BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - Diah Safitri BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian Jenis-jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

  penelitian sejenis yang telah ada. Peneliti menemukan penelitian yang relevan. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian sejenis yang relevan tersebut dilakukan oleh Pipit Noviana Sari. Dengan judul Jenis Makna Kosa Kata Khusus Penyakit pada Rubik “Fokus

  

Kita” dalam Majalah Dokter Kita Bulan Oktober-November 2014 dan Saran

Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.Penelitian

  tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan jenis-jenis makna yang terdapat pada kosa kata khusus pada bidang kesehatan yaitu penyakit dalam majalah Dokter . Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif. Tahap penyedian data

  Kita

  meliputi pengumpulan data, pemilihan dan pemilahan dan penataan jenis data yang dicatat. Teknik lanjutannya yaitu simak bebas libat cakap kemudian mencatat dan dilanjutkan dengan pengklasifikasian.

  Berdasarkan pemaparan dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian di atas memiliki persamaan denganpenelitian ini. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti jenis-jenis makna, menggunakan tahap penelitian, tahap analisis data, dan penyediaan hasil analisis data yang sama. Adapun perbedaannya penelitian diatas dengan penelitian ini adalah data dan sumber datanya, data yang dipakai dalam penelitian di atas merupakan data kosa kata khusus penyakit, namun dalam penelitian ini datanya

  7 berupa istilah yang terdapat dalam ekonomi bidang ekonomi makro dan ekonomi mikro. Sumber data penelitian di atas menggunakan media massa berupa majalah

  

Dokter Kita edisi Oktober-November 2014 dan penelitian ini menggunakan majalah

Tempo edisibulan Maret 2016.

  B. Istilah

  Dalam buku Pedoman Umum Pembentukkan Istilah (Depdiknas, 2012: 66) istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Istilah dibedakan menjadi dua yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum berasal dari bidang tertentu, yang dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja. Contoh dalam bidang ekonomi makro istilah pajak dan dalam bidang ekonomi mikro ada istilah saham.

  C. Semantik

  Menurut Aminuddin (2008: 15) semantik mengandung pengertian studi tentang makna. Aminuddin beranggapan bahwa makna merupakan bagian dari bahasa, sedangkan semantik merupakan bagian dari linguistik. Sedangkan menurut Aslinda dan Syafyahya (2007: 5) semantik merupakan ilmu yang membicarakan makna atau arti suatu bahasa. Aslinda dan Syafyahya mengatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (di samping sintaksis dan morfologi) juga makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik. Sedangkan menurut de Saussure (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007:5) berpendapat bahwa yang dipelajari dalam semantik adalah bagaimana menganalisis makna dalam sebuah kata, jenis makna yang terdapat dalam suatu kata dan komponen makna yang dikandung oleh sebuah kata.

  Dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dari suatu bahasa.

D. Makna 1. Pengertian Makna

  Makna menurut Palmer (dalam Djajasudarma, 2008: 5) hanya menyangkut intrabahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Djajasudarma, 2008:5) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberitakan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna juga memiliki pengertian bahwa makna merupakan hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Adapun pengertian makna dalam pembahasan ini ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar. dunia luar yang dimaksud adalahdunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

2. Jenis-Jenis Makna

  Menurut Abdul Chaer (2013: 60-78) makna mempunyai jenis atau tipe yang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut padang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem dapa dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan ketetapan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna asosiatif, makna kolokatif, makna reflektif, makna idiomik, dan sebagainya. Sedangkan Menurut Mansoer Pateda (2010: 96-132) terdapat 29 jenis makna yaitu makna afektif, makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna kontekstual, makna leksikal, makna lokusi, makna luas, makna piktorial, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika, makna tekstual, makna tematis dan makna umum. Dari jenis-jenis makna yang sudah disebutkanpenulis mengelompokan menjadi beberapa jenis makna. Jenis makna yang dikelompokan merupakan jenis makna yang memiliki fungsi ataupun maksud yang sama sehingga penulis menggabungkan jenis makna yang sama ke dalam suatu kelompok.

  Dari paparan di atas peneliti mengelompokkan jenis-jenis makna yang sudah peneliti rangkum menjadi 14 jenis makna yang sudah peneliti kelompokkan, berikut 14 jenis-jenis makna: a.

