S PGSD 1200090 Chapter3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain PTK
Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Class
Action Research). Alasan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran.
Suharsini dkk. (dalam Mulyasa, E. 2012, hlm. 10) menjelaskan PTK dengan
memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni: Penelitian + Tindakan
+ Kelas, dengan paparannya sebagai berikut:
1. Penelitiaan-menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu
hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan-menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk peserta didik.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajara. Yang dimaksud dengan istilah

kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu
kegiatan mencermati peserta didik dengan rangkaian siklus kegiatan untuk peserta
didik yang senagja dilakukan untuk tujuan tertentu. Kegiatan PTK yang dilakukan
secara kolaboratif memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti kepala
sekolah, siswa, dan sebagainya. Bentuk kerjasama itulah yang dapat menjadikan
suatu proses PTK dapat berlangsung.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, model ini disebut dengan model
spiral. Ciri dari desain Kemmis dan Mc Taggart yaitu terdiri dari perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), mengamati (observing) dan refleksi (reflection).

37
Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38


a. Perencanaan (planning)
Perencanaan tindakan (planning) adalah suatu perencanaan dalam bentuk
penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi, hasil pelaksanaan
prapenelitian/reflekasi awal.
b. Pelaksanaan (acting)
Pelaksanaan tindakan (acting) adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas
sebagai guru model dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
direncanakan.
c. Mengamati (observing)
Mengamati (observing) adalah pengamatan atas pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas secara bersamaan (simultan) sebagai peneliti dan observasi
terhadap perubahan perilaku siswa atas tindakan pembelajaran yang dilakukan
dengan menggunakan instrument pengumpulan data.
d. Refleksi (reflection)
Refleksi (reflection) adalah rekomendasi atas hasil evaluasi analisis data
guna ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
Desain PTK model Kemmis dan McTaggart dapat digambarkan dalam
bentuk siklus, seperti yang tersaji dalam bagan berikut ini:


Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi


SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan

HASIL

Gambar 3. 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral Kemmis dan Mc.
Taggart (dalam Arikunto, 2010, hlm. 74)

B. Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisipan penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN S 1 yang terletak di
Kota Bandung. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada semester II tahun
pelajaran 2015/2016. Lokasi SDN S 1 ini memiliki letak yang cukup strategis dan
memiliki akses yang mudah dan cepat dari jalan raya.
Partisipan di dalam kelas IV berjumlah 36 siswa, yang terdiri dari 16 siswa
perempuan dan 20 siswa laki-laki. Siswa di SDN S 1 mayoritas berasal dari
kalangan menengah ke bawah. Pada umunya mereka siswa yang ceria dan

bersemangat dalam belajar.
Jumlah kelas yang terdapat pada SDN S 1 yaitu 9 rombongan belajar,
tingkatan kelas rendah terdapat 2 rombongan belajar sedangkan kelas tingkatan
kelas tinggi 1 rombongan belajar. Untuk jadwal pagi pembelajaran dimulai pukul
10.00-12.00 dan jadwal siang pukul 13.00-17.00. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April 2016 di kelas IV semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

C. Prosedur Administratif Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam beberapa siklus sampai
pembelajaran yang dialami siswa efektif. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Wiriatmadja (2008, hlm. 63) “apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan
kualitas pembelajaran telah tercapai atau apa yang diteliti telah menunjukkan
keberhasilan siklus dapat diakhiri.
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti mengidentifikasi,

menentukan fokus masalah dan menganalisis masalah yang akan diteliti.
Kemudian hasil temuan tersebut di refleksi agar mendapatkan strategi pemecahan
masalah yang tepat. Tahapan tindakan penelitian yang

dilaksanakan dapat

digambarkan dalam jadwal admistratif sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Admistratif Penelitian
Bulan Pelaksanaan
No

Jenis Kegiatan

Februari

Maret

April

Mei


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1

Observasi

2

Penyusunan Proposal

3

Pengajuan Proposal

4

Penyusunan
Instrumen

5


Pelaksanaan
Penelitian

6

Pengambilan Data

7

Pengolahan Data

8

Penyususnan Skripsi

Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


Juni

41

Tahapan tindakan penelitian yang akan dilaksanakan dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Pra Penelitian
a. Menentukan sekolah dan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian.
b. Menghubungi pihak sekolah tempat akan dilaksanakan penelitian untuk
mengurus surat perizinan pelaksanaan penelitian.
c. Melakukan

studi

pendahuluan

dengan

mengobservasi


pelaksanaan

pembelajaran untuk menentukan masalah yang akan dikaji.
d. Melakukan observasi
e. Melakukan studi literature untuk memperoleh dukungan teori mengenai teori
observasi.
f. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan
penelitian.
g. Menyusun proposal penelitian.

2. Tahap Perencanaan Tindakan
Setelah melakukan studi pendahuluan dan langkah-langkah yang terdapat
dalam pra penelitian, peneliti merancang perencanaan tindakan untuk siklus I.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model cooperative learning tipe make a match yang berorientasi pada
peningkatan hasil belajar.
b. Membuat kartu pertanyaan dan kartu jawaban berisi 18 buah kartu pertanyaan
dan 18 buah kartu pertanyaan.

c. Membuat instrument test, berisi tiga buah soal uraian.
d. Menyiapkan daftar kelompok siswa.
e. Menyusun dan menyiapkan instrument penelitian.
f. Menyiapkan video gummy bear untuk memotivasi siswa.
g. Mendiskusikan RPP, soal evaluasi, dan instrument penelitian dengan dosen
pembimbing.
h. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
proses pembelajaran berlangsung.
Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

Perencanaan penelitian pada siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi
siklus I. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model cooperative learning tipe make a match yang berorientasi pada
peningkatan hasil belajar.
b. Membuat kartu pertanyaan dan kartu jawaban berisi 18 buah kartu pertanyaan
dan 18 buah kartu pertanyaan.
c. Membuat instrument test, berisi lima buah soal uraian.
d. Menyiapkan daftar kelompok siswa.
e. Menyusun dan menyiapkan instrument penelitian.
f. Menyiapkan reward and punisment supaya siswa lebih termotivasi untuk
belajar dan disiplin.
g. Menyiapkan lagu untuk memotivasi siswa.
h. Menyiapkan kata-kata untuk memusatkan perhatian siswa.
i. Mendiskusikan RPP, soal evaluasi, dan instrument penelitian dengan dosen
pembimbing.
j. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
proses pembelajaran berlangsung.
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintaks
model cooperative learning tipe make a match yang telah direncanakan dan
dikembangkan dalam RPP. Pada saat pelaksanaan tindakan peneliti bertindak
sebagai guru. Tahap pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan penerapan model
cooperative learning tipe make a match siklus I yaitu sebagai berikut:
Langkah 1 pembagian kelompok
a. Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan
kelompok B.
b. Kedua kelompok diminta untuk berdiri dan saling berhadap-hadapan.
c. Membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban
kepada kelompok B.

Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

d. Guru menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada
siswa.
Langkah 2 mencari pasangan, siswa diberi kesempatan untuk menemukan
kartu pertanyaan atau jawaban yang tepat dari kartu yang dimilikinya. Kelompok
A dan kelompok B saling mencari pasangan.
Langkah 3 pelaporan setiap pasangan, setelah menemukan pasangan yang
cocok, setiap pasangan wajib melaporkan diri kepada guru. Siswa menerima
gambar bintang sebagai bentuk penghargaan. Guru mencatat nama siswa yang
sudah berhasil menemukan kartu pertanyaan dan jawaban.
Langkah 4 presentasi dan konfirmasi jawaban, setelah siswa menemukan
pasangan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil mencocokkan kartu di
depan kelas. Pasangan yang belum menemukan kartunya diberi tugas untuk
mengomentari kebenaran dari kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II langkah pembelajaranya sama halnya
dengan tindakan pada siklus I yaitu menggunakan langkah-langkah atau tahaptahap model cooperative learning tipe make a match, hanya saja pada
pelaksanaannya disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
4. Tahap Observasi Tindakan
Tahap observasi tindakan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Dalam kegiatan observasi tindakan peneliti dibantu oleh observer untuk
merekam atau foto dan mencatat setiap perilaku yang muncul selama
pembelajaran. Rekaman/foto dan catatan hasil observasi dari para observer
dijadikan satu peneliti dalam sebuah fieldnote.
5. Refleksi Terhadap Tindakan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat, guru dan dosen pembimbing
berdiskusi mengenai kekurangan, kelebihan penerapan model cooperative
learning tipe make a match dan hasil tes IPS serta menentukan strategi perbaikan
selanjutnya.

Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

44

D. Prosedur Substantif Penelitian
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Lembar Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran.
Pengambilan data ini ditunjukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perubahan yang
terjadi dengan adanya perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan
perkembangan tindakan yang menghasilkan perubahan yang diharapkan oleh
peneliti
b. Lembar Tes
Tes merupakan alat untuk mengukur sejauh amna pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan. Tes yang dilakukan menggunakan test akhir
(post test) secara individu supaya peneliti mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa dari setiap pertemuan. Soal yang diberikan berupa soal uraian.
2. Pengolahan Data
Setelah peneliti dilakukan, diperoleh data-data yang dibutuhkan. Data
tersebut berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dan data kuantitatif diperoleh dari nilai
evaluasi.
a. Pengolahan Data kualitatif
1) Reduksi Data
Menurut Miler dan Huberman (dalam Basrowi,

2008, hlm. 209)

menjelaskan bahwa reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pengabstraksian dan penstransformasian data kasar dari lapangan.
Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir
penelitian. Pada awal misalnya; melalui kerangka konseptual, permasalahan,
pendekatan pengumpulan data yang diperoleh. Selama

pengumpulan data,

misalnya membuat ringkasan, kode, mencari tema-tema, menulis memo, dan lainlain. Reduksi merupakan bagian bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya

Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

untuk menajamkan, meggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi sehingga interpretasi data ditarik.
Menurut teori di atas maka peneliti memilih data-data mana yang diperlukan
terutama yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang kurang
relevan direduksi, terutama yang berkaitan dengan hasil observasi.
2) Klasifikasi Data
Pada tahap klasifikasi data, peneliti mengelompokkan data-data menurut
jenisnya seperti data perencanaan, data pelaksanaan dan data hasil belajar.
3) Display Data
Menurut Miler dan Huberman dalam (Basrowi dan Suwandi : 2008 hlm.
209) menjelaskan bahwa penyajian data (display data) merupakan sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian anatra lain berupa teks naratif, matriks,
grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memeudahkan membaca dan
menarik kesimpulan.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa display data adalah
penyajian data yang diperoleh di lapangan dapat berupa naratif, matriks, grafik
dan lain-lain sesuai data yang didapat. Pada tahap ini, peneliti menjabarkan data
yang diperoleh dari proses pembelajaran dalam bentuk deskripsi.
4) Interpretasi
Menurut Iskandar (2009, hlm. 77) mengemukakan bahwa interpretasi
(mengambil kesimpulan) merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan
display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang
untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji
kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi
sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.
Dari

pendapat

di

atas

dapat

disimpukan

bahwa

peneliti

harus

menggabungkan hasil analisis dengan kriteria keberhasilan pembelajaran seperti
adakah kelebihan RPP pada saat pra siklus dengan setelah siklus, kelebihan
kegiatan pembelajaran guru pada saat pra siklus dan setelah siklus, dan
sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan positif yang terjadi

Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

pada sisiwa setelah dilakukan tindakan berdasarkan permasalahan pembelajaran
yang sedang diperbaiki.
b. Pengolahan Data Kuantitatif
1) Penskoran Hasil Belajar Siswa
Data kuantitatif berupa hasil belajar diolah berdasarkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Penskoran nilai tes
Penskoran terhadap jawaban siswa untuk menghitung nilai siswa. Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
N=

Pe

a

e a

Keterangan:

×

N = Nilai
2) Menghitung rata-rata
Diperoleh melalui rumus yang diadaptasi dari Sudjana, N (1990, hlm. 109)
R=

Ʃ

Ʃ

Keterangan:
R = Nilai rata-rata siswa
Ʃx = Jumlah seluruh nilai siswa
ƩN = Jumlah siswa

3) Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus di kelas IV dengan
rumus :
% Jumlah siswa yang tuntas =

Ʃ

a

a

a

e

e e

a

×

%

Menurut Sudjana (1990, hlm. 8) mengemukakan bahwa untuk patokan
penilaian ketuntasan siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat
mencapai sekitar 75-80 persen dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai.

Dewi Puspitasari, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu