ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - repository perpustakaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

LANDASAN TEORI

2.1.1 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) dalam Susanto (2009) menyatakan
hubungan keagenan merupakan suatu kontrak, dimana pihak prinsipal yang
terdiri dari satu orang atau lebih mengadakan perjanjian dengan pihak agen
untuk melaksanakan sejumlah jasa, mecakup pendelegasian sejumlah
kekuasaan untuk membuat keputusan kepada pihak agen. Baik prinsipal
maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional, dan sematamata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agen diberi wewenang oleh
prinsipal untuk mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai operasional
perusahaan sehingga agen mempunyai banyak informasi dibandingkan
dengan prinsipal. Hal ini yang mendorong agen cenderung melakukan
manipulasi laporan keuangan, dikarenakan agen takut mengungkapkan
informasi yang tidak sesuai dengan harapan prinsipal (Irfana dan Muid,
2012). Maka dari itu, dibutuhkkan pihak ketiga independen yang berperan
sebagai mediator antara prinsipal dan agen (Susanto, 2009).

Teori keagenan menjelaskan mengenai hubungan agensi dengan
menggunakan metamorfosa dari sebuah kontrak (Ikhsan dan Suprasto,
2008). Dalam kontrak, manajer berperan sebagai agen dan pemegang saham
sebagai prinsipal. Auditor berfungsi untuk memonitor perilaku manajer

10
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

11

(agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor
bertanggung jawab atas pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit yang telah dilaksanakan (Mulyadi, 2011). Tugas auditor
adalah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan
mempertimbangkan kelangsungan hidup suatu perusahaan (Praptitorini dan
Januarti, 2011).

2.1.2 Opini Audit
Opini audit merupakan pernyataan yang diberikan oleh auditor melalui
beberapa tahap sehingga memberikan kesimpulan atas opininya melalui

laporan keuangan yang telah diaudit (Sudarno dan Muttaqin, 2012).
Kristiana (2012) menyatakan bahwa laporan audit adalah alat formal auditor
untuk mengkomunikasikan suatu kesimpulan yang diperoleh mengenai
laporan keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan. Para pemakai
laporan keuangan akan lebih yakin dengan data perusahaan yang telah
mendapat pernyataan dari auditor, sehingga pihak yang berkepentingan
dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Lima macam opini yang dikeluarkan auditor (Mulyadi, 2011):
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report)
Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di
Indonesia. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian
adalah laporan audit yang paling dibutuhkan semua pihak, baik oleh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

12

klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Laporan

keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha suatu organisasi, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, jika
memenuhi kondisi berikut:
a. Standar Akuntansi Keuangan digunakan sebagai pedoman untuk
menyusun laporan keuangan.
b. Perubahan Standar Akuntansi Keuangan dari periode ke periode
telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan
dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(unqualified opinion report with explantory language)
Saat keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas
(atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan yang diaudit. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf
pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya
suatu paragraf penjelas/modifkasi kata-kata dalam laporan audit baku
adalah:
a. Ketidakkonsistenan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

13

c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
d. Penekanan atas suatu hal.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report)
Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit:
a. Lingkup audit yang dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting/tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada
di luar kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
d. Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion report)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum.
5. Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report)
Apabila auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse
opinion). Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat
adalah:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

14

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah, pendapat tidak wajar ini diberikan dalam
keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena ia tidak

cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan
atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Dalam laporan audit, auditor menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor disajikan dalam
suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku, yang terdiri
dari 3 paragraf yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf
pendapat (Mulyadi, 2011).

2.1.3 Going concern
Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu badan usaha
(Hani, et al., 2003 dalam Kartika, 2012). Dengan adanya going concern
maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kelangsungan
usahanya dalam jangka waktu yang lama. Going concern sendiri dipakai
sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya
informasi yang menunjukkan hal berlawanan (Agustina dan Zulaikha,
2013). Masalah going concern menurut Altman dan Mc Gough (1974)
dalam Oktavia (2010), terbagi menjadi dua yaitu:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014


15

1. Masalah

keuangan,

meliputi:

defisit

likuiditas,

defisit

ekuitas,

penunggakan utang, dan kesulitan memperoleh dana.
2. Masalah operasi, meliputi: kerugian operasi secara terus-menerus,
prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam,
pengendalian yang lemah atas operasi.


