PERANCANGAN MEJA DAN KURSI RESTORAN CEPAT SAJI DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS DI KAFE GAJAHMADA MOJOKERTO.

(1)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI RESTORAN CEPAT SAJI

DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS

DI KAFE GAJAHMADA MOJOKERTO

SKRIPSI

O

O

l

l

e

e

h

h

:

:

A

A

T

T

I

I

M

M

P

P

U

U

J

J

I

I

L

L

E

E

S

S

M

M

O

O

N

N

O

O

0

0

7

7

3

3

2

2

0

0

1

1

5

5

0

0

0

0

2

2

J

J

U

U

R

R

U

U

S

S

A

A

N

N

T

T

E

E

K

K

N

N

I

I

K

K

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

T

T

E

E

K

K

N

N

O

O

L

L

O

O

G

G

I

I

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

N

N

A

A

S

S

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

V

V

E

E

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

J

J

A

A

W

W

A

A

T

T

I

I

M

M

U

U

R

R


(2)

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis mampu

menyelesaikan Tugas Akhir ini dan menuntaskan pendidikan sebagai Sarjana

Teknik Industri di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

PembangunanNasional

Semoga Tugas Akhir ini mampu memberikan sedikit sumbangsih.

Memang Tugas Akhir ini masih kurang sempurna dan masih membutuhkan

banyak perbaikan, penulis memohon adanya saran dan kritik untuk

membenahinya. Apabila ada pihak-pihak yang berminat mengembangkan,

memperbaiki, dan menyempurnakannya, penulis akan dengan senang hati

membantu

Selama penyusunan tugas akhir ini, banyak sekali bimbingan dan bantuan

yang telah diterima oleh penulis. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan terima

kasihnya kepada:

1.

Semua Dosen yang telah mengajarkan semua ilmunya selama kuliah di

Teknik Industri UPN “veteran” Jawa Timur.

2.

Ibu Enny Ariyani ST, MT, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih

telah membimbing dan banyak membantu dalam pembuatan tugas akhir

ini.

3.

Bapak Suseno Budi P. ST,MT. selaku dosen pembimbing II. Terima

kasih atas bimbinganya dan masukan yang diberikan.


(3)

5.

Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Falkutas Teknologi Industri.

6.

Bapak Ir. Minto Waluyo, MMT selaku Kajur Teknik Industri.

7.

Ibu Endang P.W, MMT., Bapak Ir.Hari Purwadi, .MM. dan Bapak

Ir.Joumil Aidil SZS,MT selaku Dosen Penguji Seminar.

8.

Ibu Ir.Yustina Ngatilah MT dan Bapak Ir.Tri Susilo, MM selaku Dosen

penguji Ujian Lisan.

9.

Seluruh keluarga. Ayah, Ibu, Kakak dan adikku yang selalu memberikan

dukungan hingga selesainya kuliah.

10.

Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2007 (Sore) yang selalu

saling memberi semangat dan dukungan informasi yang selalu

ter-update

di grup jejaring sosial

facebook

(TI Nol Tu7uh Mumet Skripsi).

11.

Dan seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta

semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas

akhir ini.

Surabaya, Desember 2011


(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………...……….. i

Daftar Isi ……….…. iii

Daftar Tabel ………..……... v

Daftar Gambar ………..…... vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 2

1.3. Batasan Masalah ………..

2

1.4. Asumsi-asumsi …..………...

3

1.5.

Tujuan

Penelitian……….……….. 4

1.6. Manfaat Penelitian ……… 4

1.7. Sistematika Penulisan ………... 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produk ……….

2.1.1. Peran Research & Development Dalam Peningkatan

Kualitas Produk………...

7

8

2.1.1. Produk Meja dan Kursi ………..……….. 8

2.2. Ergonomy ………. 9

2.2.1. Konsep Dasar Egonomy ………..

9

2.2.2. Tujuan Ergonomy ………... 12

2.3. Sistem Kerangka dan Otot Manusia ………

13

2.4. Anthropometry ………...

15

2.5. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Anthropometri…. 18

2.5.1. Aplikasi Data Anthropometry dalam Perancangan Produk /

Fasilitas Kerja……….

20


(5)

2.6. Pengumpulan Dan Pengolahan Data ……….... 29

2.7. Pengujian Kecukupan Data…..……….. 30

2.8. Pengujian Keseragaman Data…….………...

2.9. Penelitian Pendahulu………

31

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ………...……… 33

3.2. Indetifikasi Variabel ………... 33

3.3. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ………. 34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data ………...………

4.1.1. Data Anthropometri Pengguna

40

40

4.2. Pengolahan Data ………...

4.2.1. Desain Meja Dan Kursi Awal……….

4.2.1.1. Gambar Desain Meja Dan Kursi Awal………..

4.2.2. Desain Meja Dan Kursi Restoran Cepat Saji Usulan………….

4.2.2.1. Uji Keseragaman Data………...

4.2.2.2. Uji Keseragaman Data………...

4.2.2.3. Menentukan Persentil……….

4.2.2.4. Perancangan Desain Meja Dan Kursi Restoran Cepat

Saji………

4.2.2.5. Membandingkan Meja Dan Kursi Awal Dengan Meja

Dan Kursi Restoran Yang Baru………

4.3. Hasil Dan Pembahasan……….

42

42

42

43

43

51

56

62

65

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan………...………

5.2. Saran……….

71

71


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perhitungan Persentil ………….………

19

Tabel 2.2. Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa,

dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia

(Kesamaan Etnis Asia)

(mm)...

26

Tabel 2.3. Anthropometri Masyarakat Indonesia Yang Didiapat Dari

Interpolasi Masyarakat British dan Hongkong (Phesant, 1286)

Terhadap Masyarakat Indonesia

(mm)...

27

Tabel 2.4. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)……

28

Tabel 2.5. Anthropometri Kepala Orang Indonesia Dimana : Lebar Kepala =

9,2% Tinggi Badan Pria dan 9,3% Tinggi Badan Wanita

(mm)...

Tabel 4.1. Tabel Pengumpulan Data Dimensi Tubuh Orang Dewasa…………

Tabel 4.2. Hasil Uji Keseragaman Data...

Tabel 4.3. Hasil Uji Kecukupan Data...

Tabel 4.4. Hasil Kuesioner Uji Coba Meja dan Kursi Usulan...

29

41

51

56

70


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh dalam Posisi Berdiri

dan Duduk Tegap...

17

Gambar 2.2. Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam Berbagai

Posisi Gerakan Kerja...

18

Gambar 2.3. Distribusi Normal Dengan Data Anthropometri 95-th

persentil……….

Gambar 2.4. Data Anthropometri Untuk Perancangan Produk/ Fasilitas

Kerja………..

Gambar 2.5. Anthropometri Tangan...

Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah……….

Gambar 4.1. Meja dan Kursi Awal Restoran ……….

Gambar 4.2. Uji Keseragaman Tinggi Bahu Posisi duduk ………

Gambar 4.3. Uji Keseragaman Dimensi Tt ………

Gambar 4.4. Uji Keseragaman Dimensi Lb………

Gambar 4.5. Uji Keseragaman Dimensi Lp………

Gambar 4.6. Uji Keseragaman Dimensi Ps………

Gambar 4.7. Uji Keseragaman Dimensi Jjt………

Gambar 4.8. Uji Keseragaman Dimensi Ts………

Gambar 4.9. Uji Keseragaman Dimensi Pp………

Gambar 4.10. Gambar Desain Kursi Restoran Yang Baru...

Gambar 4.11. Gambar Desain Meja Restoran Yang Baru...

Gambar 4.12. Bentuk awal meja dan kursi retoran...

Gambar 4.13. Bentuk Meja Restoran Usulan...

Gambar 4.14. Bentuk Kursi Restoran Usulan...

Gambar 4.15. Bentuk Awal Meja dan Kursi Restoran Apabila

Dipasangkan...

Gambar 4.16. Bentuk Meja dan Kursi Restoran Usulan Apabila

Dipasangkan...

19

24

25

36

42

44

45

46

47

48

49

50

51

63

64

65

66

67

68

69


(8)

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan jaman, gaya gidup masyarakat semakin

modern dan pengguna

notebook

pun semakin bertambah, misalnya pada kalangan

eksekutif muda atau

businessman

yang sering melakukan transaksi bisnis di

tempat-tempat umum, atau kalangan mahasiswa yang sibuk mengerjakan tugas

sembari menikmati makanan yang dipesan hanya dalam 5 menit saja, oleh karena

itu munculah berbagai macam restoran cepat saji.

Kafe Gajahmada merupakan sebuah kafe yang terletak di salah satu jalan

utama kota Mojokerto yang memiliki gaya arsitektur minimalis. Selain

menyediakan berbagai macam makanan cepat saji, kafe ini juga dilengkapi

dengan

free

hotspot (Wi-Fi),

sehingga konsumen yang membawa

notebook

dapat

menjelajah internet secara gratis dan menjadi sebuah tempat bersosialisasi yang

menarik sehingga memberikan keuntungan baik terhadap konsumen maupun

pemilik kafe itu sendiri. Pada saat pengguna beraktifitas di atas meja makan,

mereka tidak menyadari akan bahaya yang mungkin saja bisa menimpa diri

mereka. Pada kasus yang pernah terjadi minuman tersenggol dan tumpah sehingga

airnya mengenai

notebook

dan

baterei

charger

bertegangan tinggi yang

menyebabkan notebook mengalami kerusakan sekaligus membahayakan

keselamatan pelanggan. Hal ini dikarenakan tidak ada tempat menaruh minuman

yang lebih aman karena desain meja pada awalnya hanya diperuntukkan sebagai

tempat makan saja. Selain itu kursi yang dipakai pun tingkat ergonomisnya masih

kurang, hal ini ditandai dengan adanya ketidaknyamanan pengguna saat duduk

disebabkan oleh rasa lelah (

fatique

) yang berlebihan pada bagian pinggul dan

punggung, karena desain dudukan dan sandaran kursi yang tidak sesuai sehingga

pengguna tidak akan tahan untuk duduk berlama-lama dengan intensitas waktu

yang panjang.

Atas masalah tersebut maka muncullah ide untuk membuat meja dan kursi

restoran cepat saji yang lebih ergonomis, sehingga memberikan kenyamanan dan

keamanan yang lebih baik dari sebelumnya.

Berdasarkan analisa data perancangan desain meja dan kursi usulan adalah

sebagai berikut: Untuk merancang kursi adalah: Tinggi dudukan kursi = 43 cm,

panjang dudukan kursi = 40 cm, lebar dudukan kursi 38 cm, tinggi sandaran

kursi= 55 cm, dan lebar sandaran kursi = 40 cm. Sedangkan untuk merancang

meja adalah: Panjang meja = 72 cm, lebar meja = 47 cm dan tinggi meja = 71 cm.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, gaya gidup masyarakat semakin modern dan pengguna notebook pun semakin bertambah, misalnya pada kalangan eksekutif muda atau businessman yang sering melakukan transaksi bisnis di tempat-tempat umum, atau kalangan mahasiswa yang sibuk mengerjakan tugas sembari menikmati makanan yang dipesan hanya dalam 5 menit saja, oleh karena itu munculah berbagai macam restoran cepat saji.

Kafe Gajahmada merupakan sebuah kafe yang terletak di salah satu jalan utama kota Mojokerto yang memiliki gaya arsitektur minimalis. Selain menyediakan berbagai macam makanan cepat saji, kafe ini juga dilengkapi dengan free hotspot (Wi-Fi), sehingga konsumen yang membawa notebook dapat menjelajah internet secara gratis dan menjadi sebuah tempat bersosialisasi yang menarik sehingga memberikan keuntungan baik terhadap konsumen maupun pemilik kafe itu sendiri. Pada saat pengguna beraktifitas di atas meja makan, mereka tidak menyadari akan bahaya yang mungkin saja bisa menimpa diri mereka. Pada kasus yang pernah terjadi minuman tersenggol dan tumpah sehingga airnya mengenai notebook dan baterei charger bertegangan tinggi yang menyebabkan notebook mengalami kerusakan sekaligus membahayakan keselamatan pelanggan. Hal ini dikarenakan tidak ada tempat menaruh minuman yang lebih aman karena desain meja pada awalnya hanya diperuntukkan sebagai tempat makan saja. Selain itu kursi yang dipakai pun tingkat ergonomisnya masih


(10)

kurang, hal ini ditandai dengan adanya ketidaknyamanan pengguna saat duduk disebabkan oleh rasa lelah (fatique) yang berlebihan pada bagian pinggul dan punggung, karena desain dudukan dan sandaran kursi yang tidak sesuai sehingga pengguna tidak akan tahan untuk duduk berlama-lama dengan intensitas waktu yang panjang.

Selain pelayanan dan kualitas produk yang harus tetap dijaga pemilik gerai hendaknya juga memperhatikan beberapa faktor kenyamanan pelanggan lainnya. Atas masalah tersebut maka muncullah ide untuk membuat meja dan kursi restoran cepat saji yang lebih ergonomis, sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan yang lebih baik dari sebelumnya.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana merancang meja dan kursi restoran cepat saji yang lebih ergonomis?“.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Data anthropometri dan responden untuk desain meja orang dewasa hanya dilakukan di Kafe Gajahmada Mojokerto sebanyak 30 orang ( 15 laki – laki dan 15 perempuan ).


(11)

2. Faktor Anthropometri terhadap interior meja dan kursi yang meliputi tinggi, lebar dan panjang.

3. Penambahan fungsi pada desain meja makan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh si pengguna sesuai dengan permasalahan yang ada.

4. Persentil yang digunakan adalah persentil 5 , 50 dan 95.

5. Desain meja makan dan kursi untuk ukuran orang dewasa Indonesia dan yang serumpun ( ras Asia ).

6. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%. 7. Desain meja dan kursi hanya untuk satu orang pengguna.

1.4. Asumsi-asumsi

Asumsi – asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu : 1. Tidak ada perubahan posisi penggunaan meja dan kursi oleh si pemakai. 2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan si

pemakai.

3. Semua responden dalam menjawab kuesioner dapat menjawab dengan baik. 4. Biaya dalam proses pembuatan tibak dibatasi untuk tingkat kualitas tertentu. 5. Bahan baku pembuatan produk tidak dibatasi oleh satu macam jenis bahan.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

Merancang meja dan kursi restoran cepat saji yang lebih ergonomis sesuai dengan permasalahan yang ada.


(12)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini : 1. Bagi penulis

Untuk dapat menerapkan teori yang diperoleh diperkuliahan, agar dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan

ergonomi secara teoritis dan praktis. 2. Bagi Perguruan Tinggi.

Sebagai tambahan wawasan dan khasanah pengetahuan perpustakaan dan bahan studi banding bagi mahasiswa yang berminat dengan masalah ini. 3. Bagi Pembaca

Memberikan informasi kepada semua orang agar lebih berhati-hati terhadap sesuatu yang kelihatannya aman padahal terdapat bahaya yang mungkin saja bisa terjadi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya sehingga dapat mencegah kerugian yang bisa ditimbulkan

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada satiap bab yang berurutan untuk memudahkan pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti dijelaskan dibawah ini.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,perumusan masalah,tujuan penelitian,manfaat penelitian,pembahasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penyelesaian masalah terkait langsung dengan metode penelitian yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah. Pencarian sumber informasi tersebut dapat buku,jurnal penelitian,sumber literature lain,dan studi terhadap penelitian terdahulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang uraian langka-langka penelitian yang dilakukan,selain juga merupakan gambaran kerangka berfikir penulisan dalam bentuk Flow chart

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengidentifikasi seluruh data yang dikumpulkan dalam penelitian serta pengolahan data yang berhubungan dengan perbaikan sistem kerja tersebut untuk mendapatkan standart operasi yang lebih baik. Menganalisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian, yakni pengolahan data dan analisis permasalahan maka dapat disimpulkan suatu usulan perbaikan ukuran & bentuk desain meja.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk

Produk adalah keluaran yang diperoleh dari sebuah proses produksi dan merupakan pertambahan nilai dari bahan baku dan merupakan komoditi yang dijual perusahaan kepada konsumen. Produk adalah sesuatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Unsur yang terpenting dalam produk adalah mutu/kualitas. Kualitas Produk seharusnya tidak hanya dilihat dari sisi pandang si produsen, tetapi yang lebih penting adalah dari segi pandangan si pemakai atau konsumen tersebut. Dalam hal ini kualitas produk harus dapat mencerminkan tingkat kemampuan produk untuk memberikan kemanfaatan yang diharapkan oleh si pemakai atau konsumen tersebut.

Harapan tersebut didasarkan pada janji yang diperoleh si konsumen bagi kepuasan fungsional, pengalaman dan simbol yang tercipta melalui objek fisik produk tersebut. Dengan terdapatnya kepuasan dari suatu produk oleh konsumen, maka semakin baik posisi produk itu dalam persaingan, karena semakin banyak dicari dan diminta produk tersebut oleh konsumen.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam persaingan untuk memasarkan produknya, secara simultan merupakan suatu fungsi dari dan sekaligus pembatas oleh kemampuan untuk membuat dan melakukan (Assauri,2008) :

 Bisnis sebagai objek fisik, dimana pelanggan membeli manfaatnya.  Produk sebagai simbol psikososial bagi para konsumen.


(16)

2.1.1 Peran Research & Development Dalam Peningkatan Kualitas Produk Yang dimaksud dengan Research & Development (R&D) menurut negara-negara maju (OECD) adalah pekerjaan yang kreatif yang silakukan atas dasar yang sistematik, untuk meningkatkan persediaan-persediaan ilmiah dan teknik serta menggunakan persediaan pengetahuan tersebut untuk mendukung aplikasi baru. Pengembangan produk sebagai hasil dari kegiatan Research & Development

terlihat dari mutu atau kualitas produk yang lebih baik, atau manfaat produk menjadi lebih luas, ataupun desain dan penampilan yang lebih menarik. Sedangkan Pengembangan Teknologi sebagai hasil dari kegiatan Research & Development terlihat dari pengembangan bahan baku yang dapat digunakan lebih hemat dengan mutu yang lebih baik, pengembangan proses yang lebih efektif dan efisien serta pengembangan peralatan produksi yang lebih canggih. Salah satu yang terpenting dari kegiatan Research & Development adalah peningkatan kualitas produk melalui pengembangan ilmu dan teknologi.

Setiap perusahaan dalam meningkatkan posisi produknya dalam persaingan, harus dapat memanfaatkan peluang yang terdapat dalam keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif yang diperoleh tercermin dalam kemampuan kualitas produk yang dihasilkan dan tingkat biaya yang relatif rendah, serta memenuhi waktu delivery yang dijanjikan. (Assauri, 2008).

2.1.2 Produk Meja dan Kursi


(17)

maupun suatu badan usaha. Meja dan kursi yang nyaman adalah idaman setiap seseorang, kesesuaian bentuk kursi dengan tubuh tentunya akan memberi nuansa tersendiri saat kegiatan berlangsung. Impian inilah yang kemudian membawa beberapa orang berpikir kursi mana kiranya yang aman sekaligus nyaman untuk dipakai. Yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam memilih kursi adalah kualitas dan kenyamanan. Akan tetapi satu hal yang harus dipikirkan sebelum membeli meja dan kursi adalah yang dapat menunjang fungsi dan sesuai dengan kebutuhan saat digunakan.

2.2 Ergonomi

2.2.1 Konsep Dasar Ergonomi

Untuk mempermudah pemahaman terhadap ergonomi, kita dapat menggunakan konsep umum dari cara berpikir rasional yang biasa kita gunakan. Mengadopsi istilah (5W + 1H) dapat mempermudah kita berpikir secara sistematis didalam memahami dan menerapkan ergonomi 5W dan 1H tersebut adalah : (Tarwaka; 2004)

1. What is ergonomics ? Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu “ ergon “ berarti kerja dan “ nomos “ berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam system kerja. Di Indonesia memakai istilah ergonomi tetapi di beberapa Negara seperti skandinavia menggunakan istilah “ Bioteknologi “ sedangkan di Negara Amerika menggunakan istilah “ Human Engineering “. Namun


(18)

demikian, semuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.

2. Why is ergonomic ? Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat pada penurunan efisiensi dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomic disegala bidang adalah suatu keharusan.

3. Where is ergonomic applied ? Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan dimana saja, baik dilingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun di lingkungan tempat kerja.

4. When is ergonomic applied ? Ergonomi dapat diterapkan kapan saja dalam putaran 24 jam sehari semalam, sehingga baik pada saat bekerja, istirahat, maupun dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukan dengan sehat, aman dan nyaman.

5. Who must apply ergonomics ? Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja maupun masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, dan produktivitas kerja yang setinggi – tingginya.

6. How is ergonomic applied ? Untuk dapat menerapkan ergonomi secara benar dan tepat, maka kita harus mempelajari dan memahami ergonomi secara detail. Dalam penerapan ergonomi diperlukan suatu seni agar apa yang akan


(19)

diterapkan dapat diterima oleh pemakainya dan memberikan manfaat yang besar kepadanya.

Dengan demikian ergonomic dapat didefinisikan sebagai berikut : (Tarwaka; 2004) “ Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik “. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan lingkungannya.

Ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan yaitu : 1. Penyelidikan tentang display

Yang dimaksud tentang display disini adalah bagian dari lingkungan yang berkomunikasikan keadaannya kepada manusia. Contohnya, kalau kita ingin mengetahui berapa kecepatan motor yang sedang kita kemudikan maka dengan melihat jarum speedometer, kita akan mengetahui keadaan lingkungan dalam hal ini kecepatan motor.

2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya. Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas–aktifitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut.


(20)

3. Penyelidikan mengenai tempat kerja

Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran–ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Hal–hal yang bersangkutan dengan tubuh manusia ini dipelajari dalam Antrophometri.

4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitas–fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia serta kondisi lingkungan kerja yang kedua–duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

2.2.2 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah : (Tarwaka, 2004)

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.


(21)

2.3 Sistem Kerangka dan Otot Manusia

Dalam rangka memenuhi tujuan desain atau perancangan produk baru pekerjaan serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, maka diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang karakteristik otot dan kerangka manusia terutama dimensi dan kapasitasnya. Anatomi faal manusia merupakan ilmu dasar yang mempelajari karakteristik otot dan sistem kerangka manusia. Hal ini perlu kita uraikan sebelumnya untuk menjadi landasan bagi penerapan ergonomi lebih lanjut: (Nurmianto; 2008)

1. Kerangka dan Sambungan Kerangka a) Kerangka

Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh, penentuan tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak, jantung, hati) sebagai tempt untuk melekatnya otot–otot, mengganti sel–sel yang telah rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Sedangkan tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi gaya atau tegangan yang ada padanya.

b) Sambungan Cartilagenous

Sambungan Cartilagenous adalah sambungan yang berfungsi untuk pergerakan yang relatif kecil, seperti misalnya : sambungan antara tulang iga dan pangkal tulang iga


(22)

c) Sambungan Synovial

Sambungan Synovial adalah sambungan yang terdapat paling banyak pada tangan dan kaki, dan berfungsi untuk pergerakan atau perputaran bebas, walaupun tangan dan kaki tersebut amat terbatas pergerakannya, misalnya arah dan rentang gerakannya.

d) Ligamen

Ligamen adalah berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang, Ligament juga berfungsi untuk membatasi rentang gerakan.

2. Sistem Sambungan Kerangka

Panjang tulang untuk menentukan tinggi badan seseorang, sedangkan batas jangkuan dapat menentukan ruang gerak atau aktivitas yang digambarkan oleh system sambungan tulang. Selain dari itu dimensi ruang yang terbentuk tersebut amat penting untuk penempatan pengendali dan desain stasiun kerja. Sifat masing–masing sambungan tulang pada pergerakan adalah sangat kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut.

3. Otot

Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks, selain itu otot juga sebagai penggerak utama bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk mngendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya.


(23)

4. Jaringan Penghubung

Jaringan–jaringan penghubung yang terpenting pada sistem kerangka otot adalah ligamen dan tendon. Tendon berfungsi sebagai penghubung antara otot dan tulang sedangkan Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang.

