Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi (7)
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KECERDASAN
EMOSIONAL SISWA DI SMP DIPONEGORO 1 JAKARTA
CORRELATION OF PARENTING METHOD TO THE STUDENT’S
EMOTIONAL QUOTIENTS OF DIPONOGORO 1 JAKARTA JUNIOR
HIGH SCHOOL
Nur Dian Oktafiany, Etin Solihatin, dan M. Japar.
Program Studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
This research is aim to gather empirical data regarding the correlation of
parenting method to the student’s emotional quotients. This research is conduct on
February to April 2013. This research is conducted through quantitative approach
with correlation method. The data is collected through questioners. The sample is
taken through proportional sampling method; samples are 60 students of 98 VIII
grades students.
Analytical requirement test being examined is aim to find the regression
equation formula, which it would be Ŷ = 26.05+0.833X. F amounted 39.24 dan Ftable
amounted 4.02. Since the F is bigger than F table 39.24 > 4.02, so that it concluded
regression is significant.
The examination of hypothesis is conduct through correlation product moment
formula and based on the calculation r amounted 0.635 and r tabel amounted 0.254 in
significances level (α) 0.05, N= 60. So that r is bigger than r tabel (0.635 > 0.254). By
the result of calculation concluded H 0 is invalid and H 1 is valid. The numbered of
contribution of variable X instrument to variable Y instrument is calculated by
determination coefficient amounted 40.36%. To determine level of correlation
between both variables is conduct through t-test. The result of this test t amounted
6.26. In level of significances (α) 0.05 and degree of independences 58, t tabel
amounted 1.67. So thus, t is bigger than t tabel 6.26 > 1.67. The conclusion of this
research is there is a positive correlation between Parenting Method and Student’s
Emotional Quotients.
Key Words : Parenting Method, Emotional Quotients.
PENDAHULUAN
mutu
A. Latar Belakang Masalah
pendukung
Indonesia memerlukan sumber
daya manusia dalam jumlah dan
yang
memadai
sebagai
utama
dalam
pembangunan. Untuk memenuhi
sumberdaya
manusia
tersebut,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
pendidikan memiliki peran yang
tanpa perlu dikembangkan lebih
sangat
tersebut
baik lagi. Fenomena ini yang
pendidikan
sering tergambar dalam pola asuh
penting.
dikarenakan
Hal
jalur
merupakan salah satu proses utama
dan
untuk
diberikan
arahan pendidikan yang
memperoleh
pencapaian
belajar
dalam
sekolah-sekolah negeri atau swasta
menghantarkan ke arah pencapaian
pada umumnya. Maka tidak heran
sumber
kalau banyak siswa berprestasi tapi
prestasi
daya
berkualitas
manusia
tinggi
yang
pada
era
globalisasi saat ini.
Sesuai
orangtua
tidak sedikit
dan
kemudian
juga
mereka
yang berprestasi juga menjadi
dengan
Undang-
siswa
yang
urakan
dan
Undang No 20 Tahun 2003 tentang
mengabaikan tanggung jawabnya
Sistem Pendidikan Nasional pada
dalam menjalani proses pendidikan
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
di
pendidikan
pergaulan bebas, narkoba dan atau
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk
karakter
serta
peradaban
bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pola pembangunan SDM di
Indonesia
selama
terjebak
dalam
budaya tawuran sering dilakukan.
Pendidikan
bertujuan
nasional
pada
juga
perkembangan
potensi peserta didik agar menjadi
manusia
yang
beriman
dan
bertakwa kepada Tuhan Yang
terlalu
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mengedepankan IQ (kecerdasan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
intelektual) dan materialisme tetapi
dan menjadi warga negara yang
mengabaikan
demokratis
EQ
ini
sekolah,
(kecerdasan
emosi) terlebih SQ (Kecerdasan
spiritual).
masyarakat
serta
bertanggung
jawab.
Pada
umunya
Berdasarkan dengan fungsi
Indonesia
memang
dan tujuan pendidikan nasional
memandang IQ paling utama, dan
jelas bahwa
menganggap
setiap
EQ
sebagai
pelengkap, sekedar modal dasar
pendidikan pada
jenjang
harus
diselenggarakan secara sistematis,
2
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
terarah
dan
terpadu
demi
perkawinan yang sah yang dapat
terciptanya insan yang cerdas,
membentuk
beretika, bermoral, sopan santun
kecil.
dalam
lembaga
berinteraksi
masyarakat
dengan
serta
memiliki
sebuah
Keluarga
keluarga
merupakan
pertama
dalam
kehidupan anak, tempat ia belajar
kemampuan daya saing yang
dan
tinggi.
mahluk sosial. Dalam keluarga
Dari
hasil
pemaparan
menyatakan
diri
sebagai
fungsi dan tujuan di atas jelas
umumnya
bahwa pendidikan nasional tidak
hubungan interaksi yang intim.
hanya menekankan pada individu
Keluarga
yang cerdas secara intelektualitas,
pembentukan tingkah laku, watak,
tetapi juga disempurnakan oleh
moral
beragam
kecerdasan
lainnya
Keluarga merupakan lingkungan
seperti
kecerdasan
secara
pertama dan utama bagi anak
emosional, spiritual dan sosial.
ada
dalam
memberikan
dan
dasar
pendidikan
anak.
yang mempunyai pengaruh besar.
Sehingga pada tahun 2003,
lahirlah
anak
Undang-Undang
SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
Lingkungan keluarga sangat besar
pengaruhnya sebagai stimulans
dalam perkembangan anak.
Nasional) Nomor 20 Tahun 2003
Mendidik anak dengan baik
merupakan
awal
reformasi
dan
pendidikan
yang
mencoba
kembangkan totalitas potensi anak
pola
secara wajar. Potensi jasmaniah
dengan
dan rohaniah anak diupayakan
mengedepankan SQ (kecerdasan
tumbuh dan berkembang secara
spiritual), EQ (kecerdasan emosi)
selaras. Potensi jasmaniah anak
dan
diupayakan
menyeimbangkan
pembangunan
tidak
SDM
mengabaikan
IQ
(kecerdasan intelektual).
benar
berati
menumbuh
pertumbuhannya
secara wajar melalui pemenuhan
Orangtua adalah komponen
kebutuhan-kebutuhan
jasmani,
keluarga yang di dalamnya terdiri
seperti
dari ayah dan ibu, dan merupakan
sandang,
hasil
Sedangkan potensi rohaniah anak
3
dari
sebuah
ikatan
pemenuhan
pangan,
kebutuhan
dan
papan.
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
diupayakan
secara
pengembangannya
wajar
melalui
usaha
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orangtua
pembinaan intelektual, perasaan,
Perkembangan
dan budi pekerti.
Setiap
individu
siswa
di
tidak
kepribadian
terlepas
dari
SMP
lingkungan. Lingkungan terkecil
Diponegoro 1 Jakarta memiliki
adalah keluarga yang merupakan
latar belakang yang berbeda-beda.
tempat
Memiliki
tingkat
mengenal
emosional
yang
kecerdasan
berbeda-beda.
perilaku
kali
dan
individu
belajar
segala
sesuatu dalam kehidupannya.
Adanya orangtua yang tidak tahu
bagaimana
pertama
Dalam mendidik anak, terdapat
anaknya
berbagai macam bentuk pola asuh
disekolah. Adanya orangtua siswa
yang dapat dipilih dan dterapkann
yang broken home namun siswa
oleh orang tua. Sebelum berlanjut
tersebut memiliki banyak teman /
kepada pembahasan berikutnya,
dapat membina hubungan baik
terlebih
dengan
oranglain.
mengemukakan
hal-hal
tersebut
Berdasarkan
maka
dahulu
penulis
akan
pengertian
dari
penulis
pola asuh itu sendiri. Pola asuh
memilih melakukan penelitian di
terdiri dari dua kata yaitu pola dan
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
asuh.
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa Indonesia, pola berarti
corak, model, sistem, cara kerja,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan
masalah
diatas
diajukan
perumusan
penelitian
sebagai
maka
bentuk
(struktur)
Sedangkan kata asuh dapat berati
masalah
menjaga (merawat dan mendidik)
berikut
:
anak
kecil,
(membantu;
pola
dengan
sebagainya),
kecerdasan emosional siswa di
(mengepalai
orangtua
tetap.1
dapat
“Apakah terdapat hubungan antara
asuh
yang
membimbing
melatih
dan
dan
memimpin
dan
SMP Diponegoro 1 Jakarta?”.
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal. 885.
4
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
menyelenggarakan)
satu
badan
agar
2
atau lembaga.
bermasyarakat.
Orangtua menanamkan nilai-nilai
Pendapat
dikutip
mampu
Baumrind
oleh
Syamsu
yang
kepada
Yusuf,
anak-anaknya
membantu
mereka
untuk
membangun
mendefinisikan pola asuh sebagai
kompetensi
pola sikap atau perlakuan orang
Mereka menanamkan kejujuran,
tua terhadap anak yang masing-
kerja
masing
pengaruh
sendiri, memiliki perasaan kasih
tersendiri terhadap perilaku anak
sayang, dan bertanggung jawab.
antara lain terhadap kompetensi
Dengan latihan dan kedewasaan,
emosional, sosial, dan intelektual
karakter-karakter tersebut menjadi
anak.3
bagian utuh kehidupan anak-anak.5
mempunyai
Markum berpendapat bahwa
dan
keras,
kedamaian.
menghormati
diri
Keluarga memegang peranan
pola asuh adalah cara orang tua
penting
mendidik anak dan membesarkan
kecerdasan
anak
oleh
buku yang ditulis Agus Dariyo,
banyak faktor, antara lain faktor
para ahli mengemukakan bahwa
budaya, agama, kebiasaan, dan
pola
kepercayaan,
mempengaruhi
yang
dipengaruhi
serta
pengaruh
dalam
pembentukan
emosional.
asuh
Dalam
orangtua
amat
kepribadian dan
kepribadian orang tua (orang tua
perilaku anak.6 Maka dari itu,
sendiri
keluarga
dimana
terdapat
pola
atau
orang
yang
mengasuhnya).4
Tujuan mengasuh anak adalah
memberikan
pengetahuan
merupakan
dan
eksternal
ketrampilan yang dibutuhkan anak
di
dalamnya
asuh
orangtua
salah
yang
satu
faktor
memperngaruhi
kecerdasan emosional anak. Dari
sini kita dapat mengetahui bahwa
2
TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal.
73.
3
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja , (Bandung : Rosda Karya, 2004), hal.
51.
4
M. Enoch Markum, Buku Ajar Kesehatan Anak,
(Jakarta : FKUI, 2002), hal. 49.
kecerdasan emosional pertama kali
5
C. Drew Edwards, Ph.D, Ketika Anak Sulit
Diatur , (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2006) hal.
76.
6
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja ,
(Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 97.
5
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
dibentuk
dan
dimulai
dari
dilakukan
keluarga.
pembahasan
dengan
tujuan
menjadi
agar
lebih
Dari pendapat beberapa ahli di
terfokus dan jelas, yaitu pola asuh
atas, dapat disintesakan bahwa
otoriter, pola asuh demokratis dan
pola asuh orang tua adalah suatu
pola asuh permisif.
keseluruhan
interaksi
orangtua
dengan
antara
menjaga,
1. Pola Asuh Otoriter
merawat, dan mendidik anaknya,
dimana
orangtua
Dalam Kamus Besar Bahasa
bermaksud
menstimulasi
anaknya
dengan
mengubah
tingkah
laku,
Indonesia, otoriter berarti berkuasa
sendiri dan sewenang-wenang.7
Menurut
Baumrind,
pengetahuan serta nilai-nilai yang
Authoritarian Parenting (Pola asuh
dianggap
oleh
otoriter) cenderung menetapkan
orangtua, agar anak dapat mandiri,
standar yang mutlak harus dituruti,
tumbuh dan berkembang secara
biasanya
sehat dan optimal. Selain itu juga
ancaman-ancaman.
pola asuh adalah suatu sikap yang
kalau tidak mau makan, maka
dilakukan
orangtua
dalam
tidak akan diajak bicara. Orang tua
berinteraksi
dengan
anaknya,
tipe ini juga cenderung memaksa,
cara
orangtua
memerintah, menghukum. Apabila
hadiah,
anak tidak mau melakukan apa
hukuman, pemberian perhatian dan
yang dikatakan oleh orang tua,
tanggapan-tanggapan
sehingga
maka orang tua tipe ini tidak segan
pembentukan
menghukum anak. Orang tua tipe
kepribadian anak, karena orangtua
ini juga tidak mengenal kompromi,
sebagai model awal bagi anak
dan dalam komunikasi biasanya
dalam berhubungan dengan orang
bersifat satu arah. Orang tua tipe
lain.
ini tidak memerlukan umpan balik
dilihat
paling
dari
memberikan
disiplin,
mempengaruhi
Penulis
tepat
hanya
dibarengi
dengan
Misalnya,
akan
mengemukakan tiga macam pola
7
asuh
saja,
dan
hal
tersebut
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud,
(Jakarta : 2001), hal. 692.
6
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
dari
anaknya
untuk
mengerti
mengenai anaknya.8
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pola asuh otoriter adalah pola asuh
Adapun ciri-ciri dari pola asuh
yang menekankan batasan dan
otoriter adalah sebagai berikut :
larangan,
1) Anak
mematuhi
menghargai anak-anak yang patuh
peraturan-peraturan orang tua
terhadap apa yang diperintahkan
dan tidak boleh membantah.
kepada mereka dan tidak melawan.
2) Orangtua cenderung mencari
Hubungan orangtua dengan anak
harus
orangtua
kesalahan-kesalahan anak dan
terlihat
kemudian menghukumnya.
bersahabat.
3) Orangtua
perintah
dan
larangan kepada anak.
kurang
terdapat
2. Pola Asuh Demokratis
Menurut
Baumrind,
perbedaan
Authoritative Parenting (Pola asuh
pendapat antara orangtua dan
demokratis) merupakan pola asuh
anak, maka anak dianggap
yang memprioritaskan kepentingan
pembangkang.
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
5) Orang
tua
cenderung
memaksakan disiplin.
6) Orang
tua
mengendalikan mereka. Orang tua
dengan pola asuh ini bersikap
cenderung
memaksakan segala
sesuatu
rasional,
selalu
tindakannya
pada
mendasari
rasio
atau
untuk anak dan anak hanya
pemikiran-pemikiran. Orang tua
sebagai pelaksana.
tipe ini juga bersikap realistis
7) Tidak ada komunikasi antara
orangtua dan anak.9
terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang
melampaui
Orang
kemampuan
tua
memberikan
8
dan
cenderung
memberikan
4) Jika
kaku
sangat
Jhon W. Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja , edisi 6 (Jakarta : Erlangga, 2003), hal. 185.
9
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar
Pendidikan (Jakarta : Gramedia Widiasarana,
1992), Cet. Ke-2, hal. 88.
anak
untuk
tipe
ini
kebebasan
memilih
anak.
juga
kepada
dan
melakukan suatu tindakan, dan
7
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
pendekatannya
kepada
anak
3) Memberikan
bersifat hangat.10
bimbingan
dengan penuh pengertian.
