UPAYA PEMBATALAN PERNIKAHAN ATAS KESALAHAN PENETAPAN WALI HAKIM OLEH WALI NASAB - Test Repository

  

UPAYA PEMBATALAN PERNIKAHAN ATAS KESALAHAN PENETAPAN

WALI HAKIM OLEH WALI NASAB

(Studi Kasus Pernikahan dengan Akta 04/04/I/2012 di KUA Kecamatan

Pabelan)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

  

Disusun Oleh:

MUHAMMAD SULHI MAHBUB

211.10.008

  

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI'AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

“DO THE BEST AND BE YOUR SELF”

  

نكسي نا ملاعلل لو هلهج ىلع نكسي نأ لهاجلل ىغبني ل

هملع ىلع

( يناربطلا هاور)

  

“TAK PANTAS ORANG BODOH MENDIAMKAN KEBODOHANNYA DAN TAK

PANTAS ORANG BERILMU MENDIAMKAN ILMUNYA”

(HR AT THABRANI)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga besar Simbah Siti Khadijah orang tua

tercinta Bapak Ja’farin dan Ibu Millati

  

Kakak tersayang, Fatkhi beserta istri Wulan, S.Pd

Bulik Minnati, Adik (Arini, Dzuha, Silfi, Mukhlis), Keponkan (Ungki, Riha)

Teman-teman seperjuangan AS’10 (Alfin, Danang, Umam “Coy” Lina “Nha”, Ietha, Khusen,

Ari “Mbil”, Arya, Rita, Risa, Rizak”Pak Bo”, Budi “Wah Ono”, Fariul, Hasan, Yusuf “Ucup”,

  

Umam “Sembir”, Hanif, Zend “Brow”, Andika, Ulya, Via “Nopy”, Leny, mb‟Alfy, mb‟Irma, Pak

Mujahidin, Pak Ibnu Hajar)

Rekan-rekan “KARISMA” Tingkir Lor (Kang Ilan, Barik, Pak Yam, Umam, Awin, Puput,

Marisal, Pais, Sifa, Fajar, Angga, Zacky, Noval, Rizaq”PAK BO”, Wahyu “MBEK”, Zidni, Bayu

  

“o.on”, Rofiq “Bokir”, Panji, Piyan “Kepleh”, Enggar, Dani, Huda, Alfa “Tole”, Ayik “Bardolo”,

Taufan “LIKUN”, kumala, Willy, Silmi, Sally, Sila, Maily, Hila, Atik, Yuniar, Sinna, Sinta,

Indah)

Terima kasih

  

Atas doa dan support yang telah diberikan

  

ABSTRAK

  Mahbub, Muhammad Sulhi. 2016. Upaya Pembatalan Pernikahan atas kesalahan

  penetapan wali hakim Oleh Wali Nasab (Studi Kasus Pernikahan dengan Akta 04/04/I/2012 di KUA Kecmatan Pabelan). Skripsi Fakultas Syari’ah

  Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Yusuf Khumaini, S.HI, M.SI.

  Kata Kunci : Pembatalan, Pemalsuan Data, Pernikahan.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kasus kesalahan penetapan wali hakim yang terjadi di KUA Kecamatan Pabelan. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana praktek pernikahan di KUA Pabelan ? (2) Bagaimana upaya yang dilakukan wali nasab mengenai kesalahan penetapan wali hakim ? (3) Bagaimana peran KUA dalam mengatasi permasalahan kesalahan penetapan wali hakim ?

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif sosiologis. dengan mengambil lokasi penelitian di KUA Kecamatan Pabelan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya, Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalisis. Data yang terkumpul, dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.

  Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan bahwa praktik pernikahan di KUA Kecamatan Pabelan sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam panduan pegawai pencatat nikah Departemen Agama. Adanya kasus kesalahan data wali nikah terjadi karena kurang teliti dalam proses pemeriksaan, adanya unsur kesengajaan, ketidak pengetahuan masyarakat. Upaya wali nasab mengenai kesalahan penetapan wali hakim yaitu menuntut untuk dilakukan pembatalan perkawinan. sedangkan peran KUA yaitu memanggil para pelaku pemalsuan, memeriksa kembali syarat administratif dari pelaku pemalsuan, mengupayakan permohonan pembatalan perkawinan dan melakukan pembaharuan akad nikah.

KATA PENGANTAR

  

      

  Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul "UPAYA

  

PEMBATALAN PERNIKAHAN ATAS PEMALSUAN DATA WALI NIKAH

OLEH WALI NASAB (Studi di KUA Kecmatan Pabelan)".

  Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejaknya. Semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di hari kiamat kelak. Amiin.

  Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.

  Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga 3. Ilya Muhsin, S.H.I, M.Si selaku dosen pembimbing akademik 4. Sukron Makmun, M. Si selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakkhsiyyah 5. M. Yusuf Khumaini. S.HI, M.H selaku pembimbing skripsi yang telah sudi meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Kepada Bapak Ibu penulis, Ja’farin, Millati dan kakak penulis beserta istri Fatkhi dan Wulan yang telah memberi dukungan baik materi maupun non- materi

  8. Kepada teman-teman fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam angkatan 2010 khususnya jurusan AS ‘10

  9. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukung hingga bisa menyelesaikan skripsi

  Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senatiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

  Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.

  Salatiga, 05 September 2016 Penulis, M. Sulhi mahbub

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING................................................................................. ii

PENGESAHAN............................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................... iv

MOTTO......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN......................................................................................... vi

ABSTRAK..................................................................................................... vii

PENGANTAR............................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................. x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................

  1 B. Rumusan Masalah............................................................

  6 C. Tujuan Penelitian.............................................................

  6 D. Kegunaan Penelitian........................................................

  7 E. Penegasan Istilah.............................................................

  8 F. Tinjauan Pustaka..............................................................

  9 G. Metode Penelitian............................................................ 11 H. Sistematika Penulisan...................................................... 13

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Wali dalam Pernikahan.................................. 15 B. Dasar Hukum................................................................... 18

  C.

  Kedudukan Wali dalam Pernikahan................................. 22 D. Syarat-syarat Wali Nikah................................................. 28 E. Macam-macam Wali Nikah............................................. 31 F. Orang yang Berhak Menjadi Wali Nikah........................ 33 G. Urutan Hak Perwalian...................................................... 35 H. Konsekuensi Hukum Terhadap Tidak Terpenuhi wali dalam Pernikahan ......................................................................................... .........................................................................................

  38 BAB III PRAKTIK PERNIKAHAN DENGAN WALI HAKIM

  DI KUA KECAMATAN PABELAN A.

  Gambaran Umum Lokasi Penelitian .........................................................................................

  .........................................................................................

  44 1..................................................................................................................

  Kondisi Geografis ............................................................................................................

  ............................................................................................................

  44

  2..................................................................................................................

  Visi dan Misi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pabelan ............................................................................................................

  ............................................................................................................

  45 3..................................................................................................................

  Tujuan dan Sasaran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pabelan ............................................................................................................

  ............................................................................................................

  46 4..................................................................................................................

  Wilayah Yuridiksi dan Kewenangan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

  Pabelan ............................................................................................................

  ............................................................................................................

  47 5..................................................................................................................

  Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pabelan ............................................................................................................

  ............................................................................................................

  49

  6..................................................................................................................

  Tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pabelan ............................................................................................................

  ............................................................................................................

  49 B.

  Praktek Pernikahan di KUA Kecamatan Pabelan .........................................................................................

  .........................................................................................

  50 C. Upaya yang Dilakukan Wali Nasab Mengenai Kesalahan Penetapan Wali Hakim .........................................................................................

  .........................................................................................

  58 D. Peran KUA dalam Mengatasi Kesalahan Penetapan Wali

  Hakim .........................................................................................

  .........................................................................................

  60 BAB IV ANALISIS DATA A.

  Analisis Praktek Pernikahan di KUA Kecamatan Pabelan

  ......................................................................................... .........................................................................................

  65 B. Analisis Upaya yang Dilakukan Wali Nasab Mengenai Kesalahan Penetapan Wali Hakim .........................................................................................

  .........................................................................................

