HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK Repository - UNAIR REPOSITORY

  

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN

REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK

Oleh:

Eka Rulli Marita Kusuma

  

011411223042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

  

2015

  

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN

REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

  

Oleh:

Eka Rulli Marita Kusuma

011411223042

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

  Skripsi dengan judul Hubungan Usia Menarche Dengan Tinggi Badan Remaja Putri Di SMPN 2 Prambon Nganjuk Telah diuji pada Tanggal: 03 Juni 2016 Panitia penguji Skripsi: Ketua : K.Kasiati, Spd, AM.Keb, M.Kes

  NIP. 19640430 198503 2 003 Anggota Penguji : 1. Bambang Trijanto, dr. SpOG (K)

  NIP. 19520914 197912 1 002

  2. Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes NIP. 19800828 200604 1 002

  

MOTTO

Science without Religion is Lame,

Religion without Science is Blind

  

(Seimbangkanlah antara ilmu dan agamamu)

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingannya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Usia Menars Dengan Tinggi Badan Remaja Putri Di SMPN 2 Prambon Nganjuk “. Skrpsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

  Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimaksih yang sebesar- besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr, M.Kes, Sp.PD., K-EMD, FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program studi pendidikan bidan

  2. Baksono Winardi, dr., Sp.OG (K), selaku koordinator Program Studi Pendidikan Bidan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan program pendidikan bidan

  3. Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

  4. Bambang Trijanto, dr. SpOG (K), selaku dosen pembimbing 2 yang telah bersedia memberikan waktu dan bimbingan

  5. Ibu K.Kasiati, Spd, AM.Keb, M.Kes, selaku Penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

  6. Para dosen serta staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bidan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

  7. Orang tua tercinta, terkhusus Ibu terimaksih untuk doa, cinta, kasih sayang, keikhalasan, kesabaran serta dukungan yang teramat luar biasa dan tidak akan pernah bisa tergantikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan baik dengan tepat waktu

  8. Seluruh keluarga terimaksih atas segala doa, dukngan serta motivasi dan semangat yang telah diberikan

  9. Untuk someone yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan motivasi menyelesaikan skripsi ini dengan baik

  10. Untuk teman-temanku berlima yang selalu memberikan semangat, doa, membantu, dan berdiskusi serta seluruh teman PSPB yang telah memberikan semangat dan doa sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan sidang tepat waktu.

  Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

  Kami sadari bawa usulan ini jauh dari sempurna tapi kami berharap bermanfaat bagi pembaca Surabaya, Mei 2016

  Penulis

  

ABSTRAK

  Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus. Rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan seorang perempuan, dimana darah keluar secara periodik dan siklik dari uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menars terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa. Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan telah masuk masa pubertas . Pubertas akan memicu munculnya tanda seks dan mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari Tinggi Badan (TB). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk.

  Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada bulan April 2016. Populasi sebanyak 134 siswi kelas 2 diambil secara total sampling dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 121 siswi. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia menars sedangkan variabel terikat adalah TB. Instrumen penelitian menggunakan lembar pengumpul data. Sumber data dari pengukuran TB langsung. Analisis data mengguanakan uji pearson product moment.

  Hasil penelitian dari 121 siswi kelas 2 SMP mengalami usia menars pada usia 13-14 tahun dan memiliki rata-rata TB dibawah kurva normal. Hasil uji statistik menggunakan SPSS 15 dengan α = 0,01 didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,0001, karena p < α, maka H ditolak, artinya ada hubungan antara usia menars dengan TB remaja putri. Sedangkan nilai r = -0,332 yang berarti bahwa hubungan negatif, semakin lambat usia menars maka semakin pendek pula TB remaja putri.

  Kesimpulan penelitian ini, ada hubungan antara usia menras dengan TB remaja putri dimana keterlambatan usia menars berpengaruh terhadap TB remaja putri pada kelompok usia SMP. Kata kunci : Menars, Tinggi Badan, Maturasi, Remaja Putri

  

ABSTRACT

Menarche is the first pandemic bleeding of uterine. That occurs at 11-13

age which the one of characteristic girls maturity, blood out periodic and cyclic

endometrium of the uterus by desquamation. Menarche occure in the the middle

of puberty, the transision from child to adult women. Menstruation signifies that

girls has entered puberty. Puberty will trigger the appearance signs of sex and

result in rapid growth of height. The objective of this research was to analyze

relationship between menarche of age with girls height in SMPN 2 Prambon

Nganjuk.

  The research use observasional analytic method with cross sectional

approach conducted on April 2016. The population are 134 girls students class 2

which take with total sampling and including inclussion criteria are 121 girls.

Independent variable on this research is menarche of age meanwhile dependent

varible is height. Instruments used lembar pengumpul data. Data analysis used

person product moment test.

  Result of 121 respondents students class 2 junior high school menarche on

13-14 age and have short stature. Result of pearson product moment test with

SPSS 15 α = 0,01, significance available (p) = 0,0001. Because of p < α, so H

was rejected, means that there is a relationship between menarche of age and

girls height. Available r score = -0,332, means that there is negative relationship

between menarche of age and girls height. The slower age of menarche is getting

shorter girls height.

  These data show that relationship between menarche of age with girls

height, which delays the age of menarche effect on height girls of junior high

school group . Keyword : Menarche, Height, Maturation, Teenage Girl

  

DAFTAR ISI

  5

  4

  4

  4

  4

  4

  5

  5

  6

  1

  8

  18

  22

  24

  26

  28

  29

  3

  4.2 Rancangan Penelitian............................................................. i ii iii iv v vi vii ix x xi xii xiv xv xvi xvii

  Halaman SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM.................................................................................... PRASYARAT GELAR............................................................................. SURAT PERNYATAAN........................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI.......................................... LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... MOTTO...................................................................................................... UCAPAN TERIMKASIH.......................................................................... RINGKASAN............................................................................................ ABSTRACT............................................................................................... DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR TABEL...................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. DAFTAR SINGKATAN...........................................................................

  1.4.2 Pengembangan Studi....................................................

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................

  1.2 Rumusan Masalah.................................................................

  1.3 Tujuan Penelitian...................................................................

  1.3.1 Tujuan Umum..............................................................

  1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................

  1.4 Manfaat Penelitian................................................................

  1.4.1 Subjek..........................................................................

  1.4.3 Masyarakat...................................................................

  BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian.......................................................................

  1.5 Resiko Penelitian...................................................................

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja......................................................................

  2.2 Konsep Pubertas.....................................................................

  2.3 Konsep Menars......................................................................

  2.4 Konsep Antropometri.............................................................

  2.5 Hubungan Usia Menarche dengan Tinggi Badan..................

  BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian............................................

  3.2 Hipotesis Penelitian................................................................

  29

  4.3 Populasi dan Sampling...........................................................

  30 4.3.1 Populasi........................................................................

  30 4.3.2 Sampel..........................................................................

  30 4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel.......................................

  31 4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................

  31 4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional.......................

  31 4.5.1 Variabel Penelitian.......................................................

  31 4.5.2 Definisi Operasional...................................................

  32 4.6 Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data..............................

  33 4.7 Pengolahan Dan Analisis Data...............................................

  33 4.8 Kerangka Operasional............................................................

  36 4.9 Ethical Clearence...................................................................

  37 4.9.1 Informed Consent.........................................................

  37 4.9.2 Anonimity....................................................................

  37 4.9.3 Confedential.................................................................

  37 BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian......................................................................

  38 5.2 Analisis Hasil Penelitian........................................................

  42 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Usia Menars Dan Tinggi Badan..........................

  45 6.2 Hubungan Usia Menars Dengan Tinggi Badan.....................

  47 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan............................................................................

  49 7.2 Saran.......................................................................................

  50 DAFTAR PUSTAKA................................................................................

  52 LAMPIRAN...............................................................................................

  54

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  9

  43

  41

  41

  36

  33

  24

  17

  15

Tabel 5.4 Hubungan Usia Menars Dengan Rasio.............................................Tabel 2.1 Prosentase Lemak Tubuh Selama Pubertas.......................................Tabel 5.3 Hubungan Usia Menars Dengan TB.................................................Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi TB dan Rasio Berdasarkan Usia Menars.........

  Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Usia Menars.....................................................

Tabel 4.2 Kekuatan Hubungan Dua Variabel..................................................Tabel 4.1 Definisi Operasional.........................................................................Tabel 2.4 Batasan Tinggi Badan Berasarkan Usia (TB/U)...............................Tabel 2.3 Hubungan Pertumbuhan Dengan TKS..............................................Tabel 2.2 Klasifikasi TKS Menurut Tanner JM................................................

  44

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

  16

  42

  40

  40

  39

  39

  37

  26

Gambar 5.6 Distribusi Rasio/Usia Menars........................................................Gambar 2.1 Pertumbuhan Rambut Pubis dan Payudara...................................Gambar 5.5 Distribusi TB/Usia Menars............................................................Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Keluhan Menars...........................................Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Menstruasi..........................................Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi.........................................Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi umur.............................................................Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian.............................................................Gambar 3.1 Kerangka Konseptual....................................................................

  43

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

  64

  78

  77

  75

  73

  71

  68

  65

  63

  Lampiran 1 Jadwal Kegiatan............................................................................. Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan......................................................... Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian....................................................................... Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian ............................................................... Lampiran 5Lembar Informasi Protokol Penelitian............................................ Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden..................................... Lampiran 7 Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden..................... Lampiran 8 Lembar Pengumpul Data............................................................... Lampiran 9 Sertifikat Etik................................................................................. Lampiran 10 Kurva TB..................................................................................... Lampiran 11 Data Hasil Penelitian................................................................... Lampiran 12 Data Hasil Penelitian................................................................... Lampiran 13 Data Uji SPSS.............................................................................. Lampiran 14 Berita Acara Perbaikan Usulan Penelitian................................... Lampiran 15 Lembar Konsultasi....................................................................... Lampiran 16 Lembar Konsultasi....................................................................... Lampiran 17 Berita Acara Perbaikan Skripsi.................................................... Lampiran 18 Kurva Rasio Upper-Lower Body.................................................

  61

  50

  59

  58

  57

  56

  55

  54

  81

DAFTAR SINGKATAN

  WHO : World Health Organization Riskesdas : Riset Kesehataan Dasar TB/U : Tinggi Bdan Berdasarkan Usia SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri FSH : Folikel Stimulsi Hormon MTB : Massa Tubuh Bersih LBM : Learn Body Mass TKS : Tingkat Kematangan Seksual BMD : Bone Mineral Density E2 : Estradiol Depkes : Departemen Kesehatan PHV : Peak Height Velocity SD : Standart Deviasi GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone LH : Luteinizing Hormone GH : Growht Hormone

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

  Remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana menurut WHO terjadi pada usia 10-18 tahun, dan terjadi pacu tumbuh (growth spurt), serta timbul ciri-ciri seks sekunder. Data demografi menunjukkan bahwa remaja perempuan merupakan populasi yang besar.

  Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70 persen) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30 persen). Populasi kelompok remaja ini akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang sehingga membutuhkan perhatian khusus agar tercapai generasi mendatang yang lebih baik,antara lain dengan meningkatkan upaya kesehatan reproduksi yang berkualitas pada remaja.

  Semakin membaiknya kondisi sosial ekonomi pada abad 20 menjadikan permulaan waktu pubertas remaja lebih awal yang ditandai dengan usia menars yang semakin dini. Menars merupakan perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus dan rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun.

  Menurut World Health Organization (WHO), menars yang semakin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan seksual sehingga kemungkinan remaja untuk hamil akan semakin besar pula.

  Menars yang lambat juga akan berpengaruh terhadap keterlambatan kematangan seksual seorang remaja, baik hormonal maupun pertumbuhan organ tubuh. Usia menars yang terlambat dalam jangka waktu yang panjang akan meningkatkan resiko seorang perempuan terkena osteoporosis karena penurunan produksi estrogen yang akan mempengaruhi masa tulang.

  Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, rerata usia menars perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun adalah 20% dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Remaja yang mengalami gizi kurang ditandai dengan Tinggi Badan kurang berdasarkan usia mencapai 35,6% yakni pada usia 6-12 tahun dan 35,2% pada usia 13-15.

  Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan telah masuk masa pubertas. Pada masa pubertas itu sendiri terjadi perubahan sistem regulasi hormon baik di hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), serta kelenjar adrenal yang akan menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif.

  Pubertas memicu tanda seks (primer dan sekunder) muncul, dan mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari tinggi badan serta berat badan.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi usia menars dan maturasi seorang remaja adalah status gizi. Korelasi yang kuat diperoleh antara masa pubertas dengan IMT. Anak yang mempunyai nilai rerata IMT yang lebih tinggi akan mengalami maturitas lebih awal (Soetjiningsih, 2010).

  Hasil penelitian Simondon et al di Sinegal, menunjukkan bahwa remaja putri yang pendek secara signifikan mengalami keterlamatan usia menars 1,6 tahun dibandingkan dengan yang lebih tinggi atau tinggi badan normal. Pada populasi penelitian Leenstra et al di Kenya Barat, remaja yang terlambat menars rata-rata di alami oleh remaja yang mengalami malnutrisi dibandingkan dengan remaja pada umur yang sama tetapi memiliki status gizi normal, populasi ini mengalami menars dengan permulaan pubertas terlambat yakni 1,5-2 tahun.

  Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Yulianto menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal indeks (TB/U) sebagian besar mengalami menars pada usia <12,5 tahun (62,26%) sedangkan responden dengan status gizi kurang, sebagian besar pada usia >12,5 tahun (94,12%).

  Perbedaan tinggi badan yang bermakna diperoleh antara usia menars dengan status gizi normal dengan status gizi kurang.

  Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di SMPN 2 Prambon-Nganjuk, dari 7 responden yakni siswa putri kelas 2 di dapatkan hasil bahwa rata-rata dari mereka memiliki tinggi badan antara 140 cm dan mendapatkan haid pada usia 13 dan 14 tahun dimana sampai dengan saat ini tinggi badan dan usia menars belum di analisis. Dan dampak dari TB yang pendek akan berakibat pada persalinan operatif pada seorang wanita nantinya. Oleh karena itu peran bidan sangatlah penting yaitu dalam melakukan upaya prevensi terhadap gangguan pertumbuhan dan TB pendek pada remaja putri serta melakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan penyebab tinggi badan pendek.

  Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “ Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Remaja Putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk. “

  1.2 RUMUSAN MASALAH

  Apakah usia menars berkolerasi dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk ?

  1.3 TUJUAN PENELITIAN

  1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

  Untuk menganalisis hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk

  1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

  1) Mengetahui sebaran tinggi badan siswi berdasarkan usia menars di SMPN 2 Prambon Nganjuk

  2) Membuktikan hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Subjek

  Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan prediksi Tinggi Badan (TB) dan pertumbuhan cepat periode ke-2 pada remaja putri.

  1.4.2 Pengembangan Studi

  Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan upaya prevensi terhadap gangguan pertumbuhan dan TB pendek pada remaja putri. Serta mendukung promosi kesehatan dalam rangka penyuluhan penyebab TB pendek pada remaja putri

  1.4.3 Masyarakat

  Sebagai masukan bagi masyarakat luas khususnya para remaja putri dalam menambah wawasasn dan menerapkan ilmu yang berhubungan dengan masalah menars khususnya berkaitan dengan TB pendek yang merupakan langkah awal pencegahan persalinan dengan tindakan operatif

1.5 RESIKO PENELITIAN

  Dalam hal ini resiko yang akan diterima oleh responden adalah data diri yang disampaikan akan bocor ke orang lain. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, peneliti akan merahasiakan seluruh informasi yang berkaitan dengan responden. Serta pada penyampaian hasil penelitian, peneliti hanya akan memberikan kode dan inisial dalam identitas responden.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

  2.1.1 Definisi Remaja

  2.1.1.1 Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial, yang berlangsung antara usia 12-19 tahun (Kartono, 2007).

  2.1.1.2 Remaja atau adolescent adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun dan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan kedalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Seiring dengan usia yang semakin meningkat maka akan berlaku pubertas, yang merupakan suatu tahap perkembangan yang sangat penting bagi wanita (WHO, 2011).

  2.1.1.3 Remaja adalah masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-24 tahun (Notoatdmojo, 2007).

  2.1.2 Tahapan Tumbuh Kembang Remaja

  Dalam tumbuh kembang menuju masa dewasa, semua remaja akan melewati tahapan seperti berikut, yaitu masa remaja awal (early adolsence) usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolsence) usia 14-16 tahun, dan remaja lanjut (late adolsence) usia 17-20 tahun (Waryana, 2010 dan Soetjiningsih, 2010).

  2.1.2.1 Remaja awal (early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Pada tahap ini, remaja mengalami perubahan fisik yang mulai matang. Mereka sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksusal akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yakni meningkatnya hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan serta terjadi stadium TKS 1 dan 2.

  2.1.2.2 Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap remaja madya ini para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yakni pada anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan pada anak perempuan akan mengalami menstruasi. Pada tahap ini terjadi TKS 3 dan 4 serta gairah seksual remaja sudah mencapai puncak, sehingga mereka mempunyai kecenderungan untuk menggunakan sentuhan fisik.

  Namun perilaku seksual mereka masih secara alamiah.

  2.1.2.3 Remaja akhir (late adolescent) Pada tahap ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik dan maturitas seksual secara penuh (TKS 5), seperti orang dewasa.

  Mereka sudah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan sudah mulai mengembangkan dalam bentuk pacaran.

2.2 Pubertas

  2.2.1 Definisi Pubertas Pubertas adalah fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

  dewasa yakni pada umur 12-15 tahun (Sarwono, 2009). Dimulainya sekresi estrogen menjadi tanda awitan proses pubertas pada seorang wanita.

  Produksi estrogen akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada umur 10-11 tahun payudara mulai berkembang dan ini dikenal sebagai telarche, pertumbuhan payudara yang sempurna akan berakhir pada 2-4 tahun pascamenarche. Pada umur 12 tahun, kelenjar adrenal mulai aktif menghasilkan hormon. Peningkatan pengeluaran androgen menyebabkan pembentukan rambut pubis (pubarche), yang disusul dengan pembentukan rambut ketiak 6-12 bulan kemudian. Selain itu pada umur 12 tahun mulai terjadi pigmentasi puting dan proliferasi mukosa vagina. Vagina terlihat memanjang dan melebar, epitel vagina mengandung banyak glikogen, dan pH vagina berkisar antara 4,5-5. Oleh karena pengaruh FSH, ovarium pun mulai berkembang dan terjadi pertumbuhyan folikel sesaat sebelum menars dimulai. Meningkatnya fungsi ovarium menyebabkan sekresi estrogen bertambah sehingga terbentuk organ genitalia interna.

  2.2.2 Perubahan Komposisi Tubuh Selama Pubertas Secara umum pada masa pubertas terjadi perubahan komposisi tubuh

  yang antara lain adalah sebagai berikut (Soetjiningsih, 2010) :

  2.2.2.1 Massa tubuh bersih/MTB (Learn body mass/LBM) Pada remaja perempuan MTB (berat badan tanpa lemak) menurun dari 80% berat badan pada awal pubertas, menjadi sekitar 75% pada saat maturitas. MTB meningkat dalam keseluruhan, tetapi menurun dalam prosentase karena jaringan lemak meningkat dengan kecepatan yang lebih besar. Sedangkan pada remaja laki-laki MTB meningkat dari 80% menjadi 85%-90% pada waktu maturitas.

  Keadaan ini akibat dari meningkatnya massa otot karena pengaruh hormon androgren.

  2.2.2.2 Jaringan lemak (Adipose mass) Selama pubertas jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan dan berkurang pada remaja laki-laki

Tabel 2.1 Prosentase lemak tubuh selama masa pubertas

  Stadium Pubertas % Lemak Tubuh

  Perempuan 1 15,7 2 18,9 3 21,6 4 26,7

  Laki-laki 1 14,3 2 11,2

  Sumber : Soetjiningsih, 2010

  Prosentase lemak tubuh pada remaja laki-laki tidak mengalami banyak perubahan pada stadium TKS 3, 4, dan 5.

  2.2.1.3 Tulang pelvis pada perempuan (Pelvic remodeling in female) Selama pubertas, terjadi penigkatan ukuran pada tulang pelvis dari anteroposterior serta bagian depan pelvis menjadi lebih besar dan lebih bulat dibandingkan sebelum pubertas.

  2.2.1.4 Massa skeleat (Skeletal mass) Perubahan yang terjadi pada masa tulang atau densitas mineral tulan (bone mineral density/BMD), sejajar dengan perubahan MTB, ukuran tubuh maupun kekuatan otot. Penentu utama BMD ialah, antara lain: aktifitas fisik, herediter, nutrisi, fungsi endokrin sertra gaya hidup. Pertumbuhan tulang selama pubertas adalah kritis dan akan mencapai puncak pada tahap remaja awal. Dimana keadaan ini akan menentukan “bone bank” pada kehidupan selanjutnya. Struktur tulang skelet juga mengalami maturasi epifisis dibawah pengaruh hormon Estradiol (E2) dan testoteron, dimana umur tulang merupakan salah satu faktor petunjuk terjadinya maturasi fisiologi yang menggambarkan sejauh mana proses pertumbuhan remaja terjadi.

  2.2.1.5 Organ dalam Pertumbuhan organ-organ seperti otak, jantung, hati, dan ginjal selama pubertas terjadi lebih rendah dibandingkan otot dan tulang.

  Oleh sebab itu, prosentase berat badan yang menggambarkan otak, jantung, hati serta ginjal menurun dari 10% menjadi 5% saat maturitas.

  2.2.1.6 Eritrosit Jumlah eritrosit lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, hal ini disebabkan oleh hormon androgen.

  2.2.1.7 Perubahan biokimia Perubahan biokimia pada masa pubertas mencerminkan pertumbuhan tulang. Selama pacu tumbuh, kadar alkaline phosphatase yang diproduksi osteoblast selama selama pembentukan tulang meningkat. Kadar alkaline phospatase yang diproduksi oleh

  osteoblast selama pembentukan tulang meningkat. Kadar alkaline

  berubah sesuai dengan tingkat maturasi. Kadar alkaline cenderung naik sampai remaja menengah dan akan turun sampai kadar dewasa dicapai.

2.2.3 Perubahan Somatik Selama pubertas

  Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yakni peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, pertambahan berat badan dan tinggi badan, serta terdapat kekhusuhan (sex specific). Hal ini dipengaruhi oleh adanya kerja hormon pada 4 daerah utama seperti pada tumbuh kembang, reproduksi, mempertahankan lingkungan internal, serta produksi penggunaan dan penyimpanan energi. Hormon-hormon yang telibat di dalamnya, terutama pada masa pubertas adalah hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan yang berperan pada proses pacu tumbuh. Dan pada akhir pacu tumbuh terjadi penutupan epifise yang disebabkan oleh kerja homon seks steroid, sedangkan tingkat kematangan seksual (TKS) selain dipengaruhi oleh hormon seks steroid juga hormon androgen adrenal dimana hipotalamus sebagai pusat regulasi aktifitas hormonal (Soetjiningsih, 2010).

  2.2.3.1 Pertumbuhan tinggi badan dan tulang Tinggi badan (TB) merupakan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek, dimana tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu dan dinyatakan dalam indeks TB/U (tinggi badan menurut usia) (Depkes RI, 2004). Segera sebelum pubertas, kecepatan pertumbuhan tinggi badan (height velocity) akan menurun, kemudian selama pubertas terjadi akselerasi secara mendadak yang disebut dengan pacu tumbuh (height spurt). Pada saat pertumbuhan linier berada pada kecepatan maksimal maka dapat dikatakan bahwa remaja tersebut telah mengalami puncak kecepatan tinggi badan (peak height

  velocity/PHV). Dimana pada kurva kecepatan tinggi badan (height velocity curve) tampak kurva naik (akselerasi) yang belangsung

  sekitar 2 tahun, dan mencapai puncak, kemudian akan mengalami penurunan (deselerasi) yang berlangsung sekitar 3 tahun. Remaja yang matur 2 SD lebih cepat dari umur rata-rata, akan mencapai PHV sekitar 1 cm/tahun lebih tinggi dan terjadi 2 tahun sebelum umur rata-rata. Sebaliknya remaja yang matur 2 SD lebih lambat dari umur rata-rata akan mempunyai PHV 1 cm/tahun lebih rendah dan terjadi 2 tahun sesudah umur rata-rata. Pertumbuhan pertahun yang normal adalah sebelum dimulainya pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun. Kemudian setelah sekitar 2 tahun mulainya pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV-nya dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun dan kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche. Secara garis besar, tinggi badan anak umur 13 tahun diperkirakan adalah 3 kali TB lahir. Puncak kecepatan tinggi badan (PHV) pada remaja perempuan terjadi 18-24 bulan lebih cepat daripada remaja laki-laki. Selain itu pada masa pubertas, semua tulang akan mengalami perubahan kuantitatif maupun kualitatif. Dimana terjadi perbedaan pada pertumbuhan tulang memanjang dan melebar. Pertumbuhan akan terus berlangsung sampai dengan epifise menutup dan pertumbuhan tinggi berhenti. Tulang-tulang wajah mengalami transformasi yang pesat, dimana terdapat perbedaan pertumbuhan tulang wajah yang mencolok adalah pada hidung dan rahang serta pertumbuhan pada lebar panggul.

  2.2.3.2 Pertumbuhan berat badan Berat badan sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan, tetapi berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa jaringan tubuh oleh sebab itu secara klinis sulit di intrerpretasikan. Sehingga tinggi badan dan TKS lebih disukai karena bisa mencerminkan perubahan pertumbuhan yang substantif. Pacu tumbuh pra-adolesen (pre-adolescent growth spurt) dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun yang akan dilanjutkan dengan pacu tumbuh adolesen. Kenaikan berat badan selama pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Dibandingkan dengan anak laki-laki pacu tumbuh anak perempuan lebih cepat yakni sekitar umur 8 tahun, tetapi pertumbuhan anak perempuan juga akan lebih cepa berhenti dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan pada usia 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi.

  2.2.3.3 Pertumbuhan jaringan lemak Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Pada remaja perempuan terjadi penambahan yang kontinu dari lemak selama masa pubertas. Selama masa pubertas, remaja perempuan tidak pernah kehilangan lemak. Setelah masa percepatan tinggi badan, tejadi akumulasi lemak lebih cepat dan ekstensif yaitu sel lemak lebih besar dan lebih banyak daripada remaja laki-laki, sehingga lemak keseluruhan sekitar 25% dari berat badannya. Akumulasi lemk pada remaja perempuan terdapat pada anggota gerak maupun tubuhnya terutama pada bagian tubuh bawah dan paha bagian belakang. Pertumbuhan jaringan lemak pada anak akan melambat sampai dengan berusia 6 tahun, sehingga anak akan terlihat lebih kurus/langsing. Kemudian jaringan lemak akan mengalami peningkatan pada saat anak perempuan mencapai usia 8 tahun sampai menjelang pubertas dan akan terus bertambah serta akan mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk tubuh seorang perempuan dewasa.

  2.2.3.4 Pertumbuhan organ-organ reproduksi Pertumbuha organ-organ reproduksi, mengukuti pola genitalia dimana pertumbuhannya lambat pada anak yang kemudian akan mengalami percepatan pacu tumbuh yang pesat pada masa pubertas. Pertumbuhan organ reproduksi (rambut pubis dan payudara) akan mengalami banyak perubahan. Tanner membuat klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual (TKS) remaja dalam 5 stadium, yaitu dari TKS 1 sampai dengan TKS 5. Dimana pembagian ini berdasarkan pertumbuhan rambut pubis dan payudara.

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan menurut Tanner JM

  Stadium Rambut Pubis Payudara TKS

  1 Pra pubertas Pra pubertas

  2 Jarang, pigmen sedikit, Payudara dan papila lurus, di sekitar labia menonjol, diameter areola bertambah

  3 Lebih hitam, mulai ikal, Payudara dan areola jumlah bertambah membesar, batas tidak jelas

  4 Keriting, kasar, lebat, lebih Areola dan papila sedikit dari dewasa membentuk bukit kedua

  5 Bentuk segitiga dan Bentuk dewasa, papila menyebar ke bagian menonjol, areola medial paha merupakan bagian dari bentuk payudara

  Sumber : Soetjiningsih, 2010

Gambar 2.1 Pertumbuhan rambut pubis dan payudara remaja putri

  Sumber : Noel cameron, 2012

Tabel 2.3 Hubungan pertumbuhan dengan TKS pada perempuan

  Stadium TKS

  Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh Umur tulang

  1

  2

  3

  4

  5 Pubertas Teraba penonjolan areola melebar Payudara & areola membesar, batas tidak jelas Areola dan Papilla membentuk bukit kedua Bentuk dewasa areola tidak menonjol

  Prapubertas Jarang, pigmen sedikit, lurus sekitar labia Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah Keriting, kasar, seperti dewasa, belum ke paha atas Bentuk segitiga seperti dewasa, ke paha atas

  Prapubertas (5 cm/tahun) Awal pacu pertumbuhan Pacu tumbuh Pertumbuhan melambat Pertumbuhan minimal

  <11 11- 11,5

  12

  13 14-15

  Sumber : Soetjiningsih, 2010

2.2.4 Kecepatan Pertumbuhan

  Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi ukuran dan bentuk pada dimana pada waktu anak-anak masih belum tampak.

  Seorang remaja yang tumbuh dengan kecepatan lebih pesat nantinya akan tumbuh lebih tinggi pula dibandingkan dengan remaja yang tumbuh dengan kecepatan lambat. Kecepatan pertumbuhan remaja ditentukan bila pertumbuhannya telah selesai. Faktor genentik merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi badan lebih dari 50% (Soetjiningsih, 2010).

  Pengaruh kecepatan pertumbuhan adalah sebagai berikut : remaja yang tumbuh lebih awal dengan kecepatan yang pelan, maka akan menjadi dewasa yang pendek sedangkan remaja yang tumbuh lebih lambat dengan kecepatan yang pesat maka akan menjadi seorang dewasa yang tinggi. Untuk memperkirakan kecepatan pertumbuhan adalah secara tidak langsung yakni dengan menggunakan umur tulang atau dengan menggunakan kecepatan tercapainya stadium TKS. Dengan memperkirakan kecepatan pertumbuhan berdasarkan stadium TKS merupakan cara yang baik untuk penilaian klinis.

  Tanner menyatakan bahwa 3 dari 1000 remaja perempuan normal tidak mengalami menarche sampai dengan umur 15,5 tahun (Soetjiningsih, 2010).

2.3 Menars

2.3.1 Definisi Menars

  Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus yang rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan seorang perempuan, dimana keluarnya darah secara periodik dan siklik dari uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium (Jurnal delima harapan vol 3, 2014 dan Sarwono, 2009). Panjang siklus haid rata-rata pada wanita usia 12 tahun ialah 25,1 hari dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Lama siklus haid normal antara lain 3-5 hari dan 7-8 hari, serta jumlah darah yang keluar adalah kurang lebih 16 cc (Sarwono, 2009).

  Sedangkan menurut Winkjosastro, 2008 usia seorang remaja putri pada saat pertama kali mendapat haid atau menars bervariasi yakni antara 10-16 tahun, tapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Menars terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa.

  Pubertas dini pada remaja putri ditandai dengan payudara membesar sejak usia 8 tahun, muncul rambut pubis sebelum usia 9 tahun, menstruasi sebelum usia 9,5 tahun. Dan seorang remaja putri dikatakan pubertasnya terlambat apabila payudara tidak membesarnya sampai usia 13 tahun dan tidak menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010)

  Terjadinya menars didukung oleh kematangan hormon reproduksi pada wanita (Goldman, 2000). Menars merupakan hasil proliferasi endometrium yang mrupakan hasil dari respon sekresi hormon reproduksi di ovarium (Silva, 2005). Sekresi hormon di ovarium terjadi oleh karena hormon yang dilepaskan dari hipofisis anterior yakni FSH dan LH. Sedangkan sekresi hormon hipofisis anterior sendiri dikontrol oleh pelepasan GnRH dari hipotalamus. Menars sendiri berarti dimulainya menstruai, sedangkan pubertas adalah dimulainya kehidupan seksual seseorang. Periode pubertas dapat terjadi oleh karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8 kehidupan. Puncak pubertas sendiri adalah ketika menarche yakni pada usia 11-16 tahun.

  Selama masa fetus, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium distimulasi sangat minimal oleh hormon plasenta. Efek dari stimulasi tersebut bermanifestasi klnis sangat minimal pula selama bayi, sedangkan pada masa kanak-kanak hipotalamus mesekresikan GnRH tetapi dalam jumlah yang tidak bermakna dan tidak ada sinyal dari bagian tertentu di otak yang dikirim ke hipotalamus (Uche-Nwachi, 2007).

  Menurut Rebar, 2002 menars terjadi karena proses kompleks di susunan saraf pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis hipotalamushipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitifitas terhadap efek inhibisi oleh kadar steroid seks yang rendah. Kedua, pada akhir masa pubertas terjadi maturasi dari respon stimulasi positif dari hormon gonadotropin terhadap estrogen.

2.3.2 Fisiologi Menstruasi