Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana
77
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA PADA PT. PELABUHAN INDONESIA I
(PERSERO)
Narasumber : Bapak Fadillah Haryono, S.H.,M.H
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Mei 2015
1. Apa yang menjadi latar belakang perjanjian kerjasama pengelolaan dan
pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT. Pelabuhan
Indonesia I (Persero) dan PT. Maxsteer Dyrynusa perdana?
Jawab : Yang menjadi latar belakang perjanjian tersebut adalah
dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 255
Tahun 2007, tanggal 12 Juni 2007 tentang Penetapan Lokasi Kegiatan
Anchorage PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) di Perairan Nipah Selat
Singapura maka PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) menjalin kerjasama
dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dan kerjasama tersebut
dituangkan ke dalam sebuah Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan
Pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah Nomor :
B.VIII-121/TPI-US.12 Jo. Nomor : 046/MDP-Pelindo I/PKS/XI/2012.
2. Apakah pengertian dari ShipTransit Anchorage?
Jawab : Ship Transit Anchorage merupakan suatu kegiatan kepelabuhanan seperti
kegiatan pemindahan langsung muatan, gas, cair, ataupun padat dari
suatu kapal ke kapal lain. Kegiatan tersebut dilakukan di tengah laut
dengan menggunakan kapal sebagai tempat untuk melakukan kegiatan
bongkar muat barang.
3. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian
Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dan PT. Maxsteer Dyrynusa perdana?
Universitas Sumatera Utara
78
Jawab : Pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship
Transit Anchorage di perairan Nipah pada awalnya merupakan suatu
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT. Maxsteer Dyrynusa
Perdana. Selanjutnya PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana menjalin
kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang kemudian
disebut sebagai Nipah Transit Anchorage Area (NTAA). Dengan
terjalinnya
kerjasama
ini,
kegiatan
pemasaran
beralih
menjadi
pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchoarge . Prosedur operasi
pelaksanaan kerjasama mengacu kepada Standard Operation Procedure
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Nomor : PU.60/1/19/DJPL-08 tanggal 02 Juni 2008 tentang Prosedur
Operasional Tetap (Standard Operation Procedure ) Pengelolaan dan
Pengoperasian Nipah Transit Anchorage Area (NTAA) di Perairan Nipah
Selat Singapura.
4. Apakah pernah terjadi sengketa antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?
Jawab : Selama
berlangsungnya
perjanjian
kerjasama
pengelolaan
dan
pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah sejauh ini tidak
pernah terjadi sengketa di antara para pihak, sebaliknya dalam
pelaksanaan kerjasama ini memberikan keuntungan bagi kedua belah
pihak baik bagi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) maupun PT.
Maxsteer Dyrynusa Perdana dikarenakan kondisi market atau pasar yang
memadai, di samping itu dengan tersedianya pelayanan prima baik dari
segi operasi maupun keuangan oleh PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
Universitas Sumatera Utara
79
dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana juga turut mendukung kelancaran
pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut.
5. Bagaimana penyelesaian sengketa bila terjadi suatu sengketa antara PT.
Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?
Jawab : Jika terjadi sengketa atau perselisihan yang sehubungan dengan
pelaksanaan perjanjian kerjasama maka PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana terlebih dahulu
diselesaikan dengan cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Segala perselisihan atau permasalahan akan dibahas secara bersama
dengan musyawarah atau dengan diskusi terlebih dahulu melalui
arbitrase agar menemukan jalan keluar untuk kemudian mencapai
mufakat. Apabila tidak ditemukan penyelesaiannya maka diselesaikan
melalui pengadilan. Berdasarkan waktu yang telah diperjanjikan selama
30 (tiga puluh) hari, apabila para pihak tidak ditemukan persesuaian
pendapat atau mufakat atau dengan kata lain, upaya penyelesaian di luar
pengadilan tidak berjalan dengan lancar, misalnya ketika salah satu pihak
tidak ada yang mau mengakui kesalahan atau kelalaiannya sehingga tidak
mau membayar ganti rugi barulah digunakan jalan penyelesaian melalui
proses hukum. Di mana para pihak sepakat untuk menyelesaikan
permasalahannya dan diteruskan ke pengadilan negeri, dan kedudukan
hukum yang telah disepakati oleh para pihak adalah di Pengadilan Negeri
Batam.
6. Bagaimana contoh pembagian bagi hasil antara PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?
Universitas Sumatera Utara
80
Jawab : contohnya:
a. Jika PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang melakukan sebuah
pemasaran kepada sebuah kapal asing dan kapal tersebut setuju untuk
menggunakan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA serta biaya
penggunaan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA adalah sebesar
$10.000. Berdasarkan komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1
di atas, besaran pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan
Indonesia I (Persero) adalah sebesar $9.000 selaku pihak pertama
yang mendapatkan bagian 90% dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana
mendapatkan bagian sebesar $1.000 selaku pihak kedua yang
mendapatkan bagian 10%.
b. Jika PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana yang melakukan penundaan
terhadap sebuah kapal asing di perairan NTAA dan biaya dari
kegiatan penundaan di perairan NTAA sebesar $20.000. Berdasarkan
komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1 di atas, besaran
pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) adalah sebesar $16.000 selaku pihak pertama yang
mendapatkan bagian 80% dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana
mendapatkan bagian sebesar $4.000 selaku pihak kedua yang
mendapatkan bagian 20%.