   Makna Leksikal

  Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer 2013: 60). Makna leksikal juga bisa dikatakan makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu (Pateda 2010: 119). Misalnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat panen

  . Kata tikus pada dua kalimat tersebut jelas

  kali ini gagal akibat serangan hama tikus

  merujuk pada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang

  

menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna

  leksikal karena tidak merujuk pada binatang tikus melainkan pada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.

  b. Makna Khusus

  Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu. Makna khusus juga disebut makna terbatas. Makna ini terbatas dalam bidang atau kegiatan tertentu. Salah satu cara untuk mendapatkan makna khusus, yakni menambah kata, baik di depan atau di belakang (Pateda, 2010: 106- 107). Contohnya bagi dokter atau yang bekerja di rumah sakit, makna istilah operasi selalu dikhususkan pada upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoprasi sebagian anggota tubuh pasien. Itu sebabnya muncul urutan istilah operasi jantung, operasi sesar, dan operasi tumor.

  c. Makna Konotatif

  Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan kriteria-kriteria. Makna konotatif dapat disebut dengan makna tambahan atau makna kiasan. Makna konotatif juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ‘nilai rasa’, baik positif maupun negatif, jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi (Chaer, 2013: 65). Misalnya kata perempuan dan wanita, kata perempuan mempunyai nilai positif karena penggunaan kata perumpuan biasanya digunakan dalam penggunaan situasi formal, namun kata wanita biasanya digunakan pada hal yang bernilai negatif, seperti wanita malam. Makna konotatif juga lebih berhubungan dengan nilai rasa pemakai bahasa, apakah perasaan senang, jengkel, gembira atau jijik (Pateda, 2010: 112-113).

  d. Makna Luas

  Makna luas menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Semua kata yang tergolong kata yang berkonsep, dapat dikatakan memiliki makna luas. Makna luas juga dapat ditambahkan kata atau kalimat yang lain sebagai penjelasnya sehingga menjadi makna khusus atau makna sempit. Dikatakan demikian sebab apa yang diinformasikan dalam kata tersebut belum jelas bagi pendengar apalagi bagi pembaca. Kata itu akan jelas sekali maknanya setelah pendengar atau pembaca mengikuti rangkaian kalimat berikutnya (Pateda, 2010: 120).

  e. Makna Kias

  Kiasan ini digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti ‘bulan’, raja siang yang berarti ‘matahari’, daki dunia dalam arti ‘harta uang’, membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’, semua memiliki arti kiasan. Antara bentuk ujaran dengan makna yang diacu ada hubungan kiasan, perbandingan atau persamaan. Gadis cantik disamakan dengan bunga; matahari yang menyinari bumi pada siang hari disamakan dengan raja dan sebagainya (Chaer 2013: 60-78). Menurut Pateda makna kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya

f. Makna Gramatikal

  Pateda (2010: 103) menyebut makna gramatika adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Makna gramatikal disebut juga makna konstektual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Makna gramatikal itu bermacam-macam. Setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramtikal tertentu untuk menyatakan makna-makna gramatikal itu. Untuk menyatakan makna ‘jamak’ bahasa Indonesia menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna ‘sebuah buku’ menjadi buku-buku yang bermakna ‘banyak buku’. Dalam bahasa Inggris untuk menyatakan ‘jamak’ digunakan penambahan morfem {s} atau bentuk khusus. Misalnya book ‘sebuah buku’ menjadi books yang bermakna ‘banyak buku’; kata woman bermakna ‘seorang wanita’ menjadi womens yang bermakna ‘banyak wanita’. Penyimpangan makna dan bentuk-bentuk gramatikal yang sama lazim juga terjadi dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Indonesia misalnya, bentuk-bentuk kesedihan, ketakutan, kegembiraan dan

  

kesenangan memiliki makna gramatikal yang sama, yaitu hal yang disebut kata

  dasarnya. Tetapi bentuk atau kata kemaluan yang bentuk gramatikalnya sama dengan deretan kata di atas, memiliki makna yang lain. Contoh lain, kata menyedihkan, menakutkan, dan mengalahkan memiliki makna gramatikal yang sama yaitu ‘membuat jadi yang disebut kata dasarnya’. Tetapi kata memenangkan dan