2.1.4 Opini Audit Going concern
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
dengan menambahkan paragraf penjelas dalam laporan auditnya, jika
auditor menemukan keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang
(Muttaqin dan Sudarno, 2012). Ditambahkannya paragraf penjelas tersebut,
disebabkan oleh adanya kesangsian auditor akan kelangsungan hidup suatu
entitas, karena terjadi hal-hal seperti trend negatif atas arus kas, laba dan
modal, terjadi masalah intern seperti pemogokan karyawan, kesulitan
keuangan serta terjadi masalah ekstern seperti bencana alam ataupun
masalah lain yang kemungkinan dapat membahayakan kemampuan entitas
untuk beroperasi (Sinarwati, 2011).
Hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat
dijadikan acuan pemilihan tipe going concern yang harus dipilih, karena
pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Irfana
dan Muid, 2012). Opini audit going concern meliputi pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan berkaitan dengan kelangsungan
hidup entitas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar,


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

16

dan tidak memberikan pendapat selama terkait penjelasan going concern
(Kristiana, 2012).
Purba (2009) dalam Sinarwati (2011) menyatakan beberapa kondisi
yang berujung pada ketidakmampuan entitas bisnis dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) yaitu:
1. Keuangan
Kondisi keuangan perusahaan merupakan kunci utama dalam melihat
apakah perusahaan akan mampu mempertahankan kelangsungan
hidupnya atau tidak pada masa yang akan datang. Kondisi keuangan
mencerminkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang akan
jatuh tempo dalam waktu dekat dan pelunasan bunga pinjaman kepada
kreditur.
2. Moneter
Perekonomian Indonesia tentu saja dipengaruhi oleh aspek yang satu ini,
apalagi jika banyak bergantung pada pinjaman luar negeri dan ekspor.
Kendala moneter juga mempengaruhi ekonomi mikro apabila banyak

entitas bisnis memiliki pinjaman dalam mata uang asing.
a. Sosial
Kerawanan sosial dapat muncul sebagai dampak sampingan. Risiko
kerawanan sosial yang dapat timbul dan mempengaruhi entitas
seperti tingkat kriminalitas tinggi dan penyakit sosial lainnya.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

17

b. Politik
Tidak bisa dipungkiri, sehat tidaknya iklim investasi pada suatu
negara tergantung pada situasi politik negara tersebut. Hal ini
berkaitan dengan realita bahwa entitas berada dibawah rezim yang
berkuasa sebagai pihak regulator.
c. Pasar
Kemampuan perusahaan menguasai pasar adalah kunci keberhasilan
dalam menciptakan laba. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh
berbagai kendala seperti daya saing, regulasi, inovasi produk, jalur
produksi, teknologi dan lain-lain. Jika entitas bisnis kehilangan

pangsa pasar bagi produk-produknya, maka secara otomatis
kemampuannya dalam menjaga kelangsungan hidup akan menurun.
d. Teknologi
Penguasaan teknologi dapat dipastikan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Kemampuan
perusahaan sebagai entitas bisnis dalam memenangkan persaingan
juga sangat dipengaruhi oleh penguasaan teknologi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001) PSA No. 30 memberikan
pedoman kepada auditor apabila merasa terdapat keraguan mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) suatu perusahaan, maka auditor
harus melakukan beberapa hal sebagai berikut:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

