CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN FEMALE DIRECTOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI Repository - UNAIR REPOSITORY
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN FEMALE DIRECTOR SEBAGAI
VARIABEL MODERASI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM STUDI S-1 ALIH JENIS MANAJEMEN DIAJUKAN OLEH WINDI RAHMADITA ASTINGKARA NIM: 041511223026 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Corporate Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan dengan Female Director sebagai Variabel Moderasi”.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Alih Jenis Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., C.M.A., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Dr. Masmira Kurniawati, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
3. Ibu Chorry Sulistyowati, S.E.,M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang selalu berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran, dan bantuan selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan hasil yang baik. iv
4. Bapak Ida Bagus Gede Adi Permana, S.E.,M.Sc., selaku Dosen Wali penulis yang telah memberikan saran dan nasihat dalam masa perkuliahan di Universitas Airlangga Surabaya.
5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya khususnya Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di kelas Alih Jenis Manajemen 2015 yang telah memberikan semua ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Airlangga.
6. Seluruh staf Departemen Manajemen serta karyawan-karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya yang telah banyak memberikan informasi dan membantu proses administrasi perkuliahan dari awal hingga akhir studi penulis.
7. Juniar’s Family, Bapak, Ibu, Dio, Dito, dan Dandi, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat, serta motivasi yang tiada henti kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. My Partner in Life, yang selalu menghibur, mengingatkan, serta memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih atas kesabarannya.
9. Konsultan kedua, Tante Erma dan Bapak Rufi’i, yang sudah membantu memberikan pengarahan, masukan, dan saran agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. v
10. Sahabat-sahabatku, Yoesigta, Dyah, Sandy, dan Andini, yang selalu membantu di saat-saat genting dan bersedia menjadi pendengar keluh kesah penulis.
11. Teman seperbimbingan, Jessica, yang sudah berjuang bersama-sama hingga detik-detik terakhir.
12. Keluarga Cemaraku, Shella, Ella, Devy, Ade Dita, Amour, Reyhan, Fata, Rifki dan Dimas, terima kasih atas kerjasamanya yang baik selama masa perkuliahan.
13. Seluruh teman-teman AJ Manajemen 2015 yang tidak bisapenulis sebut satu per satu. Terima kasih banyak untuk semua hari-hari yang penuh warna selama kita menempuh studi di kampus tercinta Universitas Airlangga Surabaya.
Akhir kata, mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan yang tidak disadari oleh penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan terhadap penulisan penelitian yang lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
Surabaya, 26 September 2018 Penulis vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan dengan female director sebagai
variabel moderasi. Kinerja perusahaan pada penelitian ini diproksikan oleh
Tobin’s Q (nilai perusahaan) dan ROA (profitabilitas). Sampel penelitian ini
berjumlah 28 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013-2017 dengan total observasi sebanyak 99. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah moderated regression analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan baik terhadap Tobin’s Q dan juga ROA. Ada dan tidaknya direksi wanita tidak memperkuat atau memperlemahpengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan karena rata-rata jumlah direksi wanita yang ada pada perusahaan sampel penelitian masih sangat rendah yaitu 9%. Penelitian ini menyarankan agar perusahaan dapat mempertimbangkan setidaknya tiga anggota wanita atau lebih di dalam jajaran direksi.
Kata kunci: tanggung jawab sosial perusahaan, kinerja perusahaan, nilai perusahaan, profitabilitas, direksi wanita vii
ABSTRACT This study aims to determine the effect of Corporate Social Responsibility (CSR) on firm performance with female directors as moderating variables. The firm's performance in this study was proxied by Tobin’s Q (firm value) and ROA (profitability). The sample of this study amounted to 28 non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2013-2017 with a total observation of 99. The analysis technique used to test the hypothesis was moderated regression analysis. The results of the study show that Corporate Social Responsibility (CSR) has a positive and significant influence on the firm’s performance both on Tobin’s Q and ROA. The presence and absence of female directors does not strengthen or weaken the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) on firm performance because the average number of female directors in the sample companies is still very low at 9%. This study suggests that companies can consider at least three or more female directors in the board of directors.