  

menggalakan yang dibentuk dari kelas kata dan imbuhan yang sama dengan ketiga

  kata di atas, tidak memiliki makna seperti ketiga kata tersebut; sebab bukan bermakna’membuat menjadi menang’ dan ‘membuat galak’ melainkan bermakna ‘memperoleh kemenangan’ dan ‘menggiatkan’. (Chaer 2013: 60-63).

g. Makna Nonreferensial

  Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada atau tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu suatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Apabila makna itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja dan kursi termasuk kata bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu jenis perabotan rumah tangga yang disebut ‘meja’ dan ‘kursi’. Sebaliknya kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai referen. Jadi, kata karena dan kata tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial. Kata- kata yang termasuk kategori kata penuh, seperti sudah disebutkan, termasuk kata-kata yang bermakna referensial; sedangkan kata tugas, seperti preposisi dan konjungsi, termasuk kata-kata yang bermakna nonrefrensial (Chaer 2013: 63).

h. Makna Lokusi, ilokusi dan perlokusi

  Dalam kajian tindak tutur (speech act) dikenal adanya makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi. Yang dimaksud dengan makna lokusi adalah makna yang dikatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud makna ilokusi adalah makna yang dipahami oleh pendengar. Sebaliknya, yang dimaksud makna perlokusi adalah makna yang diinginkan oleh penutur. Misalnya, kalau seseorang bertanya kepada tukang afdruk foto di pinggir jalan, “Bang, tiga kali empat, berapa?”. Makna secara lokusi kalimat tersebut adalah keingin tahuan si penutur tentang tiga kali empat. Namun, makna perlokusi, makna yang diinginkan si penutur adalah bahwa si penutur ingin tahu berapa biaya mencetak foto ukuran tiga kali empat sentimeter. Apabila si pendengar, yaitu tukang afdruk foto itu memiliki makna ilokusi yang sama dengan makna perlokusi dari si penanya, tentu dia akan menjawab, misalnya “dua ribu” atau “tiga ribu”. Tetapi kalau makna ilokusinya sama dengan makna lokusi dari ujaran “tiga kali empat berapa”, dia pasti akan menjawab “dua belas”, bukan jawab yang lain. Dalam kajian tindak tutur, sebuah ujaran sekaligus dapat bermakna lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Chaer 2013: 60-78).

i. Makna Ideasional

  Makna ideasional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep. Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung di dalam satuan kata-kata baik bentuk dasar ataupun turunan. Dengan makna ideasional yang terkandung di dalamnya dapat dilihat paham yang terkandung di dalam makna sebuah kata. Dalam hubungan dengan makna ideasional kata ada baiknya dibedakan antara konsep kata dan makna ideasional kata. Konsep kata merupakan makna inti, sedangkan makna ideasional merupakan konsekuensi atau hal yang diharapkan yang berlaku di dalam sebuah kata (Pateda, 2010: 104-105). Misalnya kata partisipasi mengandung makna ideasional j.

   Makna Kontekstual Makna kontekstual muncul akibat hubungan antara ujaran dengan konteks.

  Sudah diketahui konteks berwujud dalam banyak hal. Konteks yang dimaksud yaitu (i) konteks orang, termasuk di sini hal yang berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi pembicara/pendengar, (ii) konteks situasi, misalnya situasi aman, situasi ribut. (iii) konteks tujuan, (iv) konteks formal, (v) konteks suasana hati, (vi) konteks waktu, (vii) konteks tempat, (viii) konteks objek, (ix) konteks alat kelengkapan, (x) konteks kebahasaan, maksudnya apakah memenuhi kaidah bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak; dan (xi) konteks bahasa (Pateda, 2010: 116).

  k. Makna Piktorial

  Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Perasaan yang muncul segera setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi yang menjijikan atau perasaan benci/ perasaan yang tidak diinginkan. Perasaan dapat pula berupa perasaan gembira, misalnya kata kakus. Kata kakus jika dibaca atau diucapkan maka seseorang akan terbayang baunya, warna kotoran, bentu kotoran. Semua yang terbayang pendengar atau pembaca merasa jijik ataupun mual. Makna kata kakus dengan segala bayangan ada di dalam otak kita (Pateda, 2010: 122).

  l. Makna Pusat

  Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Dalam BI kata buku dan kata

  

meja termasuk kategori nomina, untuk ditentukan makna pusat harus menentukan dari

  sudut manakah kita lihat. Dari bentuknya, bahan bakunya, kegunaannya, atau penjualan. Jika orang memandang buku dari segi bentuknya maka pusat kata buku yaitu benda yang berbentuk segi empat. Jika orang memandang dari segi penjualan, maka makna kata buku, yakni benda yang diperjual belikan. Jika orang memandang dari segi bahan bakunya, maka makna kata buku, yakni terbuat dari kertas atau dari kayu pohon (Pateda, 2010: 124).

  m. Makna Tekstual

  Makna tekstual adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Makna tekstual tidak diperoleh melalui makna setiap kata, atau makna setiap kalimat. Tetapi makna dapat ditemukan setelah seseorang membaca keseluruhan teks. Makna tekstual juga dapat dilihat melalui kesimpulan dari teks yang dibaca keseluruhan. Dengan demikian makna tekstual lebih berhubungan dengan bahasa tertulis. Makna tekstual lebih berhubungan dengan amanat, pesan, boleh juga tema yang ingin disampaikan melalui teks (Pateda, 2010: 130).

  n. Makna Tematis

  Makna tematis akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis. Baik dipahami melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan maupun penekanan pembicaraan. Biasanya makna tematis dapat dilakukan dengan adanya komunikasi dan pemahaman yang baik antara pembicara dan penulis. Misalnya kalimat, “Ali anak dokter Bagus meninggal kemarin,” belum jelas siapa yang meninggal. Kalau kalimat itu diubah menjadi, “Ali, anak dokter Bagus, meninggal kemarin,”. Maka makna yang diinformasikan, yakni anak dokter Bagus meninggal kemarin (Pateda, 2010: 130-131).

E. Ilmu Ekonomi 1. Pengertian

  Menurut Samuelson (dalam Putong, 2002: 15) ilmu ekonomi adalah suatu studi bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat dipergunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi, sekarang dan dimasa datang, kepada berbagai orang dan golongan masyarakat (Putong, 2002: 15).Selain Samuelson, pakar ekonom Ekelund dan Tollison (dalam Alam, 2013: 4) juga mengatakan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari cara individu dan masyarakat yang mempunyai keinginan yang tidak terbatas memilih untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas demi memenuhi keinginan mereka. Ilmu ekonomi menurut Sudarman (1980: 1) merupakan cabang ilmu sosial yang menaruh perhatian pada masalah bagaimana seharusnya memanfaatkan sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk memuaskan kebutuhan manusia yang beraneka ragam.

  Menurut Joesron dan Fathorrozi (2002: 2) ilmu yang mempelajari bagaimana manusia melakukan tindakan pemilihan terhadap berbagai alternatif yang mungkin ini disebut dengan ilmu ekonomi. Selanjutnya, ilmu ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: a.

  Ilmu ekonomi deskriptif, yang bertugas mengumpulkan keterangan-keterangan factual tentang suatu masalah; b.

  Teori ekonomi, yang bertugas menjelaskan mekanisme kegiatan ekonomi. Teori ekonomi ini dibagi menjadi dua, yakni: 1)

  Teori Ekonomi Mikro 2)

  Teori Ekonomi Makro c. Ilmu ekonomi terapan yaitu ilmu yang menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari teori ekonomi untuk menjelaskan keterangan-keterangan atau masalah-masalah yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.

F. Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro 1. Ekonomi Makro a. Pengertian

  Ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana mekanisme perekonomian secara keseluruhan bekerja. Ekonomi makro mempelajari kekuatan-kekuatan dan kecenderungan-kecenderungan yang memengaruhi perekonomian secara keseluruhuhan. Ini mencangkup struktur, kinerja, perilaku, dan pengambilan keputusan ekonomi secara keseluruhan dalam perekonomian nasional, regional, serta global (Alam, 2013: 60). Menurut Putong (2003: 145) ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Menurut Gilarso ekonomi makro membahas hal-hal seperti hasil produksi nasional total, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga, jumlah uang beredar, investasi total, ekspor total, pendapatan nasional, laju inflasi, dan sebagainya (Gilarso, 2001: 12). Dari pengertian-pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa ekonomi makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perekonomian secara luas.

