Tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember dalam konteks nilai-nilai kongregasi Santa Perawan Maria - USD Repository

  

TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

DAN AKTUALISASI-DIRI PARA GURU – PEGAWAI

TK, SD, SMP MARIA FATIMA JEMBER

DALAM KONTEKS

NILAI-NILAI KONGREGASI SANTA PERAWAN MARIA

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh: Theresia Karti

  NIM: 011114037

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2006

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  ™ Hidup adalah sebuah orkes simphoni yang indah, sebuah pemandangan yang elok, sebuah impian yang meski diraih, sebuah realita yang perlu dihadapi, dan sebuah hadiah indah yang perlu dipersembahkan kembali kepada yang kuasa (Penulis). ™ God Loves a simple heart which does its best (Julie Billiart). ™ Draw great advantage from all trials. Nothing causes trees to be more strongly rooted than great winds (Julie Billiart).

  ™ Lakukanlah yang terbaik dan serahkan yang lain ke dalam tangan Tuhan (Amsal).

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: ¾ Para Suster Dewan Pengurus Provinsi Kongregasi Suster Santa Perawan Maria

  (SPM) ¾ Para Suster SPM Komunitas Studi, Jl. Mliwis No.4 Demangan Baru Yogyakarta ¾ Para Suster SPM Komunitas Jember I, Jl. Kartini No. 28 Jember ¾ Bapak-Ibu Guru, Pegawai, dan Karyawan SMPK Maria Fatima Jember ¾ Ibu (alm), dan kakak-kakak, serta keponakan-keponakanku yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta doa restu.

  ¾ Sahabatku yang setia menemani seluruh perjuangan dan pergulatanku. ¾ Almamaterku yang tercinta Universitas Sanata Dharma.

  

ABSTRAK

TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

DAN AKTUALISASI-DIRI PARA GURU – PEGAWAI

TK, SD, SMP MARIA FATIMA JEMBER

  

DALAM KONTEKS

NILAI-NILAI KONGREGASI SANTA PERAWAN MARIA

JEMBER

  Theresia Karti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2006 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru TK, SD, SMP Maria Fatima Jember dalam konteks nilai-nilai Kongregasi Santa Perawan Maria. Masalah-masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan fisiologis para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 2) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan rasa aman para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 3) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan memiliki-dimiliki dan kasih sayang para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 4) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan penghargaan para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 5) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima?

  Penelitian ini dilakukan terhadap para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember yang berjumlah 86 orang yang terdiri dari guru-pegawai: 1) TK sejumlah 17 orang, 2) SD sejumlah 44 orang, dan 3) SMP sejumlah 25 orang.

  Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri. Instrumen dibuat oleh penulis berdasarkan lima aspek kebutuhan A. Maslow dan nilai-nilai Kongregasi SPM. Teknik analisis data menggunakan penghitungan Mean (M) yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat pemenuhan kebutuhan dengan kategori skor

  ≥ M adalah terpenuhi (T), dan skor < M adalah kurang terpenuhi (KT). Hasil penelitian menunjukkan: pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi- diri menurut pandangan Maslow di kalangan guru-pegawai; TK sejumlah 8 orang, SD sejumlah 26 orang, SMP sejumlah 18 orang. Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri menurut nilai-nilai Kongregasi SPM di kalangan guru-pegawai; TK sejumlah 9 orang, SD sejumlah 18 orang, dan SMP sejumlah 7 orang.

  Berdasarkan hasil penelitian ini, diusulkan kepada Pengurus Perkumpulan Dharmaputri dan Kepala Sekolah TK, SD, SMP Maria Fatima Jember untuk mengembangkan program peningkatan pemahaman terhadap kebutuhan hidup dan nilai-nilai SPM. Caranya dengan meninjau ulang kebijakan Perkumpulan

  

ABSTRACT

BASIC NEEDS FULFILLMENT AND SELF-ACTUALIZATION

OF TEACHERS AND STAFFS IN MARIA FATIMA

KINDERGARTEN, ELEMENTARY SCHOOL, AND JUNIOR

HIGH SCHOOL JEMBER IN THE CONTEXTS OF

SAINT MARY CONGREGATION’S VALUES

  

Theresia Karti

Sanata Dharma UniversityYogyakarta

2006

  This study was aimed to find out the basic needs fulfillment and self- actualization of teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember in the context of Saint Mary Congregation’s values. The problems discussed in this study were (1) What is the level of physiological needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; (2) What is the level of safety needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; (3) What is the level of belonging and love needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; (4) What is the level of rewards needs of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; and (5) What is the level of self-actualization needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?

