BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Pedagogik a. Kompetensi - HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KESIAPAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK NEG

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Pedagogik a. Kompetensi Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 disebutkan kompetensi adalah seperangkat

  pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi merupakan kemampuan menjalankan aktivitas dalam pekerjaan, yang ditunjukkan oleh kemampuan mentransfer keterampilan dan pengetahuan pada situasi baru.

  Kunandar (2008) menyatakan kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi adalah serangkaian tindakan dengan penuh rasa tanggung jawab yang harus dipunyai seseorang sebagai persyaratan untuk dapat dikatakan berhasil dalam melaksanakan tugasnya (Yasin: 2011). Kompetensi adalah kesatuan yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu.

  Berkaitan dengan tenaga profesional kependidikan, pengertian kompetensi merupakan perbuatan yang bersifat profesional dan memenuhi spesifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Menurut Mulyasa (2009) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

  Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara profesional dan bertanggungjawab.

  b. Pedagogik

  Pedagogi/pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu mendidik anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak (Sadulloh, dkk. 2007:1). Ditinjau dari segi istilah, pedagogik berasal dari bahasa Yunani “paedos”yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno, yang pekerjaanya mengantarkan anak majikannya ke sekolah.

  c. Kompetensi Pedagogik

  Gliga dalam Suciu dan Liliana (2010) menyatakan konsep kompetensi pedagogik cenderung digunakan sebagai arti standar profesional minimum, sering dianggap sebagai hukum, yang akan menaikkan dan melengkapi peran profesi guru. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 disebutkan kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran yang terdiri dari pemahaman terhadap siswa, perencanaan, implementasi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengaktualisasikan segenap potensi siswa. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru menyelenggarakan dan mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses, dan hasil pembelajaran. Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan potensi guru, menyebutkan secara rinci kompetensi pedagogik mencakup: (a) Memahami karateristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural emosional, dan intelektual, (b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, (f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar, (i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Motivasi Kerja a. Motivasi

  Motivasi berasal dari kata motivasi yang artinya pemberian atau penimbulan motif. Motivasi dapat diartikan hal atau keadaan menjadi motif. (Anoraga, 2009:35). Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja (Anoraga, 2009:35). Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving

  force ) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.

  Mangkunegara (2005 : 61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.

1) Teori-teori Motivasi

  Dalam Manullang (1994:148-1560) dikemukakan beberapa teori yang dari para ahli, diantaranya sebagai berikut:

a) Teori Abraham H. Maslow (Hierarchical of Needs Theory) Maslow mengemukakan bahwa ada suatu hierarkhi kebutuhan setiap orang.

  Setiap orang memiliki prioritas kepada suatu kebutuhan sampai kebutuhan itu dapat dipenuhi. Jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka yang kedua akan memegang peranan, dan demikian seterusnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya bila ada kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tigkat kedua akan menjadi utama, selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima. Adapun hierarkhi atau kebutuhan manusia menurut Abraham H.

  Maslow adalah sebagai berikut:

  (1) Physiologial Needs (Kebutuhan Fisik dan Biologis)

Physiological Needs adalah kebutuhan yang diperlukan untuk

  mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang pangan, papan.Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

  (2) Safety And Security Needs (Kebutuhan Keselamatan dan Keimanan)

  Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

  (3) Affiliation or Acceptance Needs or Belongingness (Kebutuhan Sosial)

  Kebutuhan sosial misalnya berteman, motivasi, mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup menyendiri. Adapun kebutuhan sosial dalam teori Maslow terdiri dari empat jenis: (1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal dan bekerja (sense

  of belonging ); (2) Kebutuhan akan perasaan dihormati karena manusia merasa

  dirinya penting (selft of importance). Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan, seseorang tetap merasa dirinya penting; (3) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak gagal (selft of achievement). Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan kebutuhan menjadi idaman setiap orang; (4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta (selft of participation). Setiap karyawan akan merasa senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukaan saran atau pendapat pada pimpinan.