  b. Ruang Lingkup

  Menurut Alam (2013: 61) ada beberapa data ekonomi makro yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain: (1) neraca perdagangan dan neraca pembayaran, (2) pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita, (3) Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran, (4) Keadaan perubahan harga-harga atau inflasi, dan (5) Kesetabilan kurs mata uang dalam negeri. Sedangkan menurut (Putong, 2001: 17), dalam aspek ekonomi makro analisisnya antara lain: (1) pendapatan nasional,(2)neraca pembayaran, (3)kesempatan kerja, (4)inflasi, (5)investasi. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa ada 6 aspek data yaitu: (1) neraca perdagangan dan neraca pembayaran, (2) pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita, (3) penggunaan tenaga kerja dan pengangguran, (4) keadaan perubahan harga-harga atau inflasi, (5) kesetabilan kurs mata uang dalam negeri, dan (6) investasi.

  c. Indikator Kegiatan Ekonomi Makro 1) Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

  Neraca perdagangan merupakan ikhtisar yang menunjukkan selisih antara niali transaksi ekspor dan impor suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Neraca perdagangan suatu negara yang positif, menunjukkan negara itu mengalami ekspor yang nilai moneternya melebihi impor. Surplus dapat menjadi indikator bahwa jumlah aliran dana masuk lebih besar dari jumlah aliran yang keluar. Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke negara lain dalam satu tahun tertentu. Neraca pembayaran bermasalah apabila neraca pembayaran mengalami defisit. Artinya, pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri.

  Neraca pembayaran yang aktif mengindikasikan bahwa aliran dana masuk dan hak suatu negara lebih besar dari aliran dana keluar dan kewajibannya terhadap negara lain.

  2) Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Per Kapita

  Pendapatan nasional merupakan indikator yang dapat menunjukkan kemajuan ekonomi suatu negara. Pendapatan nasional yang semakin meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang persentasenya melebihi persentase pertumbuhan penduduk mengakibatkan pertumbuhan pendapatan per kapita. Atau kata lainpendapatan nasional merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan memengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Selain itu, jumlah penduduk juga akan memengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara.

  3) Penggunaan Tenaga Kerja dan Pengangguran

  Pengangguran dalam suatu negara ditunjukkan dengan angka perbedaan antara angkatan kerja dan penggunaan tenaga kerja yang sesungguhnya. Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu. Suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh apabila tingkat penganggurannya kurang dari 4%. Meningkatnya tingkat pengangguran tidak hanya disebabkan oleh penurunan kesempatan tenaga kerja, namun juga akibat meningkatnya jumlah angkatan kerja. Peningkatan angkatan kerja mengandung makna bahwa pengangguran kadang-kadang bertambah meskipun pada saat yang sama kesempatan kerja juga bertambah.

  4) Keadaan Perubahan Harga-Harga atau Inflasi

  Inflasi adalah suatu gejala ekonomi yang paling tidak diinginkan sebab inflasi dapat membuat perekonomian tidak stabil. Secara umum, dampak inflasi antara lain adalah berkurangnya investasi disuatu negara, kenaikan suku bunga, penanaman modal yang bersifat spekulatif, pelaksanaan pembangunan yang gagal, ketidak stabilan ekonomi, neraca pembayaran defisit, dan kesejahteraan masyarakat merosot. Inflasi yang terkendali meupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja ekonomi. Inflasi juga merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang dimaksud seperti faktor konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

  5) Kestabilan Kurs Mata Uang dalam Negeri Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang

diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting

dalam keputusan-keputusan pembelanjaan. Kurs memungkinkan kita menerjemahkan

  

harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama . Nilai kurs sangat

  penting saat mengambil keputusan untuk berbelanja atau membeli barang dari luar negri, karena dengan kurs kita akan menerjemahkan harga-harga barang dari berbagai macam negara kedalam mata uang negara kita.Misalnya nilai tukar atau kurs terhadap dollar Amerika Serikat atau sebaliknya. Kesetabilan kurs mata uang merupakan pertanda keberhasilan ekonomi. Jika kurs tidak menentu, maka hal itu merupakan pertanda kinerja ekonomi yang tidak baik.

