BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN - Diah Ulfiatun BAB II

  a. Pengertian Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari ( 40 minggu ), dan tidak lebih dari 300 ( 43 minggu ). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur ( cukup bulan ). Bila kehamilan lebih dari ( 43 minggu) disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut kehamilan prematur.

  ( Sarwono, 2006 : hal 125 ) Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu: kehamilan triwulan pertama ( antara 0 sampai 12 minggu ); kehamilan triwulan kedua ( antara 12 sampai 28 minggu ); kehamilan triwulan ketiga ( antara 28 sampai 40 minggu ) ( Sarwono, 2006 : hal 125 )

  b. Perubahan adaptasi Fisiologis 1) Sistem reproduksi

  a) Uterus Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram, menjadi 1000 gram. dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan ukuran muka belakang 22 cm. Pembesaran ini disebabkan oleh hipertrofi dari otot-otot rahim.(Obstetri Fisiologi : Hal 162)

  9 b) Serviks Pelunakan serviks yaitu karena pembuluh darah dalam serviks bertambah dan karena timbul odema dari serviks dan hiperplasia kelenjar-kelenjar serviks.

  c) Vagina Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga selaput lendirnya membiru ( tanda Chadwick ). Kekenyalan (elastisitet) vagina bertambah, artinya daya bertambah, sebagai persiapan persalinan.

  d) Ovarium Pada salah satu ovarium diketemukan corpus luteum graviditatis, tetapi setelah bulan ke-IV corpus liteum ini mengisut.

  e) Mamae Mamae biasanya membesar dalam kehamilan disebabkan hypertrofi dari alveoli. Ini sering menyebabkan hypersensitivitas pada mamae. Di bawah kulit buah dada sering nampak gambaran-gambaran dari vena yang meluas. Puting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya. Areola mamae melebar dan lebih tua warnanya. ( Obstetri Fisiologi : hal 143 )

  2) Sistem kardiovaskuler Dalam kehamilan sirkulasi darah dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh- pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologis dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30 %, akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh edalam keadaan dekompensasi kordis. ( Sarwono, 2006 : hal 96 )

  3) Sistem perkemihan Pada bulan-bulan pertama kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing.

  Keadaan ini hilang dengan makin tuanya umur kehamilanbila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. ( Sarwono, 2006 : hal 97 )

  4) Sistem Muskuloskeletal Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada sistem muuskuloskeletal. Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari ligamen-ligamen dari tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari otot terutama otot-otot pelvic. ( Yeni dan Heni dan Sujiyatini , 2010 : hal 60 )

  5) Sistem persyarafan Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular berikut : kompresi syaraf panggul, lordosis dorsolumbal, edema yang melibatkan syaraf perifer, rasa nyeri dan gatal di tangan, nyeri kepala, hipokalsemia. ( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 64 )

  6) Sistem Gastroitestinal Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh uterus yang membesar. Sebagai akibat perubahan- perubahan posisi visera. Pengosongan lambung dan waktu transit di usus halus menurun pada kehamilan karena faktor hormonal atau mekanis, hal ini mungkin diakibatkan oleh progesteron dan penurunan kadar motilin, suatu peptida hormon yang diketahui mempunyai efek stimulasi otot polos. ( Obstetri Wiliam vol 1 edisi 21, 2006 : hal 206 )

  7) Sistem Endokrin Kelenjar hipofisis selama kehamilan mengalami perbesaran kira-kira 135 %. Dugaan bahwa ukurannya mungkin bertambah cukup besar sehingga dapat menekan khiasma optikum dan mengurangi lapang pandang, perubahan-perubahan visual selama kehamilan normal sifatnya minimal. ( Obstetri Wiliam vol 1 edisi 21, 2006 : hal 207 )

  8) Sistem pernapasan Diafragma naik 4 cm selama kehamilan. Pada semua tahap kehamilan normal, banyaknya oksigen yang dialirkan keparu melalui peningkatan volume tidak melebihi kebutuhan oksigen yang dtimbulkan oleh kehamilan. Lebih lanjut, jumlah hemoglobin dalam sirkulasi dan juga kapasitas pembawa oksigen total, meningkat cukup besar selama kehamilan normal.