Orangtua yang bisa diandalkan
menyeimbangkan
kasih
4) Dapat
sayang
menciptakan
keharmonisan dalam keluarga.
dan dukungan emosional dengan
5) Dapat
menciptakan
suasana
struktur dan bimbingan dalam
komunikatif antara orangtua
membesarkan anak-anak mereka.
dan
Dan orangtua dengan tipe ini
keluarga.12
anak
serta
sesama
mereka
membiarkan
anak-anak
mereka
menentukan
keputusan
Jadi pola asuh orangtua demokratis
sendiri dan mendorong mereka
mendorong anak untuk bebas tetapi
untuk membangun kepribadian dan
tetap
juga minat khas mereka sendiri
mengendalikan
daripada mencoba menempatkan
anak. Dalam pola asuh ini orangtua
anak-anak didalam kurungan.11
lebih bersikap hangat dan mengasihi
Adapun ciri-ciri pola asuh
memberikan
batasan
dan
tindakan-tindakan
anak
demokratis adalah sebagai berikut:
1) Menentukan
peraturan
dan
3. Pola Asuh Permisif
disiplin dengan memperhatikan
dan
Menurut Baumrind, Permisive
mempertimbangkan
alasan-alasan
diterima,
yang
dipahami
Parenting
dapat
(Pola
asuh
permisif) merupakan pola asuh
dan
dimana
dimengerti oleh anak.
2) Memberikan
Style
orangtua
memberikan
kesempatan pada anaknya untuk
pengarahan
melakukan
sesuatu
tanpa
tentang perbuatan baik yang
pengawasan yang cukup. orangtua
perlu dipertahankan dan yang
cenderung tidak menegur atau
tidak baik agar di tinggalkan.
memperingati anak apabila sedang
dalam bahaya dan sangat sedikit
10
Jhon W. Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja , edisi 6 (Jakarta : Erlangga, 2003), hal. 186
11
C. Drew Edwards, Ph.D, Ketika Anak Sulit
Diatur, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2006), hal.
78.
12
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar
Pendidikan (Jakarta : Gramedia Widiasarana,
1992), Cet. Ke-2, hal. 88.
8
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
bimbingan yang diberikan oleh
kesalahan
orangtua.13
memberikan
Menurut Stewart dan Koch,
Orang tua yang mempunyai pola
anak
melatih
dan
tidak
perhatian
dalam
kemandirian
dan
kepercayaan diri anak.
asuh permisif cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak
tanpa memberikan kontrol sama
B. Kecerdasan Emosional
Jika dilihat dari tiga ranah yang
sekali, Anak dituntut atau sedikit
biasa
sekali dituntut untuk suatu tangung
pendidikan, yaitu ranah kognitif,
jawab tetapi mempunyai hak yang
afektif dan psikomotorik, emosi
sama seperti orang dewasa, dan
termasuk ke dalam ranah afektif.
Anak
Emosi
diberi
kebebasan
untuk
banyak
dalam
terhadap
fungsi-fungsi
tua
mengatur
lainnya,
seperti
tipe
tanggapan,
tidak
banyak
Orang
memberikan
tua
kasih
ini
sayang
dunia
berpengaruh
mengatur dirinya sendiri dan orang
anaknya.
psikis
pengamatan,
pemikiran
dan
kehendak. Individu akan mampu
berlebihan. Karakter anak menjadi
melakukan
impulsif,
pengamatan
atau
tidak
patuh,
manja,
pemikiran dengan baik jika disertai
mandiri,
mau
menang
dengan emosi yang baik pula.
sendiri, kurang percaya diri dan
Individu juga akan memberikan
kurang
kurang matang secara sosial.
14
tanggapan yang positif terhadap
suatu
Jadi
permisif
pola
asuh
secara
orangtua
objek
emosi
yang
manakala
disertai
positif
pula.
keseluruhan
Sebaliknya
individu
akan
ditandai dengan keadaan orangtua
melakukan
pengamatan
atau
yang tidak mengendalikan anak,
tanggapan negatif terhadap suatu
tidak memberikan hukuman pada
objek, jika disertai oleh emosi
yang
13
digunakan
Jhon W. Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja , edisi 6 (Jakarta : Erlangga, 2003), hal. 186.
14
Stewart & Koch, Chidren Development Throught
Adolescence . (Canada: John Wiley and Sons, Inc,
1983), hal. 225.
negatif
terhadap
objek
tersebut.
9
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
Masa
remaja
puncak
merupakan
emosionalitas,
informasi, koneksi dan pengaruh
yaitu
yang manusiawi. Daniel Goleman
perkembangan emosi yang tinggi.
mendefinisikan
Pertumbuhan
terutama
kecerdasan
organ-organ seksual mempegaruhi
Kecerdasan
berkembangnya
atau
kemampuan seperti kemampuan
perasaan-perasaan dan dorongan-
untuk memotivasi diri sendiri dan
dorongan
bertahan
fisik,
emosi
baru
yang
dialami
emosional
dari
yaitu
emosional
menghadapi
:
adalah
frustasi,
sebelumnya, seperti perasaan cinta,
mengendalikan dorongan hati dan
rindu
tidak
dan
keinginan
untuk
melebih-lebihkan
berkenalan lebih intim dengan
kesenangan mengatur suasana hati
lawan jenis. Pada usia remaja
dan menjaga agar beban stress
awal,
tidak melumpuhkan kemampuan
perkembangan
emosinya
berfikir, berempati dan berdoa.16
menunjukkan sifat yang sensitive
dan reaktif yang sangat kuat
Menurut Savoley, kecerdasan
terhadap berbagai peristiwa atau
emosional adalah mengenali emosi
situasi
diri,
sosial, emosional
membuat
emosinya
negative
dan
yang
bersifat
mengelola
dan
mengekspresikan
emosi,
temperamental
memotivasi diri, mengenali emosi
(mudah tersinggung/marah, atau
orang lain dan membina hubungan
mudah sedih/,murung), sedangkan
dengan orang lain.
remaja
akhir
sudah
mampu
Indikator
mengendalikan emosinya.15
yaitu
Kecerdasan emosional adalah
kemampuan
memahami
15
arti
secara
efektif
kesadaran
mengenali
merasakan,
emosi
emosional
emosi sebagai sumber energi dan
solusi
dan
sendiri.
emosi/mengelola
indikatornya
menerapkan daya dan kepekaan
emosi
diri,
perasaannya
Manajemen
dan
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja , (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 196.
mengenali
dan
(siswa
dapat
yang
tidak
mencari
dapat
16
Daniel Goleman, Emotional Intellegence .
Terjemahan T Hermaya (Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama, 2003), hal. 43.
10
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
memanajemen emosi dengan baik,
Adapun kaitannya penelitian
dia dapat mencari solusi dengan
ini dengan Pendidikan Pancasila
tepat saat sedang ada masalah).
dan
Memotivasi
dimana orangtua merupakan guru
diri
sendiri,
Kewarganegaraan
adalah
indikatornya mempunyai tingkat
utama
optimisme yang tinggi dan tidak
lingkungan
berlarut-larut
didalamnya menerapkan aturan-
dalam
Mengenali
emosi
masalah.
orang
lain,
seorang
anak
dalam
keluarga
yang
aturan dan memberikan bimbingan
indikatornya memiliki rasa empati
dan
dan memahami perasaan orang
membuat seorang anak menjadi
lain. Membina hubungan dengan
pribadi
orang lain, indikatornya memiliki
kepada
keterampilan sosial dan memiliki
orangtua, beretika, bermoral dan
rasa solidaritas.
menjadi
Dengan
demikian,
budi
pekerti
yang
yang
baik,
Tuhan,
akan
bertaqwa
menghormati
manusia
yang
dapat
menjungjung nilai-nilai Pancasila,
disintesiskan bahwa kecerdasan
taat aturan sehingga berguna bagi
emosional
kemampuan
lingkungan dan Negara. Begitu
seseorang dalam mengenali emosi
pula dengan kecerdasan emosional
diri,
yang
adalah
mengelola
dan
mengekspresikan
emosi,
melatih
diri
orang lain, serta dapat membina
memotivasi
hubungan
oranglain,
Kecerdasa
orang
sendiri
dan
diri
orang
lain,
sendiri
dan
serta
membina
sangat
hubungan baik dengan oranglain.