  70 C. Analisis Peran KUA dalam Mengatasi Kesalahan Penetapan Wali Hakim .........................................................................................

  .........................................................................................

  72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

  Kesimpulan .........................................................................................

  .........................................................................................

  81 B. Saran .........................................................................................

  .........................................................................................

  84

  C.

  Kata Penutup .........................................................................................

  .........................................................................................

  85 DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan muara atas rasa saling kasih dan mencintai

  antara lelaki dan perempuan yang diciptakan oleh Tuhannya. Sudah menjadi qadrat dan iradah Allah manusia diciptakan saling berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah mempunyai keingin untuk berhubungan antara lelaki dan perempuan. (Ghazaly, 2003:27)

  Dalam perkawinan menurut agama Islam ada beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi, diantara rukun perkawinan itu salah satunya adalah wali nikah. Wali nikah yaitu orang yang menikahkan seorang wanita dengan seorang pria. Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi oleh calon mempelai wanita yang bertindak menikahkannya. Pernikahan tanpa adanya wali nikah maka pernikahannya tidak sah. (Ali, 2012:54)

  Hal ini sesuai dengan KHI pasal 19 yang berbunyi : “wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya.” (Abudurrahman, 1992:120)” Peranan wali nikah menurut hukum Islam sangat penting keberadaannya, karena ada atau tidaknya wali nikah mempengaruhi sah atau tidaknya pernikahan yang dilangsungkan. Perempuan yang menikah tanpa adanya persetujuan dari wali nikah maka pernikahan tersebut tidak sah (batal). Dapat disimpulkan bahwa wali dalam pernikahan adalah seseorang

  yang berhak menikahkan anak perempuan dan menjadi salah satu rukun sah nya perkawinan. Wali yang menjadi rukun nikah adalah wali nasab, yaitu wali yang mempunyai hubungan darah dengan calon mempelai wanita. Dalam keadaan luar biasa, wali nasab dapat digantikan oleh wali hakim, yaitu petugas pencatat nikah jika wali nasab tersebut tidak ada atau tidak ditemukan. Demikian pula, jika wali nasab tidak mau atau tidak bersedia menikahkan calon mempelai wanita, maka wali hakimlah yang bertindak untuk menikahkannya. (Saleh, 2008:300) Status wali nikah dalam hukum perkawinan merupakan rukun yang menentukan sahnya akad nikah (perkawinan). Seseorang yang menjadi wali nikah harus memnuhi syarat wali nikah, yaitu laki-laki, dewasa (baligh), mempunyai hak perwalian dan tidak terdapat halangan perwalian. seperti yang diatur dalam KHI pasal 20 ayat 1 “yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum islam yakni muslim, akil dan baligh.

  Adapun yang berhak menjadi wali nikah menurut pandangan Islam adalah ayah dari calon mempelai wanita. Dan apabila keadaan memaksa, ayah dari calon mempelai wanita tidak bisa menjadi wali nikah karena meninggal, ghaib atau berada di tempat yang jauh dan tidak mungkin untuk bisa datang, maka yang berhak menjadi wali adalah kakek. Apabila kakeknya tidak ada juga maka dapat berpindah kepada derajat yang lebih jauh yakni saudara laki-laki kandung dari calon mempelai wanita dengan syarat Islam, adil, dan jika saudaranya yang laki-laki tidak ada maka bisa beralih pada

  wali nasab yang lebih jauh yakni pamannya. Dari keempat laki-laki yang akan menjadi wali itu tidak ada juga maka saudara laki-laki dari ibu calon mempelai wanita dengan syarat mengerti tentang hukum munakahat atau yang disebut juga dengan hakam atau orang lain yang terpandang dan disegani, luas ilmu tentang munakahat, berpandangan luas, adil, Islam dan laki-laki yang di sebut dengan wali Muhakam. (Ramulyo, 1996:216)

  Rukun pernikahan yang tidak terpenuhi maka pernikahan tersebut tidak sah atau batal, dalam pembahasan ini yang menjadi pembahasan adalah wali nikah yang tidak terpenuhi. Dalam pernikahan keberadaan wali nikah sangat penting karena menentukan sah atau tidaknya suatu pernikahan.

  Yang menjadi dasar hukum dalam masalah ini adalah hadits Nabi Muahammad SAW yang diriwayatkan Abu Burdah yaitu: يييييي يييي يييييييي يييييي يييي يييييي يييييي ييييييي يييي ييييي

  ييييي يييييي ييييي :ييييي .ييييييييي يلوبلا حاكن ل ملسو هيلع لا يلص

  “Dari Abu Burdah r.a. dari Abu Musa r.a. dari ayahnya r.a. beliau berkata. Rasulullah saw. bersabda: tidak sah nikah tanpa wali.” (Ibnu Majjah, tt: 605)

  Pasal 22 UU No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. (Arto, 1996:231) Didalam hukum positif indonesia diatur dalam undang-undang tentang pernikahan pasal 37 dan 38

  ayat (1) dan (2) PP No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 menegaskan. (DEPAGRI, 2007:54) Batalnya pernikahan hanya dapat diputuskan oleh Pengadilan, permohonan pembatalan perkawinan diajukan oleh pihak-pihak yang berhak mengajukannya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal kedua suami isteri atau suami atau isteri.

  Adapun pihak yang berhak mengajukan permohonan pembatalan perkawinan menurut pasal 23 dan 24 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yaitu: 1.

  Para keluarga dari garis keturunan lurus keatas dari suami atau isteri.

  2. Suami atau isteri.

  3. Pejabat berwenang selama perkawinan belum diputuskan.

  4. Pejabat yang ditunjuk oleh UU perkawinan pasal 16 ayat 2 dan setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut. Sedangkan menurut pasal 73 KHI yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan adalah :

  1. Para keluarga dari garis keturunan keatas dan kebawah dari pihak suami atau isteri.

  2. Suami atau isteri.

  3. Pejabat berwenang yang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut undang-undang.

  4. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun dan syarat perkawinan menurut hukum islam dan peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut dalam pasal 67.

  Gugatan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat:

  1. Di mana perkawinan dilangsungkan, 2.

  Di tempat tinggal kedua suami isteri, 3. Di tempat tinggal suami, atau 4. Di tempat tinggal isteri. Yang paling tepat adalah diajukan kepada Pengadilan Agama dimana perkawinan dilangsungkan, atau tempat tinggal suami dan isteri tersebut

  (yurisprudensi). (Arto, 1996:235) Mengingat pentingnya keberadaan wali seperti uraian diatas maka tata pelaksanaan pernikahan di indonesia sangat memperlukan kehati-hatian dalam pencatatan indentitas pihak yang akan melangsungkan akad pernikahan. Bagi orang yang beragama islam maka Kantor Urusan Agama (KUA) menjadi lembaga resmi yang melakukan pencatatan bahkan memberikan status sah apabila semua syarat terpenuhi menurut Undang- undang.

  Praktik pernikahan yang dilakukan oleh Petugas Pencatat Nikah (PPN) atau KUA harus memperhatikan masalah indetitas dan harus hati-hati dalam melakukan pemeriksaan, karena masyarakat memiliki pola pikir yang beragam dan kadang sangat meremehkan prosedur dan kejujuran dalam pengisian formulir yang telah ditetapkan oleh Undang-undang. Seperti halnya pengisian formulir tentang wali.

  Masalah tersebut ada kaitannya dengan praktik pernikahan dengan wali hakim di Kantor Urusan Agama (KUA) Pabelan yang meniadakan wali nikah karena dianggap mafqud (tidak diketahui keberadaaannya), namun sebernarnya ayah dari calon mempelai perempuan tidak tinggal serumah dan diketahui tempat tinggalnya tepatnya di Desa Doplang Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang.

  Melihat latar belakang dan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah pemalsuan data wali nikah di KUA Kecamatan Pabelan dan mengajukan skripsi dengan judul: “UPAYA PEMBATALAN PERNIKAHAN ATAS KESALAHAN PENETAPAN WALI HAKIM OLEH WALI NASAB (Studi Kasus Pernikahan Dengan Akta 04/04/I/2012 di Kua Kecamatan Pabelan).” B.

  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti memfokuskan pada beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik pernikahan di KUA Pabelan ?