7. Bagaimana skema dari kegiatan yang dilakukan di perairan NTAA?
Jawab : Skema kegiatan di perairan NTAA :
Pendaftaran/
Pembayaran
Awal
Pengoperasian
Pembayaran
Akhir
Universitas Sumatera Utara
81
Penjelasan skema berdasarkan skema di atas:
4. Pihak Agen Kapal menghubungi salah satu pihak antara PT.
Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.
Dalam hal ini agen tersebut akan menghubungi pihak yang telah
melakukan penawaran. Dalam tahap ini agen tersebut akan
mendaftarkan kapal yang akan menggunakan jasa kepelabuhanan di
perairan NTAA dan melakukan pembayaran atas jasa yang akan
digunakan nantinya.
5. Kapal yang telah didaftarkan akan berlabuh pada jadwal yang telah di
tetapkan. Pada tahap ini, kapal tersebut akan melakukan kegiatan yang
telah didaftarkan mulai dari kegiatan pemanduan, penundaan dan
kegiatan lain sesuai dengan keperluan dari kapal tersebut.
6. Proses pembayaran akhir merupakan tahap akhir dari kegiatan di
perairan NTAA. Walaupun pada saat pendaftaran kapal sudah
dilakukan pembayaran, namun pada saat itu belum dapat dipastikan
jumlah jasa yang akan digunakan secara pasti, maka dilakukan
pembayaran akhir pada saat kapal tersebut sudah siap melakukan
kegiatan di perairan NTAA. Adapun pembayaran akhir tersebut
dilakukan oleh agen kapal melalui pembayaran ke bank yang telah
ditentukan.
8. Apa sanksi yang diberikan bila tidak melunasi pembayaran atau tidak
mengikuti aturan?
Jawab : Bagi kapal-kapal yang tidak mengikuti aturan yang telah ditentukan pada
saat pengoperasian dan atau tidak melunasi pembayaran akhir, maka
Universitas Sumatera Utara
82
kapal tersebut akan di black list atau dilarang untuk berlabuh di perairan
Nipah.
Medan, 16 Mei 2015
Narasumber,
Bapak Fadillah Haryono, S.H.,M.H
(PMO PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero))
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA PADA PT. PELABUHAN INDONESIA I
(PERSERO)
Narasumber : Bapak Fadillah Haryono, S.H.,M.H
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Mei 2015
1. Apa yang menjadi latar belakang perjanjian kerjasama pengelolaan dan
pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT. Pelabuhan
Indonesia I (Persero) dan PT. Maxsteer Dyrynusa perdana?
Jawab : Yang menjadi latar belakang perjanjian tersebut adalah
dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 255
Tahun 2007, tanggal 12 Juni 2007 tentang Penetapan Lokasi Kegiatan
Anchorage PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) di Perairan Nipah Selat
Singapura maka PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) menjalin kerjasama
dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana dan kerjasama tersebut
dituangkan ke dalam sebuah Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan
Pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah Nomor :
B.VIII-121/TPI-US.12 Jo. Nomor : 046/MDP-Pelindo I/PKS/XI/2012.
2. Apakah pengertian dari ShipTransit Anchorage?
Jawab : Ship Transit Anchorage merupakan suatu kegiatan kepelabuhanan seperti
kegiatan pemindahan langsung muatan, gas, cair, ataupun padat dari
suatu kapal ke kapal lain. Kegiatan tersebut dilakukan di tengah laut
dengan menggunakan kapal sebagai tempat untuk melakukan kegiatan
bongkar muat barang.
3. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian
Ship Transit Anchorage di perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dan PT. Maxsteer Dyrynusa perdana?
Universitas Sumatera Utara
78
Jawab : Pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship
Transit Anchorage di perairan Nipah pada awalnya merupakan suatu
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT. Maxsteer Dyrynusa
Perdana. Selanjutnya PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana menjalin
kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang kemudian
disebut sebagai Nipah Transit Anchorage Area (NTAA). Dengan
terjalinnya
kerjasama
ini,
kegiatan
pemasaran
beralih
menjadi
pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchoarge . Prosedur operasi
pelaksanaan kerjasama mengacu kepada Standard Operation Procedure
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Nomor : PU.60/1/19/DJPL-08 tanggal 02 Juni 2008 tentang Prosedur
Operasional Tetap (Standard Operation Procedure ) Pengelolaan dan
Pengoperasian Nipah Transit Anchorage Area (NTAA) di Perairan Nipah
Selat Singapura.
4. Apakah pernah terjadi sengketa antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?
Jawab : Selama
berlangsungnya
perjanjian
kerjasama
pengelolaan
dan
pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah sejauh ini tidak
pernah terjadi sengketa di antara para pihak, sebaliknya dalam
pelaksanaan kerjasama ini memberikan keuntungan bagi kedua belah
pihak baik bagi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) maupun PT.