18

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu waktu pantas, maka ia harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditunjukkan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut, dan
b. menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak
negatif kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha
dalam

mempertahankan

mempertimbangkan

kelangsungan

untuk

hidupnya,

memberikan

pernyataan

auditor
tidak

memberikan pendapat.
3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas
rencana tersebut.
a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, maka
auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapkan

secara

memadai,

maka

auditor

akan

memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelas

mengenai

kemampuan

satuan

usaha

dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

19

c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi
klien tidak mengungkapkan secara memadai, maka auditor
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar.
Menurut Arens dan Loebbecke (1993) dalam Dewi (2011) menjelaskan
pertimbangan yang menyebabkan ketidakpastian mengenai going concern
suatu perusahaan ada beberapa faktor antara lain:
1. Kerugian usaha yang secara besar dan terus berulang kali terjadi atau
kekurangan modal kerja secara terus menerus.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat
jatuh tempo dalam jangka pendek. Terkait dalam hal ini perusahaan
secara terus menerus tidak dapat membayar kewajibannya pada saat
jatuh tempo.
3. Kehilangan

pelanggan

utama,

terjadinya

bencana

yang

tidak

diasuransikan seperti gempa bumi atau masalah perburuhan yang tidak
biasa. Kehilangan pelanggan utama akan menyebabkan penjualan
perusahaan menurun sehingga perusahaan akan mengalami kerugian
yang cukup besar, begitu pula dengan bencana yang tidak diasuransikan.
Ketiga hal ini dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian yang
cukup besar sehingga perusahaan dinyatakan tidak dapat melanjutkan
kegiatan usahanya.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

20

4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah
terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk
beroperasi.
Auditor dalam memberikan kesimpulan pada laporan keuangan yang
diauditnya melalui beberapa tahap audit, sehingga opini yang dikeluarkan
auditor sudah berdasarkan keyakinan profesionalnya (Alichia, 2013).
Auditor menyatakan kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal
yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan
keuangan tersebut dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (Mulyadi,
2011).
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan
suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko bahwa
perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis (Alichia, 2013). Para pemakai
laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini
sebagai prediksi kebangkrutan perusahaan (Santosa dan Wedari, 2007 dalam
Sinarwati, 2011). Maka dari itu, perusahaan dapat dikatakan going concern
apabila perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya
dalam jangka waktu yang lama.

2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki
perusahaan. Total aset dijadikan sebagai ukuran perusahaan, karena dapat
melihat bagaimana kelangsungan usaha perusahaan ke depannya. Semakin
tinggi total aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

21

perusahaan sehingga dianggap mampu menjaga kelangsungan hidup
(Arsianto dan Raharjo, 2013). Mc Keown, et al. (1991) dalam Dewayanto
(2011) menyatakan bahwa perusahaan besar akan menawarkan fee audit
yang jauh lebih tinggi dibandingkan peusahaan kecil. Auditor biasanya akan
ragu untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan besar
berkaitan dengan kehilangan fee audit. Menurut Mutchler, et al. (1997)
dalam Dewi (2011), auditor lebih sering mengeluarkan opini going concern
pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar
dapat menyelesaikan kesulitan keuangan yang sedang dihadapinya. Semakin
besar perusahaan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini
going concern.

2.1.6 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dari laba yang diperoleh
perusahaan (Kuswardi, 2012). Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari
seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam
industri maupun kegiatan ekonominya (Setyarno, dkk., 2006 dalam Kartika,
2012). Kenaikan laba perusahaan terjadi karena pertumbuhan penjualan
yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Perusahaan yang
memiliki pertumbuhan laba positif cenderung tidak menerima opini audit
going concern (Dewi, 2011). Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan
kemampuan suatu perusahaan dalam
usahanya.

Perusahaan

dengan

mempertahankan kelangsungan

negative

growth

mengindikasikan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

22

kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Yusuf, 2013).
Perusahaan dimungkinkan tidak dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan.
Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan, maka semakin kecil
kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern.

2.1.7 Opinion Shopping
Opinion shopping didefinisikan oleh SEC dalam Kartika (2012),
sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi
yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan
perusahaan. Teoh (1992) dalam Irfana dan Muid (2012) menjelaskan bahwa
pergantian auditor dilakukan untuk menghindari penerimaan opini going
concern dengan dua cara:
1. Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor dengan
ancaman tersebut, independensi auditor akan menurun sehingga tidak
mampu mengungkapkan masalah perusahaan.
2. Ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan
akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going
concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung tidak
memberikan opini going concern. Argumen ini disebut opinion
shopping.
Perusahaan melakukan pergantian auditor biasanya dalam waktu 3
tahun sekali, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan klien.
Perusahaan merasa lebih puas dengan auditor baru, karena auditor akan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

23

lebih memprioritaskan pelayanan klien dalam tahun-tahun pertama
(Craswell, 1995 dalam Dewayanto 2011).

Pergantian auditor ini diatur

dalam Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang “Jasa
Akuntan Publik” yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri
Keuangan No.359/KMK.06/2003. Perubahan yang dilakukan di antaranya
adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun
berturut-turut oleh KAP dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan
publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik
dan KAP boleh menerima kembali penugasan setelah 1 (satu) tahun buku
tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3 ayat 2 dan 3)
(Abdillah dan Sabeni, 2013).

2.1.8 Kondisi Keuangan
Kondisi

keuangan

perusahaan

menunjukkan

tingkat

kesehatan

perusahaan sesungguhnya. Carcello dan Neal (2000) dalam Yusuf (2013)
menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka
semakin besar probabilitas perusahaan menerima laporan audit going
concern. Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat
memberikan indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau
dalam kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai
profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang
sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih
besar dibandingkan dengan jika profitabilitasnya rendah (Petronela, 2004
dalam Kartika 2011). Almant dan McGough (1974) dalam Putra (2009)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

24

menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan
model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan
penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk
memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sampai dengan saat ini, Z score model ini masih lebih banyak
digunakan oleh para peneliti, praktisi serta para akademis di bidang
akuntansi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan lainnya
(Altman, 1993 dalam Anggariawan, 2012). Hasil penelitian yang
dikembangkan Altman:
Z' = 0,717Z1+ 0,874Z2 + 3,107Z3 + 0,420Z4 + 0,998Z5
Dimana:
Z1 = working capital / total assets
Z2 = retained earnings / total assets
Z3 = earnings before interest and taxes / total assets
Z4 = book value of equity / book value of debt
Z5 = sales / total assets
Z score dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan untuk
menentukan kecenderungan kebangkrutan, juga dapat digunakan sebagai
ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang menarik
mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa
memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya
perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan tajam,
menunjukkan adanya indikasi bahwa perusahaan harus waspada terhadap

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

25

kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja bertahan (survive), Z Score
dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah
diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.
Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Rasio Z1 = Modal kerja terhadap total harta/ratio working capital to
total assets digunakan untuk likuiditas aktiva perusahaan relatif terhaap
total kapitalisasinya. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan
sebagai aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar.
2. Rasio Z2 = Laba ditahan terhadap total harta/ratio retained earnings to
total assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Pada
beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena
semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya
untuk membangun laba kumulatif.
3. Rasio Z3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta/ratio earning before interest and tax to total assets digunakan
untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan.
Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan laba, yaitu
tingkat pengembalian aktiva, yang dihitung dengan membagi laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total
aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata
tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang
yang lebih banyak daripada bunga pinjaman.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

26

4. Rasio Z4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari utang/ratio
market capitalization to book value of total debt digunakan untuk
mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya
sebelum jumlah utang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan
menjadi pailit. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah saham perusahaan
dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya.
5. Rasio Z5 = Penjualan terhadap total harta/ratio sales to total assets
digunakan untuk kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi
persaingan.

2.1.9 Kualitas Auditor
Kualitas auditor diartikan sebagai independensi yang tinggi sebagai
faktor kemungkinan auditor dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran
dalam sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981 dalam Wahyuni, 2013).
Johnstone (1991) dalam Dewayanto (2011) menyatakan bahwa kualitas
auditor meningkat sejalan dengan besarnya Kantor Akuntan Publik tersebut.
Kualitas audit sering diproksikan dengan tipe auditor. Auditor Big 4
dianggap lebih berkualitas dibandingkan auditor non Big 4. Ada dua hal
yang melatarbelakangi anggapan ini. Pertama, auditor Big 4 dianggap lebih
mampu untuk menemukan kesalahan atau penyimpangan pelaporan
(misreporting). Kedua, auditor Big 4 memiliki probabilitas lebih untuk
melaporkan penyimpangan yang ditemukan, dengan kata lain auditor Big 4
dianggap lebih independen. Penggunaan auditor spesialisasi industri mulai
digunakan dalam penelitan sejak skandal akuntansi muncul di Amerika yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

27

melibatkan auditor eksternal, sehingga isu tentang kualitas audit mulai
diperdebatkan (Syafiqurrahman, 2013).
Studi-studi tersebut menggunakan auditor spesialisasi industri sebagai
proksi kualitas audit karena beberapa alasan (Kwon, et al., 2007 dalam
Syafiqurrahman, 2013):
1. Auditor spesialisasi industri memiliki peran yang lebih penting pada
negara yang sistem legalnya lemah, sehingga dengan memilih auditor
spesialisasi industri memberikan sinyal kepada investor bahwa
perusahaan berusaha untuk meningkatkan tata kelola perusahaannya.
2. Auditor spesialisasi industri memberikan tingkat kepastian yang lebih
tinggi, memberikan nilai tambah kepada klien, dan dapat memberikan
jasa audit yang lebih berkualitas daripada auditor non spesialis.
3. KAP yang terfokus pada industri tertentu akan melakukan investasi pada
teknologi, fasilitas-fasilitas fisik, personal, dan sistem organisasi,
sehingga efektivitas audit meningkat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas audit.
KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big 4 tahun 20002010 (Wahyuni, 2013), meliputi:
1. KAP Haryanto Sahari dan Rekan (2000-2009); KAP Tanudireja,
Wibisana dan Rekan (2010) yang berafiliasi dengan KAP Prince
Waterhouse Coopers (PWC).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

28

2. KAP Hans Tunakotta dan Rekan (2000-2004); KAP Osman Bing
Satrio (2005-2010) yang berafiliasi dengan KAP Delloitte Touche
Tohmatsu.
3. KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sanjaja (2003-2005); KAP Purwantono,
Sarwoko dan Sanjaja (2006-2009); KAP Surwantono, Suherman dan
Surja (2010) yang berafiliasi dengan KAP Ernst & Young.
4. KAP Sidharta, Sidharta dan Wijaya yang berafiliasi dengan KAP
Klynved Peat Marwick Goerdeler (KPMG).
KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big 4 tahun 20112012 (ppajp.depkeu.go.id), meliputi:
1.

KAP Tanudireja, Wibisana dan Rekan yang berafiliasi dengan KAP
Price Water Coopers (PWC).

2.

KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan KAP Deloitte Touche
Tohmatsu.

3.

KAP Purwantono, Suherman dan Surja yang berafiliasi dengan KAP
Ernest & Young.

4.

KAP Shidarta, Shidarta & Widjaya yang berafiliasi dengan KAP
Klynved Peat Marwick Goerdeler (KPMG).
Kualitas auditor dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran dan

spesialisasi auditor. Lou dan Vasvari (2009) dalam Wahyuni (2013)
mendefinisikan spesialisasi auditor adalah auditor yang mempunyai
pengetahuan (knowladge) dan keahlian (expertise) atas laporan keuangan
pada industri tertentu dan dapat menyediakan kualitas audit yang baik.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

29

2.2

KERANGKA PEMIKIRAN
Laporan

audit

mengkomunikasikan

merupakan
kesimpulan

alat
yang

formal
diperoleh

auditor

untuk

mengenai

laporan

keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan. Opini audit going
concern adalah opini yang dikeluarkan auditor karena terdapat keraguan
yang besar tentang kemampuan perusahaan untuk terus going concern
(Kristiana, 2012). Penilaian yang dilakukan auditor independen berguna
untuk membuktikan apakah laporan keuangan perusahaan tersebut telah
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau tidak, sehingga
investor atau pihak yang berkepentingan lainnya dapat mengambil
keputusan yang tepat. Setelah auditor independen melakukan tugas
pengauditan atas laporan keuangan suatu perusahaan, maka auditor akan
memberikan pendapat atau opini yang sesuai dengan keadaan perusahaan
yang diauditnya (Arsianto dan Rahardjo, 2013).
Beberapa hasil penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping, kondisi keuangan
dan kualitas auditor terhadap penerimaan opini audit going concern.
 Warnida (2011) dan Arsianto dan Rahardjo (2013) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
 Kartika (2012) dan Kristiana (2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going
concern.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

30

 Muttaqin dan Sudarno (2012) dan Irfana dan Muid (2012) menunjukkan
bahwa opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan
opini audit going concern.
 Dewayanto (2011), Kuswardi (2012) dan Solikhah dan Kiswanto (2010)
yang membuktikan bahwa kondisi keuangan berpengaruh negatif
terhadap opini audit going concern.
 Januarti (2009) menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini
adalah :
Variabel Independen

Ukuran Perusahaan

p

Pertumbuhan Perusahaan

Variabel Dependen

H1 (-)

H2 (-)
Opini Audit

Opinion Shopping

H3 (-)

Going Concern
Y

Kondisi Keuangan

Kualitas
Audit
KualitasAuditor

H4 (-)

H5 (+)

X
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

31

2.3

Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi total aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka
semakin besar perusahaan, sehingga perusahaan dianggap mampu menjaga
kelangsungan hidupnya (Arsianto dan Raharjo, 2013). Peningkatan aset
yang diikuti dengan adanya peningkatan operasi akan semakin menambah
kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan (Dewayanto, 2011). Hasil
penelitian Warnida (2011), Arsianto dan Rahardjo (2013) dan Alichia
(2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif
terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan
opini audit going concern

2.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going
Concern
Pertumbuhan

perusahaan

mengindikasikan

kemampuan

suatu

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan
dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar
ke arah kebangkrutan (Yusuf, 2013). Penjualan yang terus meningkat dari
tahun ke tahun akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk
memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan,
maka semakin kecil kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

32

concern (Kartika, 2012). Hasil penelitian Kristiana (2012) dan Kartika
(2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh
negatif terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap
penerimaan opini audit going concern

2.3.3 Pengaruh Opinion Shopping Terhadap Opini Audit Going Concern
Opinion shopping didefinisikan oleh SEC dalam Kartika (2012),
sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi
yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan
perusahaan. Susanto (2009) menyatakan bahwa penelitian mengenai opini
going concern terus dilakukan, perkembangan baru yaitu adanya fenomena
opinion shopping (auditor switching). Penelitian yang dilakukan di
Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan auditor
yang sama apapun opini audit yang diberikan, sehingga menunjukkan
indikasi kurangnya independensi auditor di Indonesia (Praptitorini dan
Januarti, 2007 dalam Susanto, 2009). Hasil penelitian Irfana dan Muid
(2011) serta Muttaqin dan Sudarno (2012) menunjukkan bahwa opinion
shopping memiliki pengaruh negatif terhadap opini audit going concern.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

33

2.3.4 Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Opini Audit Going Concern
Kondisi

keuangan

perusahaan

menunjukkan

tingkat

kesehatan

perusahaan sesungguhnya. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik,
maka auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going
concern (Ramadhany, 2004 dalam Susanto, 2009), karena opini hanya
diberikan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan dalam melanjutkan
usahanya. Hasil penelitian Susanto (2009), Sholikhah dan Kiswanto (2010),
serta Dewayanto (2011) menunjukkan bahwa kondisi keuangan yang
diproksikan dengan Z Score Altman berpengaruh negatif terhadap opini
audit going concern. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H4 : Kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap penerimaan
opini audit going concern.

2.3.5 Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Opini Audit Going Concern
Kualitas auditor diartikan sebagai independensi yang tinggi, yang
menjadi faktor kemungkinan auditor dapat menemukan dan melaporkan
pelanggaran dalam sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981 dalam
Wahyuni, 2013). Semakin baik kualitas auditor, maka diharapkan semakin
baik pula kualitas audit yang diberikan. Auditor yang memiliki kualitas
audit yang baik cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern
apabila terdapat masalah mengenai going concern pada perusahaan kliennya
(Kartika, 2011). Hasil penelitian Januarti (2009) menunjukkan bahwa
kualitas audit yang diukur dengan auditor industry specialization memiliki

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014

34

pengaruh positif terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Kualitas auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini
audit going concern.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR ...,RISKI NOVIKASARI,AKUNTANSI, UMP 2014