Efektivitas Antifungi Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L.) In Vitro Terhadap Candida albicans.

(1)

iv ABSTRAK

EFEKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) IN VITRO TERHADAP Candida albicans

Rudi Chandra, 2010 ; Pembimbing I : Triswaty Winata, dr., MKes

Pembimbing II : Endang Evacuasiany, Dra.,Apt.M,S.AFK Fungi yang menyebabkan mikosis opportunistik yang paling sering adalah Candida albicans, Cryptococcus neoformans, dan Aspergillus fumigatus. Perkiraan insidensi tahunan dari mikosis invasif Candida adalah 72 sampai 228 infeksi per sejuta populasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan aktivitas antimikroba ekstrak herba seledri terhadap Candida albicans secara invitro dengan mengetahui diameter zona hambat yang ditimbulkannya.

Metode yang digunakan adalah “disc diffusion” dengan melakukan pengamatan zona inhibisi yang ditimbulkan oleh konsentrasi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) terhadap Candida albicans kemudian zona hambat diukur. Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya zona inhibisi dengan rata-rata diameter 13,9 mm. Pada pengujian tes sensitivitas terhadap nystatin sebagai kontrol positif didapatkan rata-rata terbentuknya zona inhibisi sebesar 29,3 mm. Diameter zona inhibisi yang ditimbulkan ekstrak herba seledri lebih kecil daripada nystatin.

Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak herba seledri mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans secara invitro. Zona hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak herba seledri bersifat intermediate terhadap Candida albicans.

Kata kunci : Candida albicans, seledri (Apium graveolens L.), nystatin, zona hambat


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF ANTIFUNGAL OF CELERY HERB EXTRACT (Apium graveolens L.) AGAINST Candida albicans IN VITRO

Rudi Chandra, 2010 ; Tutor I : Triswaty Winata, dr., MKes

Tutor II : Endang Evacuasiany, Dra.,Apt,.M,S.AFK Fungi which most often cause opportunistic mycosis are Candida albicans, Cryptococcus neoformans, and Aspergillus fumigatus. The estimation of invasive Candida mycosis’ annual incidence is 72 to 228 infections per one million populations.

The purpose of this study is to prove the antimicrobial activity of celery herb extracts against Candida albicans invitro by knowing the diameter of inhibition zone, which is caused by the reaction.

The method that is used is the "disc diffusion" by observing inhibition zones, which is caused by the celery herb extract (Apium graveolens L.) concentration against Candida albicans. Then the inhibition zone is measure.

The obtained result is the formation of inhibition zones with an average diameter of 13.9 mm. On the sensitivity test where nystatin acts as positive controller, an average 29.3 mm inhibition zone is obtained. The diameter of inhibition zone caused by celery herb extracts is smaller than nystatin’s.

Therefore, it can be concluded that the celery herb extracts has antifungal activity against Candida albicans in vitro. The inhibition zone, which is produced by celery herb extracts against Candida albicans is intermediate.

Key words: Candida albicans, celery (Apium graveolens L.), nystatin, inhibition zone


(3)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan ... 2

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2

1.5. Landasan Teori ... 3

1.6. Metodologi ... 3

1.7. Waktu dan Tempat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antimikroba ... 4

2.1.1 Antimikroba Mikosis Subkutan dan Sistemik ... 5

2.1.1.1 Amfoterisin B ... 5

2.1.1.2 Flusitosin ... 7

2.1.1.3 Itrakonazol ... 9

2.1.2 Antijamur Mikosis Kutan/ Superfisial ... 9

2.1.2.1 Griseofulvin ... 9


(4)