  This study was done involving 86 teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember: 1) 17 people from the kindergarten, 2) 44 people frm the elementary school, and 3) 25 people from the junior high school. The instrument employed here was basic needs fulfillment and self-actualization questionnaire. The instrument was developed by the writer in accordance with the needs aspects proposed by A. Maslow and SPM Congregation’s values. The data analysis technique was by calculating the Mean which then was used as a guideline in deciding teachers and staffs’ needa fulfillment; if the score category ≥ M, the needs were fulfilled (T) and if the score < M, it’s not fulfilled (KT).

  The result showed that the basic needs fulfillment and self-actualization of the teachers and staffs according to Maslow were 8 people from the kindergarten, 26 people from the elementary school, and 18 people from the junior high school. Meanwhile, the basic needs fulfillment and actualization of the teachers and staffs according to SPM Congregation were 9 people from the kindergarten, 18 people from elementary school, and 7 people from the junior high school.

  Based on the result, it was recommended to administrators of Perkumpulan Dharmaputri and headmasters of Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember to develop a program to improve the understanding on basic needs fulfillment and SPM’s values. This could be done by reconsidering the policy of Perkumpulan Dharmaputri in relation with physiological needs fulfillment

KATA PENGANTAR

  Limpah syukur dan terima kasih kepada Tuhan sebagai Bapa yang Mahabaik, atas rahmat kekuatan dan ketekunan, kesehatan, serta kesetiaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember dalam konteks nilai-nilai Kongregasi SPM. Di samping itu penyusunan skripsi ini juga untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling.

  Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan rendah hati dan sudah selayaknya pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian dalam skripsi ini.

  2. Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar, setia, dan siap sedia memberikan waktu, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai.

  3. Dra. C. L. Milburga, CB, M. Ed, Dosen Pembimbing II yang telah berkenan memberikan koreksi, dan bimbingan secara sabar dan tekun dari awal sampai berakhirnya proses penulisan skripsi ini.

  4. Para Suster Dewan Pengurus Provinsi SPM Indonesia yang telah memberi kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk menambah wawasan dan ilmu di Universitas Sanata Dharma ini.

  5. Para Suster SPM Komunitas Studi Yogyakarta yang selalu memberikan semangat, perhatian, dukungan, dan doa selama penulis menempuh studi dan khususnya selama penulisan skripsi ini.

  6. Para Suster SPM Komunitas Jember yang senantiasa memberi kesempatan dan dukungan baik secara moral, material, maupun spiritual selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  7. Pengurus Perkumpulan Dharmaputri yang telah mengijinkan penulis untuk meninggalkan tugas dan tanggung jawab di SMPK Maria Fatima Jember selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi.

8. Bapak V. Sriyadi, Wakil Kepala Sekolah SMPK Maria Fatima dan Sr. Severina

  SPM yang telah rela sedia mengerjakan dan mengambil alih segala tugas dan tanggung jawab penulis selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  9. Bapak-Ibu Guru, Pegawai, dan Karyawan SMPK Maria Fatima Jember yang telah memberikan kesempatan, pengertian, dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  10. Para Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu selama penulis menjalani masa studi di Universitas Sanata Dharma.

  11. Rm. Emilianus Sarimas Pr., dan Fr. Frans Batik Mase HHK, serta teman-teman angkatan 2001 tercinta yang telah banyak memberi perhatian, semangat, dukungan selama penulis menempuh studi dan penulisan skripsi ini.

  12. Rm. B. Hudiono Pr. yang selalu memberi semangat, perhatian, dukungan, dan doa dari awal memasuki masa studi sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan, perhatian, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama dalam penulisan skripsi ini.

  Semoga Tuhan, Bapa yang Mahabaik memberkati semua pihak yang telah membantu penulis dalam bentuk apapun, dengan kelimpahan berkat rohani dan rejeki secukupnya.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca, khususnya para guru-pegawai di lingkungan Perkumpulan Dharmaputri, para Kepala Sekolah, dan Pengurus Perkumpulan Dharmaputri dalam mengalirkan nilai-nilai Kongregasi SPM kepada setiap peserta didik.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… v ABSTRAK …………………………………………………………………. vi ABSTRACT ……………………………………………………………….. vii KATA PENGANTAR ……………………………………………………... viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xi DAFTAR TABEL ……………….………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………...

  1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………

  1 B. Perumusan Masalah ……………………………………………………...

  4 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...

  4 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….

  5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………..

