memudahkan umat Islam dalam memahami al-Qur ’an di dan dalam situasi ter tentu yang ter jadi pada masa itu. Pengkategor ian ter sebut pada dasar nya tidak ada per intah yang menghar uskan akan hal itu, akan tetapi itu mer upakan per kar a yang ber sifat ijtihadi belaka. Pengkategor ian ter sebut sangatlah tepat, kar ena dengan itu dapat diketahui fase yang ber beda antar a Makkiyyah dan Madaniyah ser ta menunjukkan bahw a ayat al-Qur ’an

  ِﮫِﻠﯿِﺒَﺳ ۦ ْاﻮُﺼﱠﺑَﺮَﺘَﻓ ٰﻰﱠﺘَﺣ ۡﺄَﯾ َﻰِﺗ ٱ ُﮫﱠﻠﻟ ۡﻣَﺄِﺑ ِهِﺮ ۦۗ َوٱ ُﮫﱠﻠﻟ ﺎَﻟ ۡﮩَﯾ ىِﺪ ٱۡﻟ ۡﻮَﻘ َم ٱۡﻟ ٰـَﻔ ِﺴ َﻦﯿِﻘ ber inter aksi dengan r ealitas yang dinamis-histor is (Nasr Hamid, 2005: 87).

  Di antar a cir i-cir i ayat makkiyyah yang sesuai dengan tema jihad adalah gaya bahasa yang kuat, efektif, var iati f dan juga dialogis ketika al-Qur ’an Makkiyyah menyingkap pr insip-pr insip dasar ajar an Islam (Muhammad Izzat, 2000: 126). Hal ini dapat ditemukan pada ayat-ayat Jihad yang tur un di Makkah, yang mana semua ayat ter sebut mengandung semangat yang kuat untuk menghadapi kaum Qur aisy

  Ber beda halnya dengan ayat yang tur un di Madinah, ayat al- Qur ’an Madaniyah memiliki cir i salahsatunya adalah ajakan untuk melakukan jihad fi sabilillah . (Muhammad Izzat, 2000: 127). Pada per iode ini Islam sudah ter bentuk dalam suatu tatanan yang ter or ganisir dan r api, sehingga per lu adanya str ategi untuk membela dir i demi ter w ujudnya masyar akat Islam yang aman dan tenter am. Per intah per ang itu pun tidak ditur unkan secar a langsung pada aw al per iode Madinah, akan tetapi ayat itu tur un setelah ada gangguan dar i law an sehingga umat Islam dapat memper tahankan dir i dar i ser angan ter sebut.

  1. Makna Jihad pada Per iode Makkah Penggunaan istilah jihad sudah dimulai pada per iode Makkah. Hal ini dapat diketahui dar i identifikasi ayat yang disusun sesuai ur utan tur unnya sebagaimana yang telah dibahas pada

  (t ar t ib nuzuly)

  poin sebelumnya. Penggunaan istilah jihad dan der ivasinya pada per iode Makkah lebih ditekankan pada jihad dalam ber dakw ah, yaitu ber dialog dengan kaum Qur aisy Makkah dengan dialog yang baik sehingga ajar an Islam dapat diter ima dengan baik dan benar .

  Ayat yang mempunyai kata dasar dan beser ta

  َﺪَھﺎَﺟ َﺪَﮭَﺟ

  der ivasinya secar a tur un sejak per iode Makkah. Pada per iode

  nuzuli

  ter sebut, tidak ada satupun ayat jihad yang menyinggung masalah peper angan, akan tetapi yang disinggung dalam per iode ini adalah jihad dengan ber dakw ah kepada kaum Qur aisy yang belum mener ima ajar an Islam. Allah ber fir man dalam sur at al-Fur qan(25) ayat 52:

  ا ً۟ﺮﯿِﺒ َ ا ً۟دﺎَﮭِﺟ ۦ ِﮫِﺑ ﻢُھ ۡﺪِﮭ ٰـَﺟَو َﻦﯾِﺮِﻔ َٰـ ٱۡﻟ ِﻊِﻄُﺗ ﺎَﻠَﻓ Maka janganlah kamu mengikuti or ang-or ang kafir , dan ber jihadlah ter hadap mer eka dengan Al Qur ’an dengan jihad yang besar . Untuk mengetahui maksud dar i jihad dalam ayat ter sebut adalah dengan mengkaji penafsir an par a ulama tentang

  dlamir

must at ir dalam kata ِﮫِﺑ , Ibnu Kathir menafsir kan bahw a dlamir ter sebut

  kembali kepada al-Qur 'an, kar ena nabi Muhammad diutus di muka bumi ini untuk ber dakw ah dan menyampaikan al-Qur 'an kepada umat (al-Bahr al-Mukhit), beliau menafsir kan dlamir ter sebut tidak hanya dengan al-Qur 'an, akan tetapi per intah jihad ter sebut selain dengan al- Qur 'an juga diper intahkan ber jihad dengan Islam, atau dengan pedang, atau dengan tidak menaati mer eka (Abu Hayyan, 1993: 464).

  Secar a histor is pemahaman Ibnu Kathir lebih dapat diter ima dar ipada pemahaman Abu Hayyan, kar ena umat Islam pada per iode Makkah masih belum ada yang har us diper tahankan dengan per ang, sehingga pemahaman tentang jihad menggunakan pedang pada ayat ini dinilai kur ang tepat. Tidak adanya per intah per ang pada per iode Makkah bukan ber ar ti menjadi per tanda bahw a or ang muslim masih dalam keadaan lemah, akan tetapi pada saat itu memang or ang muslim masih belum memiliki sesuatu yang har us dibela dengan per ang, sehingga tidak diper lukan syar iat per ang. Hal i ni ber beda dengan per iode Madinah yang mana umat Islam sudah memiliki komponen yang lengkap dalam hal kepemimpinan, mer eka sudah memiliki undang-undang, tanah dan r akyat, sehingga diper lukan atur an secar a syar ’I yang mengatur tentang peper angan yang tujuannya untuk memper tahankan negar a bar u dan melindunginya, ser ta melindungi kebebasan dakw ah (Ahmad al-Tayyeb, 2016: 155).

  Atas dasar tidak adanya per intah per ang pada per iode Makkah, tidak ada pula paksaan yang ditujukan kepada penduduka Makkah untuk memeluk agama Islam, kar ena agama dasar nya pada hati dan tidak dapat dipaksakan untuk memeluk agama ter tentu. Hal ini sesuai dengan penggalan fir man Allah dalam sur at al-Baqar ah : 256

  ﻦﯾﺪﻟا ﻲﻓ هاﺮﻛإ ﺎَﻟ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Kata La ( ﺄَﻟ ) dalam ayat ini menur ut ahli bahasa mempunyai ar ti nafi, sehingga mempunyai ar ti tidak akan ter jadi pemaksaan dalam memeluk agama kar ena agama tempatnya di dalam hati (Ahmad al- Tayyeb, 2016: 156).

  Selain sur at Al-Fur qan (25): 52, ayat Makkiyyah lainnya yang menggunakan der ivasi dar i kata jihad mempunyai ar ti yang ber beda. Kata ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ pada ayat Al-Nahl (16): 110 memiliki ar ti jihad ber sungguh- sungguh dalam memper tahankan iman dan tidak ter giur untuk

  ). Per iode makkah mer upakan masa per juangan umat Islam untuk

  ١٠٣٨

  memper tahankan akidahnya. Sehingga pada per iode ini dibutuhkan kesabar an yang ekstr a untuk memper tahankan keimanan mer eka. Dapat ditelaah pada liter atur e sejar ah bahw a umat Islam pada per iode Makkah menghadapi banyak sekali cobaan dar i or ang kafir , kar ena secar a kuantitas umat Islam masih sedikit, dan secar a ajar an ber tentangan dengan ajar an nenek moyang or ang Qur aisy.

  Kesungguhan memper tahankan keimanan bukan hanya kar ena r intangan dar i or ang lain saja. Dalam sur at Luqman (31): 15 digambar kan bahw a r intangan juga sangat mungkin datang dar i or ang ter dekat, di antar anya adalah or ang tua. Jika or ang tua memaksa untuk membelokkan keimanan maka paksaan itu tidak har us ditaati, kar ena memper tahankan keimanan lebih diutamakan dar ipada paksaan or ang tua. Sebagaimana hadis “Tidak ada ketaatan kepada mahluk dalam ber maksiat kepada sang pencipta”. Akan tetapi penolakan paksaan or ang tua dalam mer ubah keimanan har us tetap dibar engi dengan sikap yang baik kepada or ang tua.

  Sedangkan al-Qur ’an sur at Fatir (35): 42, Al-Nahl ( 16): 38 dan Al-An’am(6): 109 yang sama-sama menggunakan r edaksi , memi liki

  َﺪ ۡﮭَﺟ

  ar ti kesungguhan, akan tetapi kesungguhan yang dimaksud dalam ayat ter sebut adalah kesungguhan or ang kafir yang sebelumnya ber janji jika suatu ketika datang kepada mer eka seor ang nabi yang member i per ingatan maka mer eka akan iman kepada nabi ter sebut, akan tetapi pada kenyataannya mer eka tidak ber iman ketika datang seor ang nabi kepada mer eka (Wahbah, 2009 : 441 dan 242).

  Dar i keter angan di atas dapat kita ketahui bahw a secar a nuzuly per intah jihad dalam Islam tur un dengan ber tahap. Tahap per tama per intah jihad dalam Islam adalah ber dakw ah dengan al-Qur ’an, yang mana car a ter sebut ber jalan cukup lama hingga nabi hijr ah ke Madinah. Selain itu jihad juga diar tikan sebagai kesungguhan dir i dalam memper tahankan iman umat Islam pada saat itu, kar ena r intangan yang har us dilalui oleh umat Islam sangat ber at dalam memper tahankannya. Tidak ada per intah jihad yang ber ar ti per ang dalam fase ini, dan ini mer upakan jihad tahap per tama yang dilakukan oleh Rasulullah dan umat-Nya.

  Setelah Rasulullah ber hijr ah ke Madinah, ayat al-Qur ’an yang mengandung kata dasar dan masih menunjukkan ar ti

  

َﺪَھﺎَﺟ َﺪَﮭَﺟ

  kesungguhan, yaitu kesungguhan dalam memper tahankan dir i agar tetap ber ada di jalan Allah. Sebagaimana diketahui dar i liter atur sejar ah, umat Islam Madinah w alaupun telah dikatakan jaya pada masa Rasulullah, bukan ber ar ti mer eka tanpa r intangan dalam hal ber agama. Di Madinah umat Islam ber sandingan dengan kaum yahudi dan or ang- or ang munafik yang cukup mew ar nai kehidupan ber masyar akat pada saat itu, keber adaan or ang yahudi dan munafik menjadi cobaan bagi hati mer eka untuk tetap memper tahankan keimanan mer eka agar tetap kuat dan tidak goyah.

  Al-Qur ’an sur at al-Ankabut ayat 6, 8 dan 69 ter dapat di dalamnya kata , , dan secar a nuzuly mer upakan ayat

  َﺪَﮭ ٰـَﺟ اَﺪَﮭ ٰـَﺟ ْاوُﺪَﮭ ٰـَﺟ ُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ

  Madaniyyah yang per tama kali tur un. Dalam sur at al-Ankabut ayat 6 ter dapat dua kata jihad dengan menggunakan r edaksi َﺪَﮭ ٰـَﺟ dan ُﺪِﮭ ٰـَﺠُﯾ yang keduanya mengandung ar ti kesungguhan. Ayat ini mer upakan sebagai motivasi bagi or ang Islam pada saat itu, yaitu dengan ber jihad mer eka akan mendapatkan pahala atas apa yang mer eka jihadkan. Manfaat yang didapat dar i jihad mer eka akan kembali untuk mer eka sendiri, bukan untuk Allah. Jihad yang dimaksud di ayat adalah ber jihad melaw an nafsu mer eka dengan ber sabar dalam melakukan ketaatan dan mencegah dir i dar i kemaksiatan (Wahbah, 2009 : 561)

  Sedangkan al-Ankabut ayat 69 memiliki maksud yang hampir sama dengan al-Ankabut ayat 6. Jihad yang ada pada ayat ini mempunyai makna kesungguhan dalam melaksanakan ketaatan dan menolong agama Allah dan memer angi or ang yang memusuhi Allah dengan mendustakan kitab dan r asulnya. Kesungguhan yang dilakukan oleh seor ang muslim akan kembali manfaatnya kepada mer eka sendir i, yaitu dengan ditunjukkan jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhir at (Wahbah, 2009: 41). Sebagaimana fir man Allah dalam sur at Muhammad(47) ayat 17

  ْﻢُھاﻮ ْﻘَﺗ ْﻢُھﺎﺗآَو ًىﺪُھ ْﻢُھَداز اْوَﺪَﺘْھا َﻦﯾِﺬﱠﻟاَو

  Dan or ang-or ang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mer eka dan member ikan kepada mer eka [balasan] ketakw aannya.

  Kata dalam sur at al-Ankabut ayat 8 mempunya ar ti memaksa. Ayat ini ber kaitan dengan w ajibnya ber buat baik dan taat kepada or ang tua, kecuali jika or ang tua memaksa melakukan kemusyr ikan kepada Allah maka sebagai anak har us tidak menaati per intah itu, kar ena pada dasar nya tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan (Wahbah, 2001: 1949). Per intah untuk menolak paksaan or ang tua dalam hal kemusyr ikan, bukan ber ar ti memer intahkan kepada seor ang anak untuk melaw an or ang tua, akan tetapi seor ang anak har us tetap ber buat baik kepada or ang tuanya dengan kembali pada al-Qur ’an sur at Luqman (31) ayat 15: