PERANCANGAN ALAT BANTU JALAN (KRUK) DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS DI RUMAH SAKIT X DI SIDOARJO.

P ERANCANGAN ALAT BANTU JALAN (KRUK)
DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS
DI RUMAH SAKIT X DI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

LATIF SOBIRIN
NPM. 0732015018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2012

KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan Tugas Akhir ini dan menuntaskan pendidikan sebagai Sarjana
Teknik Industri di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

PembangunanNasional
Semoga Tugas Akhir ini mampu memberikan sedikit sumbangsih.
Memang Tugas Akhir ini masih kurang sempurna dan masih membutuhkan
banyak

perbaikan,

penulis

memohon

adanya

saran

dan

kritik

untuk


membenahinya. Apabila ada pihak-pihak yang berminat mengembangkan,
memperbaiki, dan menyempurnakannya, penulis akan dengan senang hati
membantu
Selama penyusunan tugas akhir ini, banyak sekali bimbingan dan bantuan
yang telah diterima oleh penulis. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan terima
kasihnya kepada:
1. Semua Dosen yang telah mengajarkan semua ilmunya selama kuliah di
Teknik Industri UPN “veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Enny Ariyani ST, MT, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih
telah membimbing dan banyak membantu dalam pembuatan tugas akhir
ini.
3. Bapak Suseno Budi P. ST,MT. selaku dosen pembimbing II. Terima
kasih atas bimbinganya dan masukan yang diberikan.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto,MP selaku Rektor UPN “veteran”
Jawa Timur.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


5. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Falkutas Teknologi Industri.
6. Bapak Ir. Minto Waluyo, MMT selaku Kajur Teknik Industri.
7. Ibu Endang P.W, MMT., Bapak Ir.Hari Purwadi, .MM. dan Bapak
Ir.Joumil Aidil SZS,MT selaku Dosen Penguji Seminar.
8. Ibu Ir.Yustina Ngatilah MT dan Bapak Ir.Tri Susilo, MM selaku Dosen
penguji Ujian Lisan.
9. Seluruh keluarga. Ayah, Ibu, Kakak dan adikku yang selalu memberikan
dukungan hingga selesainya kuliah.
10. Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2007 (Sore) yang selalu
saling memberi semangat dan dukungan informasi yang selalu terupdate di grup jejaring sosial facebook (TI Nol Tu7uh Mumet Skripsi).
11. Dan seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta
semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas
akhir ini.

Surabaya, Desember 2011

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Kekurangan yang banyak dialami suatu produk adalah kurang fleksibelnya
suatu alat atau produk terhadap ukuran tubuh pengguna. Di dunia kesehatan kita telah
mendengar alat bantu jalan (kruk) yaitu suatu alat bantu jalan yang berupa tongkat
dengan pegangan ditengah supaya dapat digunakan sebagai pegangan. Pemakaiannya
dengan cara dijepit diketiak, alat ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang baru saja
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya sakit (patah) atau mereka yang
mengalami cacat sehingga sulit dalam berjalan atau dalam kata lain kruk adalah alat
penopang kaki pemakainya.
Dari survei awal yang telah dilakukan pada pengguna kruk, mereka
mengeluhkan sakit setelah menggunakan kruk, ketiaknya merasa sakit dikarenakan
penopang yang keras dan ukuran jangkauan tangan pada saat digunakan, serta
kesulitan pada saat akan membawa karena alat yang panjang atau dengan ukuran
yangbesar ataupun saat akan menyimpan kruk di mobil dikarenakan ukuran alat yang
masih panjang pada saat pengguna akan bepergian.
Maka dengan adanya masalah tersebut muncullah ide untuk merancang ulang
alat bantu jalan (kruk) yang ergonomis, sehingga memberikan kenyamanan serta
praktis dalam penyimpanan dari alat bantu jalan (kruk) yang sebelumnya.

Berdasarkan analisa data perancangan kruk usulan adalah sebagai berikut:
Untuk merancang kruk usulan adalah: dengan tinggi kruk 125 cm – 135 cm,
jangkauan tangan kruk 46 cm – 54 cm, tebal penopang kruk 14 cm, dengan berlapis
busa, diameter genggaman 4 cm, sehingga memberikan kenyamanan terhadap
pengguna kruk dan memenuhi unsur ergonomis

Kata Kunci: Kruk, ergonomi, antropometri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kekurangan yang banyak dialami suatu produk adalah kurang fleksibelnya
suatu alat atau produk terhadap ukuran tubuh pengguna, serta banyak produk yang
tidak memiliki nilai tambah dari produk tersebut. Di dunia kesehatan kita telah
mendengar alat bantu jalan (kruk) yaitu berupa tongkat yang dilengkapi penopang
ketiak dan genggaman tangan , Pemakaiannya dengan cara dijepit diketiak, alat

ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang baru saja kecelakaan yang mengakibatkan
kakinya sakit (patah) atau mereka yang cacat sehingga sulit dalam berjalan atau
dalam kata lain kruk adalah alat penopang kaki pemakainya.
Dari survei awal yang telah dilakukan pada pengguna kruk yang sudah ada
mengeluhkan setelah menggunakan kruk, ketiaknya merasa sakit dikarenakan
penopan ketiak yang keras dan ukuran jangkauan tangan pada saat digunakan ,
serta meraka kesulitan pada saat akan membawaa karena ukuran alat yang
panjang atau dengan ukuran yang besar ataupun saat akan menyimpan kruk di
mobil dikarenakan ukurannya yang masih panjang pada saat pengguna akan
bepergian.
Dalam menggunakan suatu produk kita akan selalu mencari yang lebih
praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan
sangat meringankan beban kita dalam menggunakannya. Seiring dengan
perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan
kebutuhan penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan

produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut
dalam merespon perubahan keinginan konsumennya.
Maka dengan adanya masalah tersebut muncullah ide untuk merancang
ulang alat bantu jalan (kruk) yang ergonomis, sehingga memberikan kenyamanan
serta praktis dalam penyimpanan dari alat bantu jalan (kruk) yang sebelumnya.

1.2. Per umusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “ Bagaimana merancang ulang alat bantu jalan (kruk) yang
ergonomis ?

1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Produk yang dirancang ulang adalah alat bantu jalan (kruk)
2. Persentil yang digunakan 5% , 50% , dan 95%
3. Penambahan fungsi pada alat bantu jalan (kruk) sesuai dengan yang
diinginkan oleh pengguna sesuai dengan permasalahan yang ada.
4. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian 5%
5. Produk (kruk) yang dapat digunakan oleh remaja dan dewasa Indonesia

dan serumpun (ras asia)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.4. Asumsi-asumsi
Asusmsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Jawaban dari tiap kuisioner sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Data–data yang diperoleh dapat dipercaya
3. Semua responden dalam menjawab kuesioner dapat menjawab dengan baik.
4. Desain alat bantu kruk disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kebutuhan pengguna alat bantu (kruk)

1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memeiliki tujuan sebagai berikut :
Merancang ulang alat bantu jalan (kruk) yang dapat digunakan oleh remaja
dan dewasa Indonesia yang ergonomis serta praktis dalam penyiampanan sesuai
dengan permasalahan yang ada.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini :
Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah:
1. Memudahkan pemakai dalam penggunaan alat bantu jalan (kruk).
2. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam inovasi produk yang telah ada.
3. Memperoleh kemudahan perhitungan melalui komputasi pada analisa simulasi
dari perangkat lunak sebagai alat pendukung optimalisasi potensi manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada satiap bab yang berurutan untuk memudahkan pembahasannya.
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti
dijelaskan dibawah ini.
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar
belakang,


perumusan

masalah,

tujuan

penelitian,

manfaat

penelitian,pembahasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai
landasan dalam penyelesaian masalah terkait langsung dengan
metode penelitian yang digunakan sebagai kerangka pemecahan
masalah. Pencarian sumber informasi tersebut dapat buku,jurnal
penelitian,sumber literature lain, dan studi terhadap penelitian

terdahulu.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Berisi

tentang

uraian

langka-langka

penelitian

yang

dilakukan,selain juga merupakan gambaran kerangka berfikir
penulisan dalam bentuk Flow chart

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengidentifikasi seluruh data yang dikumpulkan dalam penelitian
serta pengolahan data yang berhubungan dengan perbaikan sistem
kerja tersebut untuk mendapatkan standart operasi yang lebih baik.
Menganalisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian, yakni pengolahan data
dan analisis permasalahan maka dapat disimpulkan suatu usulan
perbaikan ukuran & bentuk desain sebuah alat bantu jalan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Produk
Produk adalah keluaran yang diperoleh dari sebuah proses produksi dan

merupakan pertambahan nilai dari bahan baku dan merupakan komoditi yang
dijual perusahaan kepada konsumen. Produk adalah suatu barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Unsur yang
terpenting dalam produk adalah mutu/kualitas. Kualitas Produk seharusnya tidak
hanya dilihat dari sisi pandang si produsen, tetapi yang lebih penting adalah dari
segi pandangan si pemakai atau konsumen tersebut. Dalam hal ini kualitas produk
harus dapat mencerminkan tingkat kemampuan produk untuk memberikan
kemanfaatan yang diharapkan oleh si pemakai atau konsumen tersebut.
Harapan tersebut didasarkan pada janji yang diperoleh si konsumen bagi
kepuasan fungsional, pengalaman dan simbol yang tercipta melalui objek fisik
produk tersebut. Dengan terdapatnya kepuasan dari suatu produk oleh konsumen,
maka semakin baik posisi produk itu dalam persaingan, karena semakin banyak
dicari dan diminta produk tersebut oleh konsumen.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam persaingan untuk memasarkan
produknya, secara simultan merupakan suatu fungsi dari dan sekaligus pembatas
oleh kemampuan untuk membuat dan melakukan (Assauri,2008) :
• Bisnis sebagai objek fisik, dimana pelanggan membeli manfaatnya.
• Produk sebagai simbol psikososial bagi para konsumen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.1 Per an Research & Development Dalam Peningkatan Kualitas Pr oduk
Yang dimaksud dengan Research & Development (R&D) menurut negaranegara maju (OECD) adalah pekerjaan yang kreatif yang silakukan atas dasar
yang sistematik, untuk meningkatkan persediaan-persediaan ilmiah dan teknik
serta menggunakan persediaan pengetahuan tersebut untuk mendukung aplikasi
baru. Pengembangan produk sebagai hasil dari kegiatan Research & Development
terlihat dari mutu atau kualitas produk yang lebih baik, atau manfaat produk
menjadi lebih luas, ataupun desain dan penampilan yang lebih menarik.
Sedangkan Pengembangan Teknologi sebagai hasil dari kegiatan Research &
Development terlihat dari pengembangan bahan baku yang dapat digunakan lebih
hemat dengan mutu yang lebih baik, pengembangan proses yang lebih efektif dan
efisien serta pengembangan peralatan produksi yang lebih canggih. Salah satu
yang terpenting dari kegiatan Research & Development adalah peningkatan
kualitas produk melalui pengembangan ilmu dan teknologi.
Setiap perusahaan dalam meningkatkan posisi produknya dalam persaingan,
harus dapat memanfaatkan peluang yang terdapat dalam keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif yang diperoleh tercermin dalam kemampuan kualitas
produk yang dihasilkan dan tingkat biaya yang relatif rendah, serta memenuhi
waktu delivery yang dijanjikan. (Assauri, 2008).

2.1.2

Produk alat bantu jalan (kruk)
Di dunia kesehatan kita telah mendengar alat bantu jalan (kruk) yaitu

berupa tongkat yang dilengkapi penopang ketiak dan genggaman tangan,
Pemakaiannya dengan cara dijepit diketiak, alat ini sangat dibutuhkan bagi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mereka yang baru saja kecelakaan yang mengakibatkan kakinya sakit (patah) atau
mereka yang cacat sehingga sulit dalam berjalan atau dalam kata lain kruk adalah
alat penopang kaki pemakainya, biasanya digunakan secara ber-pasangan yang
diciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
Ada beberapa macam kruk misalnya kruk dengan satu tongkat namun
memiliki empat kaki penyangga, digunakan untuk pengguna terapi stroke yang
dalam tahap penyembuhan syaraf–syaraf motoriknya atau dengan kata lain untuk
merangsang syaraf-syaraf pengguna. Kemudian kruk dengan penyangga depan
dan samping yang melingkar pada depan dan samping pengguna yang menyerupai
rangka lemari, yang berfungsi sebagai pegangan pengguna untuk terapi para
pengguna yang mengalami sakit post stroke (pasien dengan kelemahan kaki)
digunakan oleh pengguna yang mengalami penyakit post stroke (pasien dengan
kelemahan kaki) yang mengakibatkan matinya syaraf–syaraf otot, sehingga
kesulitan untuk berjalan. Kemudian kruk dengan penyangga tangan tempat
menaruh tangan atau menopang tangan, digunakan pada pengguna yang
mengalami patah tangan dan dilakukan perawatan gipp atau diplester (
penyambungan tulang yang retak atau patah ) yang berfungsi agar tidak rusak
sruktur penyambungnya dan tulangnya cepat tersambung kembali .
Seiring perkembangan jaman, model dan macam alat bantu jalan (kruk)
sangat berfariatif, namun fungsi dari alat bantu jalan sendiri bisa dikatakan sama,
yaitu untuk membantu penggunanya untuk berjalan (memudahkan para
penggunanya).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2

Ergonomi

2.2.1

Konsep Dasar Ergonomi
Untuk mempermudah pemahaman terhadap ergonomi, kita dapat

menggunakan konsep umum dari cara berpikir rasional yang biasa kita gunakan.
Mengadopsi istilah

(5W + 1H) dapat mempermudah kita berpikir secara

sistematis didalam memahami dan menerapkan ergonomi 5W dan 1H tersebut
adalah : (Tarwaka; 2004)
1. What is ergonomics ? Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari dua kata yaitu “ ergon “ berarti kerja dan “ nomos “ berarti aturan atau
hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam
system kerja. Di Indonesia memakai istilah ergonomi tetapi di beberapa
Negara seperti skandinavia menggunakan istilah “ Bioteknologi “ sedangkan
di Negara Amerika menggunakan istilah “ Human Engineering “. Namun
demikian, semuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi
fungsi manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.
2. Why is ergonomic ? Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas
atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat pada penurunan
efisiensi dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomic disegala
bidang adalah suatu keharusan.
3. Where is ergonomic applied ? Secara umum penerapan ergonomi dapat
dilakukan dimana saja, baik dilingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan
sosial maupun di lingkungan tempat kerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. When is ergonomic applied ? Ergonomi dapat diterapkan kapan saja dalam
putaran 24 jam sehari semalam, sehingga baik pada saat bekerja, istirahat,
maupun dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukan dengan sehat, aman
dan nyaman.
5. Who must apply ergonomics ? Setiap komponen masyarakat baik masyarakat
pekerja maupun masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam upaya
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, dan produktivitas kerja
yang setinggi – tingginya.
6. How is ergonomic applied ? Untuk dapat menerapkan ergonomi secara benar
dan tepat, maka kita harus mempelajari dan memahami ergonomi secara detail.
Dalam penerapan ergonomi diperlukan suatu seni agar apa yang akan
diterapkan dapat diterima oleh pemakainya dan memberikan manfaat yang
besar kepadanya.

Dengan demikian ergonomic dapat didefinisikan sebagai berikut : (Tarwaka;
2004) “ Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan

atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik “. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan,
keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat
rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia,
fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan lingkungannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan yaitu :
1. Penyelidikan tentang display
Yang dimaksud tentang display disini adalah bagian dari lingkungan yang
berkomunikasikan keadaannya kepada manusia. Contohnya, kalau kita ingin
mengetahui berapa kecepatan motor yang sedang kita kemudikan maka
dengan melihat jarum speedometer, kita akan mengetahui keadaan lingkungan
dalam hal ini kecepatan motor.
2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas–aktifitas manusia ketika bekerja
dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut.
3. Penyelidikan mengenai tempat kerja
Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia, Hal–hal yang bersangkutan dengan
tubuh manusia ini dipelajari dalam Antrophometri.
4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan
fasilitas–fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia serta kondisi lingkungan
kerja yang kedua–duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

2.2.2

Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah : (Tarwaka, 2004)

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.3

Sistem Kerangka dan Otot Manusia
Dalam rangka memenuhi tujuan desain atau perancangan produk baru

pekerjaan serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, maka
diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang karakteristik otot dan kerangka
manusia terutama dimensi dan kapasitasnya. Anatomi faal manusia merupakan
ilmu dasar yang mempelajari karakteristik otot dan sistem kerangka manusia. Hal
ini perlu kita uraikan sebelumnya untuk menjadi landasan bagi penerapan
ergonomi lebih lanjut: (Nurmianto; 2008)
1. Kerangka dan Sambungan Kerangka
a) Kerangka
Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh,
penentuan tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak,
jantung, hati) sebagai tempt untuk melekatnya otot–otot, mengganti sel–sel
yang telah rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali
dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Sedangkan tulang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi gaya atau
tegangan yang ada padanya.
b) Sambungan Cartilagenous
Sambungan Cartilagenous adalah sambungan yang berfungsi untuk
pergerakan yang relatif kecil, seperti misalnya : sambungan antara tulang
iga dan pangkal tulang iga
c) Sambungan Synovial
Sambungan Synovial adalah sambungan yang terdapat paling
banyak pada tangan dan kaki, dan berfungsi untuk pergerakan atau
perputaran bebas, walaupun tangan dan kaki tersebut amat terbatas
pergerakannya, misalnya arah dan rentang gerakannya.
d) Ligamen
Ligamen adalah berfungsi untuk membentuk bagian sambungan
dan menempel pada tulang, Ligament juga berfungsi untuk membatasi
rentang gerakan.
2. Sistem Sambungan Kerangka
Panjang tulang untuk menentukan tinggi badan seseorang, sedangkan
batas jangkuan dapat menentukan ruang gerak atau aktivitas yang
digambarkan oleh system sambungan tulang. Selain dari itu dimensi ruang
yang terbentuk tersebut amat penting untuk penempatan pengendali dan
desain stasiun kerja. Sifat masing–masing sambungan tulang pada pergerakan
adalah sangat kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada
siku dan lutut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Otot
Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks, selain itu otot
juga sebagai penggerak utama bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot
yang lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk
mngendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya.
4. Jaringan Penghubung
Jaringan–jaringan penghubung yang terpenting pada sistem kerangka otot
adalah ligamen dan tendon. Tendon berfungsi sebagai penghubung antara otot
dan tulang sedangkan Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang
dengan tulang.

2.4

Anthr opometr i
Istilah Anthropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan

“metri“ yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan
sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain–lain yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Anthropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi
manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan
produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. (Nurmianto, 2008)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Manusia pada umumnya akan berbeda–beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Disini akan ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi
ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk
harus memperhatikan faktor–faktor tersebut yang antara lain adalah :
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan. Selanjutnya tidak lagi akan terjadi
pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan
ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
2. Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki–laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu sperti pinggul
dan sebagainya.
3. Suku / Bangsa
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik
fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Usia
Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin
berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir
sampai umur ± 20 tahun untuk pria dan ± 17 tahun untuk wanita. Dimensi
tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah mengijak usia
dewasa, tinggi badan manusia memiliki kecenderungan untuk menurun yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan
dan kaki.
5.