  8 A. Sejarah Kongregasi Santa Perawan Maria (SPM) ……………………… 8

  1. Biografi Julie Billiart ………………………………………………… 8

  2. Julie Billiart dan Santa Perawan Maria ……………………………… 19

  3. Hubungan Julie Billiart dengan Kongregasi SPM …………………… 22

  4. Perkembangan Kongregasi SPM Amersfoort di Indonesia ………….. 24

B. Nilai-nilai Kongregasi SPM ……………………………………………. 26

  1. Pengertian Nilai ……………………………………………………… 26

  2. Nilai-nilai Khas Julie Billiart menjadi Pedoman bagi SPM …………. 28

C. Aktualisasi-Diri menurut Abraham Maslow …………………………… 33

  1. Pengertian Aktualisasi-diri …………………………………………… 35

  2. Hirarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow ……………………… 37

  3. Sifat-sifat Orang yang Teraktualisasi-diri …………………………… 40

  4. Sifat-sifat Pribadi yang Teraktualisasi-diri yang sudah dihidupi Julie Billiart ………………………………………………………………… 45

D. Bimbingan/Pembinaan bagi Guru-Pegawai ……………………………… 46

  1. Pengertian Bimbingan ……………………………………………….. 46

  2. Tujuan Bimbingan Kelompok ……………………………………….. 47

  3. Fungsi Bimbingan/Pembinaan ……………………………………….. 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 51

  B. Subyek Penelitian ……………………………………………………… 52

  C. Instrumen Penelitian …………………………………………………… 52

  D. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………………… 59

  E. Teknik Analisis Data …………………………………………………… 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...

  61 A. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 61

  1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ………………………………... 61

  2. Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri para Guru-Pegawai TK, SD, SMP ………………………………………… 61

  B. Pembahasan ……………………………………………………………… 64

  1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri Guru-Pegawai TK ……………………………………………………. 65

  2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri Guru-Pegawai SD …………………………………………………….. 66

  3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri Guru-Pegawai SMP …………………………………………………… 67

BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN-SARAN ……….. 69 A. Ringkasan …………………………………………………………………. 69 B. Kesimpulan ………………………………………………………………. 71 C. Saran-saran ……………………………………………………………….. 72

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1 : Ekuivalensi Nilai-nilai Julie Billiart dengan Sifat-sifat Pengaktualisasi-diri Maslow ………………………………….

  45 Tabel 2 : Sebaran item Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri Guru-Pegawai ……...

  53 Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba …………………………

  58 Tabel 4 : Rincian Subyek Penelitian Guru-Pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember …………………………………………... 61

  Tabel 5 : Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri TK ……….. 62 Tabel 6 : Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktulisasi-diri SD ………… 63 Tabel 7 : Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri SMP ……… 64

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1: Tabulasi Skor Uji Coba Guru-Pegawai SMPK Mater Dei Probolinggo ...........................................................

  75 Lampiran 2: Hasil Analisis Uji Validitas item Per-aspek ...........................

  79 Lampiran 3: Tabulasi Skor Gasal-Genap Uji Coba ..................................... 86 Lampiran 4: Penghitungan Validitas dan Reliabilitas .................................. 88 Lampiran 5: Tabulasi Skor Penelitian Guru-Pegawai .................................. 90 Lampiran 6: Olah Data Per-aspek: Terpenuhi (T) atau Kurang Terpenuhi (KT) ..........................................................................................

  96 Lampiran 7: Kuesioner Penelitian ................................................................ 98

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Natawidjaja mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada

  seseorang yang dilakukan secara berkesinambungan, agar dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri, dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga, serta masyarakat. Dengan demikian seseorang tersebut dapat mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel, 2004: 29). Dalam konteks skripsi ini, penulis ingin membantu guru di kalangan Perkumpulan Dharmaputri supaya dapat mengecap kebahagiaan hidupnya sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi para peserta didiknya. Caranya dengan mencoba memfasilitasi lewat suatu bimbingan atau pembinaaan.

  Menurut Perkumpulan Dharmaputri, memfasilitasi guru supaya dapat mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi peserta didik sangat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003). Perwujudan dari tujuan tersebut oleh Perkumpulan Dharmaputri dirumuskan melalui visi misi yakni membantu peserta didik mencapai kepenuhan kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah.

  Selain guru, ada tenaga kependidikan yang ikut serta memegang peranan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di lingkungan Perkumpulan Dharmaputri yakni para pegawai. Pegawai ikut ambil bagian dalam proses pembentukan peserta didik melalui berbagai pelayanan mereka. Oleh karena itu guru-pegawai memiliki peranan besar dalam membantu perkembangan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mencapai kepenuhan kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah.

  Guru-pegawai diharapkan dapat menjalankan peranannya secara maksimal untuk membantu peserta didik mencapai visi misi Perkumpulan Dharmaputri apabila mereka dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup. Menurut Abraham Maslow yang dimaksud dengan orang yang memiliki kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi orang lain adalah orang yang mampu mengaktualisasikan-diri.

  Orang yang mengaktualisasikan-diri adalah orang yang mampu menyerap nilai-nilai ke dalam dirinya dan mewujudkannya dalam sikap hidup. Sifat-sifat orang yang mengaktualisasikan-diri diantaranya adalah memiliki sifat rendah hati, kreatif, fleksibel, terbuka, spontan, berani melawan arus, dll (Goble, 1987: 50 – 67). Lebih lanjut Maslow menjelaskan bahwa orang untuk sampai pada aktualisasi diri mengandaikan orang tersebut telah terpenuhi empat kebutuhan dasar yang lain yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih, dan kebutuhan akan penghargaan.

  Dalam konteks perspektif Maslow penulis merasa tertarik apakah tingkat aktualisasi guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember tergantung pada terpenuhinya empat kebutuhan dasar tersebut atau tidak. Nilai-nilai aktualisasi- diri yang hendak ditawarkan oleh penulis adalah nilai-nilai yang dihidupi oleh Kongregasi Santa Perawan Maria (SPM) yakni iman yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik, peka akan tanda-tanda zaman, dan solider terhadap mereka yang miskin dan menderita.

  Hal ini mendorong penulis ketahui dalam rangka perayaan 80 tahun Kongregasi SPM berkarya di Indonesia. SPM khususnya Perkumpulan Dharmaputri perlu mengetahui apakah nilai-nilai yang dihidupi oleh SPM juga menjadi daya kekuatan dari guru-pegawai yang ada di lingkungan SPM. Dengan demikian anak-anak yang dididik oleh SPM mencerminkan sosok pribadi yang bermartabat. Pribadi yang bermartabat sebagai citra Allah inilah merupakan perwujudan dari sosok pribadi.

  Penelitian terhadap para guru-pegawai dari TK, SD, SMP Maria Fatima dikelola oleh Kongregasi SPM. Guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima bukan merupakan anggota Kongregasi SPM melainkan sebagai ujung tombak dan perpanjangan tangan dari Kongregasi SPM dalam mengalirkan nilai-nilai SPM.

B. Perumusan Masalah

  Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah:

  1. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan fisiologis para guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?

  2. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan akan rasa aman para guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?

  3. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang para guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?

  4. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan akan penghargaan para guru- pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?

  5. Bagaimana tingkat aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui tingkat pemenuhan empat kebutuhan dasar menurut hirarki kebutuhan Maslow pada guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima

2. Mengetahui tingkat aktualisasi-diri guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria

  Fatima Jember terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam semangat awal Kongregasi SPM?

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengurus Perkumpulan Dharmaputri dan para guru-pegawai sebagai masukan dalam meningkatkan profesionalitas guru-pegawai dalam berkarya di lingkungan pendidikan yang dikelola oleh Perkumpulan Dharmaputri.

  E. Batasan Istilah

  Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:

  1. Nilai-nilai Kongregasi SPM Nilai-nilai Kongregasi SPM adalah hal-hal penting dan berguna, yang perlu dikejar untuk diwujudkan. Hal-hal penting itu disebut “obor”/semangat/jiwa yang telah dihidupi oleh Julie Billiart, Ibu Rohani Kongregasi SPM. Karena “obor”/nilai/spiritualitas merupakan hal penting oleh karena itu perlu diteruskan kepada seluruh anggota SPM dan kepada mereka yang terlibat langsung dalam karya para suster SPM.

  2. Perkumpulan Dharmaputri Perkumpulan Dharmaputri adalah lembaga penyelenggara karya pendidikan bertujuan mencerdaskan generasi muda secara integral dengan mendahulukan yang miskin dan tertindas, yang dengan bimbingan Roh Allah mencermati tanda-tanda zaman, terbuka berdialog dan bekerja sama dengan Gereja, pemerintah, dan masyarakat untuk membangun persekutuan hidup baru yang pusatnya kesamaan martabat manusia. Perkumpulan Dharmaputri merupakan lembaga berbadan hukum No. 55 tahun 2000. Perkumpulan Dharmaputri merupakan pengelola sekolah-sekolah yang didirikan oleh Suster-suster Kongregasi SPM.

  3. TK, SD, SMP Maria Fatima Jember TK, SD, SMP Maria Fatima Jember adalah sekolah-sekolah di bawah Perkumpulan Dharmaputri yang berada di Jember. TK terdiri dari dua sekolah yakni TKK Siswa Rini I dan TKK Siswa Rini II. SD terdiri dari dua sekolah yakni SDK Maria Fatima Kartini, dan SDK Maria Fatima III Sempusari, serta satu SMP yakni SMPK Maria Fatima.

  4. Guru-Pegawai Guru-pegawai adalah semua guru baik guru tetap maupun guru honorarium dan semua tenaga pelaksana yang meliputi tenaga pustakawan, tata usaha, dan bendahara dari masing-masing unit sekolah yang ada di Jember.

  5. Aktualisasi-diri Aktualisasi-diri adalah kecenderungan untuk mengembangkan bakat dan kapasitas sendiri dan menjadi penuh (holistic). Pribadi yang mencapai nyatakan atau menghidupi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dll. Aktualisasi-diri terhadap nilai-nilai SPM berarti mengaktualkan, mewujud-nyatakan nilai-nilai khusus yang dihidupi oleh SPM yang disebut dengan “obor”/nilai/spiritualitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan topik

  penelitian yaitu: (1) Sejarah Kongregasi SPM Amersfoort yang meliputi: biografi Julie Billiart, Julie Billiart dan Santa Maria, hubungan Julie Billiart dengan Kongregasi SPM Amersfoort, perkembangan SPM Amersfoort di Indonesia; (2) Nilai-nilai Kongregasi SPM: pengertian nilai, nilai-nilai khas Julie Billiart menjadi pedoman bagi SPM; (3) Aktualisasi – Diri menurut Abraham Maslow meliputi: pengertian, hirarki kebutuhan, sifat-sifat pengaktualisasi, aktualisasi nilai-nilai Kongregasi SPM; (4) Bimbingan Kelompok: pengertian, tujuan, dan fungsi bimbingan.

A. Sejarah Kongregasi Santa Perawan Maria (SPM)

1. Biografi Julie Billiart

  Julie Billiart dilahirkan 12 Juli 1751 di Cuvilly-Perancis Selatan. Orang tua Julie bekerja sebagai petani dan mengelola toko kain kecil, juga saleh dan tekun berdoa. Mereka mendidik dan membesarkan Julie dan saudara- saudaranya dengan penuh kasih. Ayahnya memperkenalkan Julie akan segala keindahan dan menegaskan jika segala yang ada diciptakan oleh Tuhan yang mahakasih. Hingga suatu hari timbul pertanyaan dari Julie Billiart, “Siapakah menjaga kehidupan kita dari sorga, sebagai Bapa yang penuh kasih dan mahabaik“ (Tamtomo, 1973: 12) Pengertian dan pemahamannya akan Tuhan yang mahabaik terus berkembang dalam diri Julie Billiart. Dia menjadi anak yang senang menolong. Jiwa penolong dan semangat yang berapi-api itu selalu tampak dalam setiap tindakannya. Di sela-sela kesibukan Julie membantu kedua orang tuanya, dia senang sekali berceritera tentang keyakinannya kepada Tuhan yang maha baik itu kepada teman-temannya.

  Kebahagiaan keluarga Billiart tidak berlangsung lama. Tahun 1764 kesusahan besar menimpa keluarga Billiart. Mereka kehilangan empat anaknya secara berturut-turut, karena sakit. Akan tetapi pengalaman pahit ini semakin mendekatkan iman mereka kepada Tuhan: menyerah pada kehendak Tuhan yang mahakasih.

  Julie semakin bertumbuh besar. Dia semakin rajin membantu orang tua, mengajar anak-anak calon komuni pertama, juga menolong orang-orang yang menderita sakit atau miskin di desanya. Bahkan kadang-kadang Julie berkorban untuk berjaga malam bagi yang sakit. Dari pengalaman menunggui orang sakit, Julie semakin mengerti bahwa penderitaan kadang-kadang dapat memisahkan manusia dengan Tuhan. Julie merasa sedih jika dia menemukan orang yang terpisah dari Tuhan. Oleh karena itu dia berusaha untuk memperkenalkan betapa baiknya Tuhan yang mahakasih kepada yang sedang melainkan dengan sabar menanti sampai seseorang itu menyadari kebaikan Tuhan dalam seluruh hidupnya.

  Tahun 1774 ketika keluarga Billiart sedang duduk-duduk bersama, tiba- tiba dikejutkan dengan lemparan batu ke arah jendela kaca di toko dan sesaat kemudian disusul tembakan karena toko mereka dirampok. Meskipun tembakan itu tidak mengenai sasaran, dan tidak ada seorangpun yang terluka tetapi sistim saraf Julie (23th) menjadi tegang. Sedikit demi sedikit Julie kehilangan daya gerak pada kedua kakinya. Pada usia 30 tahun Julie menjadi lumpuh total dan tak ada harapan untuk sembuh (Irmine, 1998: 20).

  Yang mengagumkan, kelumpuhan dan penderitaannya tidak mengurangi rasa cinta Julie kepada Tuhan. Penderitaan dilihatnya sebagai kehendak Tuhan yang mahasuci. Dia menyetarakan penderitaannya dengan penderitaan Yesus di salib. Salib menjadi satu-satunya kekuatan dan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan mengapa ada kesengsaraan di dunia ini. Keyakinannya selalu diakhiri dengan seruan “O betapa baiknya Tuhan yang mahakasih” (Tamtomo, 1973: 26).

  Kelumpuhan dan penderitaan Julie pun tidak membatasi segala aktivitasnya. Dia semakin memperbanyak jam doa (ia berdoa selama 4–5 jam/hari). Dia juga mengajar katekismus kepada anak-anak, orang muda dan orang-orang dewasa. Sambil berbaring Julie menyampaikan ajaran-ajarannya.