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
Aspek-aspek tersebut berhubungan
bersifat menetap, dapat berubah-
dengan
Ilmu
ubah setiap saat. Untuk itu peranan
yang
mengharapkan
lingkungan
orangtua
individu sebagai makhluk sosial
dalam
yang berperilaku baik, beretika,
sangat
emosional
lain.
dapat
mengenali emosi, mengelola emosi
memotivasi diri, mengenali emosi
dengan
seseorang
terutama
mempengaruhi
pembentukan
emosional.
kecerdasan
bermoral,
Kewarganegaraan
mempunyai
setiap
rasa
toleransi antar sesama dan mampu
11
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
berinteraksi
dan
membina
hubungan baik dengan oranglain.
proportionate sampling dengan jumlah
populasi kelas VIII SMP Diponegoro
1 Jakarta sebanyak 98 siswa. Adapun
sampel/responden dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN
Penelitian
memperoleh
ini
bertujuan
data
empiris
untuk
yaitu sebanyak 60 responden yang
tentang
diambil masing-masing 20% dari 3
masalah yang diajukan yaitu untuk
kelas
mengetahui apakah terdapat hubungan
Dipoengoro 1 Jakarta.
VII
yang
ada
di
SMP
antara pola asuh orangtua dengan
kecerdasan emosional siswa kelas VIII
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Metode yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
korelasional
metode
pendekatan
kuantitatif. Metode ini dipilih karena
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara variabel tentang Pola
Asuh
Orangtua
sebagai
yang
menghubungkan dan diberi simbol X,
dengan
variabel
Kecerdasan
Emosional Siswa yang dihubungkan
Teknik
pengumpulan
dilakukan
dengan
instrument
berupa
data
menggunakan
angket.
Untuk
variabel X (Pola Asuh Orangtua)
menggunakan angket skala perilaku.
Dimana
siswa/responden
mengisi
angket perilaku pola asuh orangtua
menurut pandangan siswa. Kemudian
untuk
variabel
Emosional
Y
Siswa)
(Kecerdasan
menggunakan
angket skala sikap. Dimana siswa
mengisi angket tersebut sesuai dengan
diri mereka.
dan diberi simbol Y.
Penelitian ini dilakukan di SMP
Diponegoro 1 Jakarta yang terletak di
Jalan Sunan Giri No. 5 Jakarta Timur.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan, terhitung mulai dari bulan
Febuari sampai bulan April 2013.
Teknik
menggunakan
pengambilan
adalah
sampel
teknik
HASIL PENELITIAN
1. Uji Normalitas.
Pengujian normalitas data variabel
Pola Asuh Orangtua dan Kecerdasan
Emosional
Siswa
adalah
dengan
menggunakan Uji Liliefors. Dari hasil
perhitungan diperoleh
hasil sebagai
tabel berikut :
12
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
No. Variabel
1.
2.
X
Y
n
Asuh
(variabel
X)
Ltabel
hitung
( 0,05)
dengan
0,114 Lhitung < Ltabel
Distribusi
0,114 Normal
Siswa (variabel Y). Rumus yang
60 0,090
60 0,065
Kesimpulan
Orangtua
L
Kecerdasan
Emosional
digunakan untuk menghubungkan
skor kedua variabel tersebut adalah
2. Uji keberartian regresi.
Uji
keberartian
regresi
dengan
dilakukan
untuk mencari persamaan regresi linier
untuk
memperkirakan
menggunakan
rumus
korelasional produk moment.
atau
Untuk mengetahui signifikan
meramalkan bentuk hubungan yang
ada atau diperkirakan ada hubungan
tidaknya korelasi kedua variabel
diantara kedua variabel.
tersebut, maka koefisien korelasi
Hubungan
antara
Pola
Orangtua
(X) dengan
Emosional
Siswa
Asuh
tersebut
Kecerdasan
dapat
dikonsultasikan
dengan
dengan tabel ”r” kritik produk
menggunakan persamaan regresi Ŷ =
moment. Dari hasil perhitungan
(Y)
26,05 + 0,833X.
didapat hasil sebagai berikut :
Uji Signifikansi
3. Uji Siginifikansi
Berdasarkan data yang diperoleh,
n
thitung
ttabel
Kesimpulan
6,26
1,67
thitung > ttabel
maka dilakukan analisis data yang
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan data dalam pengujian
58
0,05
Ho ditolak
hipotesis penelitian. Langkah yang
ditempuh dalam analisis data ini
yaitu dengan menghubungkan dua
jenis skor, yaitu skor dari Pola
13
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
4. Uji t
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
perkembangan
Tingkat keberartian hubungan antara
dua variabel diuji dengan uji “t”
korelasi. Hubungan kedua variabel
tersebut berarti jika thitung lebih besar
anak
sehingga
hal
tersebut mengacu pada kecerdasan
emosional anak.
Adapun saran yang dapat penulis
sampaikan yaitu :
1. Orangtua hendaknya mendidik
anak-anaknya di rumah dan di
dari ttabel. Berdasarkan perhitungan
diperoleh hasil sebagai berikut :
lingkungan
memperhatikan
dengan
pembentukan
dan pengembangan kecerdasan
Uji t
emosional untuk menumbuhkan
n
60
0,05
rhitung
rtabel
Kesimpulan
perilaku
0,635
0,254
r hitung > r tabel
setiap
Ho Ditolak
kepada
yang positif
hubungan
orang
dalam
sosialnya
lain,
demi
kesuksesan hidupnya kelak.
2. Guru
KESIMPULAN
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara Pola Asuh Orangtua
dengan Kecerdasan Emosional Siswa
Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Apabila Pola Asuh Orangtua baik,
atau tinggi maka semakin baik pula
meningkat
selain
menyampaikan materi pelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan
hendaknya
pula
Kecerdasan
Emosional Siswa.
Untuk meningkatkan kecerdasan
emosional siswa, maka pola asuh yang
sebaiknya diterapkan oleh orangtua
yaitu pola asuh demokratis karena pola
secara
konseptual,
sehingga
siswa tidak hanya memperoleh
materi-materi
atau
konsep
pelajaran
tetapi
mata
juga
konsepPkn,
memperoleh
kesempatan untuk menumbuh
kembangkan
kecerdasan
emosionalnya.
3. Siswa
sebaiknya
membina
hubungan baik dengan Orangtua,
Guru dan teman sebaya karena
dengan adanya komunikasi yang
baik maka akan menciptakan
asuh demokratis menyesuaikan dengan
14
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
sikap yang baik pula dalam segi
sosial dan emosional.
Santrock Jhon W, Perkembangan
Anak, Edisi kesebelas, Jakarta:
Erlangga. 2007.
REFERENSI
Dariyo,
Agoes,
Psikologi
Perkembangan Remaja , Bogor
: Ghalia Indonesia, 2004.
Shapiro, L, Mengajarkan Emotional
Intelligence
Pada
Anak,
Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum, 2003.
Edwards, C. Drew, Ketika Anak Sulit
Diatur , Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2006.
Yusuf,
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan
Anak/Child Development , Terj.
Meitasari Tjandrasa, Jakarta :
Erlangga, 1990.
Goleman,
Daniel,
Kecerdasan
emosional : Mengapa EI lebih
penting
daripada
IQ.
Terjemahan: Hermaya, T.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Syamsu,
Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja ,
Bandung:
Rosdakarya, 2006.
BIOGRAFI PENULIS
Nur Dian Oktafiany. Lahir di Jakarta,
Gottman, John dan Joan DeClaire,
Kiat-Kiat Membesarkan Anak
Yang Memiliki Kecerdasan
Emosional, Jakarta: Gramedia,
2003.
31 Oktober 1991. Mahasiswa PPKN
Markum, Enoch, Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2002.
FIS UNJ.
ISP FIS UNJ. Ketua Biro Advokasi
Periode
2011/2012
Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik
dianoktafiany@ymail.com
Santrock Jhon W, Adolescence
Perkembangan
Remaja ,
Edisi
keenam, Jakarta: Erlangga, 2003.
15
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KECERDASAN
EMOSIONAL SISWA DI SMP DIPONEGORO 1 JAKARTA
CORRELATION OF PARENTING METHOD TO THE STUDENT’S
EMOTIONAL QUOTIENTS OF DIPONOGORO 1 JAKARTA JUNIOR
HIGH SCHOOL
Nur Dian Oktafiany, Etin Solihatin, dan M. Japar.
Program Studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta
ABSTRACT
This research is aim to gather empirical data regarding the correlation of
parenting method to the student’s emotional quotients. This research is conduct on
February to April 2013. This research is conducted through quantitative approach
with correlation method. The data is collected through questioners. The sample is
taken through proportional sampling method; samples are 60 students of 98 VIII
grades students.
Analytical requirement test being examined is aim to find the regression
equation formula, which it would be Ŷ = 26.05+0.833X. F amounted 39.24 dan Ftable
amounted 4.02. Since the F is bigger than F table 39.24 > 4.02, so that it concluded
regression is significant.
The examination of hypothesis is conduct through correlation product moment
formula and based on the calculation r amounted 0.635 and r tabel amounted 0.254 in
significances level (α) 0.05, N= 60. So that r is bigger than r tabel (0.635 > 0.254). By
the result of calculation concluded H 0 is invalid and H 1 is valid. The numbered of
contribution of variable X instrument to variable Y instrument is calculated by
determination coefficient amounted 40.36%. To determine level of correlation
between both variables is conduct through t-test. The result of this test t amounted
6.26. In level of significances (α) 0.05 and degree of independences 58, t tabel
amounted 1.67. So thus, t is bigger than t tabel 6.26 > 1.67. The conclusion of this
research is there is a positive correlation between Parenting Method and Student’s
Emotional Quotients.
Key Words : Parenting Method, Emotional Quotients.
PENDAHULUAN
mutu
A. Latar Belakang Masalah
pendukung
Indonesia memerlukan sumber
daya manusia dalam jumlah dan
yang
memadai
sebagai
utama
dalam
pembangunan. Untuk memenuhi
sumberdaya
manusia
tersebut,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
pendidikan memiliki peran yang
tanpa perlu dikembangkan lebih
sangat
tersebut
baik lagi. Fenomena ini yang
pendidikan
sering tergambar dalam pola asuh
penting.
dikarenakan
Hal
jalur
merupakan salah satu proses utama
dan
untuk
diberikan
arahan pendidikan yang
memperoleh
pencapaian
belajar
dalam
sekolah-sekolah negeri atau swasta
menghantarkan ke arah pencapaian
pada umumnya. Maka tidak heran
sumber
kalau banyak siswa berprestasi tapi
prestasi
daya
berkualitas
manusia
tinggi
yang
pada
era
globalisasi saat ini.
Sesuai
orangtua
tidak sedikit
dan
kemudian
juga
mereka
yang berprestasi juga menjadi
dengan
Undang-
siswa
yang
urakan
dan
Undang No 20 Tahun 2003 tentang
mengabaikan tanggung jawabnya
Sistem Pendidikan Nasional pada
dalam menjalani proses pendidikan
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
di
pendidikan
pergaulan bebas, narkoba dan atau
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk
karakter
serta
peradaban
bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pola pembangunan SDM di
Indonesia
selama
terjebak
dalam
budaya tawuran sering dilakukan.
Pendidikan
bertujuan
nasional
pada
juga
perkembangan
potensi peserta didik agar menjadi
manusia
yang
beriman
dan
bertakwa kepada Tuhan Yang
terlalu
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mengedepankan IQ (kecerdasan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
intelektual) dan materialisme tetapi
dan menjadi warga negara yang
mengabaikan
demokratis
EQ
ini
sekolah,
(kecerdasan
emosi) terlebih SQ (Kecerdasan
spiritual).
masyarakat
serta
bertanggung
jawab.
Pada
umunya
Berdasarkan dengan fungsi
Indonesia
memang
dan tujuan pendidikan nasional
memandang IQ paling utama, dan
jelas bahwa
menganggap
setiap
EQ
sebagai
pelengkap, sekedar modal dasar
pendidikan pada
jenjang
harus
diselenggarakan secara sistematis,
2
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
terarah
dan
terpadu
demi
perkawinan yang sah yang dapat
terciptanya insan yang cerdas,
membentuk
beretika, bermoral, sopan santun
kecil.
dalam
lembaga
berinteraksi
masyarakat
dengan
serta
memiliki
sebuah
Keluarga
keluarga
merupakan
pertama
dalam
kehidupan anak, tempat ia belajar
kemampuan daya saing yang
dan
tinggi.
mahluk sosial. Dalam keluarga
Dari
hasil
pemaparan
menyatakan
diri
sebagai
fungsi dan tujuan di atas jelas
umumnya
bahwa pendidikan nasional tidak
hubungan interaksi yang intim.
hanya menekankan pada individu
Keluarga
yang cerdas secara intelektualitas,
pembentukan tingkah laku, watak,
tetapi juga disempurnakan oleh
moral
beragam
kecerdasan
lainnya
Keluarga merupakan lingkungan
seperti
kecerdasan
secara
pertama dan utama bagi anak
emosional, spiritual dan sosial.
ada
dalam
memberikan
dan
dasar
pendidikan
anak.
yang mempunyai pengaruh besar.
Sehingga pada tahun 2003,
lahirlah
anak
Undang-Undang
SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
Lingkungan keluarga sangat besar
pengaruhnya sebagai stimulans
dalam perkembangan anak.
Nasional) Nomor 20 Tahun 2003
Mendidik anak dengan baik
merupakan
awal
reformasi
dan
pendidikan
yang
mencoba
kembangkan totalitas potensi anak
pola
secara wajar. Potensi jasmaniah
dengan
dan rohaniah anak diupayakan
mengedepankan SQ (kecerdasan
tumbuh dan berkembang secara
spiritual), EQ (kecerdasan emosi)
selaras. Potensi jasmaniah anak
dan
diupayakan
menyeimbangkan
pembangunan
tidak
SDM
mengabaikan
IQ
(kecerdasan intelektual).
benar
berati
menumbuh
pertumbuhannya
secara wajar melalui pemenuhan
Orangtua adalah komponen
kebutuhan-kebutuhan
jasmani,
keluarga yang di dalamnya terdiri
seperti
dari ayah dan ibu, dan merupakan
sandang,
hasil
Sedangkan potensi rohaniah anak
3
dari
sebuah
ikatan
pemenuhan
pangan,
kebutuhan
dan
papan.
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
diupayakan
secara
pengembangannya
wajar
melalui
usaha
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orangtua
pembinaan intelektual, perasaan,
Perkembangan
dan budi pekerti.
Setiap
individu
siswa
di
tidak
kepribadian
terlepas
dari
SMP
lingkungan. Lingkungan terkecil
Diponegoro 1 Jakarta memiliki
adalah keluarga yang merupakan
latar belakang yang berbeda-beda.
tempat
Memiliki
tingkat
mengenal
emosional
yang
kecerdasan
berbeda-beda.
perilaku
kali
dan
individu
belajar
segala
sesuatu dalam kehidupannya.
Adanya orangtua yang tidak tahu
bagaimana
pertama
Dalam mendidik anak, terdapat
anaknya
berbagai macam bentuk pola asuh
disekolah. Adanya orangtua siswa
yang dapat dipilih dan dterapkann
yang broken home namun siswa
oleh orang tua. Sebelum berlanjut
tersebut memiliki banyak teman /
kepada pembahasan berikutnya,
dapat membina hubungan baik
terlebih
dengan
oranglain.
mengemukakan
hal-hal
tersebut
Berdasarkan
maka
dahulu
penulis
akan
pengertian
dari
penulis
pola asuh itu sendiri. Pola asuh
memilih melakukan penelitian di
terdiri dari dua kata yaitu pola dan
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
asuh.