  ( Obstetri Wiliam Vol 1 Edisi 21, 2006 : hal 201 ) 9) Sistem pencernaan

  Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.

  ( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 59 )

  c. Perubahan Adaptasi Psikologi ( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 71 )

  1) Perubahan Psikologi trimester I ( masa penentuan )

  a) Banyak ibu hamil merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan pada perubahan fisik yang dialaminya.

  b) Kekhawatiran ibu hamil timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan keguguran. c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.

  d) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido.

  2) Perubahan psikologi trimester II ( masa pancaran kesehatan)

  a) Ibu sudah mulai terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi dan rasa tidak nyaman karena kehamilannya sudah berkurang.

  b) Ibu sudah dapat menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya lebih konstruktif.

  c) Ibu dapat merasakan gerakan bayinya, ibu mulai merasakan kehadiran dirinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri.

  d) Ibu merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama.

  e) Merasakan meningkatnya libido. 3) Perubahan psikologi trimester III ( masa penantian )

  a) Ibu menantikan kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk melihat bayinya.

  b) Ibu merasakan perasaan tidak senang ketika bayinya tidak lahir tepat waktu.

  c) Ibu mulai mempersiapkan kelahiran dan kedudukannya sebagai orang tua. d) Ibu merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian khusus dari pasangannya.

  e) Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester II karena abdomen menjadi penghalang.

  d. Diagnostik kehamilan ( Sarwono, 2006 : hal 125 ) Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain sebagai berikut : 1) Amenorea (tidak dapat haid). 2) Nausea (enek) dan emesis (muntah). 3) Mengidam (mengingini makanan dan minuman tertentu). 4) Pingsan. 5) Mamae menjadi tegang dan membesar. 6) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) 7) Sering kencing.

  8) Obstipasi. 9) Pigmentasi kulit. 10) Epulis. 11) Varises. 12) Suhu basal. 13) PP test (+).

  e. Tanda tidak pasti Kehamilan ( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 97 ) 1) Amenorhea.

  2) Mual dan muntah. 3) Mastodinia.

  4) Konstipasi. 5) Perubahan berat badan. 6) Perubahan payudara. 7) Perubahan warna kulit. 8) Perunahan payudara. 9) Perubahan pada uterus. 10) Keluhan kencing. 11) Perubahan temperatur basal.

  f. Tanda pasti hamil ( Sarwono, 2006 : hal 129) 1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.

  2) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara.

  3) Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen. 4) Pada pemeriksaan dengan sinar Rontgen tampak kerangka janin. 5) Dengan Ultrasonografi ( scanning ) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya umur kehamilan.

  g. Pemeriksaan Fisik 1) Pemeriksaan Abdomen (Obstetri Fisiologi, 2006 : hal 160-166)

  a) Inspeksi Pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi di linea alba, nampak kah kaki gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka. b) Palpasi Maksudnya periksa raba untuk menentukan : besarnya rahim dengan ini menentukan tuanya kehamilan, menentukan letaknya anak dalam rahim. Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian : (1) Lepold I

  Leopold I untuk menentukan tuanya umur kehamilan dari tingginya fundus uteri. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipat paha, pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien dan melihat kearah muka pasien, rahim dibawa ketengah, tingginya fundus uteri ditentukan, tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting. Sifat bokong ialah lunak, kurang bundar dan kurang melenting. (2) Leopold II

  Leopold

  II untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : kedua tangan pindah kesamping; tentukan dimana punggung anak, punggung anak terdapat di fihak yang memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian- bagian kecil, yang biasanya terletak bertentangan dengan fihak yang memberi rintangan terbesar; kadang- kadang disamping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak lintang.

  (3) Leopold III Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah masuk panggul atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : menggunakan satu tangan saja, bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya, cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan. (4) Leopold IV

  Leopold IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki pasien, dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah, ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk pintu atas panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul, jika kita rapatkan kedua tangan dengan permukaan dari bagian terbawah dari kepala yang masih teraba dari bagian luar itu apakah konvergent ( belum masuk panggul ) apakah divergent ( sudah masuk panggul ). Leopold IV dilakukan bila janin sudah cukup besar kira- kira dari bulan VI ke atas. c) Auskultasi Bunyi jantung anak baru dapat didengar menggunakan linex pada akhir bulan ke V, walaupun dengan ultrasound ( doptone ) sudah dapat didengar pada akhir bulan ke III. Frekuensi lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa ialah antara 120-140x/menit. Bunyi jantung paling jelas terdengar pada bagian punggung anak. 2) Pemeiksaan Laborat (1) Pemeriksaan air kencing.