  6) Invetasi

  Menurut Fitzgeral, investasi adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dari definisi ini investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk: (i) Penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal. (ii) Barang modal itu akan dihasilkan produk baru. Menurut Sunariyah (2003: 4), investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa- masa yang akan datang.

  2. Ekonomi Mikro a. Pengertian

  Teori Mikro ekonomi dapat didefinisikan sebagai: satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil dari keseluruhankegiatan ekonomi (Sukirno, 2006: 21). Menurut Alam (2013: 57), ekonomi mikro mempelajari perilaku individu dan rumah tangga perusahaan dalam membuat keputusan tentang alokasi sumber daya yang terbatas.Gilarso mengatakan bahwa dalam ilmu ekonomi mikro kita mempelajari perilaku sebuah perusahaan atau cabang usaha tertentu dan memusatkan perhatian pada hal-hal seperti pasar untuk satu jenis barang tertentu, pendapatan faktor produksi tertentu, teori harga dan alokasi sumber daya ekonomi, serta distribusi pendapatan di antara para pemilik faktor produksi. Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa ekonomi mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagian-bagian kecil dari perilaku dan kegiatan ekonomi.

  (Gilarso, 2001: 13).

  b. Ruang Lingkup

  Menurut Sudarman teori ekonomi mikro merupakan pemecahan (disaggregation) dari variable-variabel ekonomi makro seperti konsumsi, investasi dan tabungan. Ekonomi mikro menjelaskan komposisi dan alokasi dari produksi total sedang ekonomi makro itu sendiri menjelaskan tingkat produksi total (1984: 4). (Putong, 2002: 17) ilmu ekonomi mikro khususnya memperlajari perilaku individu manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Aspek analisis antara lain sebagai berikut: (1) Analisis biaya/ manfaat, (2) Teori permintaan dan penawaran, (3) Elastisitas, (4) Model-model pasar, (5) Industri, (6) teori harga, dan (7) teori produksi.

  c. Indikator Kegiatan Ekonomi Makro 1) Analisis Biaya

  Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Biaya dapat digolongkan dalam dua jenis.

  

Pertama , biaya eksplisit yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka

  mendapatkan faktor-faktor produksi. Kedua, adalah biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apa bila digunakan.

  Selain itu, biaya juga dapat digolongkan menjadi biaya internal, yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaandan biaya eksternal, yaitu biaya yang seharusnya ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat operasional perusahaan yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar usaha (Putong, 2003: 111).

2) Permintaan dan Penawaran

a) Permintaan

  Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Masyarakat selaku konsumen harus membeli barang atau jasa keperluannya di pasar. Keadaan ini mengandaikan bahwa barang atau jasa itu memiliki tingkat harga tertentu. Adanya berbagai macam harga di pasar selanjutnya mengandaikan adanya kondisi yang mempengaruhi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang, diantaranya adalah harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera dan ramalan/estimasi di masa yang akan datang, dan harga barang lain/subtiusi. Besar kecilnya perubahan permintaan dideterminasi/ditentukan oleh besarkecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan berbanding lurus dengan penawaran (Putong, 2003: 32-33).

b) Penawaran

  Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan berbagai macam tingkat harga tertentu (Putong, 2003: 32- 38).Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar di antaranya sebagai berikut: harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, ongkos dan biaya produksi, tujuan produksi dari perusahaan, dan teknologi yang digunakan (Putong, 2003: 32-38).Faktor teknologi akan memengaruhi output barang atau jasa yang akan dihasilkan produsen. Semakin tinggi teknologi, semakin cepat barang dihasilkan, maka semakin besar pula penawaran yang terjadi.

3) Elastisitas

  Angka pengukur kepekaan dalam ilmu ekonomi disebut sebagai koefisien elastisitas (dalam hal ini adalah koefisien elastisitas permintaan). Jadi jelasnya koefisien elastisitas (permintaan) adalah derajat (dalam satuan angka tentunya) kepekaan dari permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang yang dimaksud. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitanya, yaitu sebagai berikut: adanya barang substitusi, presentase pendapatan yang digunakan/jenis barang, jangka waktu analisis/perkiraan atau pengetahuan konsumen, dan tersedianya sarana kredit (Putong,

  2003: 47-60). Elastisitas penawaran adalah derajat kepekaan atas peubahan harga terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan. Dengan mengetahui nilai elastisitasnya, maka dapat diketahui prilaku produsen dalam menawarkan produk berhubungan dengan tingkat harga. Produsen juga akan mendapatkan informasi mengenai barang yang diperjual belikannya di pasar, apakah memungkinkan untuk menaikkan atau menurunkan harga jual yang dimaksud (Putong, 2003: 47-60).