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa Indonesia, pola berarti
corak, model, sistem, cara kerja,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan
masalah
diatas
diajukan
perumusan
penelitian
sebagai
maka
bentuk
(struktur)
Sedangkan kata asuh dapat berati
masalah
menjaga (merawat dan mendidik)
berikut
:
anak
kecil,
(membantu;
pola
dengan
sebagainya),
kecerdasan emosional siswa di
(mengepalai
orangtua
tetap.1
dapat
“Apakah terdapat hubungan antara
asuh
yang
membimbing
melatih
dan
dan
memimpin
dan
SMP Diponegoro 1 Jakarta?”.
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal. 885.
4
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
menyelenggarakan)
satu
badan
agar
2
atau lembaga.
bermasyarakat.
Orangtua menanamkan nilai-nilai
Pendapat
dikutip
mampu
Baumrind
oleh
Syamsu
yang
kepada
Yusuf,
anak-anaknya
membantu
mereka
untuk
membangun
mendefinisikan pola asuh sebagai
kompetensi
pola sikap atau perlakuan orang
Mereka menanamkan kejujuran,
tua terhadap anak yang masing-
kerja
masing
pengaruh
sendiri, memiliki perasaan kasih
tersendiri terhadap perilaku anak
sayang, dan bertanggung jawab.
antara lain terhadap kompetensi
Dengan latihan dan kedewasaan,
emosional, sosial, dan intelektual
karakter-karakter tersebut menjadi
anak.3
bagian utuh kehidupan anak-anak.5
mempunyai
Markum berpendapat bahwa
dan
keras,
kedamaian.
menghormati
diri
Keluarga memegang peranan
pola asuh adalah cara orang tua
penting
mendidik anak dan membesarkan
kecerdasan
anak
oleh
buku yang ditulis Agus Dariyo,
banyak faktor, antara lain faktor
para ahli mengemukakan bahwa
budaya, agama, kebiasaan, dan
pola
kepercayaan,
mempengaruhi
yang
dipengaruhi
serta
pengaruh
dalam
pembentukan
emosional.
asuh
Dalam
orangtua
amat
kepribadian dan
kepribadian orang tua (orang tua
perilaku anak.6 Maka dari itu,
sendiri
keluarga
dimana
terdapat
pola
atau
orang
yang
mengasuhnya).4
Tujuan mengasuh anak adalah
memberikan
pengetahuan
merupakan
dan
eksternal
ketrampilan yang dibutuhkan anak
di
dalamnya
asuh
orangtua
salah
yang
satu
faktor
memperngaruhi
kecerdasan emosional anak. Dari
sini kita dapat mengetahui bahwa
2
TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal.
73.
3
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja , (Bandung : Rosda Karya, 2004), hal.
51.
4
M. Enoch Markum, Buku Ajar Kesehatan Anak,
(Jakarta : FKUI, 2002), hal. 49.
kecerdasan emosional pertama kali
5
C. Drew Edwards, Ph.D, Ketika Anak Sulit
Diatur , (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2006) hal.
76.
6
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja ,
(Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 97.
5
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
dibentuk
dan
dimulai
dari
dilakukan
keluarga.
pembahasan
dengan
tujuan
menjadi
agar
lebih
Dari pendapat beberapa ahli di
terfokus dan jelas, yaitu pola asuh
atas, dapat disintesakan bahwa
otoriter, pola asuh demokratis dan
pola asuh orang tua adalah suatu
pola asuh permisif.
keseluruhan
interaksi
orangtua
dengan
antara
menjaga,
1. Pola Asuh Otoriter
merawat, dan mendidik anaknya,
dimana
orangtua
Dalam Kamus Besar Bahasa
bermaksud
menstimulasi
anaknya
dengan
mengubah
tingkah
laku,
Indonesia, otoriter berarti berkuasa
sendiri dan sewenang-wenang.7
Menurut
Baumrind,
pengetahuan serta nilai-nilai yang
Authoritarian Parenting (Pola asuh
dianggap
oleh
otoriter) cenderung menetapkan
orangtua, agar anak dapat mandiri,
standar yang mutlak harus dituruti,
tumbuh dan berkembang secara
biasanya
sehat dan optimal. Selain itu juga
ancaman-ancaman.
pola asuh adalah suatu sikap yang
kalau tidak mau makan, maka
dilakukan
orangtua
dalam
tidak akan diajak bicara. Orang tua
berinteraksi
dengan
anaknya,
tipe ini juga cenderung memaksa,
cara
orangtua
memerintah, menghukum. Apabila
hadiah,
anak tidak mau melakukan apa
hukuman, pemberian perhatian dan
yang dikatakan oleh orang tua,
tanggapan-tanggapan
sehingga
maka orang tua tipe ini tidak segan
pembentukan
menghukum anak. Orang tua tipe
kepribadian anak, karena orangtua
ini juga tidak mengenal kompromi,
sebagai model awal bagi anak
dan dalam komunikasi biasanya
dalam berhubungan dengan orang
bersifat satu arah. Orang tua tipe
lain.
ini tidak memerlukan umpan balik
dilihat
paling
dari
memberikan
disiplin,
mempengaruhi
Penulis
tepat
hanya
dibarengi
dengan
Misalnya,
akan
mengemukakan tiga macam pola
7
asuh
saja,
dan
hal
tersebut
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud,
(Jakarta : 2001), hal. 692.
6
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
dari
anaknya
untuk
mengerti
mengenai anaknya.8
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pola asuh otoriter adalah pola asuh
Adapun ciri-ciri dari pola asuh
yang menekankan batasan dan
otoriter adalah sebagai berikut :
larangan,
1) Anak
mematuhi
menghargai anak-anak yang patuh
peraturan-peraturan orang tua
terhadap apa yang diperintahkan
dan tidak boleh membantah.
kepada mereka dan tidak melawan.
2) Orangtua cenderung mencari
Hubungan orangtua dengan anak
harus
orangtua
kesalahan-kesalahan anak dan
terlihat
kemudian menghukumnya.
bersahabat.
3) Orangtua
perintah
dan
larangan kepada anak.
kurang
terdapat
2. Pola Asuh Demokratis
Menurut
Baumrind,
perbedaan
Authoritative Parenting (Pola asuh
pendapat antara orangtua dan
demokratis) merupakan pola asuh
anak, maka anak dianggap
yang memprioritaskan kepentingan
pembangkang.
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
5) Orang
tua
cenderung
memaksakan disiplin.
6) Orang
tua
mengendalikan mereka. Orang tua
dengan pola asuh ini bersikap
cenderung
memaksakan segala
sesuatu
rasional,
selalu
tindakannya
pada
mendasari
rasio
atau
untuk anak dan anak hanya
pemikiran-pemikiran. Orang tua
sebagai pelaksana.
tipe ini juga bersikap realistis
7) Tidak ada komunikasi antara
orangtua dan anak.9
terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang
melampaui
Orang
kemampuan
tua
memberikan
8
dan
cenderung
memberikan
4) Jika
kaku
sangat
Jhon W. Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja , edisi 6 (Jakarta : Erlangga, 2003), hal. 185.
9
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar
Pendidikan (Jakarta : Gramedia Widiasarana,
1992), Cet. Ke-2, hal. 88.
anak
untuk
tipe
ini
kebebasan
memilih
anak.
juga
kepada
dan
melakukan suatu tindakan, dan
7
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
pendekatannya
kepada
anak
3) Memberikan
bersifat hangat.10
bimbingan
dengan penuh pengertian.
Orangtua yang bisa diandalkan
menyeimbangkan
kasih
4) Dapat
sayang
menciptakan
keharmonisan dalam keluarga.
dan dukungan emosional dengan
5) Dapat
menciptakan
suasana
struktur dan bimbingan dalam
komunikatif antara orangtua
membesarkan anak-anak mereka.
dan
Dan orangtua dengan tipe ini
keluarga.12
anak
serta
sesama
mereka
membiarkan
anak-anak
mereka
menentukan
keputusan
Jadi pola asuh orangtua demokratis
sendiri dan mendorong mereka
mendorong anak untuk bebas tetapi
untuk membangun kepribadian dan
tetap
juga minat khas mereka sendiri
mengendalikan
daripada mencoba menempatkan
anak. Dalam pola asuh ini orangtua
anak-anak didalam kurungan.11
lebih bersikap hangat dan mengasihi
Adapun ciri-ciri pola asuh
memberikan
batasan
dan
tindakan-tindakan
anak
demokratis adalah sebagai berikut:
1) Menentukan
peraturan
dan
3. Pola Asuh Permisif
disiplin dengan memperhatikan
dan
Menurut Baumrind, Permisive
mempertimbangkan
alasan-alasan
diterima,
yang
dipahami
Parenting
dapat
(Pola
asuh
permisif) merupakan pola asuh
dan
dimana
dimengerti oleh anak.
2) Memberikan
Style
orangtua
memberikan
kesempatan pada anaknya untuk
pengarahan
melakukan
sesuatu
tanpa
tentang perbuatan baik yang
pengawasan yang cukup. orangtua
perlu dipertahankan dan yang
cenderung tidak menegur atau
tidak baik agar di tinggalkan.
memperingati anak apabila sedang
dalam bahaya dan sangat sedikit
10
Jhon W. Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja , edisi 6 (Jakarta : Erlangga, 2003), hal. 186
11
C. Drew Edwards, Ph.D, Ketika Anak Sulit
Diatur, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2006), hal.
78.
12
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar
Pendidikan (Jakarta : Gramedia Widiasarana,
1992), Cet. Ke-2, hal. 88.
8
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
bimbingan yang diberikan oleh
kesalahan
orangtua.13
memberikan
Menurut Stewart dan Koch,
Orang tua yang mempunyai pola
anak
melatih
dan
tidak
perhatian
dalam
kemandirian
dan
kepercayaan diri anak.
asuh permisif cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak
tanpa memberikan kontrol sama
B. Kecerdasan Emosional
Jika dilihat dari tiga ranah yang
sekali, Anak dituntut atau sedikit
biasa
sekali dituntut untuk suatu tangung
pendidikan, yaitu ranah kognitif,
jawab tetapi mempunyai hak yang
afektif dan psikomotorik, emosi
sama seperti orang dewasa, dan
termasuk ke dalam ranah afektif.
Anak
Emosi
diberi
kebebasan
untuk
banyak
dalam
terhadap
fungsi-fungsi
tua
mengatur
lainnya,
seperti
tipe
tanggapan,
tidak
banyak
Orang
memberikan
tua
kasih
ini
sayang
dunia
berpengaruh
mengatur dirinya sendiri dan orang
anaknya.
psikis
pengamatan,
pemikiran
dan
kehendak. Individu akan mampu
berlebihan. Karakter anak menjadi
melakukan
impulsif,
pengamatan
atau
tidak
patuh,
manja,
pemikiran dengan baik jika disertai
mandiri,
mau
menang
dengan emosi yang baik pula.
sendiri, kurang percaya diri dan
Individu juga akan memberikan
kurang
kurang matang secara sosial.
14
tanggapan yang positif terhadap
suatu
Jadi
permisif
pola
asuh
secara
orangtua
objek
emosi
yang
manakala
disertai
positif
pula.
keseluruhan
Sebaliknya
individu
akan
ditandai dengan keadaan orangtua
melakukan
pengamatan
atau
yang tidak mengendalikan anak,
tanggapan negatif terhadap suatu
tidak memberikan hukuman pada
objek, jika disertai oleh emosi
yang
13
digunakan
Jhon W. Santrock, Adolescence Perkembangan
Remaja , edisi 6 (Jakarta : Erlangga, 2003), hal. 186.
14
Stewart & Koch, Chidren Development Throught
Adolescence . (Canada: John Wiley and Sons, Inc,
1983), hal. 225.
negatif
terhadap
objek
tersebut.
9
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
Masa
remaja
puncak
merupakan
emosionalitas,
informasi, koneksi dan pengaruh
yaitu
yang manusiawi. Daniel Goleman
perkembangan emosi yang tinggi.
mendefinisikan
Pertumbuhan
terutama
kecerdasan
organ-organ seksual mempegaruhi
Kecerdasan
berkembangnya
atau
kemampuan seperti kemampuan
perasaan-perasaan dan dorongan-
untuk memotivasi diri sendiri dan
dorongan
bertahan
fisik,
emosi
baru
yang
dialami
emosional
dari
yaitu
emosional
menghadapi
:
adalah
frustasi,
sebelumnya, seperti perasaan cinta,
mengendalikan dorongan hati dan
rindu
tidak
dan
keinginan
untuk
melebih-lebihkan
berkenalan lebih intim dengan
kesenangan mengatur suasana hati
lawan jenis. Pada usia remaja
dan menjaga agar beban stress
awal,
tidak melumpuhkan kemampuan
perkembangan
emosinya
berfikir, berempati dan berdoa.16
menunjukkan sifat yang sensitive
dan reaktif yang sangat kuat
Menurut Savoley, kecerdasan
terhadap berbagai peristiwa atau
emosional adalah mengenali emosi
situasi
diri,
sosial, emosional
membuat
emosinya
negative
dan
yang
bersifat
mengelola
dan
mengekspresikan
emosi,
temperamental
memotivasi diri, mengenali emosi
(mudah tersinggung/marah, atau
orang lain dan membina hubungan
mudah sedih/,murung), sedangkan
dengan orang lain.
remaja
akhir
sudah
mampu
Indikator
mengendalikan emosinya.15
yaitu
Kecerdasan emosional adalah
kemampuan
memahami
15
arti
secara
efektif
kesadaran
mengenali
merasakan,
emosi
emosional
emosi sebagai sumber energi dan
solusi
dan
sendiri.
emosi/mengelola
indikatornya
menerapkan daya dan kepekaan
emosi
diri,
perasaannya
Manajemen
dan
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja , (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 196.
mengenali
dan
(siswa
dapat
yang
tidak
mencari
dapat
16
Daniel Goleman, Emotional Intellegence .
Terjemahan T Hermaya (Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama, 2003), hal. 43.
10
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
memanajemen emosi dengan baik,
Adapun kaitannya penelitian
dia dapat mencari solusi dengan
ini dengan Pendidikan Pancasila
tepat saat sedang ada masalah).
dan
Memotivasi
dimana orangtua merupakan guru
diri
sendiri,
Kewarganegaraan
adalah
indikatornya mempunyai tingkat
utama
optimisme yang tinggi dan tidak
lingkungan
berlarut-larut
didalamnya menerapkan aturan-
dalam
Mengenali
emosi
masalah.
orang
lain,
seorang
anak
dalam
keluarga
yang
aturan dan memberikan bimbingan
indikatornya memiliki rasa empati
dan
dan memahami perasaan orang
membuat seorang anak menjadi
lain. Membina hubungan dengan
pribadi
orang lain, indikatornya memiliki
kepada
keterampilan sosial dan memiliki
orangtua, beretika, bermoral dan
rasa solidaritas.
menjadi
Dengan
demikian,
budi
pekerti
yang
yang
baik,
Tuhan,
akan
bertaqwa
menghormati
manusia
yang
dapat
menjungjung nilai-nilai Pancasila,
disintesiskan bahwa kecerdasan
taat aturan sehingga berguna bagi
emosional
kemampuan
lingkungan dan Negara. Begitu
seseorang dalam mengenali emosi
pula dengan kecerdasan emosional
diri,
yang
adalah
mengelola
dan
mengekspresikan
emosi,
melatih
diri
orang lain, serta dapat membina
memotivasi
hubungan
oranglain,
Kecerdasa
orang
sendiri
dan
diri
orang
lain,
sendiri
dan
serta
membina
sangat
hubungan baik dengan oranglain.