  (2) Pemeriksaan darah. (3) Pemeriksaan faeces.

  h. Identifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan 1) Tanda-tanda bahaya kehamilan muda (Sarwono, 2006 : hal 305)

  a) Perdarahan pervaginam (1) Abortus Imminens (abortus yang mengancam) (2) Abortus Insipiens (perdarahan uterus pada kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus)

  (3) Abortus Incomplitus (sebagian dari hasil konsepsi telah keluar) (4) Abortus Komplitus (semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan) b) Kehamilan ektopik

  ( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 158)

  Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks, partsinerstiliasis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim.

  c) Mola Hidatidosa ( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 159) Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio. 2) Tanda bahaya kehamilan lanjut ( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010

  : hal 163) a) Perdarahan pervaginam.

  b) Sakit kepala yang hebat.

  c) Penglihatan kabur.

  d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan.

  e) Bengkak pada muka dan jari tangan.

  f) Keluar cairan pervaginam.

  g) Gerakan janin tidak terasa. i. Antenatal care

  Pemeriksaan kehamilan dilakukan : 1) 1 kali sebulan sampai bulan ke-VI 2) 2 kali sebulam dari bulan ke-VI sampai dengan bulan ke-IX 3) 1 kali seminggu pada bulan terakhir.

  (Obstetri Fisiologi : hal 213)

  Tujuan antenatal care : 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.

  3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

  6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

  Jadwal kunjungan ulang : 1) Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk : a) Penapisan dan pengobatan anemia.

  b) Perencanaan persalinan.

  c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

  2) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk : a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. b) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi, atau alat reproduksi dan salurak perkemihan.

  c) Mengulang perencanaan persalinan. 3) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir) a) Sama seperti kegiatan kunjungan I dan II.

  b) Mengenali adanya letak dan presentasi.

  c) Memantapkan rencana persalinan.

  d) Mengenali tanda-tanda persalinan. (Sarwono, 2002 : hal 90-98)

  a. Pengertian Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan dan hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri Fisiologi hal : 221).

  Persalinan dan kelahiran normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu dan bayi , dan umunya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

  b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan 1) Faktor Power (Obstetri Fisiologi : hal 224)

  Power adalah Tenaga yang mendorong anak keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot dinding perut dan penekanan diafragma kebawah.

  a) His ( kontraksi otot-otot rahim) adalah suatu kontraksi dari otot- otot dinding rahim yang fisiologis, bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot waktu kontraksi, tekanan pada ganglia dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi.

  b) Tenaga mengejan (1) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.

  (2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.

  (3) Waktu kepala sampai pada pintu atas panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan bahwa pasien glottisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragma kebawah.

  (4) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif saat rahim berkontraksi. (5) Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps.

  (6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah plasenta terlepas dari dinding rahim.

  2) Faktor Passage ( Sumarah dkk, 2008 : hal 23 ) Faktor passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.

  a) Bagian keras panggul Tulang panggul : (1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os ischium, dan os pubis (2) 1 tulang kelangkang (os sacrum) (3) 1 tulang tungging (os cocygis)

  b) tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian yaitu : (1) Pelvis mayor

  Bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.

  (2) Pelvis Minor Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.

  Dalam obstetri yang dimaksud pelvis minor terdiri dari : (3) Pintu atas panggul (PAP) yang disebut juga pelvic inclet.

  (4) Bidang tengah panggul atau midpelvic Terdiri atas bidang luas panggul dan bidang sempit panggul. Pintu bawah panggul (PBP) atau disebut juga

  pelvic outlet.

  c) Pintu atas panggul / PAP (1) Bagian anterior pintu atas panggul, yakni batas atas pelvis minor, dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.

  (2) Bagian lateralnya dibentuk oleh linea iliopektinea, yaitu sepanjang tulang inominata.

  (3) Bagian posteriornya dibentu oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan promontorium sacrum.

  d) Rongga panggul atau panggul tengah panggul (1) Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior pendek dan dinding posterior yang jauh lebih cembung dan panjang. (2) Rongga panggul melekat pada bagian posterior simpisis pubis, iskium, sebagian illium, sakrum, dan koksigeum.

  e) Pintu bawah panggul (1) Adalah batas bawah pelvis minor.

  (2) Jika dilihat dari bawah, struktur ini berbentuk lonjong, agak menyerupai intan, dibagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian lateral oleh tuberositas iskium dan bagian posterior oleh ujung kokksigeum. f) Bidang-bidang Hodge (1) Hodge I : Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sacro-iliaka, sayap sacrum, linea iniminata, ramus superior os pubis, tepi atas simfisis pubis.

  (2) Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah sympisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

  (3) Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP ( Hodge I).

  (4) Hodge IV : Bidang setinggi ujung os.coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

  g) Ukuran-ukuran panggul (1) Distansia spinarum : 24-26 cm (2) Distansia kristarum : 28-30 cm (3) Distansia Boudeleque : 18-20 cm (4) Lingkar panggul : 80-90 cm

  3) Faktor Passenger Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir Merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

  c. Tahap-tahap persalinan (Fisiologi Obstetri : hal 224) 1) Kala I

  Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap.

  2) Kala II

  Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. 3) kala III Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.

  4) Kala IV Dimulai dari 2 jam pertama setelah plasenta lahir.

  d. Mekanisme persalinan ( Fisiologi Obstetri : hal 235-243) 1) Turunnya kepala

  Turunnya kepala dibagi dalam : masuknya kepala dalam pintu atas panggul, majunya kepala.

  2) Fleksi Fleksi ini disebabkan karena anak didiorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggu, cervix, dinding panggul, atau dasar panggul. 3) Putaran paksi dalam

  Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphysis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke bawah symphysis. 4) Extensi

  Setelah putaran paksi selesai da kepala sampai di dasar panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya 5) Putaran paksi luar

  Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tubr ischiadicum sendiri.

  6) Expulsi Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphysis dan menjadi hypomocholin untuk kelahiran bahu belakang.

  Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

  e. Asuhan persalinan kala I kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase : 1) fase laten

  Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka 4cm, dan umumnya berlangsung hingga 8 jam

  2) Fase aktif Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap, dan dianggap adekuat bila terjadi 3 kali dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.

  Hal-hal yang dilakukan dalam kala I adalah : 1) Menentukan tinggi fundus.

  2) Memantau kontraksi uterus. 3) Memantau denyut jantung janin. 4) Menentukan presentasi. 5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin. ( JNPK-KR Depkes RI revisi, 2008 : hal 38-42)

  f. Asuhan persalinan kala II pesalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan keluarnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi.

  ( JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 77) langkah-langkah pertolongan persalinan kala II sesuai APN ( Asuhan Persalinan Normal ) Ada 58 Langkah :

  ( JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 77-113) 1) Mendengar, melihat, dan memeriksa tanda gejala Kala Dua 2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menetalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. 3) Memakai celemek plastik. 4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

  6) Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik). 7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang di basahi air DTT. 8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan Lengkap.

  Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. 10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus unuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

  (120-160x/menit) 11) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu unyuk menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. 12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

  13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan untuk meneran.

  14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 600 menit. 15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

  16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

  17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

  18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

  Membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksidan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal. 20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. 21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi.

  Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

  Perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. 24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

  (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

  25) Melakukan penilaian (sepintas) 26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

  27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain di dalam uterus (hamil tunggal) 28) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi dengan baik) 29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU

  (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) 30) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem pertama.

  31) Memotong dan mengikat tali pusat. 32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. 33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

  34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

  35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

  36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikkan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

  37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).

  38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua Tangan.

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus.

  40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. 41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

  Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

  42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

  43) Memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam)

  44) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam 45) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

  46) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 47) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 48) Memastikan ibu merasa nyaman. Pemantauan kontraksi 15 menit yang kedua

  49) memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. 50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi. 51) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.

  52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% 53) Menyelupkam sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.

  Balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

  54) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue dan handuk pribadi yang kering dan bersih. 55) mengamati dan periksa apa bayi berhasil menyusu. 56) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K 1 mg intramuskular di paha kiri

  1 anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi.

