NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI (PEPER) Representasi Kuasa Militer Pada Film Merah Putih Ii: Darah Garuda (Studi Semiotika Pada Film Merah Putih II: Darah Garuda).

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI (PEPER)

REPRESENTASI KUASA MILITER PADA FILM MERAH PUTIH II: DARAH
GARUDA (Studi Semiotika Pada Film Merah Putih II: Darah Garuda)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kelengkapan Sidang Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi

MUHAMMAD FAIZAL AMRI
L 100070054

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

Keterlibatan militer dalam bidang-

LATAR BELAKANG

bidang nonmiliter disebabkan faktor-faktor


Militer telah tumbuh sebagai suatu

internal dan ekternal. Kepentingan angkatan

profesi bersama dengan profesi-profesi lain

bersenjata juga memainkan peran amat

yang diperlukan untuk mengatasi keadaan-

penting dalam keputusan militer untuk

keadaan sosial, politik, keamanan. Sebagai

campur

profesi, golongan militer dengan sendirinya

tangan


dalam

bidang

politik.

Militer

berlatar

(Samego, 1998: 63-64).

tidak hanya terdiri dari kelas bangsawan,

Melihat

melainkan telah pula merakyat dan dapat

film-film


sejarah Indonesia yang lain sebelum film

dijangkau oleh lapisan masyarakat bawah.

Darah Garuda ini dalam masa Orde Baru,
Semenjak

revolusi

kemerdekaan

seperti film G 30 S PKI (1965), Wolter

Indonesia terlibat angkatan bersenjata dalam

Monginsidi (1983), Janur Kuning (1979),

politik. Peran bidang politik dinamakan


dan Serangan Fajar (1981). Dalam film-film

peran sosial politik ABRI. Keterlibatan

tersebut

militer dalam bidang politik secara langsung
merupakan

gejala

politik

yang

tidak

Soeharto pada waktu itu. Film sejarah boleh
difilmkan


dianggap dapat mengganggu kehidupan

Berdasarkan

langsung dalam politik
mencegah

keputusan-keputusan

pengawasan

ketat

latar

belakang

permasalahan di atas maka menjadi alasan

diambilnya


politik

dengan

pemerintah (Sen, 2009:140).

politik. Pada pemerintah Orde Baru, ABRI

untuk

yaitu

tersebut adalah pengaruh dari kekuasaan

sosial politik yang dimainkan oleh moliter

bertujuan

heroisme


adalah Soeharto (Irawanto, 1999). Film-film

negara yang menganut paham liberal. Peran

secara

ideologi

mengherokan seseorang, dalam hal ini

disenangi dan selalu dicurangi oleh negara-

terlibat

ada

bagi

yang


peneliti

untuk

memilih

dan

menganalisis film Darah Garuda dengan

bertentangan dengan Pancasila, Proklamasi,

analisis semoitika. Sebagai bentuk pesan,

dan UUD 1945 (Samego,1998:60-61).
2

film ini terdiri dari berbagi tanda dan simbol


adegan

yang membentuk sebuah sistem makna.

menegangkan, berbahaya, nonstop

TINJAUAN PUSTAKA

dengan tempo cerita yang cepat.
2. Darama,

Film mendahukui radio dan televisi

aksi fisik atau komedi dan jarang
sekali menggunakan efek fisual.

dianggap sebagai sarana propaganda yang
ini

pertimbangan


didasarkan

bahwa

film

3. Epik Sejarah, menyajikan aksi

pada

pertempuran skala

mampu

4. Fantasi, merupakan

waktu relatif singkat. Disamping itu film
dipandang


memanipulasi

memiliki

kenyataan

berhubungan

kemampuan
yang

yang

film yang

dengan

tempat,

peristiwa, serta karakter yang tidak

tampak

nyata.

dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan

5. Perang;

kredibilitas (McQuail, 1987: 13).

Genre

film

yang

mengankat tema kengerian terror

Dalam dunia perfilman perkembangan

yang ditimbulkan oleh aksi perang.

gender film mengalami pasang suru. Tidak

Film-film perang memperlihatkan

selalu popular disepang masa. Kebanyakan

kegigihan,

film merupakan kombinasi dari berbagai

perjuangan,

dan

pengorbanan para tentara dalam

gender diantaranya :

melawan

1. Aksi yaitu film-film aksi yang
berhubungan

besar

berlangsung lama.

menjangkau sekian sebanyak orang dalam

juga

drama

Film drama tidak terfokus pada

tersembunyi

masyarakat biasa, bahkan pada awalnya ia

Hal

film-film

yang memotret kehidupan nyata.

idiologi. Secara fenomenal film berperan

ampuh.

seru,

setting, karakter, serta suasana

tujuan hiburan disamping menyebarluaskan

kebutuhan

fiksi

berhubungan dengan tema, cerita,

sebagai suatau sarana komunikasi untuk

memenuhi

aksi

dengan

2008:11-19).

adegan3

musuh

(Himawan,

Dalam

penyampaian

pesan,

para

kurang

pekerja media dituntut untuk menerangkan

dari

lingkup

yang

disepakati

(James,2008:185).

secara jelas. Tetapi pada akhirnya masih saja

Kuasa oleh Foucault tidak diartikan

terjadi perbedaan penggambaran pesan yang

“kepemilikan”. Kuasa menurut Foucault

disampaikan tergantung dari masing-masing

tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam

individu atau kelompok sosial tertentu.

suatu ruang lingkup tertentu di mana ada

Dengan demikian dari realitas media inilah

banyak posisi yang secara strategis berkaitan

yang

satu sama lain (Foucault dalam Eriyanto,

sering

disebut

representasi.

Representasi ini penting dalam dua hal

2001:65).

(Eriyanto, 2001:113).

Pandangan Foucault tentang kuasa

Representasi adalah bagaimana dunia

sebagai sesuatu yang bersifat positif dan

dikonstruksi dan direpresentasikan secara

produktif, dilihat dalam pemikiranya yang

sosial kepada dan oleh kita (Barker, 2005:9)

menegaskan

bahwa

konsepsi

tentang

Teori kuasa yang mendominasi ilmu-

kekuasaan yang seharusnya negatif sempit,

ilmu sosial adalah penafsiran atas kekuasaan

dan kasar tentang kekuasaan (Foucault

sebagai dominasi dan kekerasan (domination

dalam Eduardus, 2012:31).

and violance) (Risakotta(2004:467).

Teori

militer

dapat

digambarkan

Pemberi kuasa yang berkeinginan

sebagai komprehensif dari semua aspek

untuk memperluas kontrol terhadap kuasa

perang, pola dan struktur bagian dalam, dan

melampaui wewenang yang diberikan oleh

saling hubungan dari berbagai komponen/

kuasa, maka kuasa memiliki kepentinan

elemen di antaranya politik, ekonomi, dan

untuk membatasi kontrol pemberi kuasa

sosial hubungan dalam masyarakat di antara

sesuai

masyarakat yang menciptakan konflik dan

dengan

lingkup

pelimpahan

haktersebut atau mengurangi haknya hingga

menyebabkan

perang.

Teori

militer

menjelaskan bagaimana untuk melakukan

4

dan memenangkan perang. Teori militer

Penelitian

ini

menggunakan

dibedakan menurut ruang lingkup. Dalam

pendekatan semiotika, yaitu metode untuk

teori militer umumnya dari kesepakan

menganalisis dan menginterpretasikan data

perang dengan perang sebagai keseluruhan,

atau tanda yang berupa teks media. Teks

terlepas dari tujuan dan sekala. Teori militer

media yang dimaksud bukan hanya dialog

difokuskan

pada

dari

antar pemain tetapi juga meliputi gerak

permusuhan

dan

kekuatan

tubuh, ekpresi, musik, setting pengambilan

tipe

tertentu

penggunaan

militer seperti pemberontakan dan kontra,

gambar dan sebaginya.

terorisme dukungan kebijakan luar negeri

Penelitian

ini

akan

dan operasional perdamaian (Milan Vego,

mengintrepretasikan apapun yang terdapat

2011:60).

dalam

METODE

merepresentasikan

kualitatif.

Penelitian

Darah

Garuda

unsur

kuasa

yang
militer,

melalui dialog antar pemain, adegan, stting,

Dalam penelitian ini digunakn metode
diskriptif

film

pengambilan gambar, pencahayaan. Dalam

tidak

pengambilan data penulis menggunakan

menggunakan angka-angka sebagai ukuran

pendekatan semiotika Roland Barthes.

akan tetapi menggunakn teori yang sesuai

Fokus perhatian Roland Barthes lebih

untuk menggali isi atau pesan yang ada

tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua

dalam film Darah Garuda.

tahap (two order of signification) seperti

Penelitian kualitatif merupakan Jenis

terlihat pada gambar berikut;

penelitian tidak menggunakan data yang
terdiri dari angka-angka sebagai ukuran,
tetapi lebih bersifat kategori subtansif yang
kemudian diinterpretasikan dengan rujukan,
acuan atau referensi secara ilmiah (Pawito,
2008:22).
5

adalah

Model semiotika model Barthes

menaturalisasi

sejarah

(Fiske,

penelitian

tersebut

2012:141-145).
Tataran
Pertama

realitas

Tataran
Kedua

tanda

budaya

Jadi,
denotasi

Penanda

konota
si

bentuk

dalam

peneliti menggunakan semiotiksa Rolland

petanda
isi

Bartes dalam menganalisis simbol-simbol

mitos

militer pada film Merah Putih 2: Darah

Gambar 1.3. Two Orders of

Garuda.

Signification dari Barthes (Fiske, 2012:145

ANALISIS
Denotasi merujuk pada apa yang
Simbol-simbol dalam film Merah

diyakini akal sehat/ orang banyak (common
sense) makna yang diamati Dari

Putih II: Darah Garuda ini memiliki makna,

sebuah

yang akan dianalisis dengan semiotika

tanda. Konotasi merupakan cara kerja tanda

komunikasi Roland Barthes dimana alur

dimana terjadi ketika tanda bertemu dengan

pemaknaan

perasaan dari nilai-nilai dalam budaya.

ketika

selalu

dan tahap mitos. Berikut ini pemaknaannya

ke arah pemikiran subjektif atau setidaknya
yaitu

semiotika

melibatkan tahap denotasi, tahap konotasi,

Dalam pemaknaan tanda, terjadi pergerakan

intersubjektif

simbol

yang dapat dianalisis dalam penelitian ini:

interpretasi

A. Representasi Kuasa Laki-laki dalam

(interpretant) dipengaruhi sama kuatnya

Militer

antara penafsir (interpreter) dan objek atau

B. Representasi Kuasa TNI atas Lascar

tanda itu sendiri. Bagi Barthes, faktor utama

Rakyat

dalam konotasi adalah penanda dalam

Proses pemaknaan dilalui dalam dua

tatanan pertama. Mitos sebagai mata rantai

aspek,

dari konsep-konsep yang berelasi. Cara kerja
mitos menurut Barthes yang paling penting
6

yaitu

aspek

sosial

dan

aspek

sinematografi. Aspek

sosial

ini

akan

menjelaskan adegan apa saja dalam film

Belanda melakukan kekerasan terhadap

ditinjau

dua perempuan yang ingin membela

dari

merepresentasikan

aspek

sosial

yang

adanya penggambaran

diri.

kuasa militer. Dalam aspek sinematografi,
film akan dikaji berdasarkan kaidah kaidah

sinematografi,

apa

yang

menggambarkan kuasa militer.. Kemudian

Gambar 1.2

dilakukan analisis mitos terhadap tema

Dua Perempuan yang ingin membela diri

dalam scene tersebut. Berikut analisis kuasa
militer dalam film “Merah Putih 2: Darah

Laki-laki

Garuda”.

dibandingkan

dengan perempuan. Dalam dominasi laki-

A. Representasi Kuasa Laki-laki dalam

laki sebetulnya muncul sebuah kekerasan.

Militer

Ciri-ciri yang membedakan laki-laki dan

Film Merah Putih II: Darah

perempuan dirumuskan secara positif dalam

Garuda menceritakan tentang empat

organisasi masyarakat. Pembagian kerja

pemuda adalah Amir, Dayan, Tomas

dalam bentuk tugas rumah tangga bagi

dan Marius bersatu untuk melancarkan

perempuan dan aktivitas publik untuk laki-

sebuah serangan terhadap Belanda demi

laki adalah sebagian dari fakta sejarah.

para perempuan yang mereka cintai.

Profesi tertentu, misalnya pemuka agama

Pada makna level denotasi laki-

hanya didominasi olerh laki-laki, karena

laki dapat diartikan sebagai orang yang

dikondisikan oleh konteks sosial budaya

mempunyai kumis. Laki-laki dapat

(Yayasan Jurnal Perempuan, 2001:13).

diartikan pemberani. Dalam film Merah
Putih II: Darah Garuda, dalam korpus
satu,

dominan

menceritakan bahwa

pasukan

7

dengan

B. Representasi kuasa TNI atas lascar

Partai

Komunis.

Laskar-laskar

tersebut begitu besar untuk pertahanan

rakyat
Dalam film Merah Putih II:

melawan Belanda, setelah adanya tentara

Darah Garuda TNI digambarkan sebagai

resmi

(TKR/TRI)

organisasi militer yang membela rakyat

menilbulkan masalah untuk berkoordinasi

Indonesia. Film tersebut menceritakan

melawan belanda (Yahya, 2002: 33-34) .

pasukan TNI berkuasa untuk memimpin

lama

kelamaan

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e
enough memory to open the image, or the image may hav e
been corrupted. Restart y our computer, and then open the file
again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the
image and then insert it again.

rakyat dan pemuda yang mempunyai
senjata untuk merebut kembali tanah air
tercinta Indonesia.

Gambar 1.6
Sersan Yanto memberikan instruksi

Pada

gambar

diatas

menggunakan

pengambilan gambar medium shot. Dimana
sutradara

Gambar 1.5

latihan

dasar

Indonesia

kemiliteran,

memperlihatkan

semua

pemainnya. Gambar diatas menceritakan

Para pemuda mendatangi para pemberontak

Pemuda-pemuda

ingin

Sersan Yanto memerintahkan pasukannya

diberi

untuk

sehingga

masuk

ke

dalam

melakukan

mengakibatkan

macam

pasukan Belanda dan disamping itu Letnan

organisasi pemuda bersenjata yang dikenal

Marius memberikan motifasi kepada tentara

sebagai senutan laskar. Yang

Indonesia,

brbagai

paling

balasan

untuk

merupakan kesatuan militer penuh. Hal ini
timbul

serangan

truk

kepada

berpengaruh di antara laskar laskar pada

Letnan Marius : “ Tentara Revolusioner

masa proklamasi ialah Pemuda Sosialis

harus

Indonesia dan Laskar Rakyat yang mengkait

8

siap

berjuang

hingga

titik

persyaratan

darah

profesional

seperti

penghabisan“

keahlian, pendidikan dan pelatihan

Pada level donotasi, di dalam korpus

untuk korps 18 perwira. Bahkan

14 ini Letnan Marius memberikan motifasi

banyak

kepada semua tentara Indonesia untuk

tentara, tapi karena pengadilan

melakukan serangan balik kepada pasukan

bangsa maka masuk tentara“ (1988:

Belanda.

xxi).

Menurut

Iswandi

(1998:12)

menyatakan tentara revolusioner jelas dapat

Garuda memperlihatkan tentang representasi

pada kebutuhan dan kekuatan fisik.

kuasa laki-laki atas militer dan kuasa

Pada level pemaknaan konotasi dapat
korpus

14

Tentara Nasional Indonesia atas Laskar

ini

Rakyat. Berdasarkan analisis yang dilakukan

menggambarkan tentara revolusioner bagian

peneliti melalui korpus film Merah Putih II:

dari militer yang mempunyai semangat
bertempur.

Pada

pertempuran

Darah

tersebut

pemerintah

Indonesia

Garuda

semiotika

banyak terdapat laskar rakyat. Pada awal
revolusi,

jadi

Pada film Merah Putih II: Darah

karena tentara revolusioner lahir didasarkan

bagaimana

bermaksud

KESIMPULAN

dibedakan dari profesional dan pretorion

dilihat

sekali

dengan

Roland

menggunakan

Barthes

yang

menunjukkan representasi kuasa militer.

tidak

Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat di

membentuk tentara resmi. Menurut Amos

ambil dari hasil penelitian :

Permuter dalam Iswandi (1998: 12) bahwa

1. Representasi

lahirnya tentara revolusioner merupakan

kuasa

militer

ditunjukan dengan adanya pasukan

hasil proses persenjataan seluruh bangsa,

Belanda

Magenda mengatakan bahwa

menguasai

rakyat

Indonesia dan sebagian wilyah

“ Dalam situasi demikian,

Indonesian di pulau Jawa.

tidakkah mungkin melaksanakan

9

A. Melalui kuasa laki-laki dalam militer,
laki-laki

memperlihatkan

tebuka, maka diharapkan akan ada

sifat

penelitian yang lebih mendalam

pemberani dan kuat dalam menghadapi

yang

mara bahaya.

dengan

dapat

metode

diantaranya

B. SARAN
Penelitian

ini

bersifat

subjektif

Wacana

dikombinasikan
penelitian

dengan
Kritis,

Analisis

analisi

isi.

sehingga tidak menutup kemungkinan dalam

Sehingga penelitian berikutnya

menginterpretasikan kuasa militer, setiap

dapat

orang berbeda karena memiliki pandangan

mengembangkan

masing masing. Peneliti menyadari bahwa

lebih baik dan lebih tajam.

melengkapi
agar

dan
menjadi

penelitian ini jauh dari sempurna dan masih

PERSANTUNAN

banyak kekurangannya. Maka dari itu

Penulis mengucapkan terimakasih kepada

peneliti memberikan saran untuk beberapa

Fajar Junaedi, S. Sos M. Si, selaku

kalangan

pembimbing I, Nur Latifa Umi Satiti, S. Sos

yang

berhubungan

dengan

penelitian tersebut diantaranya :

dan Rinasari Kusuma, S.Sos M. IKom,

1. Masih banyak berbagai bentuk
kuasa

yang

sekalu

Pembimbing

II

yang

telah

terdapat

dalam

memberikan arahan dan bimbingan dengan

kehidupan

masyarakat.

Maka

penuh

diharapkan

masyarakat

dapat

naskah publikasi dapat diselisaikan.

bersikap

tidak

kekuasaan

menggunakan

tersebut

dengan

penyusunan

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta:

2. Penelitian mengenai film Merah
II:

sehingga

DAFTAR PUSTAKA

semena-mena.

Putih

kesabaran

Darah

LKIS.

Garuda

merupakan kajian yang bersifat

10

Fiske,

John.

2012.

Komunikasi.

Pengantar

Jakarta:

PT.

Ilmu

Burton, Graeme (2000), Membincangkan

Raja

Televisi: Sebuah Pengantar Kepada

Grafindo Persada.

Televisi. Yogyakarta dan Bandung:
Jalasutra.

Iswandi. 2000. Bisnis Militer Orde Baru:
Keterlibatan ABRI Dalam Bidang

Pawito.2008.

Ekonomi

Kualitatif. Yogyakarta: LKIS

Terhadap
Otoriter

dan

Pengaruhnya

Pembentukan

Rezim

Bandung : PT Remaja

Rosdakarya
Sen, Krishna. 2009. Kuasa Dalam Sinema:
Negara, Masyarakat dan Sinema
Orde Baru. Yogyakarta: Ombak.
Samego,

Indria.

1998.

Bila

ABRI

Berbisnis.Bandung: Mizan.
McQuail, Denis, 1987. Teori Komunikasi
Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Muhaimin, A.Yahya. 2002. Perkembangan
Militer dalam Politik Indonesia 19451966.

Yogyakarta:

Gadjah

Mada

University Press.
Berger, Arthur Asa. 1999. Teknik-teknik
Analisa Media. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Atma Jaya.
11

Penelitian

Komunikasi