ix

2.2 Mikologi ... 12

2.2.1 Sifat dan Struktur Fungi ... 13

2.2.2 Morfologi Fungi ... 15

2.2.3 Reproduksi Fungi ... 16

2.2.4 Klasifikasi Fungi ... 18

2.2.4.1 Klasifikasi Taksonomi Fungi ... 18

2.2.4.2 Klasifikasi Mikosis pada Manusia ... 19

2.2.5 Candida spp. ... 21

2.2.5.1 Deskripsi dan Habitat Alami ... 21

2.2.5.2 Spesies Candida ... 21

2.2.5.3 Candida albicans ... 24

2.3 Kandidiasis ... 26

2.4 Tanaman Seledri (Apium graveolens l.) ... 28

2.4.1 Asal dan Kegunaan Tanaman Seledri ... 29

2.4.2 Uraian Tentang Tanaman Seledri ... 30

2.4.3 Kandungan Kimia ... 30

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/ Subjek Penelitian ... 39

3.1.1 Bahan Penelitian ... 39

3.1.2 Subjek Penelitian ... 40

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.2 Metode Penelitian ... 40

3.2.1 Desain Penelitian ... 40

3.2.2 Variabel Penelitian ... 41

3.2.3 Prosedur Kerja ... 41

3.2.3.1 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 41

3.2.3.2 Sterilisasi Alat ... 41

3.2.3.2.1 Sterilisasi Kering ... 41


(5)

x

3.2.3.3 Persiapan Bahan Uji ... 42

3.2.3.4 Persiapan Kontrol Pembanding ... 42

3.2.3.5 Persiapan Media Agar ... 43

3.2.4 Metode Analisis ... 43

3.2.4.1 Identifikasi Mikroorganisme Uji ... 43

3.2.4.2 Pembuatan Suspensi Mikroorganisme ... 44

3.2.4.3 Pengujian Efektivitas Sediaan Ekstrak Herba Seledri Terhadap Candida albicans ... 45

3.2.4.4 Pengamatan dan Percatatan Hasil Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Pengamatan Diameter Zona Hambat Ekstrak Herba Seledri Terhadap C. albicans ... 46

4.1.2 Hasil Tes Sensitifitas Antimikroba (Kontrol Positif) ... 47

4.2 Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Obat Antifungal ... 5

Tabel 2.2 Perbedaan Komposisi Dinding Sel Fungi Pada Berbagai Stadium Pertumbuhan atau Diferensiasi ... 14

Tabel 2.3 Spesies Umum yang Menyebabkan Invasif Kandidiasis ... 22

Tabel 2.4 Faktor Predisposisi Terjadinya Kandidiasis ... 27

Tabel 2.5 Kandungan Seledri per 110 Gram ... 32

Tabel 4.1 Pengaruh Ekstrak Herba Seledri Terhadap Candida albicans ... 46


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Fungi ... 14

Gambar 2.2 Struktur Dinding Sel Fungi ... 15

Gambar 2.3 Reproduksi Aseksual Fungi ... 16

Gambar 2.4 Reproduksi Seksual Fungi ... 17

Gambar 2.5 Siklus Reproduksi Fungi secara Seksual dan Aseksual ... 17

Gambar 2.6 Makroskopik dan Mikroskopik Candida albicans ... 25

Gambar 2.7 Pewarnaan gram Candida albicans dan Makroskopik pada medium cornmeal agar ... 25

Gambar 2.8 Pembentukan germ tube Candida albicans ... 26

Gambar 2.9 Tanaman Seledri ... 31

Gambar 2.10 Bunga dan Biji Seledri ... 31

Gambar 2.11 Struktur Dasar Sapogenin ... 33

Gambar 2.12 Mekanisme Kerja Saponin Terhadap Membran Fungi ... 34

Gambar 2.13 Struktur Kimia Flavonoid ... 36

Gambar 2.14 Struktur Kimia Apigenin ... 37


(8)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Aktivitas Ekstrak Herba Seledri ... 47 Grafik 4.2 Aktivitas Antimikroba Nystatin ... 48


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Pengaruh Ekstrak Herba Seledri Terhadap

Candida albicans ... 55 2. Gambar Hasil Tes Sensitivitas Antimikroba (Kontrol Positif) ... 58


(10)

55 LAMPIRAN

1. Gambar Pengaruh Ekstrak Herba Seledri Terhadap Candida albicans

Petri 1 : Zona Hambat 15 mm Petri 2 : Zona Hambat 13,5 mm

Petri 3 : Zona Hambat 15,5 mm Petri 4 : Zona Hambat 16 mm


(11)

56

Petri 7 : Zona Hambat 12 mm Petri 8 : Zona Hambat 11,5 mm

Petri 9 : Zona Hambat 13 mm Petri 10 : Zona Hambat 14 mm

Petri 11 : Zona Hambat 12,5 mm Petri 12 : Zona Hambat 14 mm


(12)

57


(13)

58

2. Gambar Hasil Tes Sensitivitas Antimikroba Nystatin (Kontrol Positif)

Nystatin 1 : Zona Hambat 28 mm Nystatin 2 : Zona Hambat 30 mm


(14)

59

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rudi Chandra Nomor Pokok Mahasiswa : 0710209

Tempat dan Tanggal Lahir : Langsa, 28 Juni 1989

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto no. 179, Binjai, Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan :

TK Methodist Binjai, lulus tahun 1996 SD Methodist Binjai, lulus tahun 2001 SMP Methodist Binjai, lulus tahun 2004 SMA Methodist Binjai, lulus tahun 2007


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frekuensi mikosis yang disebabkan oleh fungi opportunistik patogen telah meningkat secara signifikan selama lebih dari dua dekade terakhir. Hal ini meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta dihubungkan langsung dengan peningkatan populasi pasien yang berisiko untuk perkembangan infeksi fungi, termasuk pasien yang sedang mendapatkan transfusi dan transplantasi sumsum tulang dan organ solid, pembedahan mayor (terutama operasi saluran pencernaan), AIDS, penyakit keganasan, terapi immunosupresi, umur lanjut, dan bayi lahir prematur (Murray et all, 2005).

Fungi penyebab mikosis opportunistik yang paling sering adalah Candida albicans, Cryptococcus neoformans, dan Aspergillus fumigatus. Perkiraan insidensi tahunan dari mikosis invasif Candida adalah 72 sampai 228 infeksi per sejuta populasi (Murray et all, 2005). Diabetes mellitus, kontrasepsi oral, dan kehamilan dapat mempercepat perkembangan infeksi, dengan manisfestasi sebagai plak putih kecil yang disertai dengan leukorrhea dan pruritus (Kumar et al., 2004).

Di beberapa negara Asia dan Afrika, 80% dari populasi bergantung pada pengobatan tradisional sebagai primary health care (WHO, 2008). Hasil Susenas tahun 2007 menunjukkan, di Indonesia sendiri keluhan sakit yang diderita penduduk Indonesia sebesar 28,15%. Dari jumlah tersebut ternyata 65,01% memilih pengobatan sendiri dengan menggunakan obat dan 38,30% lainnya memilih menggunakan obat tradisional. Jadi, jika penduduk Indonesia diasumsikan sebanyak 220 juta jiwa, maka yang memilih menggunakan obat tradisional sebanyak kurang lebih 23,7 juta jiwa, suatu jumlah yang sangat besar.


(16)

2

Nistatin banyak digunakan untuk mengobati infeksi Candida. Sekalipun nistatin mempunyai struktur kimia dan mekanisme kerja mirip amfoterisin B, nistatin lebih toksik sehingga tidak digunakan sebagai obat sistemik (Setiabudy et al., 2007).

Dari sebuah penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui beberapa tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan Candida, yaitu seledri, bawang putih, sambiloto, jahe, kunyit, dan sebagainya (Sundari dan Winarno, 2001). Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa tanaman-tanaman tersebut dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan seledri untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan hiperkolesterolemia cukup baik. Namun efektivitas seledri sebagai anti-Candida dirasakan masih kurang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek seledri sebagai anti-Candida.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian ini berdasarkan latar belakang adalah

Apakah ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) menghambat pertumbuhan Candida albicans.

 Apakah zona hambat yang dihasilkan ekstrak herba seledri sesuai dengan zona hambat standar (nistatin).

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud Penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antifungi ekstrak herba seledri terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Tujuan Penelitian adalah mengetahui diameter zona hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak herba seledri terhadap Candida albicans secara invitro.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis adalah menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran mengenai kegunaan seledri sebagai anti-Candida.


(17)

3

Manfaat praktis adalah masyarakat dapat menggunakan seledri sebagai salah satu obat alternatif untuk mengobati infeksi Candida albicans bila efektivitasnya terbukti.

1.5 Landasan Teori

Kandungan kimia seledri antara lain riboflavin, vitamin B6, asam pantotenik, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin A, vitamin C, vitamin K, folat, kalium, mangan. Batangnya mengandung flavonoid, saponin, tanin (1%), minyak atsiri (0,033%), flavo-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagina, dan zat pahit. Akarnya mengandung manit, zat pati, lendir, pentosan, glutamin, dan tirosin. Daun seledri mengandung protein, belerang, dan zat besi. Bijinya mengandung minyak atsiri dan alkaloid (Kurniawati, 2010).

Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap fungi. Mekanisme utama aktivitas antifungal dari saponin adalah interaksinya dengan membran sterol (Francis et al., 2002). Saponin yang berikatan dengan sterol pada membran akan membentuk agregasi. Agregasi ini menimbulkan pembentukan lubang pada membran atau mengekstrak sterol pada membran dengan membentuk kompleks tubular atau bulat di luar membran (Morrissey and Osbourn, 1999).

1.6 Metodologi

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Metode yang digunakan

adalah “disc diffusion” dengan melakukan pengamatan zona inhibisi yang

ditimbulkan oleh konsentrasi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) terhadap Candida albicans. Pengukuran zona hambat dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat Penelitian : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha


(18)

50 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

Ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans secara in vitro.

 Zona hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak herba seledri lebih kecil dibandingkan zona hambat standar (nistatin), tapi bersifat intermediate terhadap Candida albicans.

5.2Saran

Saran-saran yang dapat diajukan adalah perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai :

Pengujian aktivitas antifungi seledri dengan membandingkan bentuk sediaan infusa dan ekstrak;

Pengujian sifat antifungi seledri, apakah bersifat fungistatik atau bersifat fungisidal;

Uji klinis untuk mengetahui aktivitas seledri sebagai antifungi pada manusia.


(19)

51

DAFTAR PUSTAKA

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc. p. 623-651.

Bruneton J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. 2nd ed. France : Intercept Ltd,. p. 310-326, 370-385, 672-684.

Deacon J.W. 1997. Modern Microbiology. 3rd ed. London: Blackwell Science Ltd. p. 29-46, 66-69, 104-108, 254-291.

Doctor Fungus. 2003. Candida spp.

http://www.doctorfungus.org/thefungi/Candida_spp.htm. Diunduh 19 November 2010.

______ 2003. Candida albicans.

http:/www.doctorfungus.org/thefungi/Candida_albicans.htm. Diunduh 19 November 2010.

Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X. 2009. Antifungal Drugs. In R.A. Harvey and P.C. Champe. Lippincott’s Illustrated Reviews : Pharmacology. 4th ed. Philadelphia, USA : Wolters Kluwer. p. 407-409.

Foster. 1997. Germs: Viruses, Bacteria, and Fungi.

http://www.peteducation.com/article.cfm?c=16+2160&aid=2956. Diunduh 17 November 2010.

Francis G., Kerem Z., Harinder P.S., Makkar, Becker K. 2002. The biological action of saponins in animal systems: a review.

http://www.iaea.org/nafa/d3/public/saponin-03-bjn.pdf. Diunduh 11 November 2010.

Hartono N.S. 2008. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L.) pada Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand yang Dibebani Glukosa.

http://etd.eprints.ums.ac.id/1000/1/K100040062.pdf. Diunduh 22 oktober 2010. Hathway D.E. 1962. The Condensed Tannins. In Hillis W.E. In Wood Extractives.


(20)

52

Hostettmann K.A. and Marston A. 1995. Saponins. Chemistry and pharmacology of natural products. Cambridge, United Kingdom : Cambridge University Press.

Iqbal, M., Sulistyorini E., Asyiah, N. 2009. Seledri (Apium graveolens L.). http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=584. Diunduh 18 November 2010. Kumar V., Abbas A.K., Fausto N. 2005. The Female Genital Tract. In C.P. Crum.

Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia, USA : Elsevier-Saunders. p. 1062-1064.

Kurniawati N. 2010. Sehat & Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur. Bandung: Qanita. p. 104-106.

Mills S. and Bone K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy (Modern Herbal Medicine). London : Churchill Livingstone. p. 31-45.

Morrissey J.P. and Osbourn A.E. 1999. Fungal Resistance to Plant Antibiotics as a Mechanism of Pathogenesis. http://mmbr.asm.org/cgi/content/full/63/3/708. Diunduh 20 Agustus 2010.

Murray P.R., Rosenthal K.S., Pfaller M.A. 2005. Medical Microbiology. 5th ed. Philadelphia, USA: Elsevier Inc. p. 67-73, 709, 739, 779-787.

Porter L.J. 1994. Flavans and proanthocyanidins. In: Harborne, J.B. (ed.). The Flavonoids, Advances in Research Since 1986. New York: Chapman and Hall.

Revista Iberoamericana de Micologίa. 1999. Candida albicans.

http://www.reviberoammicol.com/photo_gallery/Candida/albicans/., Diunduh 19 November 2010.

Sahelian, Ray. 2006. Apigenin. http://www.raysahelian.com/apigenin.html. Diunduh 18 November 2010.

Salvo A.D. 2010. Mycology-Chapter Three Yeasts.

http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm. Diunduh 19 november 2010.

Sandhyarani N. 2010. Fungi: Reproduction in Fungi.

http://www.buzzle.com/articles/fungi-reproduction-in-fungi.html. Diunduh 19 November 2010.


(21)

53

Setiabudy R., Suyatna F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi. 1995. Obat Jamur. In Ganiswarna S.G. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. p. 560-562, 567-568.

Subiarto, Mirawaty. 2002. Penyerapan Sr-90 Dengan Tanin.

http://www.digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/HSL PENEL P2PLR TH 2002/SUBIARTO-43.pdf. Diunduh 20 November 2010.

Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Yogyakarta : Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM. p. 22-52.

Sundari D. dan Winarno M.W. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11InformasiTumbuhanObatsebaga iAntiJamur130.pdf/11InformasiTumbuhanObatsebagaiAntiJamur130.html. Diunduh 25 November 2009.

Thomson. 2002. Why do fungi reproduce both sexually and asexually?. http://163.16.28.248/bio/activelearner/25/ch25c4.html.

Diunduh 20 November 2010.

Tritz . 2000. The Fungi-General Properties.

http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm. Diunduh 17 November 2010.

Volk, W.A., Brown, J.C. 1997. Antimicrobial Agents In Therapy. In : Bonnie Roesch. Basic Microbiology. 8th edition. USA: Addison-Wesley Educational Publishers, Inc. p. 244-259.

WHO. 2008. Traditional Medicine.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/index.html. Diunduh 25 November 2009.

Zamri R.J. 2008. Validasi Metode Penentuan Kadar Apigenin Dalam Ekstrak Seledri Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/17983/1/G08rjz_abstract.pdf. Diunduh 20 November 2010.


(22)

54

http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/std/germ.html. Diunduh 20 November 2010.

http://www.tutorvista.com/content/biology/biology-iii/kingdoms-living world/fungal-reproduction.php. Diunduh 20 November 2010.

http://www.microbelibrary.org/index.php/library/2-associated-figure-resource/368-candida albicans-labeled-view. Diunduh 20 November 2010. http://hillbotanical.com/product_info.php?cPath=36_55&products_id=140.


(1)

3

Manfaat praktis adalah masyarakat dapat menggunakan seledri sebagai salah satu obat alternatif untuk mengobati infeksi Candida albicans bila efektivitasnya terbukti.

1.5 Landasan Teori

Kandungan kimia seledri antara lain riboflavin, vitamin B6, asam pantotenik, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin A, vitamin C, vitamin K, folat, kalium, mangan. Batangnya mengandung flavonoid, saponin, tanin (1%), minyak atsiri (0,033%), flavo-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagina, dan zat pahit. Akarnya mengandung manit, zat pati, lendir, pentosan, glutamin, dan tirosin. Daun seledri mengandung protein, belerang, dan zat besi. Bijinya mengandung minyak atsiri dan alkaloid (Kurniawati, 2010).

Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap fungi. Mekanisme utama aktivitas antifungal dari saponin adalah interaksinya dengan membran sterol (Francis et al., 2002). Saponin yang berikatan dengan sterol pada membran akan membentuk agregasi. Agregasi ini menimbulkan pembentukan lubang pada membran atau mengekstrak sterol pada membran dengan membentuk kompleks tubular atau bulat di luar membran (Morrissey and Osbourn, 1999).

1.6 Metodologi

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Metode yang digunakan adalah “disc diffusion” dengan melakukan pengamatan zona inhibisi yang ditimbulkan oleh konsentrasi ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) terhadap Candida albicans. Pengukuran zona hambat dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat Penelitian : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha


(2)

50 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

Ekstrak herba seledri (Apium graveolens L.) mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans secara in vitro.

 Zona hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak herba seledri lebih kecil dibandingkan zona hambat standar (nistatin), tapi bersifat intermediate terhadap Candida albicans.

5.2Saran

Saran-saran yang dapat diajukan adalah perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai :

Pengujian aktivitas antifungi seledri dengan membandingkan bentuk sediaan infusa dan ekstrak;

Pengujian sifat antifungi seledri, apakah bersifat fungistatik atau bersifat fungisidal;

Uji klinis untuk mengetahui aktivitas seledri sebagai antifungi pada manusia.


(3)

51

DAFTAR PUSTAKA

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc. p. 623-651.

Bruneton J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. 2nd ed. France : Intercept Ltd,. p. 310-326, 370-385, 672-684.

Deacon J.W. 1997. Modern Microbiology. 3rd ed. London: Blackwell Science Ltd. p. 29-46, 66-69, 104-108, 254-291.

Doctor Fungus. 2003. Candida spp.

http://www.doctorfungus.org/thefungi/Candida_spp.htm. Diunduh 19 November 2010.

______ 2003. Candida albicans.

http:/www.doctorfungus.org/thefungi/Candida_albicans.htm. Diunduh 19 November 2010.

Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X. 2009. Antifungal Drugs. In R.A. Harvey and P.C. Champe. Lippincott’s Illustrated Reviews : Pharmacology. 4th ed. Philadelphia, USA : Wolters Kluwer. p. 407-409.

Foster. 1997. Germs: Viruses, Bacteria, and Fungi.

http://www.peteducation.com/article.cfm?c=16+2160&aid=2956. Diunduh 17 November 2010.

Francis G., Kerem Z., Harinder P.S., Makkar, Becker K. 2002. The biological action of saponins in animal systems: a review.

http://www.iaea.org/nafa/d3/public/saponin-03-bjn.pdf. Diunduh 11 November 2010.

Hartono N.S. 2008. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L.) pada Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand yang Dibebani Glukosa.

http://etd.eprints.ums.ac.id/1000/1/K100040062.pdf. Diunduh 22 oktober 2010. Hathway D.E. 1962. The Condensed Tannins. In Hillis W.E. In Wood Extractives.


(4)

52

Hostettmann K.A. and Marston A. 1995. Saponins. Chemistry and pharmacology of natural products. Cambridge, United Kingdom : Cambridge University Press.

Iqbal, M., Sulistyorini E., Asyiah, N. 2009. Seledri (Apium graveolens L.). http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=584. Diunduh 18 November 2010. Kumar V., Abbas A.K., Fausto N. 2005. The Female Genital Tract. In C.P. Crum.

Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia, USA : Elsevier-Saunders. p. 1062-1064.

Kurniawati N. 2010. Sehat & Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur. Bandung: Qanita. p. 104-106.

Mills S. and Bone K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy (Modern Herbal Medicine). London : Churchill Livingstone. p. 31-45.

Morrissey J.P. and Osbourn A.E. 1999. Fungal Resistance to Plant Antibiotics as a Mechanism of Pathogenesis. http://mmbr.asm.org/cgi/content/full/63/3/708. Diunduh 20 Agustus 2010.

Murray P.R., Rosenthal K.S., Pfaller M.A. 2005. Medical Microbiology. 5th ed. Philadelphia, USA: Elsevier Inc. p. 67-73, 709, 739, 779-787.

Porter L.J. 1994. Flavans and proanthocyanidins. In: Harborne, J.B. (ed.). The Flavonoids, Advances in Research Since 1986. New York: Chapman and Hall. Revista Iberoamericana de Micologίa. 1999. Candida albicans.

http://www.reviberoammicol.com/photo_gallery/Candida/albicans/., Diunduh 19 November 2010.

Sahelian, Ray. 2006. Apigenin. http://www.raysahelian.com/apigenin.html. Diunduh 18 November 2010.

Salvo A.D. 2010. Mycology-Chapter Three Yeasts.

http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm. Diunduh 19 november 2010.

Sandhyarani N. 2010. Fungi: Reproduction in Fungi.

http://www.buzzle.com/articles/fungi-reproduction-in-fungi.html. Diunduh 19 November 2010.


(5)

53

Setiabudy R., Suyatna F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi. 1995. Obat Jamur. In Ganiswarna S.G. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. p. 560-562, 567-568.

Subiarto, Mirawaty. 2002. Penyerapan Sr-90 Dengan Tanin.

http://www.digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/HSL PENEL P2PLR TH 2002/SUBIARTO-43.pdf. Diunduh 20 November 2010.

Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Yogyakarta : Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM. p. 22-52.

Sundari D. dan Winarno M.W. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11InformasiTumbuhanObatsebaga iAntiJamur130.pdf/11InformasiTumbuhanObatsebagaiAntiJamur130.html. Diunduh 25 November 2009.

Thomson. 2002. Why do fungi reproduce both sexually and asexually?. http://163.16.28.248/bio/activelearner/25/ch25c4.html.

Diunduh 20 November 2010.

Tritz . 2000. The Fungi-General Properties.

http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm. Diunduh 17 November 2010.

Volk, W.A., Brown, J.C. 1997. Antimicrobial Agents In Therapy. In : Bonnie Roesch. Basic Microbiology. 8th edition. USA: Addison-Wesley Educational Publishers, Inc. p. 244-259.

WHO. 2008. Traditional Medicine.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/index.html. Diunduh 25 November 2009.

Zamri R.J. 2008. Validasi Metode Penentuan Kadar Apigenin Dalam Ekstrak Seledri Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/17983/1/G08rjz_abstract.pdf. Diunduh 20 November 2010.


(6)

54

http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/std/germ.html. Diunduh 20 November 2010.

http://www.tutorvista.com/content/biology/biology-iii/kingdoms-living world/fungal-reproduction.php. Diunduh 20 November 2010.

http://www.microbelibrary.org/index.php/library/2-associated-figure-resource/368-candida albicans-labeled-view. Diunduh 20 November 2010. http://hillbotanical.com/product_info.php?cPath=36_55&products_id=140.