Keywords: corporate social responsibility, firm’s performance, firm value, profitability, female directors
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
1.5. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ............................................................................... 11
2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR) ....................................... 11
2.1.1.1. Teori Stakeholder ............................................................... 16
2.1.1.2. Teori Legitimasi ................................................................. 17 ix
2.1.1.3. Teori Triple Bottom Line .................................................... 19
2.1.2. Kinerja Perusahaan....................................................................... 21
2.1.2.1. Tobin’s Q ............................................................................ 21
2.1.2.2. Return On Asset (ROA) ...................................................... 22
2.1.3. Board Gender Diversity ............................................................... 23
2.1.4. Pengaruh Antar Variabel .............................................................. 25
2.1.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ....... 25
2.1.4.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .... 27
2.1.5. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan .... 28
2.1.5.1. Leverage ............................................................................. 28
2.1.5.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .......................................... 29
2.1.5.3. Umur Perusahaan (Firm Age) ............................................. 29
2.1.5.4. Board Size ........................................................................... 30
2.1.5.5. Board Meeting .................................................................... 30
2.2. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 31
2.3. Hipotesis ......................................................................................... 33
2.4. Model Analisis ................................................................................ 34
2.5. Kerangka Penelitian........................................................................ 35
2.5.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ................. 35 x
2.5.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director ............. 36
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 37
3.2. Identifikasi Variabel ....................................................................... 37
3.3. Definisi Operasional ....................................................................... 38
3.4. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 40
3.5. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 41
3.6. Prosedur Penentuan Sampel ........................................................... 41
3.7. Teknik Analisis ............................................................................... 42
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 46
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 46
4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis ........................................ 51
4.3.1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 51
4.3.1.1. Uji Normalitas .................................................................... 51
4.3.1.2. Uji Autokorelasi ................................................................. 52
4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 52
4.3.1.4. Uji Multikolinearitas ........................................................... 53
4.3.2. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 53
4.3.2.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ....... 53 xi
xii
4.3.2.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja PerusahaanDengan ModerasiFemale Director ...... 57
4.4. Pembahasan .................................................................................... 63
4.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ................. 63
4.4.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director ............. 66
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 68
5.2. Saran ............................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .. 47
Tabel 4.2
Hasil Analisis Regresi Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director .... 54
Tabel 4.3
Hasil Analisis Regresi Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .. 58 xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013- 2016 .................................................................................................... 1
Gambar 1.2
Persentase Direksi Perusahaan Publik Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011-2015 ................................................................................ 4
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel Non Keuangan
Lampiran 2
Daftar Tobin’s Q, ROA, CSRDI, Female Director, Leverage, Firm
Size, Firm Age, Board Size, dan Board Meeting Perusahaan Sampel
Tahun 2013-2017
Lampiran 3
Output Uji Asumsi Klasik
Lampiran 4
Output SPSS Statistic 23: Hasil Analisis Moderated Regression
Analysis Lampiran 5
Checklist Item Pengungkapan Informasi Corporate Social
Responsibility (CSR) berdasarkan indeks GRI G.4
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia kesadaran akan pentingnya merealisasikan program
Corporate Social Responsibility (CSR) semakin tahun semakin meningkat. Para
manajemen perusahaan telah melihat dampak nyata dari program-program CSR yang telah mereka jalankan yaitu dapat membangun model bisnis yang berkelanjutan. Program-program CSR yang dilakukan oleh perusahaan kemudian dilaporkan ke dalam bentuk laporan khusus yang disebut dengan sustainability
report. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah publikasi sustainability report perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Tahun 2016 perusahan listing yang menerbitkan
sustainability report naik menjadi 43 laporan, dimana tahun 2015 perusahaan listing yang menerbitkan sustainability report sebanyak 41 laporan.
Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI 50 Perusahaan Non-Keuangan Perusahaan Keuangan Total Tahun 2013-2016 la h Laporan 20 30 10
40 25 38 25 15 40 26 15 41 28 15 43 Jum 2013 2014 2015 2016
13 Tahun Laporan
Gambar 1.1 Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016 Sumber: GRI Database yang diolah2 Menurut Elkington (1997), untuk dapat mewujudkan model bisnis yang berkelanjutan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu selain mengejar keuntungan (profit) perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) serta turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).Pendapat dari Elkington rupanya telah digunakan oleh Global Reporting Initiative (GRI) sebagai dasar pedoman pelaporan sustainability report yang berlaku secara global.
Selain dapat membangun model bisnis yang berkelanjutan, dampak lain dari program CSR yang telah dirasakan oleh perusahaan adalah dapat menjaga hubungan perusahaan dengan para stakeholder. Stakeholder merupakan kelompok atau individu yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan (Deegan, 2004).
Dampak-dampak nyata yang dipaparkan diatas, telah merubah pandangan mengenai CSR dari tahun ke tahun. Yang dahulu CSR dipandang sebagai suatu tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan kepada para pemangku kepentingan, namun saat ini pandangan CSR telah berubah menjadi suatu kebutuhan yang wajib dan investasi bagi perusahaan. Perusahaan- perusahaan mulai menerbitkansustainability report mereka secara luas dan beragam. Sustainability report merupakan laporan sukarela yang berisikan informasi kinerja keuangan dan non-keuangan yang mencakup interaksi perusahaan dengan lingkungan dan sosial di sekitarnya. Perusahaan menggunakan laporan tersebut untuk menciptakan nilai perusahaan, meningkatkan citra
3 perusahaan, meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan serta menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dengan kata lain, CSR telah menjadi alat public relation bagi perusahaan dengan mengungkapkan kegiatan CSR mereka ke dalam media termasuk dalam annual report dan
sustainability report. Hal tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan
salah satunya yaitu perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dari masyarakat sekitar.
Pengungkapan kegiatan CSR dalam sustainability report tentunya tidak lepas dari pengawasan para manajemen puncak perusahaan. Dewan direksi mempunyai peranan penting dalam menentukan praktik pengungkapan CSR (Barako dan Brown, 2008; Jo dan Harjoto, 2011), mereka memiliki keleluasaan atas item apa saja untuk diungkapkan dalam sustainability report (Luo et al., 2012). Selain itu, dewan direksi juga bertanggung jawab atas pengelolaan serta pelaporan risiko perusahaan (Desjardins dan Willis, 2009), yang mana peran tersebut dapat meringankan kekhawatiran perusahaan tentang risiko reputasi dan finansial terkait dengan masalah sosial dan lingkungan (Cheng dan Courtenay, 2006). Peran penting selanjutnya dari dewan direksiadalah meyakinkan para pemegang saham bahwa partisipasi mereka dalam kegiatan CSR dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan (Hafsi & Turgut, 2013). Peran-peran dewan direksi yang telah disebutkan diatas telah diatur dalam pedoman tata kelola perusahaan yang baik di seluruh dunia (Lim et al., 2007). Pedoman tersebut dibuatagar dewan direksi dapat mewakili kepentingan shareholders (Fama dan Jensen, 1983) dan stakeholders (Hill dan Jones, 1992).
4 Di era milenial ini, isu mengenai keberagaman gender masih menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Di Indonesia, jumlah direksi wanita di perusahaan publik setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa tahun 2015 persentase direksi wanita mengalami peningkatan sebesar 1% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya kesempatan untuk wanita menduduki posisi dalam perusahaan. Menurut Langdon et al. (2002), keberagaman gender dalam dewan direksi di perusahaan-perusahaan besar semakin berkembang, ditandai dengan lebih banyaknya jumlah wanita yang berperan dalam perusahaan dengan latar belakang etnis, suku, dan gaya hidup yang berbeda-beda.