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
Aspek-aspek tersebut berhubungan
bersifat menetap, dapat berubah-
dengan
Ilmu
ubah setiap saat. Untuk itu peranan
yang
mengharapkan
lingkungan
orangtua
individu sebagai makhluk sosial
dalam
yang berperilaku baik, beretika,
sangat
emosional
lain.
dapat
mengenali emosi, mengelola emosi
memotivasi diri, mengenali emosi
dengan
seseorang
terutama
mempengaruhi
pembentukan
emosional.
kecerdasan
bermoral,
Kewarganegaraan
mempunyai
setiap
rasa
toleransi antar sesama dan mampu
11
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
berinteraksi
dan
membina
hubungan baik dengan oranglain.
proportionate sampling dengan jumlah
populasi kelas VIII SMP Diponegoro
1 Jakarta sebanyak 98 siswa. Adapun
sampel/responden dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN
Penelitian
memperoleh
ini
bertujuan
data
empiris
untuk
yaitu sebanyak 60 responden yang
tentang
diambil masing-masing 20% dari 3
masalah yang diajukan yaitu untuk
kelas
mengetahui apakah terdapat hubungan
Dipoengoro 1 Jakarta.
VII
yang
ada
di
SMP
antara pola asuh orangtua dengan
kecerdasan emosional siswa kelas VIII
SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Metode yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
korelasional
metode
pendekatan
kuantitatif. Metode ini dipilih karena
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara variabel tentang Pola
Asuh
Orangtua
sebagai
yang
menghubungkan dan diberi simbol X,
dengan
variabel
Kecerdasan
Emosional Siswa yang dihubungkan
Teknik
pengumpulan
dilakukan
dengan
instrument
berupa
data
menggunakan
angket.
Untuk
variabel X (Pola Asuh Orangtua)
menggunakan angket skala perilaku.
Dimana
siswa/responden
mengisi
angket perilaku pola asuh orangtua
menurut pandangan siswa. Kemudian
untuk
variabel
Emosional
Y
Siswa)
(Kecerdasan
menggunakan
angket skala sikap. Dimana siswa
mengisi angket tersebut sesuai dengan
diri mereka.
dan diberi simbol Y.
Penelitian ini dilakukan di SMP
Diponegoro 1 Jakarta yang terletak di
Jalan Sunan Giri No. 5 Jakarta Timur.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan, terhitung mulai dari bulan
Febuari sampai bulan April 2013.
Teknik
menggunakan
pengambilan
adalah
sampel
teknik
HASIL PENELITIAN
1. Uji Normalitas.
Pengujian normalitas data variabel
Pola Asuh Orangtua dan Kecerdasan
Emosional
Siswa
adalah
dengan
menggunakan Uji Liliefors. Dari hasil
perhitungan diperoleh
hasil sebagai
tabel berikut :
12
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
No. Variabel
1.
2.
X
Y
n
Asuh
(variabel
X)
Ltabel
hitung
( 0,05)
dengan
0,114 Lhitung < Ltabel
Distribusi
0,114 Normal
Siswa (variabel Y). Rumus yang
60 0,090
60 0,065
Kesimpulan
Orangtua
L
Kecerdasan
Emosional
digunakan untuk menghubungkan
skor kedua variabel tersebut adalah
2. Uji keberartian regresi.
Uji
keberartian
regresi
dengan
dilakukan
untuk mencari persamaan regresi linier
untuk
memperkirakan
menggunakan
rumus
korelasional produk moment.
atau
Untuk mengetahui signifikan
meramalkan bentuk hubungan yang
ada atau diperkirakan ada hubungan
tidaknya korelasi kedua variabel
diantara kedua variabel.
tersebut, maka koefisien korelasi
Hubungan
antara
Pola
Orangtua
(X) dengan
Emosional
Siswa
Asuh
tersebut
Kecerdasan
dapat
dikonsultasikan
dengan
dengan tabel ”r” kritik produk
menggunakan persamaan regresi Ŷ =
moment. Dari hasil perhitungan
(Y)
26,05 + 0,833X.
didapat hasil sebagai berikut :
Uji Signifikansi
3. Uji Siginifikansi
Berdasarkan data yang diperoleh,
n
thitung
ttabel
Kesimpulan
6,26
1,67
thitung > ttabel
maka dilakukan analisis data yang
bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan data dalam pengujian
58
0,05
Ho ditolak
hipotesis penelitian. Langkah yang
ditempuh dalam analisis data ini
yaitu dengan menghubungkan dua
jenis skor, yaitu skor dari Pola
13
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
4. Uji t
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
perkembangan
Tingkat keberartian hubungan antara
dua variabel diuji dengan uji “t”
korelasi. Hubungan kedua variabel
tersebut berarti jika thitung lebih besar
anak
sehingga
hal
tersebut mengacu pada kecerdasan
emosional anak.
Adapun saran yang dapat penulis
sampaikan yaitu :
1. Orangtua hendaknya mendidik
anak-anaknya di rumah dan di
dari ttabel. Berdasarkan perhitungan
diperoleh hasil sebagai berikut :
lingkungan
memperhatikan
dengan
pembentukan
dan pengembangan kecerdasan
Uji t
emosional untuk menumbuhkan
n
60
0,05
rhitung
rtabel
Kesimpulan
perilaku
0,635
0,254
r hitung > r tabel
setiap
Ho Ditolak
kepada
yang positif
hubungan
orang
dalam
sosialnya
lain,
demi
kesuksesan hidupnya kelak.
2. Guru
KESIMPULAN
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara Pola Asuh Orangtua
dengan Kecerdasan Emosional Siswa
Kelas VIII SMP Diponegoro 1 Jakarta.
Apabila Pola Asuh Orangtua baik,
atau tinggi maka semakin baik pula
meningkat
selain
menyampaikan materi pelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan
hendaknya
pula
Kecerdasan
Emosional Siswa.
Untuk meningkatkan kecerdasan
emosional siswa, maka pola asuh yang
sebaiknya diterapkan oleh orangtua
yaitu pola asuh demokratis karena pola
secara
konseptual,
sehingga
siswa tidak hanya memperoleh
materi-materi
atau
konsep
pelajaran
tetapi
mata
juga
konsepPkn,
memperoleh
kesempatan untuk menumbuh
kembangkan
kecerdasan
emosionalnya.
3. Siswa
sebaiknya
membina
hubungan baik dengan Orangtua,
Guru dan teman sebaya karena
dengan adanya komunikasi yang
baik maka akan menciptakan
asuh demokratis menyesuaikan dengan
14
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN: 2337-5205
JURNAL PPKN UNJ ONLINE
http://skripsippknunj.org
sikap yang baik pula dalam segi
sosial dan emosional.
Santrock Jhon W, Perkembangan
Anak, Edisi kesebelas, Jakarta:
Erlangga. 2007.
REFERENSI
Dariyo,
Agoes,
Psikologi
Perkembangan Remaja , Bogor
: Ghalia Indonesia, 2004.
Shapiro, L, Mengajarkan Emotional
Intelligence
Pada
Anak,
Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum, 2003.
Edwards, C. Drew, Ketika Anak Sulit
Diatur , Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2006.
Yusuf,
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan
Anak/Child Development , Terj.
Meitasari Tjandrasa, Jakarta :
Erlangga, 1990.
Goleman,
Daniel,
Kecerdasan
emosional : Mengapa EI lebih
penting
daripada
IQ.
Terjemahan: Hermaya, T.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Syamsu,
Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja ,
Bandung:
Rosdakarya, 2006.
BIOGRAFI PENULIS
Nur Dian Oktafiany. Lahir di Jakarta,
Gottman, John dan Joan DeClaire,
Kiat-Kiat Membesarkan Anak
Yang Memiliki Kecerdasan
Emosional, Jakarta: Gramedia,
2003.
31 Oktober 1991. Mahasiswa PPKN
Markum, Enoch, Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2002.
FIS UNJ.
ISP FIS UNJ. Ketua Biro Advokasi
Periode
2011/2012
Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik
dianoktafiany@ymail.com
Santrock Jhon W, Adolescence
Perkembangan
Remaja ,
Edisi
keenam, Jakarta: Erlangga, 2003.
15