4) Industri (Aplikasi Hukum dan Teori)

  a) Aplikasi dalam Bidang Pertanian

  Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencangkup: subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan. Hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama. Tidak tahan lama yang dimaksud adalah sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat elastis.

  b) Aplikasi dalam Bidang Industri

  Barang indutri adalah barang yang dihasilkan dari proses pengolahan dengan menggunakan teknologi yang bertujuan menambah kegunaan (daya guna) dari barang tersebut. Industri adalah kumpulan dari semua perusahaan yang menghasilkan barang yang sama. Beberapa hal yang digolongkan dalam idang insudtri adalah sebagai beikut: industri pengolahan (manufacture), industri pariwisata, industri hiburan, industri pendidikan, dan lain-lain.

  c) Aplikasi dalam Bidang Informatika

  Informatika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari transformasi fakta berlambang yaitu data maupun informasi pada mesin berbasis komputasi. Informatika juga mencangkup struktur, sifat, dan interaksi dari beberapa sistem yang dipakai untukmengumpulkan data. Bidang informatika adalah bidang baru yang dibahas dalam pengantar ilmu ekonomi mikro oleh penulis. Secara umum bidang informatika hanyalah bidang yang berhubungan dengan data dan informasi. Data dan informasi yang dimaksud termasuk teknologi informasinya yaitu berupa komputer (perangkat keras (hadware) dengan perangkat lunak (software), manajemen dan manusia (operator), dan komunikasi.

  d) Penstabilan Harga Komoditi Pertanian

  Komoditi pertanian bersifat khas, yaitu disatu sisi sangat dibutuhkan, tetapi di sisi lain permintaannya bersifat tidak elastias (harga tidak berpengaruh besar terhadap permintaan). Oleh karena itu, besar kemungkinan produsen komoditi pertanian di satu sisi akan banyak mengalami kerugian karena harga tidak berpengaruh besar pada permintaan, di sisi lain produsen akan bisa semena-mena menaikkan harga komoditinya (merugikan konsumen) karena elastisitasnya bersifat inelastic sehingga akan menguntungkan bila menaikkan harga dengan mengurangi penjualan atau produksi (Putong, 2003: 70-74).

5) Teori Harga

  Setiap barang yang memiliki nilai akan mampu ditukar dengan barang lain secara bebas. Dan ketika nilai yang dimiliki barang tersebut dinyatakan dengan uang, maka nilai itu disebut dengan harga. Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tersebut dinyatakan atau diukur dengan uang. Jadi, antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain (Gilarso, 2001: 70). Nilai barang dinyatakan dalam uang menjadi harga. Harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (Gilarso, 2001: 76).

  6) Teori Produksi

  Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari semula. Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi yang dimaksudkan dalam ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja=TK), modal (uang atau alat modal seperti mesin = M), SDA (tanah=T) dan skill (Teknologi=T) (Putong, 2003: 100-101).

  7) Model-Model Pasar

  Suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang membeli suatu barang dan jasa tertentu dengan harga tertentu pula. Pasar juga merupakan proses hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli untuk mencapai kesepakatan harga dan jumlah suatu barang / jasa yang diperjualbelikan. Alasannya tempat bertemunya penjual dan pembeli tersebut bisa dimana saja. Macam pasar yang secara absolut hanya ada dalam teori ekonomi adalah bentuk persaingan murni dan persaingan sempurna. Secara garis besar, macam-macam pasar ditinjau dari segi penjualan. Pasar yang dimaksud merupakan pasar persaingan sempurna, monopoli, monopolistis, dan oligopoli. Bila ditinjau dari sisi pembeli, macam-macam pasar: monoposoni, oligopsoni, dan pasar persaingan Sempurna (Putong, 2003: 123).