  57) Memberikan suntikan imunisasi hepatiti B (setelah 1 jam pemberian vitamin K ) di paha kanan anterolateral.

  1

  58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan Kala IV. f. Asuhan persalinan kala III (JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 98) persalinan kala III merupakan kala yang dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban Tanda-tanda lepasnya plasenta : 1) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.

  2) Tali pusat memanjang. 3) Semburan darah mendadak dan singkat. Asuhan yang diberikan pada kala III yaitu : Manajemen Aktif kala III (MAK), langkahnya yaitu : 1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

  2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali. 3) Massase fundus uteri.

  g. Asuhan Persalinan kala IV persalinan kala IV yaitu dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Asuhan yang diberikan pada kala IV yaitu : 1) Memperkirakan jumlah kehilangan darah.

  2) Memeriksa perdarahan dari perineum. 3) Pencegahan Infeksi. 4) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam. Yang meliputi TD, Nadi, Suhu, TFU, kandung kemih, dan jumlah darah yang keluar. h. IMD ( Inisisasi Menyusui Dini ) Menurut JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 127. Inisiasi menyusui dini merupakan keharusan bayi untuk mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya walaupun bayi telah menghisap puting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam. i. Partograf (JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 55 )

  Partograf merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf akan membantu menolong persalinan untuk : 1) Mencatat kemajuan persalinan.

  2) Mencatat kondisi ibu dan bayinya. 3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

  4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.

  5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinis yang sesuai dan tepat waktu. a. Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram, dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

  ( Jenny J.S.,2013 : hal 150 )

  b. Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut : 1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram. 2) Panjang badan bayi 48-50 cm. 3) Lingkar dada bayi 32-34 cm. 4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm. 5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180x/menit. Kemudian turun sampai 140-120 x/menitpada saat bayi berumur 30 menit.

  6) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama 80x/menit disertai cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit. 7) Kulit kemerah-merahan dan licinkarena jaringan subkutn Cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

  8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. 9) Kuku telah agak panjang dan lemas. 10) Genitalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia Mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

  11) Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

  12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

  c. Perubahan-perubahan yang segera terjdi setelah kelahiran (Sarwono, 2006 : hal 253-255) 1) Gangguan metabolisme karbohidrat

  Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya terdapat pada bayi BBLR, bayi dan ibu menderita diabetes melitus dan lain-lain. 2) Gangguan umum

  Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar, maka bayi akan kehilangan panas. Kejadian ini sangat berbahaya untuk neonatus terutama bayi berat lahir rendah, dan bayi asfiksia karena mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan vasokonstriksi, insulasi dan produksi panas yang dibuat sendiri. Kehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatu suhu lingkungan (mengeringkan, membungkus badan, dan kepala dan kemudian diletakkan ditempat yang hangat seperti pangkuan ibu atau dalam inkubator dan dapat pula dibawah sorotan lampu).

  3) Perubahan sistem pernafasan Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen. rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam uterus dan di luar uterus. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma serta otot otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru- paru pada janin normalcukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali ke bentuk semula.

  4) Perubahan sistem sirkulasi Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaliknya tekanan karbondioksida turun. hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru, sehingga aliran darah meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalisdan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan feramne ovaleke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan atrium kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu. 5) Perubahan lain Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.

  6) Kegawatdaruratan pada Bayi baru lahir (APN.2008 hal: 142)

  a) Asfikisia Asfiksia adalah bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.

  b) Penyebab yang memungkinkannya terjadinya asfiksia 1) Keadaan ibu (a) Preeklamsia dan eklamsia.

  (b) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta).

  (c) Partus lama atau partus macet. (d) Demam selama persalinan. (e) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) (f) Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan) 2) Keadaan tali pusat (a) Lilitan tali pusat.

  (b) Tali pusat pendek.

  (c) Simpul tali pusat. (d) Prolapsus tali pusat. 3) Keadaan bayi (a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan).

  (b) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacum, forsep).

  (c) Kelainan kongenital. (d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

  c) Kunjungan Neonatal 1) Kunjungan neonatal I pada 6 jam - 48 jam setelah lahir 2) Kunjungan neonatal II pada hari ke 3

  • – hari ke 7 3) Kunjungan neonatal III pada hari ke 8
  • – hari ke 28

  d) Reflek pada Neonatus (Jeni.J.S, 2013 : hal 51) 1) Reflek menggenggam

  Meletakkan kelingking ke telapak tangan bayi akan Menunjukan reflek menggenggam.

  2) Plantar reflek Menyentuh satu kaki dengan jari akan memperoleh respon plantar. Sama dengan reflek genggaman palmer.

  3) Traction reflek Mengangkat bayi ke atas dengan tangan akan menyebabkan sikutmenegang

  4) Rooting reflek

  Mengusap dagu bayi dengan jari menyebabkan kepala turun ke arah jari dan mulut akan membuka.

  5) Reflek menghisap Dengan menempatkan satu jari bersih pada mulut bayi, akan dapat menilai kekuatan dan kordinasi reflek menghisap. 6) Reflek melangkah

  Peganglah bayi di bawah lengan dengan kedua tangan, kaki bayi dimungkinkan untuk menyentuh permukaan yang rata. 7) Moro reflek

  Reflek ini menjelaskan respon klasik moro dimana kedua tangan bayi terlempar keluar dan kemudian kembali ke tengah.

  e) Asuhan pada bayi usia 24 jam (wafi nur, 2010 : hal 252) pengkajian fisik Bayi baru lahir 1) Pemeriksaan umum

  (a) Pernafasan Pernafasan BBL normal 30-60 kali permenit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase eksprasi.pada bayi kecil mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dalam batas normal.

  (b) Warna kulit Warna kulit bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.

  (c) Denyut jantung Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih normal jika di atas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distres. Jika ragu ulangi penghitungan denyut jantung.

  (d) Suhu aksiler 36,5ºC dan sampai 37,5ºC (e) Postur dan gerakan

  Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.

  (f) Tonus otot/tingkat kesadaran Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan bila rewel. Bayi apat dibangunkan jika sedang tidur. (g) Ekstremitas

  Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.

  (h) Kulit Warna kulit dan adanya vernik kaseosa, pembengakakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.

  (i) Tali pusat Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari. (j) Berat badan Berat badan normalnya 2500-4000 gram.

  2) Pemeriksaan umum (a) Kepala

  Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succadeneum, cephal hematoma, hidrosefalus.

  (b) Muka Tanda-tanda paralisis.

  (c) Mata Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.

  (d) Telinga Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala.

  (e) Hidung Kebersihan, palatoskisis.

  (f) Mulut Labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah

  (g) Leher Pembengkakan atau benjolan

  (h) Klavikula dan lengan tangan Gerakan, jumlah jari.

  (i) Dada Bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan pernapasan.

  (j) Abdomen Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, dinding peut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk. (k) Genetalia

  Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis berlubang dan berada di ujung penis.

  Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia mayora dan labia minora.

  (l) Tungkai dan kaki Gerakan, bentuk, dan jumlah kaki.

  (m) Anus Berlubang/tidak, fungsi spingter ani.

  (n) Punggung Spina bifida, meningokel.

  (o) Reflek Moro, rooting, walking, gaspring, sucking, tonickneck.

  (p) Antropometri BB, PB, LK, LD, LP, LILA

  (q) Eliminasi BBL normal biasanya BAK lebih dari enam kali perhari, BAB cair 6 sampai 8 kali perhari, dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada BBL dapat terjadi pada beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.

  a. Definisi Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kendungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

  Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat „adah (kebiasaan) haid, maka itu darah haid. Akan tetapi jika darah keluar terus dan tidak pada masa- masa („adah) haidnya dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir, perlu diperiksakan ke bidan atau dokter. (yeti anggraeni, 2010 : hal 1) b. Tujuan masa nifas (Marmi, 2012 : hal 12) 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

  2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 5) Mendapatkan kesehatan emosi.

  c. Tahapan masa nifas ( vivian nani, 2011 : hal 4) Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut : 1) Puerperium dini

  Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya perempuan normal lainnya.

  2) Puerperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

  3) Puerperium remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mengalami komplikasi. d. Perubahan masa nifas (yetti anggraeni, 2010 : hal 31) 1) Involusi uterus