Direksi Perusahaan Publik Berdasarkan Jenis Kelamin e i 100% 60% 80% Tahun 2011-2015 entas P ers Di reks 40% 20% 0% 2011 2012 2013 2014 2015 Wanita Pria 14% 12% 13% 14% 13% 86% 88% 87% 86% 87% Tahun
Gambar 1.2 Persentase Direksi Perusahaan Publik Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011-2015 Sumber: Bursa Efek Indonesia diolah Riset SWADari beberapa penelitian, keberagaman gender pada dewan direksi dapat mendorong efektifitas direksi dalam menyediakan sumber daya yang luas dan juga dapat mengurangi masalah keagenan. Sebagian besar perusahaan yang memiliki Good Corporate Governance (GCG) merupakan perusahaan-perusahaan
5 yang mempunyai manajemen puncak wanita di dalamnya. Hal tersebut dikarenakan direksi wanita cenderung lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang ada di dalam perusahaan salah satunya adalah kegiatan CSR. Selain itu, dewan direksi wanita juga berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi karena mereka tertarik pada semua masalah ekonomi, sosial dan masyarakat (Bear, Rahman, & Post, 2010; Handajani, Subroto, Sutrisno, & Saraswati, 2014; Huse et al., 2009; Isidro & Sobral, 2015; Liao, Lin, & Zhang, 2016; Miller & Triana, 2009; Post, Rahman, & Rubow, 2011). Mereka lebih etis (Arun, Almahrog, & Aribi, 2015), lebih kooperatif, dan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial dan filantropi (Huse et al., 2009; Bear et al., 2010; Hafsi & Turgut, 2013; Handajani et al., 2014; Isidro & sobral, 2015; Liao et al., 2016). Jadi, dengan adanya keberagaman
gender pada jajaran direksi dapat mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan serta
meningkatkan keterbukaan publik dan pribadi kepada investor melalui pemantauan yang lebih baik, dan juga dapat membuat harga saham lebih informatif (Gul, Srinidhi, & Ng, 2011).
Selain itu, adapun penelitian yang berfokus pada peran direktur wanita dalam pengungkapan kegiatan sosial, lingkungan dan/atau keberlanjutan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh McGuinness et al. (2016), mereka melakukan penelitian di perusahaan yang terdaftar di China mengenai dewan direksi wanita dan investor ekuitas asing terhadap kinerja CSR perusahaan. Hasil penelitian McGuinness mengungkapkan bahwa dengan adanya kehadiran wanita pada tingkat CEO dan/atau wakil CEO dapat memperkuat atau meningkatkan kinerja
6 CSR perusahaan dan dengan adanya kepemimpinan wanitamerupakan hal yang sama pentingnya dengan keberagaman gender dalam mendorong perubahan CSR.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Nekhili et al. (2017), mereka melakukan penelitian di perusahaan yang terdaftar di Prancis mengenai perbedaan karakteristik perusahaan. Sampel perusahaan yang diambil yaitu perusahaan yang memiliki anggota wanita pada jajaran direksi dan perusahaan yang hanya memiliki anggota laki-laki pada jajaran direksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengandewan direksi yang beragam memilikipelaporan CSR yang lebih tinggidaripada perusahaan yang hanya diduduki oleh direktur laki-laki saja. Dan penelitian ini juga menyarakan agar perusahaan setidaknya memiliki dua dan/atau tiga direktur wanita untuk dapat menghasilkan pelaporan CSR yang lebih tinggi.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Hafsi dan Turgut (2013), mereka melakukan penelitian mengenai karakteristik dewan direktur seperti gender, umur, etnisitas, masa jabatan, serta pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberagaman gender dapat meningkatkan kinerja sosial menjadi lebih baik.
