PENGARUH SUPLEMENTASI SARI KURMA PER ORAL DAN LAMA THAWING TERHADAP MOTILITAS PROGRESIF DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA BEKU KAMBING KACANG KEMASAN AMPUL PENGARUH SUPLEMENTASI SARI KURMA PER ORAL DAN LAMA THAWING TERHADAP MOTILITAS PROGRESIF DAN MORFOLOGI SPERM

PENGARUH SUPL THAWING TERHA SPERMATOZOA

MORFOLOGI SAN AMPUL

  Diserahkan untuk

  PLEMENTASI SARI KURMA PER ORAL HADAP MOTILITAS PROGRESIF DAN M OA BEKU KAMBING KACANG KEMASA

PUBLIKASI ILMIAH

  hkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diper untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan pada Program Studi Peternakan

  

Oleh

ROSDIANA UTAMI

B1D 014 231

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

  

2018

L DAN LAMA

  perlukan n

  

PENGARUH SUPLEMENTASI SARI KURMA PER ORAL DAN LAMA

THAWING TERHADAP MOTILITAS PROGRESIF DAN MORFOLOGI

SPERMATOZOA BEKU KAMBING KACANG KEMASAN AMPUL

Oleh

ROSDIANA UTAMI

  

B1D 014 231

PUBLIKASI ILMIAH

  Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan pada Program Studi Peternakan

  

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

MENGESAHKAN

Pada Tanggal : November 2018

Pembimbing Utama

  (Prof. Ir. H. chairussyuhur A. M.Sc Ph.D) NIP. 19510608 197602 1002

  

PENGARUH SUPLEMENTASI SARI KURMA PER ORAL DAN LAMA

THAWING TERHADAP MOTILITAS PROGRESIF DAN MORFOLOGI

SPERMATOZOA BEKU KAMBING KACANG KEMASAN AMPUL

ABSTRAK

Oleh

ROSDIANA UTAMI

B1D014231

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama thawing terhadap kualitas semen beku kambing kacang. Penelitian ini dilaksanakan di Batu Ringgit dan Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Mataram selama 2 bulan. Metode penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorik dengan 3 perlakuan lama thawing yaitu 2.5,3.0 dan 3,5 menit dan dilakukan 5 kali ulangan. Variabel yang diamati meliputi motilitas progresif dan morfologi. Data yang diproleh dianalisi menggunakan analisis varian dan hasil penelitian menunjukan motilitas seblum diberikan sari kurma kurang dari 40% dan meningkat setelah diberikan sari kurma lebih dari 40%. Begitu juga pada hasil morfologi sebelum diberikan sari kurma rendah dan meningkat setelah diberikan sari kurma. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari kurma berpengaruh nyata lebih baik terhadap motilitas progresif dan morfologi setelah pemberian sari kurma 31,00 ± 6,99 menjadi 63,00 ± 7,15 dan 63,20 ± 11,86 menjadi 83, 50 ± 4,00 pada lama thawing 2,5 menit.

  Kata kunci: kambing kacang, sari kurma, kualitas spermatozoa, lama thawing.

  

EFFECT SUPLEMENTATION DATE EXTRACT AND LONG THAWING

FOR MOTILITY PROGRESSIVE AND MORFOLOGI

SPERMATOZOA FREEZ PEANUT GOAT

AMPOULE PACKAGING

ABSTRAK

By

ROSDIANA UTAMI

B1D014231

  This study aims to determine the effect of thawing on the quality of frozen semen goat. This research was conducted at Reproduction Laboratory of animal science faculty of Mataram University for 2 month. This research was analyzed experimentally by observing three long thawing that it 2.5, 3.0 and 3,5 minute. the variables observed included motility and spermatozoa abnormalities. The data obtained were analyzed by using variance analysis and the results showed that the progressive motility before date extract from less 40% and be up after date extract more than 40%. So also the results morphology before date extract it’s low and be up after date extract. The results of this study can be concluded that date extract significantly better effect on progressive motility and morphology after date extract 31,00 ± 6,99 to be 63,00 ± 7,15 and 63,20 ± 11,86 to be 83, 50 ± 4,00 long thawing 2,5 minute.

  Keywords: peanut goat, date extract, quality of spermatozoa, long thawing.

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi alam setempat. Selain itu, kambing kacang juga memiliki daya reproduksi sangat tinggi dibanding jenis kambing lainnya (Susilo, 2016). Salah satu kelebihan kambing kacang adalah mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Kekurangan kambing kacang adalah ukuran tubuhnya relatif kecil dan laju pertambahan bobot hidupnya relatif rendah (Setiadi, 2003). Bobot badan kambing kacang betina pada saat mencapai dewasa tubuh adalah sekitar 20 kg (Devendra dan Burns, 1994).

  Ternak ruminansia kecil yang prolifik produktifitas kambing kacang perlu ditingkatkan lagi antara lain melalui IB. Syarat untuk melaksanakan IB adalah mendapatkan semen yang berkualitas baik. Kualitas semen dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain yaitu pakan, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi, libido, umur, penyakit, herediter dan gerak badan (Tolihere, 1985). Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas semen adalah pakan. Sari kurma salah satu bahan pakan yang dapat digunakan sebagai suplemen dalam ransum ternak adalah buah kurma terutama sarinya.

  Buah kurma kaya akan zat besi untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Selain itu kurma juga mengandung protein, serat, glukosa,vitamin, biotin, niasin, dan asam folat. Kurma juga mengandung mineral seperti kalsium, sodium dan potasium. Kadar protein pada buah kurma sekitar 1,8-2% kadar glukosa sekitar 50-57% dan kadar serat 2-4% (Jahromi et al., 2007). Anugraha ( 2011) melaporkan bahwa ekstrak etanol dari buah kurma merah dapat meningkatkan jumlah trombosit pada mencit. Demikian pula penggunaan kurma yang dijual bebas dapat meningkatkan jumlah trombosit pada tikus putih jantan yang diinduksi oleh heparin (Marzuki et al., 2012).

  Penggunaan sari kurma sebagai suplemen pakan pada kambing kayaknya belum pernah dipraktekan, terutama jika dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kualitas semen yang diproses dalam bentuk cair maupun beku. Kualitas semen beku antara lain dipengaruhi perlakuan thawing.

  Thawing adalah pencairan kembali semen beku menggunakan media.Evans

  dan Maxwell (1976) meyatakan bahwa thawing semen beku merupakan prosedur yang paling penting dalam IB. Prinsip thawing adalah peningkatan suhu semen secara gradual, penggunaan metode thawing yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan spermatozoa sehingga menurunkan kualitas semen.

  Pembekuan semen kambing didalam glass ampoules kemungkinan belum pernah digunakan. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh lama thawing semen beku dalam kemasan ampul terhadap kualitas semen kambing kacang yang diberikan suplemen sari kurma menarik untuk dilakukan.

MATERI DAN METODE

  Pemeliharaan dan penampungan semen kambing dilaksanakan di Dusun Batu Ringgit Desa Batu Dawe Kecamatan Ampenan. Pemeriksaan kualitas dan pembuatan semen beku dalam kemasan ampul semen kambing dilakukan di Laboraturium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

  Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dengan lama pra penelitian 2 minggu, penampungan semen dan pengambilan data selama 20 hari, tabulasi data selama 1 minggu, analisis data hasil penelitian selama 1 minggu, dan laporan akhir 3 minggu. Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen yang ditampung dari 5 ekor kambing kacang. Kelima ekor kambing tersebut berumur ± 2 tahun dengan berat badan kambing ± 20 Kg.

  Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 1 set vagina buatan, gelas tabung, termos, handuk, thermometer, box stereoform, cover glass, obyek

  glass, tabung reaksi, mikropipet, mini tube, container N 2 cair, rak

  tabung, stereoform, lemari es, waterbath, timbangan ohaus, mikroskop (Nikon jepang) dan layar monitor LCD, yellow dan blue tip.

  Bahan-bahan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sari kurma (produk komersial), air panas, vaselin, alcohol 90%, eosin-nigrosin, NaCl 0,3%, tris aminomethan, kuning telur, gliserol, fruktosa dan aquades, penicillin, streptomisin dan N2 cair.

  Penelitian ini menggunakan metode experimental laboratorik dengan perlakuan lama thawing pada waktu yang berbeda yaitu 2,5, 3,0 dan 3,5 menit pada suhu 37°C dan 5 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan

  

Analysis of Variance (ANOVA) Selanjutnya hasil analisis yang berbeda nyata

(P<0.05) diuji dengan uji T-Tes menggunakan program SPSS.

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi semen segar sebelum dan setelah pemberian sari kurma

  Evaluasi semen segar sebelum dan setelah pemberian sari kurma meliputi pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis yang meliputi volume, warna, bau, konsistensi, pH dan pemeriksaan mikroskopis yang meliputi konsentrasi, viabilitas, motilitas, morfologi dan integritas membran plasma semen segar kambing kacang ditunjukan dalam Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis semen segar kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma (X ± SEM,N = 45)

  Karakteristik Sebelum sari kurma Setelah sari kurma Volume (ml) 0,6± 0,13 0,7± 0,09 Warna Krem Krem Bau Khas semen Khas semen Konsistensi Kental Kental Ph 6,6± 0,22 6,8± 0,27 Motilitas massa +++ (sangat baik) +++ (sangat baik) Motilitas individu (%) 78,6 ± 2,27 79 ± 2,11

7 Konsentrasi ( X10 /ml) 338 ± 81,41 405 ± 49,27

  Viabilitas (%) 80,8 ± 4,02 82,3 ± 4,85 Abnormalitas (%) 9,3 ± 2,91 6,1 ± 1,97 Membran plasma utuh (%) 60,1 ± 22,12 70,7 ± 16,93

  Sumber : Data primer 2018

  Evaluasi Makroskopis Volume Semen

  Volume rata-rata semen kambing kacang yang ditampung sebelum pemberian sari kurma adalah 0,6 ml sedangkan setelah pemberian sari kurma adalah 0,7 ml. Volume semen yang diperoleh termasuk normal sesuai pendapat Patil dan Raja (1978) yang menyatakan bahwa volume semen kambing bervariasi antara 0.5 sampai 1.6 ml/ejakulat, tergantung pada jenis kambing. Volume semen ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Soeparna (1984), yaitu 1.62 ml.

  Warna Semen

  Warna semen kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma adalah krem, hal ini menunjukkan bahwa semen masih dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2001), yang menyatakan bahwa warna semen kambing adalah putih krem, dan apabila ditemukan warna kemerahan berarti semen terkontaminasi oleh darah segar.

  Bau Semen

  Hasil penciuman terhadap bau semen sebelum dan setelah pemberian sari kurma adalah bau khas semen yang normal disertai sedikit bau hewan kambing menandakan dalam penelitian ini tidak didapati bau busuk semn atau smen yang mengandung nanah akibat infeksi organ reproduksi jantan.

  Konsistensi

  Hasil semen kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma menunjukan konsistensi yang sama baik sebelum dan setelah pemberian sari kurma konsistensinya kental. Ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa, semen sapi, kambing dan domba mempunyai konsistensi kental. Warna, konsistensi dan konsentrasi berkaitan satu sama lainnya. Bila warna semakin pudar, maka konsentrasi spermatozoa semakin menurun dan semen akan semakin encer (Mahmilia et al., 2006).

  Derajat Keasaman (pH)

  Pengamatan pH semen kambing kacang sebelum pemberian sari kurma di dapati rataan 6,6 sedangkan setelah pemberian sari kurma di dapati rataan 6,8. pH ini sesuai dengan pendapat Varshney et al. (1977) bahwa derajat keasaman semen kambing bervariasi antara 6 – 7. Tinggi rendahnya nilai pH semen ada kaitannya dengan konsentrasi spermatozoa. Menurut Bearden dan Fuquay (1984) semen yang konsentrasinya tinggi, pHnya cendrung lebih asam dibandingkan semen yang knsentrasinya, spermatozoanya rendah.

  Evaluasi Mikroskopis Motilitas Massa

  Pengamatan terhadap motilitas massa semen kambing kacang didapatkan nilai positif 3 (+++) dan terlihat adanya gelombang besar, gelap, dan tebal. Hal ini menunjukkan bahwa semen memiliki kualitas yang sangat baik dan layak untuk diproses lebih lanjut. Susilawati (2011) menyatakan bahwa gerak massa spermatozoa dikatakan sangat baik apabila terlihat adanya gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif seperti gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat dan berpindah-pindah tempat.

  Motilitas Individu Persentase spermatozoa kambing kacang didapat rata-rata 63.00±2.26%.

  Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Pamungkas et al, (2008), yang menyatakan rataan motilitas individu kambing kacang sebesar 88,57%. Menurut Kartasudjana (2001) motilitas individu spermatozoa sebesar > 60% hasil ini termasuk dalam kisaran normal. Akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Suwarso (1999) yang mendapatkan motilitas sekitar 78%.

  Motilitas individu spermatozoa dipengaruhi oleh umur maturasi, penyimpan energy (ATP), agen aktif, bifisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan (Hafez, 1993).

  Konsentrasi

  7 Konsentrasi spermatozoa kambing kacang tercatat sebanyak 215× 10 /ml.

  Konsentrasi ini rendah dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Soeparna

  7 (1984), konsentrasi spermatozoa semen kambing kacang yaitu 419,16 × 10 /ml.

  Namun demikian konsentrasi ini lebih tinggi dibandingkan beberapa bangsa

  7 kambing tropis lainnya yaitu antara 20 – 60 × 10 /ml.

  

Evaluasi semen beku pasca thawing sebelum dan setelah pemberian sari

kurma Motilitas Spermatozoa

  Motilitas spermatozoa adalah kemampuan spermatozoa dalam bergerak dengan tepat menuju sel telur. Motilitas atau daya gerak progresif spermatozoa sesudah proses pendinginan selalu digunakan sebagai pegangan yang termudah dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan dengan semen cair. Daya gerak progresif ini mempunyai peranan yang penting untuk keberhasilan fertilisasi. Kecepatan gerakan spermatozoa untuk masing-masing spesies berbeda dan bervariasi sesuai dengan kondisi medium dan suhu lingkungan (Hafez, 2000).

  Perbandingan motilitas progresif spermatozoa beku kambing kacang pasca thawing pada berbagai lama thawing antara sebelum dan sesudah pemberian sari kurma ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan motilitas progresif spermatozoa beku kambing kacang pasca thawing pada berbagai lama thawing sebelum dan setelah pemberian sari kurma (X ± SEM, N=60)

  Lama thawing (menit) Sebelum sari kurma Setelah sari kurma

  a b

  2,5 31.00±2.21 63.00±2.26

  a b

  3,0 30.50±1.57 53.00±2.23

  a b

  3,5 27.40±1.15 49.50±3.02 Keterangan : huruf yang berbeada pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (p<0,05).

  Motilitas progresif spermatozoa beku kambing kacang berbeda nyata (P<0,05) antara sebelum dan setelah pemberian sari kurma untuk ketiga lama thawing. Namun demikian lama thawing semen beku 2,5 menit mendapatkan motilitas progresif spermatozoa beku kambing kacang yang tertinggi yaitu 31,00 ± 2,21 % sebelum pemberian sari kurma dan 63,00 ± 2,26 % setelah pemberian sari kurma.

  Hasil motilitas progresif pada penelitian ini lebih bagus dibandingkan dengan hasil penelitian Nurcholis et,al.,(2011). Yang dimana pada penelitian ini motilitas progresif setelah diberikan sari kurma pada lama thawing 2,5 menit sebanyak 63,00 ± 2,26 % sedangkan pada penelitian Nurcholis yang diberikan suplementasi omega 3 minyak ikan salmon pasca thawing sebanyak 53,75 ± 2,46 %. Akan tetapi hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Kusumawati et,al.,(2017) pada persentase motilitas kambing kacang pada lama simpan 9 jam sebanyak 67,00 ± 1,58 % pada suhu ruang yang menggunakan pengencer tris aminometan kuning telur.

  Hal ini sesuai dengan pendapat kusumawati et al.(2016) yang menyatakan bahwa salah satu standar minimum bagi kualitas semen yang dapat dipakai untuk

  IB adalah minimal mengandung 50% persentase sperma hidup (viabilitas) dan yang motil. Sehingga di penelitia ini pada lama thawing 2,5 sampai 3,5 menit sebelum pemberian sari kurma dan pada lama thawing 3,5 menit setelah

  27-49% tidak bias diproses lebih lanjut karena dibawah standar minimum untuk program IB.akan tetapi hasil motilitas pada waktu 2,5 dan 3,0 menit bias di lanjutkan untuk program IB kan sudan memenuhi stadar untuk IB.

  Feradis (2010) menyatakan kebanyakan pejantan yang fertil mempunyai 50% sampai 80% spermatozoa yang motil aktif progresif. Evans dan Maxwell (1987), juga menambahkan bahwa semen yang dapat disimpan dan digunakan untuk IB harus mempunyai persentase motilitas yang tidak kurang dari 40% pasca pencairan kembali. Selama proses pendinginan dilakuakan didalam lemari es karena keterbatasan alat, sehingga pintu lemari es sering dibuka tutup. Hal ini menyebabkan perubahan suhu yang terlalu sering. Sedangkan motilitas spermatozoa sangat rentan terhadap pengaruh suhu dan lingkungan (Ax, et al., 2000).

  Buah kurma mengandung fenolik dalam bentuk asam protokatekuat, P- hidroksibenzoat, asam vanili, asam kafeat, asam P-kumarat, M-kumarat dan O- kumarat (Takaedi et al., 2014). Kandungan fenolik pada biji kurma sekitar 48,64 mg/100 g (Ardekania et al., 2010). Selain fenolik, biji kurma juga mengandung flavonoid (Satuhu, 2010). Senyawa flavonoid telah terbukti memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai antioksidan, anti-karsinogenik, anti mikroba, anti- mutagenik, anti-inflamasi dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskular (Al Farsi dan Lee, 2007). Lenzi et al. (2002), menambahkan bahwa antioksidan merupakan senyawa nukleofilik atau yang mempunyai kemampuan mereduksi, memadamkan atau menekan reaksi radikal bebas.

  Motilitas spermatozoa setelah proses pendinginan mengalami penurunan yang disebabkan oleh faktor egg-yolk coagulating enzim pada plasma semen kambing yang bersifat toksin selain itu diesebabkan oleh pengaruh cold shock. Penurunan motilitas spermatozoa dapat menimbulkan kerusakan dan kematian spermatozoa. Selama proses thawing spermatozoa sangat rentan terhadap kerusakan sel akibat perubahan tekanan osmotik secara tiba-tiba yang disebabkan oleh pencairan yang cepat (Maxwell and Watson,1996). Penurunan motilitas ini juga dikarenakan berkurangnya persediaan energi spermatozoa yang digunakan untuk mempertahankan hidup dan mendukung pergerakan spermatozoa.

  Motilitas individu sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas semen segar. Motilitas tinggi akan memberikan peluang terjadinya fertilisasi lebih besar dibanding dengan semen motilitas rendah. Persentase spermatozoa motil yang bergerak progresif dapat digunakan sebagaiukuran kesanggupan untuk membuahi ovum Setiadi et,al.,(2002).

  Abnormalitas Spermatozoa

  Abnormalitas spermatozoa adalah merupakan kelainan fisik dari spermatozoa yang terjadi karena pada saat proses pembentukan spermatozoa dalam tubuli seminiferi maupun karena proses perjalanan spermatozoa melalui saluran-saluran organ kelamin jantan. Rataan dan standar deviasi normalitas spermatozoa sebelum dan sesudah pemberian sari kurma pada tabel 3.

  Perbandingan spermatozoa beku kambing kacang pasca thawing yang secara morfologis normal pada berbagai lama thawing antara sebelum dan sesudah pemberian sari kurma ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Spermatozoa morfologis normal kambing kacang pasca thawing pada berbagai lama thawing sebelum dan sesudah pemberian sari kurma (X ±

  SEM, N=60) Lama thawing (menit) Sebelum sari kurma Setelah sari kurma

  a b

  2,5 69.70±2.35 83.50±1.27

  a b

  3,0 60.40±4.39 78.20±2.40

  a b

  3,5 57.20±1.39 63.20±3.75 Keterangan : huruf yang berbeada pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05).

  Spermatozoa morfologis normal kambing kacang berbeda nyata (P<0,05) antara setelah pemberian sari kurma untuk ketiga lama thawing. Namun demikian lama tawing semen beku 2,5 menit mendapatkan morfologis normal spermatozoa beku kambing kacang yang tertinggi 69.70±2.35 sebelum pemberian sari kurma dan 83.50 ± 1.27 setelah pemberian sari kurma.

  Hasil spermatozoa normal pada penelitan ini lebih tinggi 83.50±1.27 setelah diberikan sari kurma pada lama thawing 2,5 menit dibandingkan hasil penelitian Garin (2015) dengan hasil abnormalitas spermatozoa sebanyak 22,6 ± 1,07 % pada pengaruh berbagai thawing semen beku kambing PE sehingga dapat tetapi hasil penelitian ini menunjukan persentase yang mendekati hasil persentase Kusumawati et,al., (2017) pada persentase abnormalitas kambing kacang pada lama simpan 30 jam sebanyak 11,8 ± 1,3 % dengan menggunakan pengencer tris aminometan kuning telur, yang dimana hasil persentase spermatozoa normal pada penelitian ini 83,50 ± 1,27 %, sehingga dapat dilihat perbedaan hasil persentase spermatozoa normal disbanding 1 kali lipat dengan hasil penelitian Kusumawati et,al., (2017).

  Menurut pendapat Ax et,al., (2008), bahwa standar persentase abnormalitas spermatozoa kambing yang layak untuk digunakan IB tidak lebih dari 15% sedangkan menurut Sekosi et,al.,(2016) semen untuk keperluan IB tidak mengandung sperma abnormal lebih dari 20%. Ditambahkan dengan pendapat Ariantie et al. (2013) menjelaskan bahwa semen dengan persentase abnormalitas cukup tinggi cenderung memiliki fertilitas yang rendah karena berkaitan dengan kemampuan mengawali fertilisasi atau memelihara perkembangan embrio.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa persentase morfologi spermatozoa kambing kacang setelah di berikan sari kurma memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase jumlah morfologi sebelum pemberian sari kurma berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji T-Tesr dalam program spss terhadap persentase morfologi spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan di antara setiap lama thawing.

  Morfologis normal cendrung menurun pada perbedaan waktu thawing, dari 2,5 sampai 3,5 menit baik sebelum pemberian maupun sesudah pemberian sari kurma. Sebelum pemberian sari kurma morfologis normal kurang dari 80%, namun setelah pemberian sari kurma morfologis normal meningkat lebih dari 80% pada lama thawing 2,5 menit setelah pemberian sari kurma.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase abnormal adalah tindakan tidak hati-hati mencairkan semen dengan cairan yang tidak sama isotonisnya, cold shock, panas, gangguan nutrisi atau gangguan endokrin yang mempengaruhi spermatogenesis normal (Yulianti,2006).

  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Sari kurma mampu meningkatkan motilitas progresif dan morfologi spermatozoa kambing kacang yang diberikan secara per oral.

  2. Lama thawing berpengaruh terhadap motilitas progresif dan morfologi spermatozoa beku kambing kacang.

  3. Lama thawing yang terbaik yang mampu meningkatkan motilitas progresif dan morfologis spermatozoa beku kambing kacang adalah 2,5 menit.

  Saran

  Pengaruh lama thawing 2,5 menit pada semen beku kambing kacang dapat digunakan dalam pelaksanaan IB pada kambing dilapangan atau pada kondisi peternakan rakyat.

UCAPAN TERIMAKASIH

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen, teknisi laboraturium dan teman-teman satu penelitian yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

  Aboagla EM-Eiman and T. Terada, 2004. Effects of Egg Yolk During the Freezing Step of Cryopreservation on the Viability of Goat Spermatozoa.

  , 62:809-1172.

  Ttheriogenology

  Anugraha. F. 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Kurma Merah (Zizibus

  jujuba mill) terhadap Kadar Trombosit dan Permeabilitas Vaskuler pada Mencit. Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

  Ansary, M.S., A. Bushra, Rakha and S. Akher. 2010. Effect of Straw Size and Thawing Time on Quality of Cryopreserved Buffalo (Bubalus bubalis) Semen. J Reproductive Biology. 11(1): 49-54.

  Ardekania, M. R., K hanavia, M., Hajimahmoodib, M., Jahangiria, M., & Hadjiakhoondi, A., 2010. Comparison of Antioxidant Activity and Total Phenol Contents of Some Date Seed Varieties from Iran. Iranian Journal of Pharmaceutical Research, 9 (2), 141–146.

  Al-Farsi, M. A., dan Lee, C.Y., 2007. Optimization of Phenolics and Dietary Fibre Extraction from Date Seeds. Elsevier Journal, 108 (3), 977–985.

  Ax, R.L., M. Dally, B.A. Didion, R.W Lenz, C.C. Love, D.D. Valner, B. Hafez and M.E. Bellin. 2008. Semen evaluation in reproduction in farm animal

  7th edition ed. by E.S.E Hafez and B Hafez. Blackwell Publisher, 365-375

  Barth A D, RJ Oko . 1989. Abnormal Morphoogy Of Bovine Spermatozoa. USA: Lowa state Uniersity Press. Damshik, M. 2001. Produktivitas Kambing Kacang yang Mendapat Ransum Penggemukan dengan Kandungan Protein yang Berbeda. Disertasi.

  Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor

  Decuypere. 2000, Dr. Decuypere’s Nutrient Charts. Dalam: http://www.healthalte

  

rnatives2000.com/minerals-nutrition-chart.html. Diakses 21.05.2018

Devendra C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.

  Terjemahan I. D. K. Harya Putra. ITB. Bandung . Devendra C. 1966. Goat Breeds of Malaysia.Malaysia Agriculture Journal 45,

  268-267. [ABA 34, 3088]

  Evans .G. And Maxwell W.M.C. 1987. Salamon’s Artificial Insemination Of Sheep And Goats. Butterworths. Sydney Feradis. 2010. Bioteknogi Reproduksi pada Ternak.Alfabeta. Bandung.

  Gardener DK, Weissmen A, Howless M, Shoham Zeev. 2001. Textbook of Assisted Reproductive Techniques Laboratory and Chlinical persektives United Kingdom: Martin Dunitz Ltd.

  Garin. J. H., M. N. Ihsan dan N. Isnaini. 2015. Pengaruh Berbagai Metode Thawing Terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan Etawa (PE).

  Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. 5 Januari Sampai 20 Januari 2015. Hafs H. D. and F. I. Elliot. 1954. Effect of Thawing Temperature and

  Extendercomosition on the Fertility of Frozen Bull Semen. J. Anim. Sci., 13, 958 Hammad S. 2011. Khasiat Kurma, diterjemahkan oleh Suhadi M. dan Mujtahid U.

  Solo, Aqwam Media Profetika. 50-52. He S, Woods C. 2004. Changes in Motility, ultrastructuere, and fertilization capacity of striped bass Morone saxsatilis Spermatozoa following cryopreservation. Aquaculture 236 (2004) 677-686. Jahromi K, Rafiee, Jafari A, Tabatabaeefar. 2007. Determination Of Dimension

  And Area Properties of Date (Barhi) By Image Analysis. Agric Food andBiol Eng 15: 21-24. Kostaman, T. Dan I.K. Sutama. 2006sudi motilitas dan daya Hidup Spermatozoa Kambig Boer Pada pengencer Tris-Sitrat-Fruktosa. Jurnal sains vet. Vol 24 No. 1 Th.2006.

  Kusumawati, E. D., H. Leondro, A. T. N. Krisnaningsih, T. Susilawati, N.

  Isnaini, and R. Widhad. 2016b. Pengaruh Suhu dan Lama Simpan Semen Segar terhadap Motilitas dan Abnormalitas Spermatozoa Kambing Peranakan Etawa (PE). In Seminar Nasional Hasil Penelitian. 4(1):199208.

  Kusumawati, E. D., N. Isnaini, A. P. Y. Yekti, M. Luthfi, L. Affandhy, D.

  Pamungkas, Kuswati, A. Ridhowi, H. Sudarwati, T. Susilawati, and S. Rahayu. 2017. The Quality Of Sexed Semen on Filial Ongole Bull Using Percoll Density Gradient Centrifugation Method. Asian Journal of Microbiology, Biotechnology & Environmental Sciences Paper, 19(1):199-203.

  Lenzi, a., l. Gandini, f. Lombardo, m. Picardo, v. Maresca, e. Panfili, f. Tramer, c.

  Boitani dan f. Dondero. 2002. Polyunsaturated fatty acids of germcell membranes, glutathione and glutathionedependentenzyme PHGPx : from basic to clinic. Contraception 65: 301 – 304. Marzuki, A., Nurhainun I., dan Uslam. 2012, Pengaruh Pemberian Sari Buah

  Kurma (Phoenix dactylifera L) Terhadap Perubahan Jumlah Trombosit pada Tikus (Rattus norvegicus), Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol.

  16 , Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin Makassar Maxwell dan Watson. 1996. Recent Progress in the Prevervationof Ram Semen. Anim. Reprod. Sci . 42:55-65.

  Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Kambing sebagai ternak potong dan Perah. Kanisius Yogyakarta. Partodihardjo S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Partodihardjo S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

  Ridwan. 2009. Pengaruh pengencer semen terhadap abnormalitas dan daya tahan hidup spermatozoa kambing lokal pada penyimpanan suhu 5 C. J.

  Agroland 16 (2) : 187-192.

  Rizal, M. dan Heradis. 2006. Daya Hidup Spermatozoa Epididimis Domba Garut Yang dikriopreserasi Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris. Brek.

  Penel. Hayati. Volt. 12 (2): 61-66.

  Rodiah, C. Arman, H. Y. Lukman., I. W. L. Sumadiasa. 2013. Kualitas Spermatozoa Sapi Bali, Brangus dan Simental yang Dikriopreservasi dalam Pengencer Andromed.Majalah Ilmiah Oryza Vol XII No. 2

  Rusdin. 2006. Karakteristik Spermatozoa Pejantan Kambing Peranakan Etawa (PE) di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Garahan, Saula-Jember. Agrisains Jurnal, Vol.7. No 2

  Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark.1985.Fisiologi Reproduksi dan

  Inseminasi Buatan pada Sapi .Gadjah Mada University Press

  Samsudewa, D dan A Suryawijaya.2008. Pengaruh Berbagai Metode Thawing

  Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi . Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakann. Universitas Diponegoro.

  Semarang Satuhu, S. 2010. Kurma Kasiat dan Olahannya. Jakarta: Penebar Swadaya.

  Sekosi, P. P. P., Kusumawati, E. D., dan Krisnaningsih, A. T. N. 2016 Motilitas dan Viabilitas Semen Segar Kambing Peranakan Etawa (PE) dengan Menggunakan Pengencer Cauda Epididymal Plasma (CEP-2) pada Lama dan Suhu Simpan yang Berbeda. Jurnal Sains Peternakan. 4(1): 34-49.

  Setiadi, B. Subandriyo, M. Martawidjaja, I.K. Sutama, U. Adiati, D. Yulistiani dan D. Priyanto. 2002. Evaluasi Keunggulan Produktivitas dan Pemantapan Kambing Persilangan. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. hlm. 123 – 142. Setiadi, B., B. Tiesnamurti, Subandriyo, T. Sartika,U. Adiati, D.Yulistiani dan I.

  Sendow. 2002. Koleksi dan Evaluasi Karakteristik Kambing Kosta dan Gembrong Secara Ex-Situ. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Apbn Tahun Anggaran 2001 Buku I. BalaiPenelitianTernak Ciawi, Bogor. Hlm59–73.

  Setiadi, 2003, Alternatif Konsep Pembibitan dan pengembangan usaha ternak

  kambing.Makalah sarasehan “potensi ternak kambing dan prospek agribisnis peternakan” 9 september Bengkulu.

  Subagja H.P. 2013.Ajaibnya Madu, Sari Kurma, Gingseng, Susu Unta dan Jintan

  Hitam. Yogyakarta. Flashbooks

  Surachamn, M, Hedis, Yulnawati, M. Rijal, dan H. Maheswari. 2009. Kualitas Semen Cair Asal Epididimis Kerbau Belang dalam Bahan Pengencer Andromed yang Mendapat Penambahan Sukrosa. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

  Susilo, eko. 2016. Cara Sukses Memulai dan Menjalankan Usaha Ternak Kambing (berbagai jenis kambing). Trans Idea Puplishing. Jogjakarta

  Steinbach J, and R.H. Foote, 1967. Osmotic Pressure and pH Effects on Survival

  Takaeidi, M. R., Jahangiri, A., Khodayar, M.J., Siahpoosh, A., Yaghooti, H., Rezaei, S. 2014. The Effect of Date Seed (Phoenix dactylifera) Extract on Paraoxonase and Arylesterase Activities in Hypercolesterolemic Rats.

  Jundishapur Journal NationalPharmacology, 9(1) , 30–34.

  Tambing S.N., M.R.T. Toeliher, T.L. Yusuf dan I.K Sutama. 2000. Motilitas Daya Hidup dan Tudung Akrosom Utuh Semen Kambign Peranakan Etawah pada Berbagai Suhu Thawing. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Oktober 1999. Puslitbang Peternakan Bogor.

  Toelihere, M.R.1981.InseminasiBuatan PadaTernak. Angkasa,Bandung. Tolihere M. R. 1985. Inseminasi buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa.

  Bandung. Tolihere M. R. 1993. Inseminasi buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa.

  Bandung. Utami, T dan T. C. Tophianong. 2014. Penagruh Suhu Thawing pada Kualitas Spermatozoa Sapi Pejantan Friesian Holstein. J. Sain Veteriner (JSV) Vol.

  32 (1) : 32-39 Vyawahare N. S., Khandelwal, A.R. Batra., V.R dan Nikam, S.P. 2007. Herbal

  Anti Convulsant. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 1(1) 9-14 Waspadji, S. 2007, Penatalaksanaan DM terpadu, FakultasKedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Widiastuti, A. 2000. Pengaruh Tris Kuning Telur Dan Level Gliserol Terhadap

  Kualitas Spermatozoa Domba Lokal Setelah Pembekuan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Mataram. Mataram. Zaenuri, L. A. dan Rodiah. 2003. Efisiensi Penggunaan Progesterone untuk

  Induksi Birahi Ternak Kambing Lokal (Capra Sp).Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Uiversitas Mataram. Vol. 2 (1) : 149-155.