PEWARISAN TERHADAP AHLI WARIS LAKI-LAKI YANG DIHAPUS KEDUDUKANNYA SEBAGAI ANAK OLEH ORANG TUANYA (PEGAT MAPIANAK) KARENA PINDAH AGAMA DIKAITKAN DENGAN HUKUM WARIS ADAT BALI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

ABSTRAK
PEWARISAN TERHADAP AHLI WARIS LAKI-LAKI YANG DIHAPUS
KEDUDUKANNYA SEBAGAI ANAK OLEH ORANG TUANYA (PEGAT
MAPIANAK) KARENA PINDAH AGAMA DIKAITKAN DENGAN HUKUM
WARIS ADAT BALI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
IDHOH MUTHOHAROH
110111100167
Persoalan waris seringkali timbul menjadi salah satu persoalan
krusial dan sensitif dalam sebuah keluarga karena hukum waris
merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris adalah
hukum yang mengatur mengenai cara peralihan hak dan harta kekayaan
yang ditinggalkan dari seseorang yang meninggal dunia kepada orang
yang masih hidup sebagai ahli warisnya. Dalam hukum waris terdapat
beberapa faktor penyebab terhalangnya pewarisan dari pewaris kepada
ahli waris yang salah satunya adalah mengenai perbedaan agama.
Selama ini, perbedaan agama dipandang sebagai salah satu faktor yang
menghambat seseorang mendapatkan waris, baik menurut ketentuan
Hukum Waris Adat maupun menurut ketentuan Kompilasi hukum Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hak ahli waris laki-laki yang
dihapus kedudukannya sebagai anak oleh orang tuanya (pegat mapianak)
karena pindah agama serta untuk mengkaji dan merumuskan cara

penyelesaian hukum waris terhadap ahli waris tersebut dikaitkan dengan
Hukum Waris Adat Bali dan Kompilasi Hukum Islam.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian berupa deskriptif analitis
melalui tahap penelitian kepustakaan dan wawancara. Metode yang
digunakan untuk menganalisis data adalah metode yuridis kualitatif.
Hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa hak ahli waris laki-laki yang berpindah agama menurut Hukum
Waris Adat Bali adalah ahli waris tersebut menjadi kehilangan haknya
untuk mewaris, hal ini dikarenakan ahli waris tersebut tidak melaksanakan
kewajiban yang semula dilaksanakan oleh pewaris dalam hal keagamaan,
sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah hak ahli waris
tersebut menjadi gugur dengan sendirinya karena dia berpindah agama,
karena dalam aturan syariat Agama Islam ahli waris yang berbeda agama
akan kehilangan haknya untuk mendapatkan harta warisan dari
pewarisnya. Selanjutnya cara penyelesaian Hukum Waris terhadap ahli
waris laki-laki yang dihapus kedudukannya sebagai anak oleh orang
tuanya (pegat mapianak) karena berpindah agama dikaitkan dengan
Hukum Adat Bali adalah dengan cara musyawarah diantara ahli waris
dalam keluarganya, kemudian apabila terjadi perbedaan pendapat dalam

keluarga maka musyawarah itu dapat diajukan kepada ketua adat
(Bendesa), dan apabila dikaitkan dengan Kompilasi Hukum Islam adalah
dengan cara pemberian hibah, atau hadiah.

iv