  2. Bagaimana upaya yang dilakukan wali nasab mengenai kesalahan penetapan wali hakim ?

  3. Apa saja peran KUA dalam mengatasi permasalahan kesalahan penetapan wali hakim ? C.

  Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang penulis tuturkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui bagaimana praktik pernikahan di KUA Kecamatan Pabelan.

  2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan wali nasab mengenai kesalahan penetapan wali hakim.

  3. Untuk mengetahui apa saja peran KUA dalam mengatasi masalah kesalahan penetapan wali hakim.

  D.

  Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ditemukan oleh penulis, namun penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk menjawab pertanyaan itu saja namun juga terdapat manfaatnya baik secara teoritis maupun praktis. Oleh karena itu penelitian ini bermanfaat antara lain sebagai berikut: 1.

  Kegunaan teoritis a.

  Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masalah wali nikah.

  b.

  Untuk mengetahui upaya pembatalan pernikahan yang dilakukan oleh wali nasab.

2. Kegunaan praktis a.

  Untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Jurusan Syari’ah

Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah STAIN Salatiga.

  b.

  Bagi program studi Al-Ahwal Asy-syakhsiyyah Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berfikir kritis serta pemenuhan prasyarat dalam menyelesaikan pembelajaran Ilmu Hukum Islam dalam bidang hukum keluarga, sehingga dapat mencetak Pegawai Pencatat Nikah yang jujur, handal, cerdas dan trampil.

  c.

  Bagi KUA Untuk menjadikan masukan agar KUA agar lebih selektif dan berhati- hati dalam melaksanakan tugasnya sebagai pegawai pencatat nikah.

  d.

  Bagi masyarakat Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai wali nikah.

  E.

  Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahpahaman terhadap judul UPAYA PEMBATALAN PERNIKAHAN

  ATAS KESALAHAN PENETAPAN WALI HAKIM OLEH WALI NASAB (Studi Kasus Pernikahan Dengan Akta 04/04/I/2012 di Kua Kecamatan

  Pabelan), maka terlebih dahulu penulis jelaskan maksud istilah dalam judul tersebut.

  1. Pembatalan pernikahan Pembatalan dalam hukum islam disebut fasakh. Jadi fasakh sebagai salah satu penyebab putusnya perkawinan ialah merusakkan atau membatalkan hubungan pernikahan yang telah berlangsung (Basyir, 2000:85) 2. Wali Wali adalah orang yang berhak atau berwenang untuk melakukan suatu perbuatan hukum bagi yang diwakilinya untuk kepentingan dan atas nama yang diwakili (Rofiq, 1997:258).

  3. Nasab Nasab diartikan dengan Keturunan ikatan keluarga sebagai hubungan darah keatas (bapak, kakek, ibu, nenek, dan seterusnya) maupun kesamping (saudara, paman, bibi, dan lain-lain) (Zaidan, 1993: 321).

  F.

  Tinjauan Pustaka Penulis telah melakukan penelusuran karya ilmiah yang ada kaitannya dengan pemalsuan data dalam pernikahan. Adapaun karya ilmiah tersebut adalah sebagai berikut: Skripsi dari Mauliawati Ulfah mahasiswa IAIN Salatiga yang berjudul “Pemalsuan Umur dalam Pernikahan di Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011”. Dalam skripsi tersebut, beliau

  memfokuskan penelitian mengenai praktek pemalsuan umur dalam pernikahan di Desa Ketapang, faktor penyebab pemalsuan umur dalam pernikahan tersebut, dapmpak yang ditimbulkan dari pemalsuan umur dan bagaimana status pernikahan dari pelaku pemalsuan umur nikah.

  Skripsi yang ditulis oleh M. Rosyiduddin dengan judul “Putusan Hakim tentang Pembatalan Nikah Karena salah wali di Pngandilan Agama Nganjuk” tahun 2002. Dalam bahasan skripsi ini memaparkan isi dari putusan hakim yakni batalnya perkawinan karena salah wali. Namun paparan tentang pemalsuan identitas wali tersebut kurang mengenai terhadap aspek masyarakat dan prosedur awal mengapa terjadi pemalsuan identitas, yakni menafikan peran penting KUA dalam menangani masalah kelengkapan identitas dalam perkawinan.

  Skripsi yang ditulis oleh Amil Farah dengan judul, “Pemalsuan Identitas Wali Sebagai Alasan Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Agama Bangkalan”, tahun 2003. Membahas tentang pembatalan perkawinan dan analisis terhadap pertimbangan hakim dalam memberi putusan terhadap pembatalan perkawinan.

  Pada dasarnya skripsi ini berbeda dengan karya ilmiah terdahulu yaitu fokus penelitian dari penulis adalah mengenai praktik pernikahan di KUA, upaya yang dilakukan wali nasab dalam mengatasi kesalahan penetapan wali hakim, bagaimana peran KUA dalam mengatasi kesalahan penetapan wali hakim.

  G.

  Metode Penelitian

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala (Hasan, 2002:11) guna melakukan penelitian pada objek yang dibahas yaitu mengenai pemalsuan data wali nikah. Serta penelitian kualitatif yang memusatkan pada studi kasus terhadap satu latar atau satu peristiwa tertentu.

  2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data yang ada di lapangan.

  3. Lokasi penelitian Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian di KUA Kecamatan Pabelan.

  4. Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.

  Sumber data primer, yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti (Sugiyono, 2007:308), Sumber data ini meliputi para pihak yang terlibat dalam pemalsuan identitas wali yang terdiri dari responden yaitu Kepala KUA, staf dan kedua mempelai, orang tua mempelai wanita.

  b.

  Sumber data sekunder, yaitu mencakup dokumen-dokumen, buku- buku, dan hasil penelitian yang lain yang menyangkut permasalahan mengenai wali dalam perkawinan.

  5. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988:211).

  Dalam pengumpulan data disini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu: a.

  Interview (Wawancara), yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana 2 (dua) orang atau lebih bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan (Ahmadi, 2009:83). Adapun wawancara ini dilakukan terkait dengan penelitian ini adalah pihak-pihak yang melakukan pemalsuan identitas wali di KUA Kecamatan Pabelan yaitu penghulu, kedua mempelai, orang tua pihak wanita yang telah mendaftarkan.

  b.

  Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data yang dikumpulkan berdasarkan arsip-arsip, misalnya berupa berkas pemalsuan identitas wali di KUA Kecamatan Pabelan.

  6. Analisis data Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu

  mengumpulkan data tentang pemalsuan identitas wali nikah di KUA Kecamatan Pabelan yang disertai analisis untuk diambil kesimpulan.

  Dan metode pembahasan yang dipakai adalah induktif merupakan metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan dari hasil penelitian di KUA Kecamatan Pabelan, kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman yang terkait dengan pemalsuan identitas wali nikah di KUA Kecamatan Pabelan.

  H.

  Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulis mencoba menguraikan secara sistematis yang terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang terperinci sebagai berikut:

  BAB I : Pendauluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan maslah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

  BAB II : kajian pustaka dalam bab ini akan menguraiakan tentang Pengertian Wali, Dasar Hukum, Kedudukan Wali dalam Perkawinan, Syarat- syarat Wali, Macam-macam Wali, Orang Yang Berhak Menjadi Wali, Urutan Hak Perwalian, Konsekuensi Hukum terhadap tidak terpenuhi wali dalam pernikahan.

  BAB III : Berisi tentang data penelitian yang meliputi tiga bahasan meliputi : Pertama, Keadaan georafis, Visi dan Misi, Wilayah Yuridiksi dan Kewenangan KUA Kecamatan Pabelan, Struktur Organisasi KUA

  Kecamatan Pabelan, Tugas dan fungsi KUA Kecamatan Pabelan, Program Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Pabelan, Kedua praktek pernikahan di KUA Kecamatan Pabelan, Ketiga upaya yang dilakukan wali nasab mengenai kesalahan penetapan wali hakim dan peran KUA dalam kesalahan penetapan wali hakim.

  BAB IV : berisi tentang analisis praktek pernikahan di KUA Kecamatan Pabelan, kedua analisis tentang upaya yang dilakukan wali nasab mengenai kesalahan penetapan wali hakim, ketiga analisis tentang peran KUA dalam mengatasi kesalahan penetapan wali hakim.