Maxsteer Dyrynusa Perdana dikarenakan kondisi market atau pasar yang
memadai, di samping itu dengan tersedianya pelayanan prima baik dari
segi operasi maupun keuangan oleh PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
Universitas Sumatera Utara
79
dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana juga turut mendukung kelancaran
pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut.
5. Bagaimana penyelesaian sengketa bila terjadi suatu sengketa antara PT.
Pelabuhan Indonesia I (Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?
Jawab : Jika terjadi sengketa atau perselisihan yang sehubungan dengan
pelaksanaan perjanjian kerjasama maka PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana terlebih dahulu
diselesaikan dengan cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Segala perselisihan atau permasalahan akan dibahas secara bersama
dengan musyawarah atau dengan diskusi terlebih dahulu melalui
arbitrase agar menemukan jalan keluar untuk kemudian mencapai
mufakat. Apabila tidak ditemukan penyelesaiannya maka diselesaikan
melalui pengadilan. Berdasarkan waktu yang telah diperjanjikan selama
30 (tiga puluh) hari, apabila para pihak tidak ditemukan persesuaian
pendapat atau mufakat atau dengan kata lain, upaya penyelesaian di luar
pengadilan tidak berjalan dengan lancar, misalnya ketika salah satu pihak
tidak ada yang mau mengakui kesalahan atau kelalaiannya sehingga tidak
mau membayar ganti rugi barulah digunakan jalan penyelesaian melalui
proses hukum. Di mana para pihak sepakat untuk menyelesaikan
permasalahannya dan diteruskan ke pengadilan negeri, dan kedudukan
hukum yang telah disepakati oleh para pihak adalah di Pengadilan Negeri
Batam.
6. Bagaimana contoh pembagian bagi hasil antara PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) dengan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana?
Universitas Sumatera Utara
80
Jawab : contohnya:
a. Jika PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang melakukan sebuah
pemasaran kepada sebuah kapal asing dan kapal tersebut setuju untuk
menggunakan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA serta biaya
penggunaan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA adalah sebesar
$10.000. Berdasarkan komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1
di atas, besaran pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan
Indonesia I (Persero) adalah sebesar $9.000 selaku pihak pertama
yang mendapatkan bagian 90% dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana
mendapatkan bagian sebesar $1.000 selaku pihak kedua yang
mendapatkan bagian 10%.
b. Jika PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana yang melakukan penundaan
terhadap sebuah kapal asing di perairan NTAA dan biaya dari
kegiatan penundaan di perairan NTAA sebesar $20.000. Berdasarkan
komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1 di atas, besaran
pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan Indonesia I
(Persero) adalah sebesar $16.000 selaku pihak pertama yang
mendapatkan bagian 80% dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana
mendapatkan bagian sebesar $4.000 selaku pihak kedua yang
mendapatkan bagian 20%.
7. Bagaimana skema dari kegiatan yang dilakukan di perairan NTAA?
Jawab : Skema kegiatan di perairan NTAA :
Pendaftaran/
Pembayaran
Awal
Pengoperasian
Pembayaran
Akhir
Universitas Sumatera Utara
81
Penjelasan skema berdasarkan skema di atas:
4. Pihak Agen Kapal menghubungi salah satu pihak antara PT.
Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana.
Dalam hal ini agen tersebut akan menghubungi pihak yang telah
melakukan penawaran. Dalam tahap ini agen tersebut akan
mendaftarkan kapal yang akan menggunakan jasa kepelabuhanan di
perairan NTAA dan melakukan pembayaran atas jasa yang akan
digunakan nantinya.
5. Kapal yang telah didaftarkan akan berlabuh pada jadwal yang telah di
tetapkan. Pada tahap ini, kapal tersebut akan melakukan kegiatan yang
telah didaftarkan mulai dari kegiatan pemanduan, penundaan dan
kegiatan lain sesuai dengan keperluan dari kapal tersebut.
6. Proses pembayaran akhir merupakan tahap akhir dari kegiatan di
perairan NTAA. Walaupun pada saat pendaftaran kapal sudah
dilakukan pembayaran, namun pada saat itu belum dapat dipastikan
jumlah jasa yang akan digunakan secara pasti, maka dilakukan
pembayaran akhir pada saat kapal tersebut sudah siap melakukan
kegiatan di perairan NTAA. Adapun pembayaran akhir tersebut
dilakukan oleh agen kapal melalui pembayaran ke bank yang telah
ditentukan.
8. Apa sanksi yang diberikan bila tidak melunasi pembayaran atau tidak
mengikuti aturan?
Jawab : Bagi kapal-kapal yang tidak mengikuti aturan yang telah ditentukan pada
saat pengoperasian dan atau tidak melunasi pembayaran akhir, maka
Universitas Sumatera Utara
82
kapal tersebut akan di black list atau dilarang untuk berlabuh di perairan
Nipah.
Medan, 16 Mei 2015
Narasumber,
Bapak Fadillah Haryono, S.H.,M.H
(PMO PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero))
Universitas Sumatera Utara