Menurut Miller & Triana (2009), keberagaman gender pada manajemen puncak dapat memberi sinyal komitmen pada perusahaan terhadap undang-undang dan nilai sosial, serta kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan. Selain itu, direksi wanita juga berkontribusi dalam meningkatkan kredibilitas informasi CSR secara bermakna dengan mencegah adanya kecurangan pada pelaporan CSR (Boulouta, 2013) dan membuat pelaporan CSR menjadi lebih
7 relevan. Perusahaan yang memiliki jumlah manajemen puncak wanita yang lebih tinggi juga dapat memberikan hasil keuangan yang lebih baik.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja perusahaan karena saat ini para pekerja wanita di Indonesia juga sudah mulai menduduki jajaran dewan direksi baik pada perusahaan publik, BUMN, perbankan maupun perusahaan swasta.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q?
2. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA)?
3. Apakah female director memoderasi pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q?
4. Apakah female director memoderasi pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA)?
8
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.
2. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan variabel Return On
Asset.
3. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q dan ROA) yang dimoderasi oleh
female director.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengukur keefektifan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penerapan CSR di perusahaanserta mempertimbangkan adanya kehadiran wanita dalam jajaran direksi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan pelaporan CSR.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasimengenai dampak adanya kehadiran wanita dalam jajaran direksi maupun jajaran komisaris dalam meningkatkan kinerja
9 perusahaan, selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk para investor dalam melakukan investasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan menjadi referensi untuk penyusunan penelitian selanjutnya mengenai topik CSR.
1.5. Sistematika Penulisan
Penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu CSR, kinerja perusahaan, board gender diversity, serta penjelasan mengenai hubungan antar variabel. Selain itu, bab ini juga memuat hasil penelitian sebelumnya, perumusan hipotesis, model analisis, serta kerangka pemikiran.
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan uraian mengenai pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, prosedur penentuan sampel, dan teknik analisis.
10
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan dengan female director sebagai variabel moderasi, yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis model dan pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan pembahasan sebelumnya yaitu pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan dengan
female director sebagai variabel moderasi, serta saran yang ditujukan
kepada pihak-pihak yang sekiranya dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Hingga saat ini belum ada definisi tunggal mengenai CSR karena setiap perusahaan memiliki penjabaran dan penerapan yang berbeda-beda. Namun secara umum, CSR merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap sosial, lingkungan, dan pemangku kepentingannya. Berikut ini merupakan beberapa definisi CSR yang menunjukkan keragaman pengertian CSR:
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), 1.
pengungkapan CSR adalah komitmen yang dilakukan secara terus menerus oleh kalangan bisnis atas perusahaan untuk memberikan dampak pada kondisi ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup pekerja, komitmen lokal dan masyarakat luas.
World Bank, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen untuk 2.
berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan, maupun masyarakat pada umumnya.
3. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal satu butir tiga (2007:2) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
4. International Standard Organization (ISO) 2600:2010, Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab suatu organisasi atas dampak
dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan kepentingan dari para stakeholder, sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional, dan terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi baik kegiatan, produk maupun jasa.
Menurut Kotler dan Lee (2005), Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) juga didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007). Sedangkan menurut Schermerhorn (1993), CSR merupakan suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan para pemangku kepentingan dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal.
Jadi, berdasarkan beberapa macam definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep dimana organisasi khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap sosial, karyawan, pemegang saham, komunitas, konsumen, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dan perusahaan serta pembangunan yang berkelanjutan. Corporate Social Responsibility (CSR) juga merupakan suatu bentuk perwujudan komitmen perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat atas dasar kesadaran bahwa perusahaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi suatu aset yang
strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah kompetisi persaingan bisnis yang semakin ketat. Berbagai keuntungan dapat diperoleh perusahaan melalui kegiatan CSR yaitu (1) peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik; (2) menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar; dan (3) meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan yang merupakan bagian dari
corporate image building (Susiloadi, 2008).
Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan kemudian diungkapkan ke dalam laporan khusus yaitu sustainability report dan dapat dilihat bahwa kegiatan CSR sangat erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan (sustainability
development). Sustainability report merupakan laporan yang memuat informasi-
informasi mengenai kinerja keuangan dan non keuangan perusahaan yang mencakup keseluruhan aktivitas perusahaan di lingkungan, masyarakat, tempat kerja, konsumen dan tindakan tersebut harus dapat diterima oleh semua
stakeholder agar perusahaan dapat terus berkembang dan tumbuh secara
berkesinambungan (Pratten, 2009; Safitri, 2016). Pengungkapan kegiatan CSR secara sukarela dalam sustainability reportmerupakan salah satu cara perusahaan untuk menghindari risiko dan sebagai alat komunikasi dalam mengelola hubungan dengan para stakeholder. Setiap perusahaan harus memiliki kebijakan mengenai CSR dan memilih informasi apa saja yang ingin diungkapkan dalam sustainability report.
Untuk menilai pengungkapan CSR dalam sustainability report adalah dengan menggunakan Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). CSRDI merupakan indeks yang diukur berdasarkan jumlah informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan dalam sustainability report perusahaan. Standar pengungkapan CSR merujuk pada standar yang diterapkan oleh Global Reporting Initiative(GRI).
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi yang menyediakan
kerangka kerja untuk pelaporan keberlanjutan yang dapat diadopsi oleh semua jenis organisasi di semua negara. Pada indikator GRI terdapat tiga fokus pengungkapan yaitu:
1. Ekonomi, indikator ini menyangkut keberlanjutan organisasi yang berdampak pada kondisi ekonomi perusahaan, stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan global. Informasi ini sudah disajikan melalui laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan setiap tahunnya oleh perusahaan.
2. Lingkungan, indikator ini menyangkut keberlanjutan organisasi yang berdampak pada kondisi lingkungan sekitar seperti ekosistem, tanah, air, dan udara. Indikator ini terkait dengan input (bahan, energi, air) serta output (emisi atau gas, limbah sungai, limbah kering atau sampah). Selain itu juga berkaitan dengan dampak dari produk dan jasa serta keanekaragaman hayati.
3. Sosial, indikator ini menyangkut dengan beberapa aspek seperti karyawan atau tenaga kerja, pemasok, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab atas produk. Indeks GRI ini dipilih karena merupakan pedoman internasional yang telah memiliki reputasi di dunia dan banyak digunakan pada penelitian sebelumnya karena memiliki item checklist yang lebih komprehensif (Sudana dan Arlindania, 2011; Cheng dan Christiawan, 2011; Ananda, 2018; Purnomo, 2018).
Pada penelitian ini, indeks GRI yang digunakan adalah indeks GRI G4 yang berjumlah 91 item (Lampiran 4). Corporate Social Responsibility Disclosure
Index (CSRDI) pada dasarnya dihitung dengan menggunakan skor, yaitu setiap
item CSR akan di beri skor 1 jika diungkapkan dan diberi skor 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari item-item CSR tersebut dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan nilai kegiatan CSR yang diungkapkan melalui
sustainability report. Semakin tinggi skor CSRDI maka semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan, begitu juga sebaliknya.
Apabila skor CSRDI semakin rendah maka semakin sedikit bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan.
2.1.1.1. Teori Stakeholder
Pergeseran filosofi mengenai pengelolaan entitas bisnis yang didasarkan pada teori keagenan yaitu tanggung jawab perusahaan yang berorientasi kepada pengelola (agent) dan pemilik (principle) telah mengalami perubahan pandangan manajemen modern yang didasarkan pada teori stakeholder (Hidayati dan Murni, 2009). Hal tersebut berkaitan dengan perluasan tanggung jawab perusahaan yaitu kepada lingkungan sosial dimana perusahaan itu berada.
Stakeholder adalah suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu perusahaan.
Dengan kata lain, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal seperti karyawan, masyarakat sekitar, pemerintah, pemegang saham, komunitas, perusahaan pesaing, konsumen, dan lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.
Ghazali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Kelompok
stakeholder inilah yang mempengaruhi dan dipengaruhi secara langsung atau
tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan, seperti dalam mengungkapkan atau tidak suatu informasi di dalam laporan perusahaan.