BAB V : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Wali dalam Pernikahan Secara etimlogi, alwilayah (wali) berasal dari ungkapan wala' asy- syay' wa ala' alayhi wilayatan wa wilayatan yang berarti "Menguasainya".

  ada juga yang mengatakan wala' fulanan wilayatan wa wilayatan "membantu dan menolongnya". Sedangkan alwalayatan ditafsirkan dengan pertolongan, sedangkan al wilayat ditafsirkan kekuasaan dan kekuatan. Sedangkan dalam pengertian terminologis perwalian (wilayah) ialah kekuasaan secara syariat yang dimiliki orang yang berhak untuk melakukan tasharruf (aktivitas) dalam kaitan dengan keadaan atau urusan orang lain untuk membantunya. (Yanggo, 2004: 306-307) Dari makna demikian disebutkanlah bahwa wali bagi seorang wanita ialah yang mempunyai hak atau kekuasaan untuk melakukan akad pernikahannya dan ia tidak membiarkannya diganggu oleh orang lain.

  Menurut Prof. Abdullah Kelib (1990: 11), wali di dalam perkawinan adalah orang yang bertanggung jawab atas perkawinan yang dilaksanakan dibawah perwaliannya, sehingga perkawinan tidak dianggap sah apabila tidak terdapat wali yang menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria.

  Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ijab didalam perkawinan menurut hukum Islam adalah wewenang wali semata-mata.

  Sehingga karena peranan wali yang mempunyai arti penting akan tetap dipertahankan, apabila wanita itu tidak mempunyai wali nasab bisa digantikan kedudukannya oleh wali hakim.

  Menurut Muhammad Jawwad Mughniyah (2000: 345) wali adalah suatu kekuasaan atau wewenang syar’i atas segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang sempurna, karena kekurangan tertentu pada orang lain yang dikuasai itu demi kemashlahatannya.

  Sedangkan Sayyid Sabiq (1998: 11) mendefinisikan wali adalah suatu ketentuan hukum yang dapat dipaksakan kepada orang lain sesuai dengan hukumnya. Maksudnya wali dalam pernikahan termasuk rukun yang harus dipenuhi sebagai sahnya suatu pernikahan.

  Perwalian dalam istilah fiqih disebut wilayah yang berarti penguasaan atau perlindungan. Yang dimaksud perwalian ialah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada seseorang untuk menguasai orang atau barang. Orang yang diberi kekuasaan perwalian disebut wali. Adanya penguasaan dan perlindungan dikarenakan adanya beberapa hal sebagai berikut:

  1. Pemilikan atas orang atau barang, seperti perwalian atas budak yang dimiliki atau barang-barang yang dimiliki.

  2. Hubungan kekerabatan atau keturunan, seperti perwalian sesorang atas salah satu kerabatnya atau anak-anaknya.

  3. Karena memerdekakan seorang budak, seperti perwalian seseorang atas budak-budak yang telah dimerdekakannya.

  4. Karena pengangkatan, seperti perwalian seseorang kepala negara atas

  rakyatnya atau perwalian seorang pemimpin atas orang-orang yang dipimpinnya. (Mukhtar, 1974 : 9) Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan perwalian dapat ditinjau sebagai berikut:

  1. Perwalian terhadap orang.

  2. Perwalian terhadap barang.

  3. Perwalian atas orang dalam perkawinan.

  Wali secara umum adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan atas nama orang lain. Dapatnya dia bertindak terhadap dan atas nama orang lain karena orang lain itu memiliki suatu kekurangan pada dirinya yang tidak memungkinkan ia bertindak bertindak sendiri secara hukum, baik dalam urusan bertindak atas harta atau atas dirinya. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan wali nikah adalah seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah. Akad nikah dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak laki-laki yang dilakukan oleh mempelai laki-laki itu sendiri dan pihak perempuan yang dilakukan oleh walinya. (Syarifudin, 2006 : 69)

  Baik hukum Islam maupun landasan yuridis yang terdapat dalam

  pasal 19 Kompilasi Hukum Islam (KHI) wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya. (DEPAG RI, 2000: 185)

  Menurut Soemiyati (1999: 42) mengutip dari pendapat Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Hambali, wali dalam perkawinan merupakan syarat sahnya suatu perkawinan, artinya tanpa adanya wali perkawinan dianggap tidak sah.

  Tidak sah disini bisa diartikan bahwa pernikahan tersebut fasid atau rusak dan apabila pernikahan tersebut rusak maka pernikahan tersebut batal menurut hukum Islam maupun hukum Negara.

  Berdasarkan Al-Quran surat An-nisa’ ayat 35 yang berbunyi:

                      

       

  “dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. An-Nisa’[4]: 35)

  Jadi dapat disimpulkan bahwa perkawinan tidak hanya sekedar perikatan antara kedua pasangan, melainkan sedikit banyak akan membawa dampak kepada kerabat dan keluarganya termasuk wali. Oleh sebab itu wali harus selektif untuk memilih pasangan bagi orang yang dibawah perwaliannya.

  Dengan uraian definisi wali di atas, wali nikah adalah orang yang berhak menikahkan anak perempuan dengan pilihannya.Sementara yang disebut wali nasab adalah anggota keluarga laki-laki dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hubungan darah patrilinial dengan calon mempelai perempuan. Wali nasab, ayah, kakek, saudara, laki-laki, paman dst.

B. Dasar Hukum

  Memang tidak ada satu ayat Al-Quran pun yang jelas secara ibarat al-

  nash yang menghendaki keberadaan wali dalam akad perkawinan. Namun

  dalam Al-Quran terdapat petunjuk nash yang ibarat-nya tidak menunjuk kepada keharusan adanya wali, tetapi dari ayat tersebut secara isyarahal-nash, dapat dipahami menghendaki adanya wali.

  Di antara ayat Al-Quran yang mengisyaratkan adanya wali adalah sebagai berikut: a.

  Al-Quran

                  

                 

                

   

  “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita- wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah[2]: 221)

  Ayat di sini mengandung pengertian bahwa para wali dilarang mengawinkan wanita-wanita muslimah dengan musyrik. Paling tidak ada dua hal yang perlu digaris bawahi:

Dokumen yang terkait

KAJIAN YURIDIS BERPINDAHNYA WALI NASAB KEPADA WALI HAKIM DALAM PERKAWINAN (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jember Nomor : 80/PDT.P/2009/Pa.Jr)

0 3 17

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 2 TAHUN 1987 TENTANG WALI HAKIM (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jember Nomor : 36/Pdt.P/2006/PA.Jr )

0 4 16

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 2 TAHUN 1987 TENTANG WALI HAKIM (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jember Nomor : 36/Pdt.P/2006/PA.Jr )

0 7 16

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 2 TAHUN 1987 TENTANG WALI HAKIM (Studi Penetapan Pengadilan Agama Jember Nomor : 36/Pdt.P/2006/PA.Jr)

0 2 16

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM SEBAGAI PENGGANTI WALI MUJBIR DALAM PERKAWINAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

0 4 16

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM SEBAGAI PENGGANTI WALI MUJBIR DALAM PERKAWINAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

0 7 16

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM SEBAGAI PENGGANTI WALI NASAB YANG ADHOL DALAM PERKAWINAN

1 6 78

KEDUDUKAN YURIDIS WALI HAKIM SEBAGAI PENGGANTI WALI NASAB YANG ADHOL DALAM PERKAWINAN (Studi Penetapan Pengadilan Agama Malang No. 9/Pdt.P/2008/P.A. Mlg,) (JURIDICAL POSITION OF WALI HAKIM TO BE A SUBTITUTE WALI NASAB WHO ADHOL IN MARRIAGE (The Legal Stud

0 4 16

KEDUDUKAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUT IBNU RUSYD

0 1 13

UPAYA PEMBATALAN PERNIKAHAN ATAS KESALAHAN PENETAPAN WALI HAKIM OLEH WALI NASAB(Studi Kasus Pernikahan dengan Akta 04/04/I/2012 di KUA Kecamatan Pabelan) - Test Repository

0 0 101