  Mereka dengan gembira dan penuh semangat mendengarkan kabar sukacita

  Tuhan yang disampaikan oleh Julie. Akibatnya kebaikan dan kesalehan Julie semakin dikenal oleh banyak orang.

  14 Juli 1789, terjadilah Revolusi Perancis mengusung jargon yang sangat terkenal: “Liberty, Egality, Fraternity” (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Pada situasi tersebut Julie banyak membela para imam, melindungi dari pengejaran para revolusioner, suatu tindakan yang sangat berbahaya. Julie yang dianggapnya sebagai orang suci memiliki pengaruh yang besar terhadap rakyat yang masih setia kepada Tuhan, juga dianggap sebagai musuh revolusi. Oleh karena itu Julie harus segera ditangkap dan dipenjarakan.

  Billiart, ayah Julie menyarankan sebaiknya Julie segera pindah ke Gournay-le-Aronde, ke tempat Madame Pont I’abbe yang telah beberapa waktu sebelumnya menawarkan tempat di istananya. Madame Pont I’abbe adalah seorang bangsawan yang baik dan sangat mengenal Julie. Julie merasa keberatan karena harus meninggalkan ayah, ibu, dan rumah yang di tempatnya selama ini. Tetapi dia berpikir kalau ini memang yang dikehendaki Tuhan, dia memang harus berangkat.

  Julie berangkat ke Gournay-le-Aronde ditemani kemenakannya Felisite. Felisite merasa senang karena dapat merawat tantenya dengan baik dengan memberikan makanan yang sesuai anjuran dokter. Mereka tinggal di istana Madame Pont I’abbe. Namun ketenangan Julie Billiart tidak berlangsung malam terdengarlah teriakan-teriakan agar menyerahkan “orang suci” Julie Billiart itu kepada mereka. Permintaan itu ditujukan kepada Madame Pont I’abbe. Kepala pengurus istana menyampaikan maksud dan tujuan para revolusioner kepada Julie dan memintanya untuk mencari tempat lain karena suatu hari nanti mereka akan datang kembali. Berhadapan dengan situasi ini, Julie berdoa dalam hati “Terjadilah kehendakMu ya Tuhan.”

  Akhirnya Julie didampingi oleh Felisite, meninggalkan istana Madame Pont I’abbe dengan gerobak isi jerami menuju ke Compiegne (Tamtomo, 1996: 10). Desa Compiegne memiliki cuaca yang sangat dingin. Hal itu tidak menguntungkan bagi kondisi kesehatan Julie. Julie jatuh sakit, Felisite menjadi cemas. Julie menangkap kecemasan kemenakannya. Dia menyakinkan Felisite dengan berbisik: Tuhanlah yang akan mengurus semua, anakku” (Tamtomo, 1973: 34).

  Penderitaan Julie semakin hebat. Kondisi tubuhnya semakin menurun. Kelumpuhannya menjalar sampai ke dagu. Sementara itu keberadaannya mulai tercium oleh para revolusioner. Untuk menghindari kejaran para revolusioner Julie terpaksa harus berpindah-pindah tempat. Dalam penderitaanya yang paling berat tersebut dia tetap yakin bahwa “Tuhan selalu minta lagi … dan Tuhan masih akan minta lagi …” (Tamtomo, 1973: 34). Imannya kepada Tuhan tetap teguh dan kuat. Dia selalu berdoa agar kehendak Tuhanlah yang terjadi.

  Julie mengalami kegelapan lahir dan batin selama dalam pengejaran. Julie tidak pernah mendapatkan pelayanan rohani. Tidak ada seorang imampun yang datang berkunjung ke tempat Julie bersembunyi.

  Setelah dua tahun dalam kegelapan rohani, tahun 1793, seorang imam bernama Abbe de Lamarche (Tamtomo, 1973: 35) datang ke tempat persembunyian Julie untuk memberikan pelayanan rohani. Abbe Lamarche mendapat tugas menjaga suster-suster Karmelites yang diusir dari biaranya.

  Abbe de Lamarche dengan sembunyi-sembunyi mengirim Komuni suci ke Julie Billiart. Penyerahan Julie Billiart terhadap penyelenggaraan Ilahi memberi kesempatan seluas-luasnya bagi karya dan rencana Tuhan. Hingga pada suatu hari terjadi peristiwa berikut: “tiba-tiba kamar yang kecil tempat Julie terbaring makin lama makin terang, hingga segalanya menjadi suram. Dari dalam terang yang aneh itu timbullah pemandangan yang amat jelas …. Sebuah bukit, bukit Kalvari, dengan sang penebus di atas salibNya. Di sekitarNya berkumpul suster- suster yang tiada terhitung jumlahnya dengan pakaian biara yang belum pernah dilihatnya. Beberapa suster dari mereka itu nampak begitu dekat di muka Julie, hingga dapat dikenal raut mukanya benar-benar. Kemudian terdengarlah suara yang jelas sekali: “Lihatlah, ini putri-putrimu rohani, yang akan Kuberikan kepadamu dalam suatu yayasan yang ditandai dengan SalibKu.” (Tamtomo, 1973: 38).