  (4)

Esteem or Status Needs (Kebutuhan akan Penghargaan atau Prestise).

  

Esteem or Status Needs merupakan kebutuhan akan pengakuan serta

  penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

  (5) Selft Actualization (Kebutuhan Aktualisasi Diri)

  Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,

  kemampuan , keterampilan, potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang

  sangat memuaskan atau luar biasa sulit dicapai orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu: (1) Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya berdasarkan keinginan usaha individu itu sendiri; (2) Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu.

b) Teori Douglas Mc Gregor

  Teori ini didasarkn pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (Teori Tradisional) dan manusia penganut teori Y Teori Deokratik). Adapun teori X dan teori Y menurut Douglas Mc Gregor adalah sebagai berikut: (a) Teori X

  (1) Rata-rata karyawan itu malas dan tidak suka bekerja (2) Umumnya karyawan tidak terlalu berambisi mencapai prestasi kerja yang optimal dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang lain. (3) Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan pekerjaannya.

  (4) Karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempedulikan tujuan organisasi.

  Menurut teori X ini, untuk memotivasi seseorang harus dilakukan dengan cara yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja secara sungguh- sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung pada motivasi negatif, yaitu dengan menerapkan hukuman yang tegas.

  (b) Teori Y (1) Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerjasama wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan yang tidak betah dan merasa kesal jika tidak bekerja.

  (2) Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju dan mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan inovatif mengembangkan dirinya untuk memecahkan persoalan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan pada pundaknya. Jadi mereka selalu berusaha metode kerja yang terbaik.

  (3) Karyawan selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan karyawan untuk mewujudkan potensinya dengan memberikan sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.

  Menurut teori Y ini, untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama, dan keterikatan pada keputusan.

c) Teori Frederich Herzberg

  Teori yang dikembangkannya dikena dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hiygiene atau “pemeliharaan”.

  Adapun penjelasan mengenai dua faktor tersebut, adalah sebagai berikut: 1) Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya insrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motiasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier, dan pengakuan orang lain. 2) Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang siarnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seseorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyela, kebijakan organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.

d) Teori David M Clelland

  Teori McClelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement yang menyatakan bahwa motivasi berbedea- beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland, orang yang mempunyai kebutuhan untuk keberhasilan yaitu mempunyai keinginan kuat untuk mencapa sesuatu. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut: (1) Mereka menentukan tujuan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, tetapi tujuan itu cukup merupakan tantangan untuk dikerjakan dengan baik. (2) Mereka menentukan tujuan itu, karena mereka secara pribadi dapat mengetahui bahwa hasilnya dalat dikuasai bila mereka kerjakan sendiri.

  (3) Mereka senang kepada pekerjaanya itu dan merasa sangat berkepentingan dengan hasilnya sendiri.

  (4) Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat memberikan b.

   Motivasi Kerja

  Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja (Anoraga, 2009:35). Mangkunegara (2005:61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”. Menurut Dr. Hamzah B. Uno (2006:112) yang dimaksud dengan motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Indikator dari variabel motivasi kerja guru akan tampak mealui: (1) tanggung jawab dalam melakukan kerja; (2) prestasi yang dicapainya; (3) pengembangan diri; serta (4) kemandirian dalam bertindak.

  Menurut Fredrick Herzberg (dalam Anoraga, 2009:39), sistem kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi dua golongan: (a) Hygiene Factors: status, hubungan antarmanusia, supervisi, peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan, kondisi kerja, gaji , dan kehidupan pribadi; (b) Motivational Factors (Motivators): pekerjaannya sendiri, achievement, kemungkinan untuk berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan.

  Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu : (1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, (2) Berani mengambil dan memikul resiko, (3) Memiliki tujuan realistik, (4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, (5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan, dan (6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

  Edward Murray dalam Mangkunegara (2005 : 68-67) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut : (1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, (2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan, (3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, (4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu, (5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan, (6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti, dan (7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru menurut Roth et al (2007) terdiri atas motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik melputi: (1) penghargaan atas usaha dan prestasi guru; (2) kepuasan terhadap cara mengajar; dan (3) pegamatan kepala sekolah terhadap pekerjaan guru. Sedangkan motivasi instrinsik meliputi: (1) cara mengajar yang menyenangkan; (2) hubungan orang tua siswa yang harmonis; dan (3) hubungan dengan siswa yang harmois.

  Menurut Fredrick Herzberg (dalam Anoraga, 2009 : 39), sistem kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi dua golongan: (a) Hygiene Factors: status, hubungan antarmanusia, supervisi, peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan, kondisi kerja, gaji, dan kehidupan pribadi; (b) Motivational Factors (Motivators): pekerjaannya sendiri, achievement, kemungkinan untuk berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi Kerja

  Dalam kegiatan administrasi pendidikan yang dilakukan sangat diperlukan peran seorang pegawai dalam mencapai tujuan tersebut. Seorang pegawai dituntut dapat bekerja secara tepat, efektif, dan efisien untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai sekolah. Pencpaian tujuan tersebut tidak lepas dari motivasi kerja dari para pegawainya. Motivasi kerja yang tinggi dari setiap personal/pegawai yang terlibat di dalamnya merupakan faktor yang memuaskan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Namun sebaliknya bila motivasi kerja seseorang pegawai itu rendah maka tujuan sekolah yang ingin dicapai tidak akan terwujud. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi seseorang berdasarkan atas teori-teori motivasi dari para ahli seperti diuraikan di atas, diantaranya: (1) Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dipandang sebagai faktor yang dapat mempertinggi motivasi kerja. Seseorang akan bekerja akibat adanya kebutuhan. (2) Keingian untuk berprestasi dalam bekerja juga dipandang sebagai motivasi seseorang, dimana dengan keinginan pencapaian prestasi yang lebih baik, seseorang akan bekerja sekuat tenaga untuk mencapainya. (3) Keamanan dan keselamatan dalam bekerja juga mempengaruhi motivasi seseorang. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

  (4) Penghargaan terhadap pekerjaan juga mempengaruhi motivasi. Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan dari lingkungan kerja terhadap pekerjaan yang dilakukannya. (5) Hubungan kemanusiaan/interpersonal yang lebih antara seseorang dengan lainnya akan mempertinggi motivasi kerja. Di mana dalam hubungan interpersonal/kemanusiaan ini setiap orang akan merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya.

  (6) Lingkungan tempat kerja yang menyenangkan akan memuat seseorang senang dan nyaman dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Perasaan senang dan nyaman ini akan membuat seseorang termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

  (7) Kesempatan untuk berkembang/aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan.

  Jadi yang dimaksud motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara operasional motivasi kerja adalah proses yang dilakukan berdasarkan faktor internal maupun eksternal yang menyebabkan seorang guru tergerak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Faktor internal dan eksternal itu antara lain :

  (1) faktor ekonomi, (2) perlakuan adil, (3) kebijakan dari kepala sekolah, (4) hubungan kerja, (5) jaminan kesehatan, (6) pemberian bonus, (7) gaji, (8) jaminan hari tua/asuransi jiwa, (9) prestasi kerja, (10) jaminan keamanan dan kenyamanan kerja, (11) faktor kesempatan berkembang, dan (12) Peningkatan

  kapasitas kerja dengan tujuan tertentu 3.

   Kesiapan Guru Bahasa Indonesia a. Kesiapan

  Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “Tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikan sesuatu” (Chaplin, 2006: 419). Dalam pengertian lain, kesiapan adalah suatu keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2003: 113). Kesiapan ditinjau dari bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu readiness. Istilah readiness dalam

  Dictionary of Education (Good, 2003: 473)

  diartikan “Willingness, desire, and

  ability to engange in a given activity ”. Jadi kesiapan berarti kemauan, hasrat/dorongan, dan kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan tertentu.

  Menurut Slameto (2010:113), faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu: (1) kondisi fisik, mental, dan emosional; (2) kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan; (3) keterampilan, pengetahuan, dan pengertian lain yang pernah dipelajari. Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness atau kesiapan yaitu; 1) semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi); 2) kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman; 3) pengalaman- pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan; 4) kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

  Ujung dari implementasi kurikulum 2013 adalah kerja guru dalam mempesiapkan diri agar segala kompentensinya dapat diperbaharui. Menurut

  Syaiful Sagala (2009 : 21) guru adalah semua orang yang berwenang dan

  bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia harus memenuhi persyaratan-persyaratan pokok yang mungkin seimbang dengan posisi untuk menjadi guru. Tidak semua orang dapat dengan mudah melakukannya, apalagi mengingat posisi guru seperti yang terjadi di Indonesia dewasa ini. Berdasarkan pengertian kesiapan dan guru di atas, dapat dikemukakan bahwa kesiapan guru adalah suatu keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah.

4. Guru Bahasa Indonesia SMK

  Yang dimaksud dengan guru bahasa Indonesia Sekolah Menengah Kejuruan adalah semua guru baik yang berstatus PNS yang mengajar di sekolah negeri.

  Berdasarkan data hasil UKG tahun 2015 jumlah guru yang mengajar di sekolah negeri ada 31 orang.

5. Implementasi Kurikulum 2013 SMK

  Implementasi Kurikulum 2013 SMK didefinisikan dari: pertama, kata implementasi dan kedua kata Kurikulum 2013 SMK. Menurut Oemar Hamalik (2007 : 237) implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A tahun 2013, diartikan sebagai kegiatan merealisasikan ide dan rancangan kurikulum dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Implementasi terdiri atas dua fase yaitu implementasi awal dan implementasi penuh. Atas dasar pengertian implementasi tersebut maka fokus dari pedoman ini adalah evaluasi terhadap: (1) pengadaan dokumen kurikulum dan distribusi ke pengguna (fokus 1); (2) kegiatan persiapan lapangan untuk melaksanakan kurikulum (fokus 2); dan (3) implementasi kurikulum secara terbatas dan menyeluruh (fokus 3). Fokus pada pengadaan dokumen kurikulum meliputi ketersediaan dokumen untuk digunakan oleh sekolah dan guru yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun 2013-2014, 2014-2015, dan 2015-2016. Evaluasi terhadap ketersediaan diarahkan pada adanya dokumen kurikulum, buku panduan guru dan buku teks pelajaran untuk peserta didik, serta pedoman lain sebelum tahun pendidikan baru dimulai.

  Kurikulum 2013 SMK sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 60 tahun 2014 terdiri atas: (1) Kerangka Dasar Kurikulum, (2) Struktur Kurikulum, (3) Silabus, dan (4) Pedoman Mata Pelajaran. Kerangka dasar Kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan struktur kurikulum adalah pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata peelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Kompetensi inti: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dijabarkan ke dalam Kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

  Dalam implementasi kurikulum selain dibutuhkan kesiapan para guru dan komponen personal lainnya, peran pemerintah juga sangat dominan. Bentuk pelatihan, pendampingan, atau sosialisasi yang ditujukan sebagai upaya terimplemtasinya K13, merupakan bentuk kongkrit adanya komitmen peningkatan kualitas pendidikan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 sehubungan tidak semua sekolah menerapkan K13, pemerintah menganti strategi dalam mengadakan pelatihan dan pendampingan implementasi K13. Pendekatan yang digunakan pada tahun 2015 adalah The Whole School Training, yaitu pelatihan dan pendampingan sekolah seutuhnya; caranya dengan melatih sebagian guru-guru terbaik dari SMK Sasaran untuk menjadi Instruktur Kabupaten/Kota, kemudian selaku instruksutr Kabupaten/Kota ditugaskan untuk menjadi pelatih dan pendamping Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) yang ada di sekolahnya dalam menerapkan K13 SMK sesuai yang diharapkan.

6. Penelitian yang Relevan

  Penelitian sebelumnya yang dapat menjadi masukan bagi peneliti antara lain penelitian yang dilakukan oleh Neo Wicak Kuncoro tentang “Hubungan

  Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar IPS Siswa”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan data hasil penelitian diperoleh angka korelasi antara Variabel X (kompetensi pedagogik guru) dan Variabel Y (hasil belajar IPS siswa) sebesar 0,784 itu berarti korelasi tersebut positif. Dengan t hitung lebih besar dari t tabel atau 12,716 > 2,022, maka Ho ditolak, artinya Ha yang berbunyi ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar

  IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung tahun 2013/2014 diterima.

  Penelitian berikutnya adalah Tesis yang disusun oleh Harisman, S.H., S.Sos. yang berjudul, “Hubungan Persepsi dan Motivasi Kerja Pegawai Administrasi dalam Rangka Meningkatkan Kinerja pada Pengadilan Negeri Bengkulu

  ”. Dari hasil penelitian ini diperoleh hubungan antara variabel independen (persepsi dan mtivasi) dengan variabel dependen (kinerja) menggunakan uji statistik Perseon

  Correlation. Dari uji statistik diperoleh hubungan antara persepsi dan kinerja

  sebesar 0,453 dengan nilai Sig (p) sebesar 0,001. Karena nilai p < 0,05 berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi dengan kinerja. Nilai korelasi 0,453 berada antara 0,40-0,59 maka menurut Sugio hubungan ini dikatakan sedang. Sedangkan pada korelasi berganda (R) atau korelasi secara bersama-sama antara persepsi dan motivasi dengan kinerja, diperoleh nilai sebesar 0,584. Dari

  2

  tabel tersebut juga diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R ) sebesar 0,341 artinya kontribusi variabel persepsi dan motivasi dengan kinerja sebesar 34,1 %, sementara 65.9 % dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian itu.

  Dalam hal implementasi K13, Marsudi, Widyaiswara PPPPTK Seni Budaya Yogyakarta mene liti tentang, “Kesiapan SMKN 1 Kalasan dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kualitas

  Pembelajaran”. Penelitian kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap empat aspek penting dalam implemenasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan Sleman Yogyakarta yaitu Pengelolaan SDM, Implementasi Kurikulum 2013, Pelaksanaan Pembelajaran Saintifik, dan Penilaian Autentik. Hasil penelitian mengungkapkan dalam bidang Pengelolaan SDM, Kepala SMKN 1 Kalasan secara umum berjalan dengan baik.

  Dalam hal Implementasi Kurikulum 2013 SMKN 1 Kalasan menunjukkan kondisi yang cukup baik. Dalam bidang pembelajaran para guru telah mengubah metode pembelajarannya dari metode konvensional ke pendekatan saintifik bervarisi. Pendekatan ilmiah (saintific approach) meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan sudah diterapkan pada semua mata pelajaran.

  Sedangkan pada bidang keempat yaitu penilaian autentik, SMKN 1 Kalasan dianggap belum maksimal.

  Penelitian lain tentang kesiapan guru dilakukan oleh Sri Dewi Nurmawati, dkk., pada Program Studi Administrasi, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesa Singaraja, melakukan penelitian yang berjudul “Studi

  Evaluasi Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 di Madrasah

  

Aliyah Negeri Amlapura Tahun 2014 ”. Dari penelitian dilakukan terhadap 32

  orang guru sebagai sampel, didapatkan hasil bahwa; 1) efektifitas kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Almapura daitinjau dari komponen konteks, input, dan proses berada pada kategori positif.

B. Kerangka Berpikir

  Kompetensi pedagogik merupakan satu di antara empat kompetensi utama profesi guru yaitu kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

  Kompetensi pedagogik harus dikuasai oleh seorang guru sebelum dan selama melakukan aktivitas belajar mengajar. Kompetensi pedagogik yang dimaksud disesuaikan dengan tuntutan implementasi K13. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik agar kesiapan guru dalam implementasi K13 (Y) sesuai dengan harapan. Kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas (X1) dijabarkan dalam tujuh indikator sebagai suatu acuan untuk menentukan penilaian seorang guru dikatakan berhasil atau tidak dalam pembelajaran. Dalam buku 2 Pedoman Penilaian Kinerja Guru (PKG), kompetensi pedagogik yang harus dikuasai seorang guru tersebut adalah (1) Menguasai karakteristik peserta didik, (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) Pengembangan kurikulum, (4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5) Pengembangan potensi peserta didik, (6) Komunikasi dengan peserta didik, dan (7) Penilaian dan evaluasi.

  Selain itu motivasi kerja (X2) juga akan menunjang kesiapan guru dalam imlementasi kurikulum 2013 (Y). Pada akhirnya kompetensi pedagogik (X1) dan motivasi kerja (X2) mempunyai hubungan dengan kesiapan guru dalam implementasi K13 guru SMK Negeri Kabupaten Banyumas, sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini.

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

  X1 Y

  X2 Keterangan :

  X1 adalah kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas, X2 adalah motivasi kerja sebagai variabel bebas, sedangkan Y adalah kesiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013 guru SMK Negeri Kabupaten Banyumas sebagai variabel terikat.

B. Hipotesis Perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.

  Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Jadi hipotesis yang di ada pada penelitian ini adalah hipotesis penelitian atau bisa disebut juga hiptotesis kerja (Sugiyono, 2015:96-97).

  Adapun hipotesis penelitian atau hiptesis kerja dalam penitian ini adalah :

  1. Ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dengan kesiapan guru bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri Kabupaten Banyumas.

  2. Ada hubungan antara yang positif antara motivasi kerja dengan kesiapan guru bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri Kabupaten Banyumas.

  3. Ada hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kesiapan guru bahasa Indonesia dalam implementasi kurikulum 2013 SMK Negeri Kabupaten Banyumas.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS - BAB II Kompre

0 2 38

BAB II KAJIAN TEORI A. KOMPETENSI SOSIAL GURU 1. Pengertian Kompetensi Sosial a. Pengertian Kompetensi - KOMPETENSI SOSIAL GURU DALAM MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL SISWA DI MIS IKHWANUL MUSLIMIN TEMBUNG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 27

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0 0 20

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0 1 18

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Deskripsi Teori 1. Menulis Teks Deskripsi a. Pengertian Menulis Teks Deskripsi - PENERAPAN MODEL SINEKTIK BERORIENTASI BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA SMP - repo unpas

0 0 42

BAB II PEMBAHASAN A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Guru BK - KOMPETENSI GURU BK DALAM LAYANAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI MTsN SUMBER TAHUN 2015 - STAIN Kudus Repository

0 0 37

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Guru dan Profesionalitas Guru 1. Kompetensi Guru a. Pengertian Kompetensi Guru - PROFESIONALITAS GURU MATA PELAJARAN UJIAN NASIONAL DI MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUT THULLAB CENGKALSEWU SUKOLILO PATI TAHUN PELAJARAN 2015/

0 1 58

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kegiatan Ekstrakulikuler a. Pengertian Kegiatan Ekstrakulikuler - FIle 5. BAB II

0 5 28

BAB II LANDASAN TEORI MANAJEMEN GURU DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK A. Diskripsi Teori 1. Manajemen Guru a. Pengertian Manajemen Guru - IMPLEMENTASI MANAJEMEN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEDAGOGIK DI MA NU WAHID HASYIM SALAFIYAH JEKULO KUDUS - STAIN K

0 0 23

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Perilaku Konsumen a. Pengertian Perilaku Konsumen - 5. BAB II.compressed

0 1 29