Teori stakeholder menekankan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang menuntut suatu perusahaan mempertimbangkan semua kepentingan berbagai pihak yang terkena pengaruh atas tindakannya (Riyadi, 2008). Dengan melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkannya ke dalam
annual report atau sustainability report merupakan salah satu cara perusahaan
untuk mengelola hubungan dengan para stakeholder yang diharapkan dapat memberikan respon positif oleh pasar.
Jika ditinjau dengan aspek-aspek yang ada pada pedoman GRI G4, teori ini berkaitan dengan indicator ekonomi dan indicator sosial karena kedua indikator tersebut juga memperhatikan mengenai hubungan dan tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham, karyawan atau tenaga kerja, masyarakat lokal, serta pemasok.
2.1.1.2. TeoriLegitimasi
Teori legitimasi berfokus pada hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Legitimasi lebih dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Rosita Candra 2009). Dengan kata lain, teori ini mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat agar aktivitasnya dapat diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan harapan mereka.
Menurut Dowling dan Pfeffer (1975), legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai- nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.
Teori legitimasi berpendapat bahwa manajemen perusahaan mempunyai strategi khusus untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa perusahaan dapat memenuhi harapan masyarakat (Chan et al, 2014). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi dan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke depannya.
Tobin (2002) berpendapat bahwa legitimasi perusahaan akan diperoleh, jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak akan ada tuntutan dari masyarakat. Dengan kata lain, jika perusahaan mampu memenuhi seluruh harapan masyarakat kepada perusahaan, maka posisi perusahaan akan menjadi kuat (legimate) di masyarakat. Hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan seperti masyarakat tidak akan menolak keberadaan perusahaan dan operasional yang dilakukan oleh perusahaan karena masyarakat sekitar merasa bahwa keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Untuk tetap mendapatkan legitimasi dari masyarakat maka perusahaan harus mengkomunikasikan aktivitas lingkungan dengan melakukan pengungkapan lingkungan sosial (Berthelot dan Robert, 2011). Pengungkapan lingkungan dinilai bermanfaat untuk memulihkan, meningkatkan dan mempertahankan legitimasi yang telah diterima (Hadjoh dan Sukartha, 2013).Selain itu pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat memberikan pengaruh positif terhadap reputasi perusahaan dan memberikan keuntungan secara ekonomi (Sun et al, 2010).
Jika ditinjau dengan aspek-aspek yang ada pada pedoman GRI G4, teori ini berkaitan dengan indikator sosial khususnya aspek masyarakat dan tanggung jawab produk karena aspek tersebut berfokus pada hubungan dan tanggung jawab perusahaan dengan masyarakat lokal seperti keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan program dan kepuasan pelanggan.
2.1.1.3. Teori Triple Bottom Line
Teori triple bottom line pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1988. Dimana sebelumnya perusahaan berpijak pada pemahaman
single bottom line yang hanya berorientasi pada laba dan menaikkan nilai
perusahaan dengan cara mensejahterakan para pemegang saham (shareholder), namun perusahaan masa kini tidak bias sekadar memperhatikan dari sisi financial saja. Teori ini mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder daripada kepentingan shareholder.
Triple bottom line memberikan pandangan bahwa jika perusahaan ingin
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P” yaitu profit, people, and planet. Jadi selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Ketiga prinsip tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Profit
Profit atau keuntungan selalu menjadi fokus utama dan yang terpenting
dalam setiap kegiatan usaha. Salah satunya adalah agar perusahaan dapat terus menerus beroperasi dan berkembang, selain itu profit juga merupakan bentuk tanggung jawab ekonomi perusahaan yang paling essensial untuk para shareholder.Tetapi definisi profit yang sebenarnya adalahlebih dari sekadar keuntungan yaitu bagaimana perusahaan menciptakan fair trade dan
ethical trade dalam berbisnis. Prinsip ini berhubungan atau berkaitan
dengan salah satu indikator yang ada pada pedoman GRI G4 yaitu indikator ekonomi.