2.4 Anthropometri

Istilah Anthropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan “metri“ yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain–lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. (Nurmianto, 2008)

Manusia pada umumnya akan berbeda–beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini akan ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor–faktor tersebut yang antara lain adalah :


(24)

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Selanjutnya tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

2. Jenis Kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki–laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu sperti pinggul dan sebagainya.

3. Suku / Bangsa

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Usia

Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir sampai umur  20 tahun untuk pria dan  17 tahun untuk wanita. Dimensi tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah mengijak usia dewasa, tinggi badan manusia memiliki kecenderungan untuk menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan dan kaki.


(25)

5. Pakaian

Karena terjadinya perbedaan iklim/musim menyebabkan manusia memakai pakaian tertentu sehingga merubah dimensi tubuh, misalnya pada waktu musim dingin menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran relatif besar.

6. Faktor Kehamilan pada Wanita

Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak hamil.

7. Cacat Tubuh secara Fisik

Berikut ini beberapa penjelasan dan gambar pengukuran dimensi struktur tubuh dan dimensi fungsional tubuh, sebagai berikut :

1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (struktural body dimensions). - Tubuh diukur dalam posisi tidak bergerak (static anthropometri).

- Meliputi : berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, panjang lengan, dsb.

- Percentile : 5-th dan 95-th percentile.

Gambar 2.1. Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh dalam Posisi Berdiri dan Duduk Tegap


(26)

2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimensions).

- Tubuh diukur dalam posisi melakukan gerakan kerja atau posisi dinamis (dynamic anthropometri).

- Banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas/ ruang kerja.

Gambar 2.2. Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam Berbagai Posisi Gerakan Kerja

2.5 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Anthropometri

Untuk penetapan data antropometri, diterapkan pemakaian distribusi normal. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean,

X) dan standar deviasi (SD, x). Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.

Rumus umum persentil adalah sebagai berikut: Px = data ke

100 ) 1 (nx


(27)

Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5 persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai. Seperti tampak pada diagram berikut ini : (Nurmianto; 2008)

Gambar 2.3 Distribusi Normal Dengan Data Anthropometri 95-th persentil Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Perhitungan Persentil Persentil Kalkulasi 1st x - 2.325x 2.5 th x - 1.96x 5 th x - 1.645x 10 th x - 1.280x 50 th x

90 th x + 1.280x 95 th x + 1.645x 97.5 th x - 1.96x 99 th x - 2.325x


(28)

a) Pilihlah standart deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud. b) Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk

populasi yang sesuai.

c) Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan. d) Pilihlah jenis kelamin yang sesuai.

Pengukuran bentuk tubuh bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh manusia sehingga peralatan yang dirancang lebih sesuai dengan bentuk tubuh manusia agar lebih nyaman dan menyenangkan.

2.5.1 Aplikasi Data Anthropometri dalam Perancangan Produk/ Fasilitas Kerja

Data–data dari hasil pengukuran atau dapat juga disebut sebagai data anthropometri, digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia.

Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasi secara luas, antara lain :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil dan lain–lain) 2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya.

3. Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, meja, kursi dan lain–lain.


(29)

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan dan menggunakan produk tersebut. Dalam hal ini maka perancang harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan itu. Secara umum sekurang–kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk harus dapat menggunakannya secara layak.

Mengingat bahwa keadaan dan cirri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data–data tersebut yaitu :

a. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagaian besar orang–orang yang akan memakainya. (biasanya minimal oleh 95% pemakai)

b. Perancangan fasilitas yang dapat digunakan

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut bisa menampung atau dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang memerlukannya. Misalnya kursi pengemudi yang bisa diatur maju mundur dan kemiringan sandarannya.


(30)

c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata–rata pemakai

Prinsip ini digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika tidak menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bias disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilakukan apabila lebih banyak rugi daripada untungnya, artinya hanya sebagaian kecil dari orang–orang yang merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan fasilitas tersebut dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak layak karena mahal biayanya. Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk atau fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah dalam penerapannya yaitu :

1. Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh yang nantinya akan difungsikan dalam mengoperasikan rancangan tersebut.

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut (fungsional atau struktural).

3. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasi dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.

4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata.

5. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.


(31)

Seorang desainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangan tersebut. Dalam hal ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90% sampai 95% dari populasi yang harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.

Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk, rekomendasi yang bisa diberikan :

1. Tetapkan anggota tubuh yang mengoperasikan rancangan tersebut.

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting ((struktural body dimensions atau

functional body dimensions).

3. Tentukan populasi terbesar yang menjadi target utama.

4. Tetapkan prinsip ukuran (ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata).

5. Pilih nilai percentile yang dikehendaki (90-th, 95-th, 99-th atau yang lain). 6. Tetapkan nilai ukuran dari tabel data anthropometri yang sesuai, aplikasikan

data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran.

Gambar 2.4, data anthropometri yang diaplikasikan dalam perancangan dan pengukuran kerja.


(32)

Gambar 2.4. Data Anthropometri Untuk Perancangan Produk/ Fasilitas Kerja

Keterangan :

1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala). 2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat sampai dengan kepala).

7 = tinggi mata dalam posisi duduk. 8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 = tebal atau lebar paha.


(33)

12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis. 13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 = lebar pinggul/ pantat.

17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18 = lebar perut.

19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 = lebar kepala.

21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 = lebar telapak tangan.

23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal). 25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya

no. 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).

26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.


(34)

Tabel 2.2.

Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis

Asia) (mm)

Pria Wanita Dimensi Tubuh

5% X 95% S.D 5% X 95% S.D 1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri

tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60 2. Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57 3. Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51 4. Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41 5. Tinggi Genggaman Tangan

(knuckle) pada posisi relaks kebawah

685 750 815 40 650 715 780 41 6. Tinggi Badan pada Posisi Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37 7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35 8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38 9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38 10. Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14 11. Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30 12. Jarak dari Lipat Lutut (popliteal)

ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29 13. Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27 14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29 15. Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29 16. Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21 17. Tebal Dada 155 195 235 25 160 215 270 34 18. Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39 19. Jarak dari siku ke ujung jari 410 445 480 22 360 400 400 24 20. Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8 21. Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9

22. Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5

23. Jarak Bentang dari ujung jari

tangan kanan ke kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80 24. Tinggi pegangan tangan (grip)

pada posisi tangan vertikal ke atas & berdiri tegak

1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86 25. Tinggi pegangan tangan (grip)

pada posisi tangan vertikal ke atas & duduk

1.110 1.205 1.3 58 855 940 1.025 51 26. Jarak genggaman tangan (grip)

ke punggung pada posisi tangan


(35)

Tabel 2.3.

Anthropometri Masyarakat Indonesia Yang Didiapat Dari Interpolasi Masyarakat British dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat

Indonesia (mm)

Pria Wanita Dimensi Tubuh

5% X 95% S.D 5% X 95% S.D 1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60 2. Tinggi Mata 1.425 1.52 1.615 58 1.35 1.446 1.542 58 3. Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54 4. Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43 5. Tinggi Genggaman Tangan

(knuckle) pada posisi relaks kebawah

655 718 782 39 646 708 771 38 6. Tinggi Badan pada Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33 8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 523 572 621 330 501 550 599 30 9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33 10. Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15 11. Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30 12. Jarak dari Lipat Lutut (popliteal)

ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30

13. Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27 14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28 15. Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26 16. Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29 17. Tebal Dada 174 212 250 23 178 228 278 30 18. Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34 19. Jarak dari siku ke ujung jari 405 439 473 21 374 409 287 34 20. Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7 21. Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9 22. Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4 23. Jarak Bentang dari ujung jari

tangan kanan ke kiri 1.52 1.663 1.806 87 1.4 1.523 1.646 75 24. Tinggi pegangan tangan (grip)

pada posisi tangan vertikal ke atas

& berdiri tegak 1.795 1.923 2.051 78 1.713 1.841 1.969 79 25. Tinggi pegangan tangan (grip)

pada posisi tangan vertikal ke atas & duduk

1.065 1.169 1.273 63 945 1.03 1.115 52 26. Jarak genggaman tangan (grip) ke

punggung pada posisi tangan ke depan (horisontal)


(36)

Tabel 2.4.

Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)

Pria Wanita Dimensi Tubuh

5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D 1. Panjang tangan 163 176 189 8 155 168 181 8 2. Panjang telapak tangan 92 100 108 5 87 94 101 4 3. Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2 4. Panjang jari telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3 5. Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3 6. Panjang jari manis 62 67 72 3 59 64 69 3 7. Panjang jari kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2 8. Lebar ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1 9. Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1 10. Lebar Jari telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1 11. Tebal jari telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1 12. Lebar telapak tangan

(Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

13. Lebar telapak tangan (sampai

ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

14. Lebar telapak tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3 15. Tebal telapak tangan

(Metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

16. Tebal telapak tangan (sampai ibu

jari 41 48 47 2 41 44 47 2

17. Diameter genggam (maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1 18. Lebar maksimum (ibu jari ke jari

kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9 19. Lebar fungsional maksimum

(ibu jari ke jari lain) 122 132 142 6 113 123 134 6 20. Segiempat minimum yang dapat

dilewati telapak tangan 57 62 67 3 51 56 61 3 (Nurmianto; 2008)


(37)

Gambar 2.5. Anthropometri Tangan

Tabel 2.5.

Anthropometri Kepala Orang Indonesia

Dimana : Lebar Kepala = 9,2% Tinggi Badan Pria dan 9,3% Tinggi Badan Wanita (mm)

Pria Wanita Dimensi Tubuh

5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D 1. Panjang kepala 166 176 186 6 158 168 178 6 2. Lebar kepala 132 140 148 5 121 129 137 5 3. Diameter maksimum dari dagu 217 230 243 8 198 209 221 7 4. Dagu ke puncak kepala 192 203 215 7 185 196 208 7 5. Telinga ke puncak kepala 70 77 84 4 69 74 79 3 6. Telinga ke belakang kepala 62 67 72 3 59 64 69 3 7. Antara dua telinga 48 51 54 2 45 48 51 2 8. Mata ke puncak kepala 19 21 23 1 16 18 2 1 9. Mata ke belakang kepala 19 21 23 1 15 17 19 1 10. Antara dua pupil mata 18 20 22 1 15 17 19 1 11. Hidung ke puncak kepala 16 18 20 1 13 15 17 1 12. Hidung ke belakang kepala 74 81 88 4 68 73 78 3 13. Mulut ke puncak kepala 88 98 108 6 82 89 96 4

14. Lebar mulut 68 75 82 4 64 59 74 3

2.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik menghitung maupun mengukur, kualitatif maupun kuantitatif, daripada karakteristik tertentu


(38)

mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Sampel adalah sebagian data yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara–cara tertentu

Untuk keperluan perhitungan data dalam penelitian ini digunakan beberapa rumus tertentu. Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah pengguna meja dan kursi khususnya orang dewasa.

2.7 Pengujian Kecukupan Data

Perhitungan kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan jumlah sampel minimum yang dapat diolah untuk proses perhitungan selanjutnya. Perhitungan ini dilakukan untuk melihat apakah data yang telah dikumpulkan sudah cukup atau belum. Bila data yang didapat sudah cukup, maka perhitungan penelitian dapat dilanjutkan tetapi jika data yang didapat tidak atau belum cukup, maka proses pengambilan dan pengumpulan data harus dilakukan lagi.

Uji kecukupan data dilakukan pada data external. Uji kecukupan data ini dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum.

Rumus pengujian kecukupan data, adalah sebagai berikut : 2 2 2 ' / . .( ( ) ( ) )        

i i i x x x n s k N 1 ) ( 2   

N X X x


(39)

2.8 Pengujian Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data ini perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kita melakukan pengolahan data lebih lanjut, untuk memastikan data yang kita pakai seragam. Pengujian ini bias dilakukan dengan menggunakan peta kontrol, dimana rumus yang kita pakai untuk menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) adalah sebagai berikut :

BKA= x + k.

x BKB = x - k.

x Dimana :

x = nilai rata - rata

x= standard deviasi

2.9 Penelitian Pendahulu

Hasil – hasil penelitian sebelumnya tentang ergonomis adalah :

1. Wahyu Susiallina, (Susiallina, 2005) Perancangan ulang kursi kuliah sebagai upaya untuk memperoleh rancangan alternatif yang lebih ergonomis, UPN ”Veteran” Jatim, 2005. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk memperoleh desain kursi kuliah sebagai salah satu desain alternatif dalam upaya mengembangkan desain yang telah ada. Pengambilan data dimensi tubuh manusia diambil dari Mahasiswa UPN “Veteran” Jatim. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan uji keseragaman data dan uji kecukupan data, setelah data cukup menentukan persentil, kemudian dilakukan perancangan kursi, pembuatan


(40)

kursi, membandingkan kursi lama dengan kursi hasil rancangan, apakah kursi hasil rancangan sudah lebih mempunyai nilai-nilai ergonomi yang tinggi dibandingkan dengan kursi sebelumnya.

2. Moh. Ali Hanafi, (Hanafi, 2011) Perancangan ulang kursi kerja yang ergonomis pada sistem kerja packing di PT. Walet Kencana Perkasa – Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk memperoleh desain kursi kerja sebagai salah satu desain alternatif dalam upaya mengembangkan desain yang telah ada. Pengambilan data dimensi tubuh manusia diambil dari karyawan PT. Walet Kencana Perkasa – Surabaya. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan uji keseragaman data dan uji kecukupan data, setelah cukup menentukan petrsentil, kemudian dilakukan perancangan kursi, pembuatan kursi, membandingkan kursi lama dengan kursi hasil rancangan, apakah kursi hasil rancangan sudah lebih mempunyai nila-nilai ergonomis yang tinggi di bandingkan dengan kursi sebelumnya.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data 30 sampel dimensi tubuh manusia (anthropometri) pada orang dewasa antara umur 30 - 40 th yang digunakan sebagai dasar analisa perancangan meja dan kursi Restoran Cepat Saji, pada bulan Agustus 2011, yang dilakukan di Kafe Gajahmada Mojokerto.

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang mempunyai besaran variasi nilai. Jadi identifikasi variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang terlibat dalam penelitian ini, dimana terbagi menjadi dua variabel adalah :

1. Variabel Terikat adalah : variabel yang di pengaruhi variabel bebas, dalam hal ini adalah : kursi dan meja Restoran Cepat Saji yang ergonomis.

2. Variabel Bebas adalah : variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dimana variabel bebas ini terdiri dari :

a. Tinggi bahu posisi duduk : diukur dari alas tempat duduk/ pantat sampai dengan bahu (Tb).

b. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha (Tt).

c. Lebar bahu : bisa diukur dalam posisis berdiri ataupun duduk (Lb). d. Lebar pinggul (Lp).


(42)

e. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus (Ps).

f. Jarak jangkaun tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan (Jjt).

g. Tinggi posisi siku saat duduk (Ts)

h. Panjang paha : panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut (Pp).

3.3 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian, maka perlu adanya langkah-langkah penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang ada tersebut mulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya.

Langkah-langkah pemecahan masalah ini berguna untuk mempermudah bagi peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan tahapan penelitian yang lain. Secara sistematis langkah-langkah pemecahan masalah ini ditunjukkan pada gambar 3.1


(43)

Studi lapangan Perumusan Masalah Studi Pustaka

Tujuan Penelitian Identifikasi Variabel

Desain meja dan

kursi awal

Pengumpulan Data - Tinggi bahu posisi duduk - Tinggi siku saat duduk

- Tinggi tubuh posisi duduk - Panjang siku dari siku sampai ujung jari - Panjang paha - Jarak jangkauan tangan

- Lebar bahu - Data dimensi meja - Lebar pinggul

Uji keseragaman data

Buang Data ekstrim

Uji kecukupan data

Menentukan persentil Gambar desain

meja dan kursi awal

Data seragam

Data cukup ?

A B

Sisa data ekstrim

Y

Y T

T Desain meja dan

kursi usulan Mulai


(44)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

A B

Perancangan desain meja dan kursi usulan

Membandingkan desain meja dan kursi yang telah ada dengan desain meja dan kursi usulan

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

selesai

Gambar desain meja dan kursi usulan

Desain Ergonomis

Y

T

Pembuatan meja dan kursi usulan

Simulasi/ uji coba pemakaian meja dan kursi usulan


(45)

Penjelasan tentang langkah – langkah identifikasi masalah : 1. Mulai

2. Studi lapangan

Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu Mojokerto 3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menambah bobot dan menunjang hasil penelitian

4. Perumusan masalah

Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi literature 5. Penetapan tujuan

Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir 6. Identifikasi variabel

Selanjutnya menentukan identifikasi variabel dari tugas akhir 7. Pengumpulan data Anthropometri

Melakukan pengumpulan terhadap obyek ( manusia ) untuk mendapatkan ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain dari meja dan kursi. Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau statis (static anthropometri).

8. Desain meja dan kursi awal

Mengamati desain dari meja dan kursi beserta dengan pengukuran untuk ukuran dimensinya


(46)

9. Gambar desain meja dan kursi yang telah ada

Dari ukuran yang diperoleh desain meja dan kursi digambar beserta ukurannya dilihat dari beberapa sudut yang telah ada.

10.Desain Meja dan Kursi Usulan 11.Uji Keseragaman data

Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam. Untuk mengaplikasikannya dapat digunakan peta kontrol, melalui peta kontrol dapat terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data ekstrim. Data ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari batas control yang selanjutnya data itu harus dibuang.

12.Uji kecukupan data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang diambil telah mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilanjutkan pengolahannya. Apabila data tidak mencukupi (N > N’) maka harus dilakukan pendataan (pengukuran) ulang sampai data mencukupi

13.Menentukan persentil

Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi P5, P50 dan P95, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk menentukan dimensi desain meja dan kursi yang baru

14.Perancangan desain meja dan kursi usulan

Merancang desain meja dan kursi dengan memperhatikan hasil perhitungan persentil dan data – data lain yang ada.


(47)

15.Gambar desain meja dan kursi usulan

Dari perancangan desain meja dan kursi yang usulan dapat digambar beserta ukurannya dari beberapa pandangan.

16.Pembuatan Meja dan Kursi Usulan

Dari gambar yang dihasilkan maka dilakukan proses pembuatan meja dan kursi usulan.

17.Simulai atau uji coba pemakaian meja dan kursi usulan.

Setelah meja dan kursi jadi dilakukan proses uji coba pemakaian.

18.Membandingkan desain meja dan kursi Restoran Cepat Saji yang telah ada dengan desain usulan meja dan kursi Restoran Cepat Saji.

Desain lama beserta ukurannya dengan desain usulan beserta ukurannya dibandingkan agar dapat diketahui perbedaan dan perubahan yang terjadi. Pengaturan meja dan kursi yang lama dibandingkan dengan pengaturan meja dan kursi usulan.

19.Ergonomis

Mengetahui apakah meja dan kursi Restoran Cepat Saji yang baru sudah berada dalam pendekatan secara ergonomis atau tidak dengan cara menyebar kuisioner kepada pengguna.

20.Pembahasan


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Antropometri Pengguna

Ukuran untuk perancangan kursi dan meja yang baru ini diambil dari data antropometri pengguna tersebut yaitu dimensi tubuh orang dewasa Indonesia sebanyak 30 orang dengan usia 30-40 tahun. Dalam pengukuran meja dan kursi ini juga memperhatikan aspek-aspek ergonomis dan dimensi tubuh yang sesuai dengan alat kerja yang akan di rancang.

Adapun dimensi tubuh besesuaian yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Tinggi bahu posisi duduk : diukur dari alas tempat duduk/ pantat sampai dengan bahu (Tb).

2. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha (Tt).

3. Lebar bahu : bisa diukur dalam posisis berdiri ataupun duduk (Lb). 4. Lebar pinggul (Lp).

5. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus (Ps).

6. Jarak jangkaun tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan (Jjt).


(49)

Tabel 4.1 Tabel Pengumpulan Data Dimensi Tubuh Orang Dewasa

       

Orang Dimensi Tubuh (cm)

Ke Tb Tt Lb Lp Ps Jjt Ts Pp

1 54 41 38 35 47 72 64 39

2 53,5 40 38 35 47 72 64 38

3 56 43 40 38 50 76 68 41

4 54 40 40 34 47 72 64 39

5 54 41 38 34 47 72 64 39

6 54,5 40 39 35 48 72,5 64,5 40

7 55,5 43 40 36 49 75,5 67,5 41

8 55 42 40 37 48 75 67 40

9 55,5 42 40 36 49 75 67 41

10 54 41 38 35 48 73 65 38

11 56 42 39 35 49 75 67 41

12 55 43 38 35 49 75 67 40

13 55 40 38 37 48,5 75 67 40

14 56,5 43 40 36 50 74,5 68,5 41

15 55 42 39 38 50,5 76 68 40

16 53 40 40 36 47 72 64 38

17 55,5 42 39 35 49,5 75,5 67,5 41

18 56 41 38 35 50 76 68 40

19 56 43 40 36 49 76 68 41

20 54 41 40 38 48 73 65 39

21 54,5 43 39 35 47,5 75 67 39

22 53,5 40 40 35 48,5 72,5 64,5 38

23 55,5 42 38 37,5 49,5 75,5 67,5 41

24 55 43 38 38 49 75 67 40

25 53 41 39 35,5 47 72 64 38

26 56,5 42 39 37,5 50,5 74,5 68,5 41

27 56 43 38 38,5 50 76 68 41

28 55 42 38 38,5 49 75,5 67,5 40

29 53,5 40 40 37,5 47,5 72,5 64,5 39

30  54 41 38 37 48 73 65 39

1644,5 1245 1169 1086 1457 2224.5 1988,5 1193


(50)

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Desain Meja dan Kursi Awal

4.2.1.1 Gambar Desain Meja dan Kursi Awal

Gambar meja dan kursi awal restoran bisa di lihat pada Gambar 4.1 di bawah ini :

Gambar 4.1 Meja dan Kursi Awal Restoran Untuk ukuran meja awal sebagai berikut :

Tinggi meja = 76 cm Panjang meja = 65 cm Lebar meja = 50 cm Sedangkan untuk ukuran kusinya sebagai berikut :

Tinggi dudukan kursi = 40 cm Panjang dudukan kursi = 30 cm Lebaran dudukan kursi = 30 cm Tinggi sandaran kursi = 33 cm

Kondisi meja dan kursi yang ada memiliki kekurangan, tampak saat pengguna menggunakan laptop, makanan dan minuman berada tepat di dekat laptop dan memenuhi hampir semua area permukaan meja, apabila minuman tersenggol dan tumpah kemungkinan besar air akan mengenai laptop dan adaptor charger yang tentunya berbahaya bagi keselamatan pengguna. Pada kursi terlihat


(51)

Sedangkan pada dudukan kursi ukurannya juga terlalu kecil bisa dilihat hampir setengah paha pengguna berada di luar area dudukan kursi.

4.2.2 Desain Meja dan Kursi Usulan 4.2.2.1Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi.

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi bahu posisi duduk (Tb) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

82 , 54 30 54 ... 56 5 , 53

54   

X 1 30 ) 82 , 54 54 ( ... ) 82 , 54 5 , 53 ( ) 82 , 54 54

( 2 2 2

        x

=1,03

 Uji keseragaman data Tinggi bahu posisi duduk (Tb) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 54,82 + 2 (1,03) = 56,88

x k X BKB   .

BKB = 54,82 - 2 (1,03) = 52,76

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Tinggi bahu posisi duduk pada halaman sebagai berikut :


(52)

Gambar 4.2 Uji Keseragaman Dimensi (Tb)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi tubuh posisi duduk (Tt) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

57 , 41 30 41 ... 43 40

41   

X 1 30 ) 57 , 41 41 ( ... ) 57 , 41 40 ( ) 57 , 41 41

( 2 2 2

        x

= 1,14

 Uji keseragaman data Tinggi tubuh posisi duduk (Tt) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 41,57 + 2 (1,14) = 43,85

x k X BKB  .

BKB = 41,57 - 2 (1,14) = 39,29


(53)

Gambar 4.3 Uji Keseragaman Dimensi (Tt)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai Lebar bahu (Lb) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

97 , 38 30 38 ... 40 38

38   

X 1 30 ) 97 , 38 38 ( ... ) 97 , 38 38 ( ) 97 , 38 38

( 2 2 2

        x

= 0,89

 Uji keseragaman data Lebar bahu (Lb) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 38,97 + 2 (0,89) = 40,75

x k X BKB  .

BKB = 38,97 - 2 (0,89) = 37,19

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Lebar bahu (Lb) pada halaman berikut :


(54)

Gambar 4.4 Uji Keseragaman Dimensi (Lb)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai Lebar pinggul (Lp) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

2 , 36 30 37 ... 37 35

35   

X 1 30 ) 2 , 36 37 ( ... ) 2 , 36 35 ( ) 2 , 36 35

( 2 2 2

        x

= 0,97

 Uji keseragaman data Lebar pinggul (Lp) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 36,2+ 2 (0,97) = 38,14

x k X BKB  .

BKB = 36,2- 2 (0,97) = 34,26


(55)

Ga mbar 4.5 Uji Keseragaman Dimensi (Lp)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai Panjang siku (Ps) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

57 , 48 30 48 ... 50 47 47       X 1 30 ) 57 , 48 48 ( ... ) 57 , 48 47 ( ) 57 , 48 47

( 2 2 2

        x

= 1,14

 Uji keseragaman data Panjang siku (Ps) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 48,57 + 2 (1,14) = 50,85

x k X BKB   .

BKB = 48,57 - 2 (1,14) = 46,29

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Panjang siku (Ps) sebagai berikut :


(56)

Gambar 4.6 Uji Keseragaman Dimensi (Ps)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai jarak jangkauan tangan (Jjt) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

15 , 74 30 73 ... 76 72

72   

X 1 30 ) 28 , 74 5 , 72 ( ... ) 28 , 74 72 ( ) 28 , 74 72

( 2 2 2

        x

= 1,63

 Uji keseragaman data jarak jangkaun tangan (Jjt) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 74,15+ 2 (1,63) = 77,41

x k X BKB  .

BKB = 74,15 - 2 (1,63) = 70,89

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji Jarak jangkauan tangan (jjt) sebagai berikut :


(57)

Gambar 4.7 Uji Keseragaman Dimensi (Jjt)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai Tinggi siku posisi duduk (Ts) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

28 , 66 30 65 ... 68 64

64   

X 1 30 ) 28 , 66 65 ( ... ) 28 , 66 64 ( ) 28 , 66 64

( 2 2 2

        x

= 1,66

 Uji keseragaman data Tinggi siku posisi duduk (Ts) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 66,28 + 2 (1,66) = 69,6

x k X BKB   .

BKB = 66,28 - 2 (1,66) = 62,96

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Tinggi siku posisi duduk (Ts) sebagai berikut :


(58)

Gambar 4.8 Uji Keseragaman Dimensi (Ts)

 Dari tabel 4.1 diperoleh nilai Panjang paha (Pp) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan

x adalah sebagai berikut:

8 , 39 30 39 ... 41 38

39   

X 1 30 ) 8 , 39 39 ( ... ) 8 , 39 38 ( ) 8 , 39 38

( 2 2 2

        x

= 1,1

 Uji keseragaman data Tinggi siku posisi duduk (Ts) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA  .

BKA = 39,8 + 2 (1,1) = 42

x k X BKB   .

BKB = 39,8 - 2 (1,1) = 37,6


(59)

Gambar 4.9 Uji Keseragaman Dimensi (Pp)

Berdasarkan grafik uji keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh orang dewasa, diperoleh tabel 4.2 hasil uji keseragaman data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Uji Keseragaman Data

Dimensi

Tubuh BKA BKB

(cm)

Simp. Baku

Data min.

Data

max. Keterangan

Tb 56,88 52,76 54,82 1,03 53 56,5 Data seragam Tt 43,85 39,29 41,57 1,14 40 43 Data seragam Lb 40,75 37,19 38,97 0,89 38 40 Data seragam Lp 38,14 34,26 36,2 0,97 35 37,5 Data seragam

Ps 50,85 46,29 48,57 1,14 47 50,5 Data seragam Jjt 77,41 70,89 74,15 1,63 72 75,5 Data seragam Ts 69,6 62,96 66,28 1,66 64 68,5 Data seragam Pp 42 37,6 39,8 1,1 38 41 Data seragam 4.2.2.2 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah sudah representative, dimana tujuannnya membuktikan bahwa data sampel yang diambil sudah dapat mewakili populasi.


(60)

Untuk uji kecukupan data digunakan tinkat ketelitian sebesar 5 % dan tingkat keyakinan 95 % maka persamaan uji kecukupan data adalah:

2

2 2 / '          

X X X N s k N

Nilai k = 2 & nilai s = 0,05

Jika, N`  N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan N` > N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.  Data Tinggi bahu posisi duduk (Tb) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:

 X =1644,5  X2 = 90176,75 Maka : 74 , 0 5 , 1644 (1644,5) ) 90176,75 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 0,74 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Tinggi tubuh (Tt) dari tabel 4.1 diperoleh nilai::  X = 1247


(61)

Maka : 07 , 1 1247 (1247) ) 51871 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 1,07 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Lebar bahu (Lb) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:  X = 1169

 X2 = 45575 Maka : 898 , 0 1169 (1169) ) 45575 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 0,898 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Lebar pinggul (Lp) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:  X = 1086


(62)

Maka : 05 , 1 1086 (1086) ) 5 , 39340 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 1,05 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Panjang siku (Ps) dari tabel 4.1 diperoleh nilai::  X = 1457

 X2 = 70799 Maka : 92 , 0 1457 (1457) ) 70799 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 0,92 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Jarak jangkauan tangan (Jjt) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:  X = 2224,5


(63)

Maka : 82 , 0 5 , 2224 (2224,5) ) 25 , 165016 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 0,82 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Tinggi siku posisi duduk (Ts) dari tabel 4.1 diperoleh nilai::  X = 1988,5

 X2 = 131884,25

Maka : 98 , 0 5 , 1988 (1988,5) ) 25 , 131884 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 0,98 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

 Data Paha (Pp) dari tabel 4.1 diperoleh nilai::  X = 1193


(64)

Maka : 09 , 1 1193 (1193) ) 47477 ( 30 40 ' 2 2          N Kesimpulan:

N’ = 1,09 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk.

Berdasarkan hasil uji kecukupan data yang diperoleh pada masing-masing elemen pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Uji Kecukupan Data

No. Ukuran N N` Keterangan

1. Tinggi bahu (Tb) 30 0,74 Data Cukup 2. Tinggi tubuh (Tt) 30 1,07 Data Cukup 3. Lebar bahu (Lb) 30 0,898 Data Cukup 4. Lebar pinggul (Lp) 30 1,05 Data Cukup 5. Panjang siku (Ps) 30 0,92 Data Cukup 6. Jarak jangkauan tangan (Jjt) 30 0,82 Data Cukup 7. Tinggi siku posisi duduk (Ts) 30 0,98 Data Cukup 8. Panjang Paha posisi duduk (Pp) 30 1,09 Data Cukup

4.2.2.3Menentukan Persentil

Bedasarkan data-data dimensi tubuh tubuh orang dewasa yang telah diperoleh selanjutnya dapat ditentukan ukuran kursi dan meja usulan dengan penyesuaian penentuan percentil.

A. Menentukan Tinggi Dudukan Kursi


(65)

50% persentil), yang merupakan persentil rata-rata dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud yang pendek bisa menyesuaikan dan tinggi juga bisa menyesuaikan, sehingga agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan tinggi kursi dengan nilai percentil 50%:

Perhitungan tinggi kursi dengan nilai percentil 50%, adalah sebagai berikut : Tkursi = + allowance tinggi sepatu

= 41,57 cm + 2 cm = 42,57 cm

43 cm

Jadi ukuran tinggi kursi restoran cepat saji dengan nilai percentil 50% adalah 43 cm.

B. Menentukan Lebar Dudukan Kursi

Dari perhitungan uji keseragaman data (Lp) diperoleh nilai: X = 36,2 cm, x = 0,97. Selanjutnya untuk menentukan lebar kursi digunakan P95% (nilai95% persentil), yang merupakan persentil besar dari populasi

orang dewasa yang diukur dengan maksud agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan lebar kursi dengan nilai percentil 95% sebagai berikut :

Perhitungan lebar kursi dengan nilai percentil 95%, adalah sebagai berikut :

Lkursi = + P95 .(SD)

= 36,2 cm + 1,645 (0,97) = 37,9 cm

38 cm

X


(66)

Jadi ukuran lebar kursi restoran cepat saji dengan nilai percentil 95% adalah 38 cm.

C. Menentukan Panjang Dudukan Kursi

Dari perhitungan uji keseragaman data (Pp) diperoleh nilai: X = 39,8 dan  = 1,39. Selanjutnya untuk menentukan panjang kursi digunakan P50% (nilai50% persentil), yang merupakan persentil rata-rata dari populasi

orang dewasa yang diukur dengan maksud yang pendek bisa menyesuaikan dan tinggi juga bisa menyesuaikan, sehingga agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan lebar kursi dengan nilai percentil 50% sebagai berikut :

Perhitungan lebar kursi dengan nilai percentil 50%, adalah sebagai berikut :

Pkursi =

= 39,8 cm

40 cm

Jadi ukuran panjang kursi restoran cepat saji dengan nilai percentil 50% adalah 40 cm.

D. Menentukan Tinggi Sandaran kursi

Dari perhitungan uji keseragaman data (Tb) diperoleh nilai: X = 54,82 cm, x (SD) =1,03. Selanjutnya untuk menentukan tinggi sandaran kursi digunakan P50% (nilai 50% persentil), yang merupakan persentil

rata-rata dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud yang pendek


(67)

nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan tinggi sandaran kursi dengan nilai percentil 50% sebagai berikut:

Perhitungan tinggi sandaran kursi dengan nilai percentil 50%, adalah sebagai berikut:

Tskursi =

= 54,82 cm

55 cm

Jadi ukuran tinggi sandaran kursi restoran cepat saji dengan nilai percentil 50% adalah 55 cm.

E. Menentukan Lebar Sandaran kursi

Dari perhitungan uji keseragaman data (Lb) diperoleh nilai: X = 38,97 cm x (SD)= 0,86. Selanjutnya untuk menentukan lebar sandaran kursi digunakan P95% (nilai 95%persentil), yang merupakan persentil besar

dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi diatas, selanjutnya dilakukan perhitungan lebar sandaran kursi dengan nilai percentil 95% sebagai berikut :

Perhitungan lebar sandaran kursi dengan nilai percentil 95%, adalah sebagai berikut:

Lskursi = + P95 .(SD)

= 38,97cm + 1,645 (0,86) = 40,38 cm

40 cm

X


(1)

Sedangkan untuk ukuran kursi restoran usulan sebagai berikut :

Tinggi dudukan kursi = 43 cm Lebar sandaran kursi = 40 Lebaran dudukan kursi = 38 cm Tinggi sandaran kursi = 55 Panjang dudukan kursi = 40 cm


(2)

Dengan hasil perhitungan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk kursi dan meja yang baru memenuhi unsur tubuh orang dewasa sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna dan memenuhi unsur ergonomis.

4.3 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas maka dapat diperoleh data sebagai berikut:

1. Berikut ini gambar meja dan kursi awal yang tampak di gambar 4.16 bawah ini:

Gambar 4.15 Bentuk Awal Meja dan Kursi Restoran Apabila Dipasangkan

Ukuran meja awal restoran sebagai berikut : Tinggi 76 cm, Panjang 65 cm dan lebar 50 cm. Sedangkan ukuran kursi awal restoran sebagai berikut : Tinggi 40 cm, Lebar 30 cm, Panjang = 30 cm dan Tinggi sandaran 33 cm. Kekurangan : Panjang meja terlalu pendek dan tidak ada tempat menaruh gelas minuman yang lebih aman. Sedangkan pada kursi sandaran kurang tinggi, ukuran dudukan kursi terlalu kecil dan spons dudukan terlalu tipis.


(3)

2. Dan berikut ini gambar produk jadi meja dan kursi usulan retoran yang tampak pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.16 Bentuk Meja dan Kursi Restoran Usulan Apabila Dipasangkan

Ukuran meja restoran usulan sebagai berikut : Tinggi 71 cm, Lebar 47 cm dan Panjang 72 cm. Sedangkan ukuran kursi restoran usulan sebagai berikut : Tinggi dudukan 43 cm, Panjang dudukan 40 cm, Lebar dudukan 38 cm, Lebar sandaran 40 cm dan Tinggi sandaran 55 cm.

Kelebihan : Ukuran dimensi meja dan kursi usulan lebih ergonomis karena telah memenuhi unsur anthropometri tubuh orang dewasa Indonesia. Pada meja terdapat lubang sebagai tempat menaruh gelas sehingga dapat meminimalisir tumpahnya minuman dan rembesan embun dari gelas yang berisi minuman dingin juga tidak akan merambat ke permukaan meja karena lubang memiliki perbedaan ketinggian yakni lebih rendah dari permukaan meja. Pada meja juga terdapat gantungan tempat menaruh tas atau bawaan. Pada dudukan kursi dibuat dari spons yang lebih tebal dan pada sandaran juga dipasang spons.


(4)

Selanjutnya untuk mengetahui berapa tingkat kesesuaian dan kenyamanan maka dilakukan uji coba pada produk usulan dengan membuat kuisioner tingkat kesesuaian terhadap responden sebanyak 30 orang pengguna. Hasil uji coba produk usulan ini menghasilkan data jawaban responden sebanyak 30 orang pengguna dalam bentuk tabel yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Uji Coba Meja dan Kursi Usulan

KRITERIA NO VARIABEL

SS S N TS STS Total 1 Luas Permukaan Meja 7 21 1 1 - 30 2 Fungsi Lubang Tempat Menaruh

Minuman 23 7 - - - 30

3 Gantungan Tas Pada Samping Meja 15 13 1 1 - 30 4 Kestabilan Meja 4 25 1 - - 30

Kesesuaian Tinggi Permukaan Meja Terhadap

5

Tinggi Dudukan Kursi

6 23 1 - - 30 6 Kenyamanan Dudukan Kursi 12 16 1 1 - 30 7 Kenyamanan Sandaran Kursi 15 14 - 1 - 30 8 Kestabilan Kursi 23 6 1 - - 30

Total 105 125 6 4 0 240

Catatan:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

N : Netral

TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah total poin SS dan S lebih besar daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (105+125) > (6+4+0) = 230 > 10 yang menandakan bahwa kesesuaian meja dan kursi usulan telah memberikan kenyamanan terhadap pengguna.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di atas maka dapat diperoleh data sebagai berikut ini:  Ukuran awal meja dan kursi restoran adalah sebagai berikut: Tinggi meja 76

cm, lebar meja 50 cm, panjang meja 65 cm, tinggi dudukan kursi 40 cm, lebar dudukan kursi 30 cm, panjang dudukan kursi 30 cm dan tinggi sandaran kursi 33 cm.

 Ukuran meja dan kursi restoran baru adalah sebagai berikut: Tinggi meja 71 cm, lebar meja 47 cm, panjang meja 72 cm, tinggi dudukan kursi 43 cm, lebar dudukan kursi 38 cm, panjang dudukan kursi 40 cm, Lebar sandaran 40 cm dan tinggi sandaran kursi 55 cm.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat di berikan dalam penelitian ini antara lain adalah: Bagi pembaca terutama produsen meja dan kursi hendaknya menerapkan hasil penelitian ini, baik itu dimensi ukuran meja dan kursi sebagai acuan atau standar ukuran, maupun berbagai tambahan fungsi pada meja khususnya meja dan kursi restoran cepat saji sebagai fasilitas atau tempat makan yang ergonomis.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Revisi, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Hanafi, Moh. Ali, 2011, Perancangan Ulang Kursi Kerja Yang Ergonomis Pada

Sistem Kerja Packing di PT. Walet Kencana Perkasa – Surabaya, UPN

“Veteran” Jatim.

Nurmianto, Eko, 2008, Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Guna Widya,

Jakarta.

Susiallina, Wahyu, 2005, Perancangan Ulang Kursi Kuliah Sebagai Upaya Untuk

Memperoleh Rancangan Alternatif Yang Lebih Ergonomis, UPN ”Veteran”

Jatim.

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas, UNIBA PRESS, Surakarta.