Pakaian
Karena

terjadinya

perbedaan

iklim/musim

menyebabkan manusia

memakai pakaian tertentu sehingga merubah dimensi tubuh, misalnya pada
waktu musim dingin menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran
relatif besar.
6.

Faktor Kehamilan pada Wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila
dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak
hamil.

7.

Cacat Tubuh secara Fisik
Berikut ini beberapa penjelasan dan gambar pengukuran dimensi struktur
tubuh dan dimensi fungsional tubuh, sebagai berikut :

1.

Pengukuran dimensi struktur tubuh (struktural body dimensions).
- Tubuh diukur dalam posisi tidak bergerak (static anthropometri).
- Meliputi : berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,
panjang lengan, dsb.
- Percentile : 5-th dan 95-th percentile.

Gambar 2.1. Pengukur an Dimensi Struktur Tubuh dalam
Posisi Ber dir i dan Duduk Tegap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.

Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimensions).
- Tubuh diukur dalam posisi melakukan gerakan kerja atau posisi dinamis
(dynamic anthropometri).
- Banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas/ ruang kerja.

Gambar 2.2. Pengukur an Dimensi Fungsional Tubuh dalam
Berbagai Posisi Ger akan Kerja

2.5

Aplikasi Distr ibusi Nor mal Dalam Penetapan Data Anthr opometr i
Untuk penetapan data antropometri, diterapkan pemakaian distribusi

normal. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean,

X ) dan standar deviasi (SD, σx). Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
lebih rendah dari 5 persentil.
Rumus umum persentil adalah sebagai berikut:
Px = data ke

x ( n + 1)
100

PX = Persentil ke x yang akan dihitung
Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh
berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika
diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai. Seperti tampak pada diagram
berikut ini : (Nurmianto; 2008)

Gambar 2.3 Distr ibusi Nor mal Dengan Data Anthr opometr i 95-th per sentil
Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi
normal dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Per hitungan Persentil
Persentil Kalkulasi
x - 2.325σx
2.5 th
x - 1.96σx
5 th
x - 1.645σx
10 th
x - 1.280σx
50 th
x
90 th
x + 1.280σx
95 th
x + 1.645σx
97.5 th
x - 1.96σx
99 th
x - 2.325σx
1st

Adapun pendekatan data untuk antropometri adalah sebagai berikut:
a) Pilihlah standart deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud.
b) Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk
populasi yang sesuai.
c) Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan.
d) Pilihlah jenis kelamin yang sesuai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pengukuran bentuk tubuh bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh
manusia sehingga peralatan yang dirancang lebih sesuai dengan bentuk tubuh
manusia agar lebih nyaman dan menyenangkan.

2.5.1

Aplikasi Data Anthropometr i dalam Per ancangan Pr oduk/ Fasilitas

Ker ja
Data–data dari hasil pengukuran atau dapat juga disebut sebagai data
anthropometri, digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi
manusia.
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasi secara luas,
antara lain :
1.

Perancangan areal kerja (work station, interior mobil dan lain–lain)

2.

Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya.

3.

Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, meja, kursi dan lain–
lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan dan menggunakan
produk tersebut. Dalam hal ini maka perancang harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil
rancangan itu. Secara umum sekurang–kurangnya 90% - 95% dari populasi yang
menjadi

target

dalam

kelompok

pemakai

suatu

produk

menggunakannya secara layak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

harus

dapat

Mengingat bahwa keadaan dan cirri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor
sehingga berbeda satu sama lainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian
data–data tersebut yaitu :
a. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan
dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagaian
besar orang–orang yang akan memakainya. (biasanya minimal oleh 95%
pemakai)
b. Perancangan fasilitas yang dapat digunakan
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas
tersebut bisa menampung atau dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh
semua orang yang memerlukannya. Misalnya kursi pengemudi yang bisa
diatur maju mundur dan kemiringan sandarannya.
c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata–rata pemakai
Prinsip ini digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak
mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika tidak menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bias disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin dilakukan apabila lebih banyak rugi daripada untungnya,
artinya hanya sebagaian kecil dari orang–orang yang merasa enak dan nyaman
ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan fasilitas tersebut dirancang
berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak layak karena mahal biayanya.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam
proses perancangan produk atau fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah
dalam penerapannya yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh yang nantinya akan difungsikan
dalam mengoperasikan rancangan tersebut.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut
(fungsional atau struktural).
3. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasi dan menjadi
target utama pemakai rancangan produk tersebut.
4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah untuk ukuran individual
yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata.
5. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai
persentil yang lain yang dikehendaki.
6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih atau
tetapkan nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai.
Seorang desainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari
populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangan tersebut. Dalam hal
ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90% sampai 95% dari populasi
yang harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam
proses perancangan produk, rekomendasi yang bisa diberikan :
1. Tetapkan anggota tubuh yang mengoperasikan rancangan tersebut.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting ((struktural body dimensions atau
functional body dimensions).
3. Tentukan populasi terbesar yang menjadi target utama.
4. Tetapkan prinsip ukuran (ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran
yang fleksibel atau ukuran rata-rata).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Pilih nilai percentile yang dikehendaki (90-th, 95-th, 99-th atau yang lain).
6. Tetapkan nilai ukuran dari tabel data anthropometri yang sesuai, aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran.

Gambar 2.4, data anthropometri yang diaplikasikan dalam perancangan dan
pengukuran kerja.

Gambar 2.4. Data Anthropometr i Untuk Per ancangan Pr oduk/ Fasilitas
Ker ja

Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak
(dalam gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat
sampai dengan kepala).
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 = tebal atau lebar paha.
11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 = lebar pinggul/ pantat.
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18 = lebar perut.
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 = lebar kepala.
21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 = lebar telapak tangan.
23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kirikanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai
sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal).
25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya
no. 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 2.2.
Per kir aan Anthr opometr i Untuk Masyar akat Hongkong, Dewasa, dapat
Diekivalensikan Sementar a Untuk Masyar akat Indonesia (Kesamaan Etnis
Asia) (mm)
Dimensi Tubuh
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

25.

26.

Tinggi Tubuh Posisi berdiri
tegak
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku
Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks
kebawah
Tinggi Badan pada Posisi
Duduk
Tinggi Mata pada Posisi Duduk
Tinggi Bahu pada Posisi Duduk
Tinggi Siku pada Posisi Duduk
Tebal Paha
Jarak dari Pantat ke Lutut
Jarak dari Lipat Lutut
(popliteal) ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipat Lutut (popliteal)
Lebar Bahu (bideltoid)
Lebar Panggul
Tebal Dada
Tebal Perut (abdominal)
Jarak dari siku ke ujung jari
Lebar Kepala
Panjang Tangan
Lebar Tangan
Jarak Bentang dari ujung jari
tangan kanan ke kiri
Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke
atas & berdiri tegak
Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke
atas & duduk
Jarak genggaman tangan (grip)
ke punggung pada posisi tangan
ke depan (horisontal)

Pria
95%

5%

X

1.585

1.680

1.470
1.300
950

Wanita
X
95%

S.D

5%

1.775

58

1.455

1.555

1.655

60

1.555
1.380
1.015

1.640
1.460
1.080

52
50
39

1.330
1.180
870

1.425
1.265
935

1.520
1.350
1.000

57
51
41

685

750

815

40

650

715

780

41

845

900

955

34

780

840

900

37

720
555
190
110
505

780
605
240
135
550

840
655
290
100
595

35
31
31
14
26

660
165
165
105
470

720
230
230
130
520

780
295
295
155
570

35
38
38
14
30

405

450

495

26

385

435

485

29

450
365
380
300
155
150
410
150
165
70

495
405
425
335
195
210
445
160
190
80

540
445
470
370
235
270
480
170
195
90

26
25
26
22
25
36
22
7
9
5

410
325
335
295
160
150
360
135
150
60

455
375
385
330
215
215
400
150
165
70

500
425
435
365
270
280
400
165
180
80

27
29
29
21
34
39
24
8
9
5

1.480

1.635

1.790

95

1.350

1.480

1.610

80

1.835

1.970

2.105

83

1.685

1.825

1.965

86

1.110

1.205

1.3

58

855

940

1.025

51

640

705

770

38

580

635

690

32

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

S.D

Tabel 2.3.
Anthr opometri Masyar akat Indonesia Yang Didiapat Dar i Inter polasi
Masyar akat Br itish dan Hongkong (Phesant, 1286) Ter hadap Masyarakat
Indonesia (mm)
Dimensi Tubuh

Pria
5%

X

95%

S.D

5%

Wanita
X
95%

S.D

1.

Tinggi Tubuh Posisi berdiri tegak

1.532

1.632

1.732

61

1.464

1.563

1.662

60

2.
3.
4.
5.

1.425
1.247
932

1.52
1.338
1.003

1.615
1.429
1.074

58
55
43

1.35
1.184
886

1.446
1.272
957

1.542
1.361
1.028

58
54
43

655

718

782

39

646

708

771

38

6.
7.
8.

Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku
Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks
kebawah
Tinggi Badan pada Posisi Duduk
Tinggi Mata pada Posisi Duduk
Tinggi Bahu pada Posisi Duduk

809
694

864
749

919
804

33
33

775
666

834
721

893
776

36
33

523

572

621

330

501

550

599

30

9.

Tinggi Siku pada Posisi Duduk

181

231

282

31

175

229

283

33

10.
11.
12.

Tebal Paha
Jarak dari Pantat ke Lutut
Jarak dari Lipat Lutut (popliteal)
ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipat Lutut (popliteal)
Lebar Bahu (bideltoid)
Lebar Panggul
Tebal Dada
Tebal Perut (abdominal)
Jarak dari siku ke ujung jari
Lebar Kepala
Panjang Tangan
Lebar Tangan
Jarak Bentang dari ujung jari
tangan kanan ke kiri
Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke atas
& berdiri tegak

117
500

140
545

163
590

14
272

115
488

140
527

165
586

15
30

405

450

495

27

488

537

586

30

448
361
382
291
174
174
405
140
161
71

496
403
424
331
212
228
439
450
176
79

544
445
466
371
250
282
473
160
190
87

29
26
26
24
23
33
21
6
9
5

428
337
342
298
178
175
374
135
153
64

472
382
385
345
228
231
409
146
168
71

516
428
428
392
278
287
287
157
183
78

27
28
26
29
30
34
34
7
9
4

1.52

1.663

1.806

87

1.4

1.523

1.646

75

1.795

1.923

2.051

78

1.713

1.841

1.969

79

1.065

1.169

1.273

63

945

1.03

1.115

52

649

708

767

37

661

712

31

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

25.

26.

Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke atas
& duduk
Jarak genggaman tangan (grip) ke
punggung pada posisi tangan ke
depan (horisontal)

610

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 2.4.
Anthr opometr i Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)

Dimensi Tubuh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Panjang tangan
Panjang telapak tangan
Panjang ibu jari
Panjang jari telunjuk
Panjang jari tengah
Panjang jari manis
Panjang jari kelingking
Lebar ibu jari (IPJ)
Tebal ibu jari (IPJ)
Lebar Jari telunjuk
Tebal jari telunjuk
Lebar telapak tangan
(Metacarpal)
Lebar telapak tangan (sampai
ibu jari)
Lebar telapak tangan (minimum)
Tebal telapak tangan
(Metacarpal)
Tebal telapak tangan (sampai ibu
jari
Diameter genggam (maksimum)
Lebar maksimum (ibu jari ke jari
kelingking)
Lebar fungsional maksimum
(ibu jari ke jari lain)
Segiempat minimum yang dapat
dilewati telapak tangan

5th
163
92
45
62
70
62
48
19
19
18
16

Pria
50th 95th
176
189
100
108
48
51
67
72
77
84
67
72
51
54
21
23
21
23
20
22
18
20

S.D
8
5
2
3
4
3
2
1
1
1
1

5th
155
87
42
60
69
59
45
16
15
15
13

Wanita
50th
95th
168
181
94
101
45
48
65
70
74
79
64
69
48
51
18
20
17
19
17
19
15
17

S.D
8
4
2
3
3
3
2
1
1
1
1

74

81

88

4

68

73

78

3

88

98

108

6

82

89

96

4

68

75

82

4

64

59

74

3

28

31

34

2

25

27

29

1

41

48

47

2

41

44

47

2

45

48

51

2

43

46

49

1

177

192

206

9

169

184

199

9

122

132

142

6

113

123

134

6

57

62

67

3

51

56

61

3

(Nurmianto; 2008)

Gambar 2.5. Anthropometr i Tangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 2.5.
Anthr opometri Kepala Orang Indonesia
Dimana : Lebar Kepala = 9,2% Tinggi Badan Pr ia dan 9,3% Tinggi Badan
Wanita (mm)

Dimensi Tubuh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Panjang kepala
Lebar kepala
Diameter maksimum dari dagu
Dagu ke puncak kepala
Telinga ke puncak kepala
Telinga ke belakang kepala
Antara dua telinga
Mata ke puncak kepala
Mata ke belakang kepala
Antara dua pupil mata
Hidung ke puncak kepala
Hidung ke belakang kepala
Mulut ke puncak kepala
Lebar mulut

2.6

5th
166
132
217
192
70
62
48
19
19
18
16
74
88
68

Pria
50th 95th
176
186
140
148
230
243
203
215
77
84
67
72
51
54
21
23
21
23
20
22
18
20
81
88
98
108
75
82

S.D
6
5
8
7
4
3
2
1
1
1
1
4
6
4

5th
158
121
198
185
69
59
45
16
15
15
13
68
82
64

Wanita
50th
95th
168
178
129
137
209
221
196
208
74
79
64
69
48
51
18
2
17
19
17
19
15
17
73
78
89
96
59
74

S.D
6
5
7
7
3
3
2
1
1
1
1
3
4
3

Pengumpulan dan Pengolahan Data
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik menghitung

maupun mengukur, kualitatif maupun kuantitatif, daripada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Sampel adalah sebagian
data yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara–cara tertentu
Untuk keperluan perhitungan data dalam penelitian ini digunakan
beberapa rumus tertentu. Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi
adalah pengguna meja dan kursi khususnya orang dewasa.

2.7

Pengujian Kecukupan Data
Perhitungan kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan jumlah

sampel minimum yang dapat diolah untuk proses perhitungan selanjutnya.
Perhitungan ini dilakukan untuk melihat apakah data yang telah dikumpulkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

sudah cukup atau belum. Bila data yang didapat sudah cukup, maka perhitungan
penelitian dapat dilanjutkan tetapi jika data yang didapat tidak atau belum cukup,
maka proses pengambilan dan pengumpulan data harus dilakukan lagi.
Uji kecukupan data dilakukan pada data external. Uji kecukupan data ini
dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah
cukup atau belum.
Rumus pengujian kecukupan data, adalah sebagai berikut :
 40. n.( ( x 2 ) − ( x ) 2 ) 
∑ i ∑ i 

'
N =


∑ xi



σx =

2.8

N ( ∑ X 2 ) − ( ΣX ) 2
N ( N − 1)

2

atau σx =

∑ (X − X )

2

N −1

Pengujian Keser agaman Data
Pengujian keseragaman data ini perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum

kita melakukan pengolahan data lebih lanjut, untuk memastikan data yang kita
pakai seragam. Pengujian ini bias dilakukan dengan menggunakan peta kontrol,
dimana rumus yang kita pakai untuk menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan
Batas Kontrol Bawah (BKB) adalah sebagai berikut :
BKA= x + 3 σ x
BKB = x - 3 σ x
Dimana :
x = nilai rata - rata

σx = standard deviasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.9

Penelitian Pendahulu
Hasil – hasil penelitian sebelumnya tentang ergonomis adalah :

1.

Atim puji lesmono, (Puji , 2007) Perancangan ulang kursi restoran siap saji
sebagai upaya untuk memperoleh rancangan alternatif yang lebih
ergonomis, UPN ”Veteran” Jatim, 2007. Penelitian tersebut dilakukan
bertujuan untuk memperoleh desain kursi restoran siap saji sebagai salah
satu desain alternatif dalam upaya mengembangkan desain yang telah ada.
Pengambilan data dimensi tubuh manusia diambil dari Mahasiswa UPN
“Veteran” Jatim. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian
dilakukan uji keseragaman data dan uji kecukupan data, setelah data cukup
menentukan persentil, kemudian dilakukan perancangan kursi, pembuatan
kursi, membandingkan kursi lama dengan kursi hasil rancangan, apakah
kursi hasil rancangan sudah lebih mempunyai nilai-nilai ergonomi yang
tinggi dibandingkan dengan kursi sebelumnya.

2.

Moh. Ali Hanafi, (Hanafi, 2011) Perancangan ulang kursi kerja yang
ergonomis pada sistem kerja packing di PT. Walet Kencana Perkasa –
Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk memperoleh
desain kursi kerja sebagai salah satu desain alternatif dalam upaya
mengembangkan desain yang telah ada. Pengambilan data dimensi tubuh
manusia diambil dari karyawan PT. Walet Kencana Perkasa – Surabaya.
Setelah

dilakukan

pengumpulan

data,

kemudian

dilakukan

uji

keseragaman data dan uji kecukupan data, setelah cukup menentukan
petrsentil, kemudian dilakukan perancangan kursi, pembuatan kursi,
membandingkan kursi lama dengan kursi hasil rancangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data 30 sampel dimensi tubuh manusia (anthropometri) pada

remaja dan orang dewasa yang digunakan sebagai dasar analisa perancangan
ulang alat bantu jalan (kruk), pada bulan desember 2011, yang dilakukan di rumah
sakit x di Sidoarjo.

3.2

Identifikasi Var iabel
Variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang mempunyai besaran

variasi nilai. Jadi identifikasi variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang
terlibat dalam penelitian ini, dimana terbagi menjadi dua variabel adalah :
1. Var iabel Ter ikat adalah : variabel yang di pengaruhi variabel bebas, dalam
hal ini adalah : alat bantu jalan (kruk) yang ergonomis.
2. Var iabel Bebas adalah : variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dimana
variabel bebas ini terdiri dari :
a. Tinggi ketiak dengan posisi berdiri (TKB) : tinggi ketiak berdiri di
ukur dalam posisi , yang di ukur dari telapak kaki sampai ketiak
b. Jangkauan Tangan (JT) : di ukur dari Jangkauan diukur dalam posisi
berdiri mengepal sampai ketiak.
c. Tebal Dada (TD), Yaitu besarnya Lebar lengan pemakai.
d. Diameter Genggaman (DG) adalah besarnya genggaman tangan
pemakai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang
diaplikasikan ditetapkan dengan cara:
a. Untuk suatu dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu produk
umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90, 95 atau 99.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
percentile yang paling rendah yaitu 1, 5 atau 10 dari distribusi data anthropometri.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun
fasilitas kerja akan menetapkan nilai percentile 5 untuk dimensi maksimum dan
percentile 95 untuk dimensi minimum. Diameter Genggaman (DG).

3.3

Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian, maka perlu adanya

langkah-langkah penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang
ada tersebut mulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya.
Langkah-langkah pemecahan masalah ini berguna untuk mempermudah
bagi peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur
yang jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu
sebelum mengerjakan tahapan penelitian yang lain. Secara sistematis langkahlangkah pemecahan masalah ini ditunjukkan pada gambar 3.1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumk