Kekuasaan Cenderung Bersalah Guna.
Pikiran Rakyat
o Selasa
123
17
18
--.Q Jan
19
0 Peb
456
20
21
o Mar
OApr
0
Rabu
7
22
o Kam;s 0 Jumat ~btu
8
9
10
11
12
13
23
CJun
.Me;
24
25
OJul
26
27
.
6 Mi~gg~-- -.
28
0 Ags OSep
OOkt
14
15
29
30
ONov
...::vh.~
0
31
ODe~~
Kekuasaan Cenderung
Bersalah Guna
~;...",..;.o;;
__
.-.
'
"'"
-=
...
.
~
Oleh INDRA PERWIRA
ITA sudah sering mendengar
ucapan Lord Acton yang terkenal, "power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely" bahwa
kekuasaan itu cenderung bersalah guna,
terlebih lagi kekuasan yang sangat besar.
Artinya, kekuasaan itu memiliki karakter
penggoda untuk disalahgunakan bagi
siapa pun yang menyentuh dirinya karena pada kekuasaan itu melekat pesona
berbagai kenikmatan dunia, seperti fasilitas, privillege, penghargaan, dan kehormatan. Sekecil apa pun kekuasaan itu,
mulai dari yang tidak resmi, seperti
kekuasaan supir angkot atas kernetnya,
majikan atas pekeIjanya, sampai dengan
kekuasaan yang resmi, seperti menteri,
gubernur, bupati, dan lainnya.
Tidak terhitung filsuf-filsQfdari berbagai zaman yang menggagas berbagai
konsep untuk menjinakkan kekuasaan
itu agar tidak bersalah guna. Mulai dari
sebelum Socrates, Montesqueu, John
Locke, sampai ke filsuf domestik seperti
Sri Soemantri. Pada masa Orde Barn, Sri
Soemantri pernah mengusulkan agar seorang pejabat presideIi paling banyak
dua kali duduk dalam jabatannya.
Gagasan tersebut barn terwujud setelah
ada perubahan UUD 45.
Pemberantasan }
o Selasa
123
17
18
--.Q Jan
19
0 Peb
456
20
21
o Mar
OApr
0
Rabu
7
22
o Kam;s 0 Jumat ~btu
8
9
10
11
12
13
23
CJun
.Me;
24
25
OJul
26
27
.
6 Mi~gg~-- -.
28
0 Ags OSep
OOkt
14
15
29
30
ONov
...::vh.~
0
31
ODe~~
Kekuasaan Cenderung
Bersalah Guna
~;...",..;.o;;
__
.-.
'
"'"
-=
...
.
~
Oleh INDRA PERWIRA
ITA sudah sering mendengar
ucapan Lord Acton yang terkenal, "power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely" bahwa
kekuasaan itu cenderung bersalah guna,
terlebih lagi kekuasan yang sangat besar.
Artinya, kekuasaan itu memiliki karakter
penggoda untuk disalahgunakan bagi
siapa pun yang menyentuh dirinya karena pada kekuasaan itu melekat pesona
berbagai kenikmatan dunia, seperti fasilitas, privillege, penghargaan, dan kehormatan. Sekecil apa pun kekuasaan itu,
mulai dari yang tidak resmi, seperti
kekuasaan supir angkot atas kernetnya,
majikan atas pekeIjanya, sampai dengan
kekuasaan yang resmi, seperti menteri,
gubernur, bupati, dan lainnya.
Tidak terhitung filsuf-filsQfdari berbagai zaman yang menggagas berbagai
konsep untuk menjinakkan kekuasaan
itu agar tidak bersalah guna. Mulai dari
sebelum Socrates, Montesqueu, John
Locke, sampai ke filsuf domestik seperti
Sri Soemantri. Pada masa Orde Barn, Sri
Soemantri pernah mengusulkan agar seorang pejabat presideIi paling banyak
dua kali duduk dalam jabatannya.
Gagasan tersebut barn terwujud setelah
ada perubahan UUD 45.
Pemberantasan }