PERCINT AAN MELAL UI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL

  i PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL (pendekatan fenomenologis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Program Studi Psikologi DISUSUN OLEH : Mikael Mardi Raharjo 019114044 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 ii

iii

iv

HALAMAN MOTTO

  Put the LOVE, which is the bond of perfection (Collasians 3:14).

  "Hereby perceive we the love of God, because he laid dow n his life for us: and we ought to lay down our lives for the brethren. But whoso hath this world's good, and seeth his brother have need, and shutteth up his bowels of compassion from him, how dwelleth the love of God in him? My little children, let us not love in word, neither in tongue; but in deed and in truth." (I John 16 -18) dan hanya karena cintaNya “Segala perkara dapat ku tanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” v

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Ibu,

Engkau melakukannya untuk hidup saya

Sebagaimana yang saya butuhkan. Saya berutang segala yang saya miliki kepadamu. Ketika saya muda, engkau memperlihatkan saya tentang

kebenaran,

jauh dari apa yang sebaiknya dilakukan.

  Tanpa cintamu, di mana saya ada? Engkau memberi saya kebahagiaan, lebih banyak lagi daripada kata-kata.

Saya berdoa kepada Tuhan

agar Dia memberkatimu setiap malam dan setiap hari.

  Ibu, Skarang saya tumbuh. Dan saya bisa membawa lurus semua langkahku sendiri. Saya akan dengan senang hati memberikan apa yang tlah kau berikan kepada saya. vi Karya ini kupersembahkan kepada :

   Orang tuaku, Ayah Ibuku tercinta yang selalu memberikan dukungan, doa, dan cinta yang tulus ikhlas.

   Mba Cil, Mba Anna, Paklik bulik sekeluarga yang senantiasa mendoakan, membantu dan mendukung saya.

   Pakdhe terima kasih banyak atas dukungan, dorongan semangat, serta ilmunya.

  

 Suster Paula ADM, terima kasih, atas dukungannya, doa dan

kebaikannya.

  

 Serta mereka yang selalu mendoakanku dan mendukungku di

segala suasana hati …..

  

Thanks God For by grace are ye saved through faith; and that not of

yourselves: it’s the gift of GOD. (Ephesians 2:9) vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang dituliskan dalam kutipan dan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 Juni 2007 Penulis Mikael Mardi Raharjo viii

ABSTRAK

PERCINTAAN MELALUI CHATTING

PADA USIA DEWASA AWAL

  

Mikael Mardi Raharjo

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Interaksi di dunia maya dipandang sebagai suatu hal yang menarik dan

menjanjikan bagi para penggunanya, termasuk juga bagi mereka yang berusia dewasa

awal yang tengah mencari pasangan. Chatting digunakan sebagai salah satu cara mereka

untuk mencari pasangan. Simbol-simbol dan huruf-huruf yang digunakan dalam chatting

dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Berawal dari rasa ketertarikan yang

kemudian berkembang pada interaksi terus menerus, seseorang dapat mengalami

perasaan jatuh cinta. Oleh karena itu bagaimana percintaan melalui chatting pada usia

dewasa awal dirasa sebagai suatu hal yang menarik untuk diteliti .

  Penelitian kualitatif ini menggunak an pendekatan fenomenologi yang akan menguraikan phenomenon berupa perilaku pengguna warnet dalam menjalin cinta

melalui chatting. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, menggunakan

criterion sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam,

sedangkan verifikasi data menggunakan intersubyektive validity.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa percintaan melalui chatting pada pengguna

warnet berusia dewasa awal dimaknai sebagai jalinan cinta yang main -main. Jalinan cinta

ini cenderung membatasi hubungannya dengan pasangan, menghindari keterlibatan

hubungan yang mendalam, dan tidak melekatkan diri pada pasangannya tetapi membuat

pasangannya lekat padanya.

  Kata kunci : percintaan melalui chatting. ix

ABSTRACT

LOVING TROUGH CHATTING

AT EARLY ADULTHOOD

  

Mikael Mardi Raharjo

Psychology Department of Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

  Illusory World interaction viewed as an interested and promised to all its

consumers, including also for the men who have early ad ult which is being look for

partner. Chatting used as one of their ways to look for partner. Symbols, letters, used in

chatting could lay open their feeling and mind. Started from interest feeling; then

develop to continuous interaction, it can make someo ne fall in love. In the end, how love

in chatting at early adult felt as an interest to be researched.

  This qualitative research used phenomenological approach to elaborate

phenomenon in the form of behavior of consumers to use Internet in braiding chatt ing

love. Amount of samples in this research were 10, used criterion sampling. Taking of

data used a circumstantial interview, while data verification use intersubjective validity.

  The research indicates that love in chatting at early adult consumer of Internet

meant as love braid which trifle. This loving is tend to to limit its relation with his or her

partner, avoiding depth relationship involvement, and not attach into his or her partner

but making his or her partner attach him or her.

  Key : loving trough chatting x

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.

  Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan:

  1. Pertama kali penulis mengucapkan terima kasih sedalam -dalamnya kepada Bp. A Supratiknya selaku dosen pembimbing s kripsi. Terima kasih atas kesabarannya untuk membimbing saya serta senantiasa menunggu perkembangan dari skripsi saya.

  

2. Kepada Ibu Silvia Carolina, selaku pembimbing akademik. Bapak Siswo

Widyatmoko, Bapak Wijoyo Adi Nugroho, Ibu Agnes Indar E, serta Ibu Nimas, terima kasih atas masukan yang berharga untuk skripsi saya. Terima kasih pula untuk seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya selama saya kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  3. Terima kasih juga untuk Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si yang telah memberiku kesempatan untuk bergabung dalam P2TKP angkatan 2006. Terima kasih juga kepada Ibu Tiwi, Mba Tia dan Pak Toni atas bimbingannya selama di P2TKP. Buat teman-teman P2TKP angkatan 2006 : Anita, Deasy, Tyo, Etik, Lisna, Adi, Desta dan Catrine. Special thanks to Desi atas recordernya serta Adi atas koreksian abstraknya. Tak lupa senior-senior di P2TKP : Cawet, Eko, Rani dan Juli. Serta teman-teman P2TKP Angkatan 2007: Otik, Iput, Tita, Abe, Elvin, Ina, dan Obet. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

  4. Buat Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie untuk segala bantuannya terutama dalam administrasi perkuliahan selama berada di Fakultas Psikologi. Buat Mas Muji trimakasih atas pinjaman tape recordernya. Mas Doni terima kasih untuk segala bantuannya selama di ruang baca, praktikum dan selama menjadi asisten.

  5. Terima kasih untuk para chatters (Galih, Tia, Linda, Mira, Cindy, Lucky, Iwan, Adityo, Rudi, Heru) yang bersedia menjadi informan untuk penelitianku, juga xi teman-teman cyberku yang kadang juga selalu memberikan dukungan kala saya dalam kesulitan, memberi kecerian yang telah diberikan serta kekonyolan - kekonyolan dalam kita berkomunikasi melalui chatting .

  6. Terima kasih untuk Bp Emanuel Baskoro, atas dorongan, dukungan dan masukan selama saya menuliskan skripsi ini. Tak lupa kepada Bp Budiantara atas bantuan dan masukan yang beharga yang telah diberikan kepada saya selama saya menuliskan skripsi ini.

  7. Terima kasih untuk Cik Tanti, Koh Dennies, dan Aan yang telah memberikan kesempatan saya untuk belajar banyak mengenai internet, juga teman teman OP Secondhome yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu atas suka dukanya serta dinamikanya selama menjadi Operator Warnet.

  8. Buat teman teman satu angkatan; Achong, Eko, Vembri, Tumbur, Nining, Ninik, Vera, dan semua yang tak bisa kusebutkan satu persatu, trima kasih atas kebersamaan selama menjalani studi di Psikologi. Buat Donie terima-kasih aku bisa discankan lembar pengesahan di tempatmu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurang an dan

keterbatasannya. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna membangun

dan memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

  Penulis Mikael Mardi Raharjo

  xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL -------------------------------------------------------------------------------- i

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING -------------------------------------------- ii

HALAMAN PENGESAHAN ------------------------------------------------------------------ iii

HALAMAN MOTTO ---------------------------------------------------------------------------- iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ------------------------------------------------------------------v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ------------------------------------------------------ vii

ABSTRAK ----------------------------------------------------------------------------------------- viii

ABSTRACT -----------------------------------------------------------------------------------------ix

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------- x

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------xii

DAFTAR TABEL --------------------------------------------------------------------------------- xv

DAFTAR BAGAN ------------------------------------------------------------------------------- xvi

DAFTAR LAMPIRAN --------------------------------------------------------------------------xvii

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1

  • A. Latar Belakang Masalah -------------------------------- - 1
  • B. Rumusan Permasalahan -------------------------------- -- 6
  • C. Tujuan Penelitian -------------------------------- --------- 6
  • D. Manfaat Penelitian -------------------------------- -------- 6

  • 13

  13

  28 F. Metode Analisis Data -------------------------------- -------------------------------- -------29

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN --------------------------------------------------- 23

A. Jenis Penelitian -------------------------------- -------------------------------- ------------- 23

B. Pandangan Peneliti mengenai Cyberlove -------------------------------- --------------- 26

C. Fokus Penelitian -------------------------------- -------------------------------- ------------ 27

D. Informan Penelitian -------------------------------- -------------------------------- -------- 28

E. Metode Pengumpulan Data -------------------------------- -------------------------------

  D. PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL-------------------------------- ----------------------19 E. PERTANYAAN PENELITIAN-------------------------------- ------------------------21

  C. CHATTING -------------------------------- -------------------------------- --------------- 17

  3. Karakteristik minat sosial dewasa awal

  2. Ciri-ciri dewasa awal -------------------------------- -------------------------------- -14

  1. Definisi Dewasa awal -------------------------------- -------------------------------

  B. DEWASA AWAL --------------------------------

  4. Proses perkembangan sebuah hubungan -------------------------------- ----------12

  3. Tipe-tipe cinta berdasarkan komponen Segitiga Stenberg ------------------- 11

  2. Aspek dari cinta menurut Segitiga Cinta Stenberg ------------------------------ 9

  1. Definisi Cinta -------------------------------- -------------------------------- ---------- 8

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 8

A. CINTA -------------------------------- -------------------------------- ---------------------- 8

  xiii

  • -------------------------------- -----------16

  

G. Keabsahan Data -------------------------------- -------------------------------- ------------ 31

  xiv

  

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -------------------------------------------------------32

  • A.. Hasil Penelitian -------------------------------- ------------ 32

  1. Apa yang dialami oleh pengguna internet usia dewasa awal yang

  • 32 -------------------------------- melakukan

  chatting --------------------------------

  2. Bagaimana percintaan melalui ch atting tersebut dialami pengguna

  • warnet berusia dewasa awal--------------------------------

  35

  3. Apa makna percintaan melalui chatting bagi pengguna warnet berusia dewasa awal-------------------------------- -------------------------------- ------43

  • B. Pembahasan Penelitian -------------------------------- -----45

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN --------------------------------------------------------49

  • A. Kesimpulan -------------------------------- ------------------ 49

  • B. Saran -------------------------------- -------------------------- 49

  

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------------- 51

LAMPIRAN ---------------------------------------------------------------------------------------- 57

  xv

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Ringkasan Hasil Penelitian ------------------------------------------------------- 34

  xvi

DAFTAR BAGAN

DAFTAR BAGAN -------------------------------------------------------------------------------- 55

  

Daftar bagan proses pengolahan data ---------------------------------------------------------55

Daftar bagan proses penemuan esensi---------------------------------------------------------56

  xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Verbatim informan 1 ---------------------------------------------------------57

  

LAMPIRAN 2. horizonalization informan 1 ------------------------------------------------ 68

LAMPIRAN 3. tekstural, struktural informan 1 ------------------------------------------- 73

informen concern form informan 1 ---------------------------------------74 LAMPIRAN 4.

  

LAMPIRAN 5. panduan wawancara--------------------------------------------------------- 75

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini dunia maya hampir dapat dipastikan membawa budaya baru bahkan

  menjadi trend bagi berbagai kalangan mulai dari anak-anak muda usia sekolah, kuliah, bahkan bagi mereka yang sudah bekerja (Sumsel.com, 2003). Bagi mereka, dunia maya memang menarik dan menjanjikan banyak hal terutama untuk suatu hubungan, mulai dari hanya mencari teman hingga mencari jodoh. Hal ini dapat terfasilitasi, terlebih dengan maraknya situs perkawanan seperti friendster.com,

  

HI5.com, Cyberspace.com, temanster.com, friendfinder.com, bahkan hingga situs

Blogger. Ada pula situs yang memang mengkhususkan untuk temu jodoh layaknya

  biro jodoh konvensional di koran-koran seperti situs Personals.AOL.com, iwantu.com, matchmaker.com, friendfinder.com dan lain sebagainya (Tempo, 2004).

  Di samping situs perkawanan dan situs jodoh tersebut, para pengguna internet juga dapat menemukan teman-teman baru melalui chatting. Chatting dianggap lebih banyak dilakukan oleh orang-orang dan cukup fenomenal. Berdasarkan survai Nielsen dan Netratings tahun 2005, pengguna Gtalk sekitar 866 ribu, sedangkan AOL

  

Messenger mencapai 53 juta, MSN Messenger 27 juta, dan Yahoo Messenger ¹) 22

juta(http://www.wemaster.net/modules.php?).

  Meski sebagian kalangan menganggap chatting sebagai kegiatan buang-buang waktu, ada juga yang berkeyakinan bisa mendatangkan manfaat. Tidak sedikit yang menganggap akan mendapatkan keuntungan dari berchating ria. Keuntungan tersebut di antaranya adalah tambah teman, wawasan dan mencari pacar (Minggu pagi, 2004). Denny Chasmala misalnya, lelaki lajang 31 tahun adalah seorang produser rekaman di Jakarta yang terbiasa chating. Dengan melalui chating, ia bertemu dengan Octriasari Maharani bekas tetangganya yang tinggal di Yogyakarta. Keduanya merasakan kecocokan dan pada tanggal 28 Agustus 2005 mereka menikah. Hal yang hampir sama dialami Sri Rahati Hadiningrum (Nining) yang saat itu berusia 34 tahun. Wanita asal Cirebon ini memperoleh jodoh melalui situs iwantu.com. Jodohnya pria asal Inggris bernama Jacob Andrew Purches (Jake). Mereka kemudian menjalin hubungan melalui chating dan email. Pada mulanya Nining ragu karena mereka berbeda agama, namun Jake menunjukkan keseriusannya dengan bersedia pindah agama dari Katolik Anglikan ke Islam, Nining pun semakin tertarik. Merekapun akhirnya menikah pada tanggal 29 Mei 2001 dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak. (Tempo, 2004).

  Bagi sebagian orang akan sulit percaya bahwa sepasang manusia bisa menjalin cinta melalui Internet (virtual love atau cyberlove). Kemungkinan untuk berbohong dan dibohongi di dunia maya lebih besar daripada jika bertatap muka langsung. Zondra Hughes (2003) mendukung pernyataan ini dengan mengemukakan bahwa wanita berusia 47 mungkin saja mengaku dirinya sebagai seorang gadis berusia17 tahun. Padahal kejujuran merupakan sebuah pembukaan diri yang nantinya akan menentukan seseorang menjadi lebih akrab. Kendati demikian, sebuah relasi dalam dunia maya dianggap sama pentingnya dengan menjalin relasi di dunia nyata (Whitty and Gavin, 2001). Hal ini di tegaskan dengan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara berelasi di dunia nyata dengan di dunia maya dalam hal kepuasan berelasi dan potensi penerimaan emosional (Cornwell dan Lundgren, 2001).

  Donny (2003) mencoba menjelaskan bagaimana keterlibatan pelaku virtual

  

love selama mereka chatting. Ia mengungkapkan bahwa sinyal-sinyal emosional dari

  pasangan virtual lover ditransfomasikan dalam bentuk bit dan byte ² ) di internet. Ide dasarnya sebenarnya sama dengan teknik surat menyurat. Melalui sepucuk surat tersebut, mereka mentransformasikan hasrat, gairah dan emosi cintanya melalui tinta yang dituliskan pada kertas putih polos. Hanya bedanya emosi para virtual lover akan saling dipertukarkan saat itu juga (real time) manakala mereka menekan tombol

  

'Enter' pada keyboard. Sedangkan para conventional lover, dapat dikatakan harus

  menunggu berhari-hari balasan dari suratnya terhitung sejak mereka menutup amplop dan menempelkan perangko.

  Berhubungan melalui internet dirasa memiliki sensasi yang berbeda dengan berkenalan langsung di dunia nyata. Disamping itu, berelasi di internet dirasa memberikan kenyamanan tersendiri. Tak sedikit orang yang merasa canggung jika harus berkata-kata dan bertatap muka langsung dalam menuangkan pikiran dan perasaannya (Kompas, 2005). Artinya, rasa malu, kaku, atau takut yang sering muncul bila bicara berhadapan langsung, akan berkurang ataupun hilang bila komunikasi dilakukan di internet.

  Dengan makin menjamurnya warnet-warnet, akses komunikasi untuk para

  

virtual lover atau cyberlover semakin mudah. Hal ini ditegaskan oleh Heru Nugroho

  selaku sekretaris jendral APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang mengatakan jumlah pelanggan internet dari sektor pribadi (residence) dan warnet pelanggan korporasi yang masing-masing hanya mencapai 40 ribu. Beliau juga menunjukkan bahwa pada tahun 2003 pengguna internet mengalami peningkatan hingga 5,5 juta orang dibanding tahun sebelumnya 2002 yang hanya 4,2 juta orang. (www.kompas.com). Dengan maraknya warung internet tersebut, pada virtual love tak perlu susah-susah memiliki komputer, perangkat internet beserta modemnya.

  Mereka tinggal sewa komputer dengan internetnya selama yang mereka mau. Dengan menyewa internet di net-café, dirasa lebih murah jika dibandingkan dengan memasang layananan internet di rumah sendiri. Yang penting bagi mereka, untuk menjalin sebuah hubungan tidak perlu harus mahal.

  Hubungan semacam itu rupanya menarik perhatian Boyd yang menganalisis situs MySpace.com. Ia mengemukakan bahwa situs tersebut memiliki anggota 15 juta orang dan setengahnya berusia rata-rata 24 tahun (http://www.unissula.ac.id/sinau/ default.asp). Usia 24 tahun termasuk dewasa awal karena , usia dewasa awal dimulai pada usia 21 tahun hingga 35 tahun. Pada usia tersebut, rata-rata mereka masih menjalani status mereka sebagai mahasiswa dan mulai merintis di dunia kerja (Santrock,2002). Hal ini dipertegas lagi dengan hasil polling atau jajak pendapat mahasiswa di Kanada yang menemukan bahwa 87% atau lebih dari 2.500 orang mahasiswa yang mengikuti polling pernah atau sudah melakukan cyber seks dan

  cyberlove di balik program Instant Message (chatting), baik menggunakan webcam ataupun menggunakan voice mail ( http://www.hostingcentre.com).

  Bagi para pengguna warnet yang berusia dewasa, khususnya mereka yang melakukan virtual love, orientasi untuk sebuah jalinan semata-mata tidak hanya sebatas mengetahui lawan bicara saja tetapi juga mengenal lebih mendalam. Hal ini lebih intim. Mereka juga lebih banyak diarahkan pada harapan sosial yang sebenarnya. Seperti yang dikemukakan Ekorini (2004) yakni saat tersebut adalah saat setiap orang akan dihadapkan pada masalah sosial untuk bisa beradaptasi dengan lawan jenis dan lingkungan sosial di sekitarnya.

  Seseorang akan merasa tertarik berelasi dengan orang lain diawali dengan suatu hubungan yang akrab, dan munculnya kecocokan antar kedua belah pihak (Santrock, 2002). Apabila hubungan akrab tersebut didukung pula oleh bangkitnya afek, dan mereka termotivasi untuk saling memiliki hubungan, akan menimbulkan rasa saling suka (Baron& Byrne, 2005). Hasil penelitian Simpson (2007) menunjukkan bahwa hubungan yang diawali dari persahabatan pada masa kanak- kanak, pada usia dewasa dapat dimungkinkan terbentuk hubungan romantisme yang nantinya memunculkan rasa nikmat yang lebih. Munculnya perasaan saling suka didalam persahabatan atau dalam hubungan yang akrab merupakan awal bagi mereka untuk saling jatuh cinta.

  Dalam percintaan melalui chatting, chatting merupakan sarana untuk mengakrabkan kedua belah pihak. Kendati hubungan melalui chatting ini berawal dari tanpa adanya keterlibatan fisik secara nyata seperti kisah cinta di dunia nyata pada umumnya, namun bagi para virtual lover, mereka tetap menganggap dan memaknai hubungannya ini sebagai hubungan percintaan terlebih bila keduanya memiliki rasa saling suka dan ada kecocokan. Percintaan yang mereka bangun ini sebagian berdasarkan khayalan dan ilusi yang positif. Bahkan, ilusi semacam ini tampaknya membantu menciptakan hubungan yang lebih baik (Martz, Murray, Holmes, Griffin, dalam Baron & Byrne , 2005). Agar keintiman yang mereka bangun berdasarkan menerus yakni dengan melakukan kontak secara online ataupun berkirim surat melalui email.

  Dari uraian tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai pemaknaan akan percintaan melalui chating ini. Secara khusus, peneliti ingin mengetahui hal tersebut pada usia dewasa awal karena pada usia tersebut, lebih banyak memfokuskan hubungannya pada relasi lawan jenis.

  

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apa makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal?

  

C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Dari hasil penelitian ini diperoleh :

  1. Manfaat secara teoretis Manfaat penelitian ini adalah menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial dengan memberikan kajian atas makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.

  2. Manfaat secara praktis.

  a. Bagi para cyberlover.

  Hasil penelitian ini sebagai sarana merefleksikan pengalaman mereka dan memberikan informasi dan gambaran mengenai hal-hal apa yang akan dialami.

  b. Bagi peneliti yang tertarik di bidang psikologi sosial.

  Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana acuan bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang interaksi antar manusia 1 ataupun jalinan yang di bentuk di dunia maya.

  )Gtalk, AOL Messanger (AIM), MSN Messanger, Yahoo Messanger adalah software yang biasa ² digunakan untuk chating dengan menginduk pada situs portalnya yaitu Google, AOL, MSN, &Yahoo

Byte adalah istilah yang biasa dipergunakan sebagai satuan dari penyimpanan data dalam komputer.

  ) Satu byte terdiri dari delapan bit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CINTA

1. Definisi cinta

  Kamus Online Wikipedia mengemukakan cinta adalah rasa kasih-sayang yang sangat kuat, rasa tertarik seseorang kepada orang lain. Hal ini tidak mudah bisa tergambar karena merupakan campuran emosi, orang bisa mencintai dan dicintai dengan cara berbeda. Cinta ditimbulkan oleh reaksi kimia di otak dan merupakan sensasi relatif; masing masing orang dapat merasakan hal yang berbeda atau mengalaminya dengan cara yang berbeda. Dengan demikian seseorang akan memberikan pemaknaan yang berbeda atas apa yang dialaminya. Banyak orang percaya bahwa mencintai akan menjadikan seseorang obsessive; orang memikirkan orang itu atau perihal mereka terus-menerus.

  (http://simple.wikipedia. org/wiki/Love).

  Fromm ( 2002) menyebutkan bahwa cinta adalah proses. Proses terpenting dari cinta adalah kesediaan saling memberi dan menerima. Ada 3 hal pokok dari cinta yaitu : a) cinta adalah perasaan, b) perasaan yang diwujudkan dengan adanya obyek yang dicintai, c) perasaan cinta adalah penyerahan diri pada suatu obyek yang dicintai. Dari hubungan cinta inilah seseorang memiliki kapasitas besar untuk belajar tentang diri mereka (Master dkk,1992).

  Stenberg dan Grajek (1988) menyatakan bahwa cinta terdiri dari sekumpulan afeksi, kognisi, dan motivasi yang berhubungan satu dengan yang Kassin (1992) menambahkan bahwa cinta adalah emosi yang bersifat mendalam dan vital yang merupakan jalinan erat dan signifikan dengan orang lain sehingga mereka dapat merasakan sesuatu atas apa yang dialami dan memunculkan berbagai macam pengekspresiannya.

  Peneliti menyimpulkan bahwa cinta adalah emosi yang bersifat mendalam atas rasa tertarik terhadap orang lain, juga bersifat vital dan menetap, yang merupakan sensasi relatif, seseorang dapat merasakan, mengalami dan memberikan makna dengan cara yang berbeda, melibatkan afeksi, kognisi dan motivasi untuk menjalin dengan erat dan berproses untuk saling memberi dan menerima.

2. Aspek dari cinta menurut segitiga cinta Stenberg

  Stenberg (1987) memformulasikan cinta dalam bentuk segitiga cinta (triangular

  model of love ). Formulasi ini terdiri dari 3 komponen dasar yang hadir pada

  derajat yang berbeda pada masing-masing pasangan. Komponen itu meliputi :

  a) Keintiman (intimacy) Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh kedua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Pasangan yang memiliki derajat keintiman yang tinggi, mempedulikan kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain, dan mereka saling menghargai, menyukai, bergantung dan memahami satu sama lain.

  b) Hasrat (passion).

  Hasrat muncul dari ketertarikan fisik dan seksualitas. Disebutkan bahwa

  (Fehr & Broughton, dalam Baron & Byrne, 2005). Waltser dan Haldfield ( dalam Stenberg, 1988) mendefinisikan hasrat sebagai ekspresi dari sebagian besar keinginan (desires) dan kebutuhan (need) seperti need of

  dominance (dominan) , need of submission(mengalah), need of affiliance

  (berteman), need of nurturance (menolong) dan sexual fulfillment (pemenuhan kebutuhan seks).

  c) Komitmen (commitment).

  Komponen ini mempresentasikan faktor kognitif seperti keputusan untuk saling mencintai, kesediaan untuk bersama dengan pasangannya dan juga untuk kesediaan untuk mempertahankan hubungan manakala hubungan mereka dalam masalah.

  a. keintiman

  (liking) romantic love companionate love

  Cinta sempurna= keintiman

  • hasrat+ komitmen

  (consummate love) b.

  c.

  hasrat komitmen (infatuation) fatous love (empty love) bagan segitiga cinta menurut Stenberg

3. Tipe- tipe cinta berdasarkan komponen Segitiga Stenberg

  Ada 6 macam type cinta yang terbentuk dari ketiga komponen diatas :

  a. Liking

  Cinta pada type ini hanya terdiri atas aspek keintiman saja. Untuk tipe cinta ini, yang muncul adalah rasa kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan yang biasanya ada pada hubungan persahabatan.

  b. Infatuation

  Cinta pada tipe ini hanya gairahlah yang paling menonjol. Tipe cinta ini, dapat digambarkan seperti pada cinta pada pandangan pertama ketika muncul ketertarikan secara fisik pada seseorang, dan biasanya mudah hilang.

  c. Empty Love

  Cinta pada tipe ini, komitmen dianggap paling menonjol. Cinta ini, biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang namun sudah berkurang kehangatan dalam hubungan mereka (misalnya pada pasangan usia lanjut).

  d. Romantic Love Romantic love memunculkan aspek keintiman dan gairah. Hubungan ini

  melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, namun tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan) e. CompanionateLove

  Aspek keintiman dan komitmen membentuk tipe cinta ini. Hubungan ini termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri).

  f. Fatous Love

  Hubungan ini melibatkan komponen gairah dan komitmen. Hubungan macam ini membentuk komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya ada pada pasangan kawin kontrak atau pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya.

  g. Consummate Love

  Semua komponen muncul, apabila ketiga komponen tersebut dapat berkombinasi, hasil yang didapat yaitu cinta sempurna (consummate

  love), yakni cinta yang ideal namun biasanya sangat sulit untuk diacapai (Baron & Byrne, 2005).

4. Proses perkembangan suatu hubungan.

  Levinger dan Snoek ( dalam Stenberg, 1987) menyebutkan beberapa tahap seseorang mengembangkan hubungan interpersonal : a) No contact (Tidak ada kontak)

  Tahap ini sebagai tahap nol yakni mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

  b) Awareness (kesadaran) Pada tahap ini, pasangan menyadari akan kemungkinan seseorang dalam menjalin hubungan interpersonal.

  c) The Potential Patner meet (kemungkinan bertemu pasangan).

  Para pasangan akan melakukan percakapan baik melakukan telepon kepentingan individu.

  d) Relationship Development (perkembangan hubungan interpersonal) Pada tahap ini terbagi menjadi tiga sub tahap, yakni minor intersection, moderate intersection, dan major intersection. Masing masing sub tahap ini ditunjukkan dari derajat tingkat saling ketergantungan terhadap pasangan.Tahap minor terjadi apabila pasangan tidak terlalu bergantung padanya namun kontak mereka tetap terjalin, untuk tahap moderat, nilai ketergantungannya sudah cukup membawa pada pada keterikatan namun masih ada hal hal yang secara prinsip tidak menjadi permasalahan, sedangkan tahap major apabila pasagan ini saling ketergantungan satu sama lain bahkan hampir dalam berbagai hal.

B. DEWASA AWAL

1. Definisi Dewasa Awal

  Havighrust & Neugarten ( dalam Stevens and Long, 1984) membagi dewasa menjadi dua yaitu dewasa awal (18-35 tahun) dan dewasa madya (35- 65 tahun).

  Lain halnya dengan Hurlock (1993) yang menyebutkan bahwa seseorang dapat dikatakan berusia dewasa dini ketika ia berusia 18 hingga 40 tahun, berusia dewasa madya ketika 40 hingga 60 tahun, kemudian dewasa akhir ketika seseorang berusia 60 akhir hingga seseorang telah mencapai tutup usia/ mati.

  Sedangkan Haditomo (dalam Monks dkk, 1998) membagi usia dewasa menjadi tiga yaitu dewasa awal (21 – 35 tahun), dewasa madya ( 33 – 55 tahun) dan dewasa akhir (55-65 tahun).

  . Di Indonesia batasan kedewasaan adalah 21 tahun yang berarti pada usia tersebut seseorang telah dapat dianggap dewasa dan sudah punya tanggung jawab terhadap perbuatannya (Monks dkk, 1998). Santrock (2002) memperjelas dengan pendapatnya bahwa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Pada masa ini seseorang dianggap memiliki kemandirian dari segi ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan.

  Jadi dewasa awal adalah usia seseorang menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru, dan dianggap sudah dapat bertanggung jawab terhadap perbuatannya, memiliki kemandirian dari segi ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan dengan batasan usia 21 hingga 35 tahun.

2. Ciri-ciri Dewasa Awal

  Individu dengan masa dewasa awal akan menyesuaikan terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru yakni sebagai calon pembentuk keluarga baru, dan sebagai warga negara yang memiliki status dewasa. Mappiare (1983) secara spesifik menyebutkan ciri-cirinya sebagai berikut :

  a) Dewasa awal sebagai usia reproduktif Pada masa ini fungsi reproduksi meliputi organ kelamin serta siklus hormonal telah matang. Mereka disiapkan menjadi calon orang tua baru dan mereka akan memiliki peran sebagai ayah ataupun ibu. Bagi mereka yang mulai mempersiapkan untuk memasuki hidup berumah tangga, ia akan mempersiapkan diri sebagai orang tua khususnya dalam melahirkan dan b) Dewasa awal sebagai usia memantapkan letak kedudukan (settle down) Sejak seorang telah mulai memainkan peranannya sebagai orang dewasa dan menyetujui atas peranannya itu, mereka akan mengikuti pola-pola perilaku tertentu dalam banyak aspek kehidupan sehingga akan menjadi cirri khas seseorang sampai akhir hayatnya. Banyak orang setelah mencapai kematangan, langsung memasuki hidup perkawinan, memperoleh kemantapan diri dalam suatu lapangan kerja. Mereka akan berkesempatan pula untuk mengambil kedudukan yang mantap dalam masyarakat.

  c) Dewasa awal sebagai usia banyak masalah Pada masa ini mereka akan dihadapkan oleh berbagai permasalahan baru yang berhubungan dengan pekerjaan yakni tentang kesempatan kerja yang tersedia.

  Dari segi lingkungan sosial, terutama dari orang tua terdapat pengaruh berupa keinginan dan harapan yang kadang bertentangan dengannya. Permasalahan lainnya yaitu tentang pemilihan pasangan hidup. Sebelum memasuki jenjang perkawinan, mereka akan dihadapkan pada persoalan penyesuaian diri terhadap pasangan, orang lain yang berhubungan, beserta norma-norma dan nilai sosial yang berlaku.

  d) Dewasa awal merupakan usia tegang dalam hal emosi Pada masa ini, mereka banyak mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan, tuntutan sosial dan sebagainya. Ketegangan emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapi tersebut. Disamping itu bila mereka memiliki harapan yang terlalu tinggi serta tidak selaras dengan kemampuan yang dimiliki, mereka akan merasa kepayahan dan bahkan kegagalan yang pada akhirnya dapat membuat kecewa. Harapan harapan yang tinggi merupakan peluang bagi mereka untuk mendapatkan stress, patah hati yang selanjutnya dapat menimbulkan kekacauan-kekacauan psikologis atau masalah psikosomatis.

3. Karakteristik minat sosial dewasa awal.

  Erikson (dalam Papalia & Old, 1986) mengatakan bahwa pada usia 20 hingga 40 tahun seseorang dalam fase intimacy versus isolation ini, akan memiliki perasaan identitas diri yang dikembangkan pada masa remaja, yang memungkinkan orang dewasa dini untuk memadukan identitasnya pada masa lalu. Pada masa dewasa awal cenderung mengembangkan prinsip etis mengenai perkawanan yang akrab, dan persaingan. Mereka akan menyiapkan untuk masuk ke suatu hubungan heterosexual, hubungan penuh kasih dengan tujuan terakhir mepersiapan untuk anak-anak mereka. Erikson menegaskan (dalam Hurlock, 1993, Papalia & Old, 1986) masa dewasa awal merupakan masa “krisis keterpencilan”, pada masa itu mereka akan sering merasa kesepian. Mereka akan merasakan seolah olah kehilangan teman yang menyenangkan layaknya pada masa remaja manakala mereka selalu berbincang-bincang atau melakukan kegiatan bersama-sama. Hal ini dikarenakan adanya berbagai macam perubahan yaitu : a) Perubahan dalam peran serta sosial Pada masa ini, kegiatan yang biasa dilakukan pada masa remaja cenderung dikurangi, karena kegiatannya akan dipusatkan di rumah, pada keluarga dan pada pekerjaan.

  b) Perubahan dalam persahabatan Keinginan untuk popular dan mempunyai banyak teman akan memudar menjelang masa dewasa awal, terutama bagi mereka yang memiliki tugas dan tanggung jawab keluarga. Pada masa dewasa awal, seseorang akan memilih teman-teman berdasarkan kecocokan kepentingan dan nilai-nilai yang sama.

  c) Perubahan dalam kelompok sosial Pada masa ini, mereka umumnya mempunyai teman akrab atau teman yang dapat dipercaya yang jumlahnya kecil. Biasanya mereka adalah teman-teman lama, kecuali bila keadaan telah berubah banyak. Jumlah teman akrab ini juga bergantung pada keterbukaan mereka akan minat, aspirasi dan masalah.

  Banyak yang enggan membahas masalah pribadi dengan orang luar karena mereka ingin menciptakan kesan yang menarik dan juga tidak ingin mengambil resiko masalahnya dibicarakan oleh orang lain.

C. CHATTING

  Chatting merupakan bentuk komunikasi langsung namun tanpa adanya tatap muka, bersifat informal, dapat dilakukan kapan saja, dengan siapa saja secara simultan diberbagai belahan bumi (Evita, 2002). Dahulu, IRC (internet terfavorit dan MIRC sebagai software yang terkenal. IRC seakan menjadi sarana wajib di warnet-warnet. Kini, fasilitas-fasilitas messenger seperti Yahoo

  

Messenger atau MSN Messenger mulai menggeser keberadaan MIRC

  (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas_maya). Melalui fasilitas messenger ini, kita akan mengenal istilah instant message yakni berkomunikasi langsung antar dua atau lebih orang-orang dalam suatu jaringan Internet itu. Instan messaging memerlukan penggunaan suatu program klien relai yakni suatu jasa atau layanan penyampaian pesan sekejap yang berbeda dengan e-mail, sehingga penggunanya mampu melakukan percakapan secara langsung (realtime) ( http://en.wikipedia. org/wiki/ Instant_messanger).

  Dalam dunia chating, sebagian komunikasi lebih pada bahasa tulis sehingga terkadang para penggunanya sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka, karena itulah muncul emoticon yakni simbol penggambaran emosi yang dibentuk dari pengetikan tanda baca (Chenault, 1997).

  Sebagai contoh, untuk menampilkan symbol bunga mawar (melalui layanan yahoo

  

messenger), seseorang tinggal mengetikkan @};- lalu menekan tombol “enter’

  dan seketika akan muncul gambar bunga mawar di dalam instant message tersebut.

  Dalam perkembangan pada tahun terakhir ini, fasilitas chatting lebih dipermudah dengan adanya sarana web cam dan voice mail terutama bagi para pengguna Yahoo Messanger dan MSN Messanger. Bagi mereka yang memiliki fasilitas web cam dapat menampilkan tayangan dirinya sehingga lawan chatting dapat melihat dirinya layaknya melihat tampilan kamera. Fasilitas ini akan terasa terpasangkan pada komputer pasangan chatting karena dengan sarana tersebut, mereka dapat bercakap-cakap secara langsung seperti layaknya berbicara di

  telephone.

  Apabila seseorang berinteraksi terus menerus dengan orang yang sama maka seseorang dimungkinkan mengalami jatuh cinta. Hal ini disebut sebagai

  

cyberlove jika dilihat secara etimologi yaitu berasal dari kata cyber (diambil dari

  kata cyberspace) dan love. Dengan demikian cyberlove dapat diartikan jalinan cinta yang menggunakan jaringan komputer sebagai medium untuk berkomunikasi online.