  Penglihatan itu menghilang tapi tetap segar dalam ingatannya. Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Kemiskinan dan dinding-dinding rumah yang sempit itulah yang ada. Tetapi Julie mengalami suatu kedamaian batin yang luar biasa. Ia menunggu dan siap untuk menuruti kehendak Tuhan yang penuh rahasia itu. Salib Tuhan akan menjadi salib yang harus dipanggulnya.

  Ketika tinggal di Amiens, Julie berjumpa dengan Francoise putri bangsawan. Pada awal perjumpaan, Francoise merasa heran dan bersikap acuh tak acuh terhadap kehadiran Julie. Dia merasa heran dengan Madame Baudoin yang sangat mementingkan kerohanian dapat dipengaruhi oleh Julie Billiart, seorang wanita yang lemah dan bahkan lumpuh. Francoise melihat Julie sebagai sosok yang pantas dikasihani, karena dia miskin, dan sangat menderita. Meskipun demikian di balik fisik yang lemah, dia melihat pancaran sinar mata Julie sebagai orang yang suci dan sabar.

  Pancaran sinar mata Julie, mengundang Francoise untuk rajin mengunjungi Julie yang tergolek lemah di kamarnya. Dari kunjungannya berkali-kali itu, akhirnya Francoise menemukan banyak hal yang istimewa dalam diri Julie. Francoise semakin mengagumi dan menghormati kehidupan Julie yang mempunyai relasi sangat dekat dengan Tuhan. Relasi Julie nampak dari setiap ungkapannya yang berkali-kali mengatakan “O, alangkah baiknya Tuhan yang mahakasih” dalam setiap peristiwa hidup sekalipun peristiwa itu sangat pahit.

  Pengenalan Francoise terhadap Julie membuahkan sebuah persahabatan dan pertobatannya. Francoise bertobat dari cara hidupnya yang menghambur- hamburkan uang untuk berdansa dan berpesta bersama dengan teman-teman bangsawannya. Sementara di sekitar kota Amiens, dia melihat banyak sekali anak-anak miskin yang membutuhkan bantuan. Dia tidak hanya meninggalkan demi persahabatannya dengan Julie untuk memperhatikan orang-orang miskin.

  Francoise bergabung dengan Julie Billiart untuk memperhatikan anak- anak miskin yang ada di desa Bettencourt (di Amiens). Mereka mengumpulkan orang-orang miskin baik dewasa, orang muda maupun anak- anak. Julie merasa ragu-ragu “bagaimana saya dapat melaksanakannya, sebab saya ini orang lumpuh, tidak mempunyai sarana, dan tidak berpendidikan?” (Tamtomo, 1973: 63). Namun Julie diyakinkan bahwa dalam Tuhan segalanya mungkin.

  Setelah kira-kira 3 tahun mereka tinggal di Bettencourt, tanggal 2 Februari 1804 kapel “di rumah anak biru” tampak sangat meriah (Tamtomo, 1973: 69).

  Dua Pater memimpin Misa Kudus bersama-sama dalam rangka perayaan Bunda Allah mempersembahkan Putranya kepada BapaNya di surga. Dalam perayaan Misa Kudus itu Julie Billiart, Francoise Blin de Bordon, dan Katarina Duchatel (seorang gadis dari Bettencourt yang tertarik bergabung dengan Julie dan Francoise) mengucapkan kaul-kaul mereka di depan Tuhan serta menambahkan bahwa mereka akan bekerja untuk mendidik pemudi- pemudi miskin. Mereka mempersembahkan diri kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Maria yang tak bernoda (Tamtomo dkk, 1996: 16).

  Setelah peristiwa tersebut, 1 Juni 1804 saat Julie mendoakan novena kepada Hati Kudus Yesus, Julie mengalami mukjizat kesembuhan secara pelayanannya. Dan akhirnya tanggal 8 April 1816, ia meninggal dengan penuh kebahagiaan sebab sebelumnya ia sempat mengidungkan magnificat.

  Dari seluruh pengalaman hidup Julie Billiart nampak jelas bahwa Julie adalah pribadi dewasa yang matang dan mantap. Kemantapan pribadi Julie muncul dalam kekuatan-kekuatan rohani/nilai-nilai yang dimilikinya dan mengalir kepada orang-orang di sekitarnya. Kekuatan itu terletak pada:

a. Imannya yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik

  Imannya yang kuat akan Tuhan yang Mahabaik sudah terbukti nyata dalam seluruh kehidupan Julie Billiart yang berat (menderita). Ia mengalami penderitaan baik secara ekonomis, fisik, sosiologis, maupun psikologis. Penderitaan secara ekonomis diawali ketika para perampok menjarah seluruh isi toko kain ayahnya. Oleh karena itu ia harus bekerja keras di ladang orang lain sebagai buruh untuk mendapatkan upah demi kelangsungan hidup dalam keluarga Julie.

  Penderitaan secara fisik. Ketika ia harus menjadi tulang punggung keluarga, ia harus mengalami kelumpuhan total. Kelumpuhan total itu terjadi akibat Julie terlalu capai, dan bekerja keras.

  Selain penderitaan secara fisik, Julie juga mengalami penderitaan secara sosiologis. Julie mengalami hambatan untuk berjumpa dengan anak-anak maupun orang-orang dewasa di sekitar desanya. Meskipun demikian tidak berarti seluruh hidup Julie tidak ada kesempatan dan melainkan mereka datang ke tempat Julie berbaring untuk mendengarkan ajaran dan ceritera tentang Tuhan dan katekismus.

  Akhirnya penderitaan secara psikologispun harus ia tanggung, ia harus meninggalkan rumah, ayah, dan ibunya. Karena ia dianggap musuh oleh para revolusioner. Ia dikejar-kejar untuk ditangkap dan dipenjarakan. Dengan kondisi fisiknya yang sangat lemah karena kelumpuhannya, ia berpindah-pindah dari tempat persembunyian yang satu ke tempat persembunyian yang lain.

  Dari berbagai penderitaan yang Julie alami, lahirlah suatu kekuatan yang luar biasa yakni iman. Ia menyerah pada kehendak Allah yang Mahabaik. Sebagaimana sikap Maria yang terus menjadi teladan dan panutan hidupnya yang selalu menyatakan “fiat-nya”, “ya” terhadap segala segi kehidupan. Julie melihat dalam segala deritanya bahwa Allah yang Mahabaik selalu mengatur hidupnya maka kerinduan Julie adalah membiarkan kehendak Allah selalu terjadi dalam hidupnya.

  Iman mampu memaknai sederetan penderitaan yang tak kunjung henti. Dalam diri Julie memiliki anggapan bahwa penderitaan adalah saat yang tepat untuk menyerahkan kepada Tuhan yang Mahabaik dan membiarkan Dia bekerja agar tumbuhlah suatu kehidupan baru. Sebagaimana dikatakan dalam suratnya Petrus yang pertama “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu harus berdukacita oleh berbagai pencobaan. jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan” (KWI, 1974: 291).

  b. Peka akan tanda-tanda zaman Julie Billiart memiliki sikap siap siaga membantu orang lain. Sejak kecil dia suka menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Julie selalu mampu melihat kebutuhan orang lain baik itu anak-anak maupun orang dewasa.

  Apalagi ketika dihadapkan pada situasi akibat revolusi Perancis, Julie menangkap ada kemiskinan dan penderitaan yang dialami khususnya anak-anak. Mereka membutuhkan bantuan untuk mempersiapkan masa depan. Untuk itu Julie tergerak untuk mendidik anak-anak yang miskin dan terlantar. Agar mereka memiliki masa depan yang baik.

  Revolusi membawa dampak perubahan besar dan sangat drastis bagi kehidupan rakyat yakni “kemiskinan” dan “kebodohan” karena tidak ada kesempatan untuk mendapat pendidikan. Mereka miskin dalam hal materi dan ilmu, juga mengalami kemiskinan rohani/iman setelah bertahun-tahun tidak mendapatkan pengajaran agama. Julie melihat kebutuhan tersebut dan bertindak menolong mereka.

  c. Solider dengan mereka yang miskin dan terlantar.

  Solider berarti merasa senasib, memperlihatkan perasaan bersatu yang miskin dan terlantar. Perasaan senasib yang tidak hanya tinggal pada perasaan belaka melainkan diwujudkan dalam tindakan nyata. Tindakan yang didasari oleh semangat kasih terhadap mereka yang miskin dan terlantar.

  Julie melihat bahwa semua manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama, dan tidak ada seorangpun yang hina. Alasannya bahwa orang yang miskin seringkali tersingkir atau kurang diperhitungkan. Oleh karena itu Julie mengangkat martabat mereka dengan mendidik dan membina agar mereka merasa berharga di hadapan sesama.

2. Julie Billiart dan Santa Perawan Maria

  Julie Billiart memilih nama “Notre Dame” atau “Santa Perawan Maria” tanpa membatasi pada tempat atau keutamaan-keutamaan tertentu melainkan langsung pada pribadi Maria seutuhnya. Ia menginginkan nama lembaganya menurut pribadi Maria seutuhnya karena ia memandang Santa Perawan Maria adalah seorang wanita yang sepenuhnya terbuka dan memberikan diri kepada Tuhan dalam fiat-nya