Permendikbud Tahun2016 Nomor018

SALINAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2016
TENTANG
PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH BAGI SISWA BARU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: a.

bahwa dalam rangka penerimaan siswa baru di
sekolah diperlukan pengenalan lingkungan sekolah
untuk mendukung proses pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional;


b. bahwa dalam pelaksanaan pengenalan lingkungan
sekolah bagi siswa baru perlu dilakukan kegiatan yang
bersifat edukatif dan kreatif untuk mewujudkan
sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan;
c.

bahwa implementasi Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa
Orientasi Siswa Baru di Sekolah belum dapat secara
optimal mencegah terjadinya perpeloncoan dalam
pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah sehingga
perlu dicabut;

-2-

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan


Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah
Bagi Siswa Baru;
Mengingat

: 1.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional

(Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2.

Undang-Undang Nomor

23 Tahun

2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun

2014 Nomor

244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor 5679);
3.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan

dan

Penyelenggaraan

Pendidikan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5157);
4.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 958);

-3-

5.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1072);

6.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
82

Tahun

2015


Penanggulangan

tentang

Tindak

Pencegahan

Kekerasan

di

dan

Lingkungan

Satuan Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 101);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN

MENTERI

KEBUDAYAAN

TENTANG

PENDIDIKAN

DAN

PENGENALAN LINGKUNGAN

SEKOLAH BAGI SISWA BARU.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.


Sekolah adalah satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan Masyarakat dalam bentuk sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah
menengah kejuruan, sekolah pada jalur pendidikan
khusus, termasuk satuan pendidikan kerja sama.

2. Pengenalan lingkungan sekolah adalah kegiatan
pertama masuk Sekolah untuk pengenalan program,
sarana

dan

prasarana

sekolah,

cara


belajar,

penanaman konsep pengenalan diri, dan pembinaan
awal kultur Sekolah.
3.

Menteri adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

4.

Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

-4-

Pasal 2
(1) Pada

awal


tahun

pelajaran,

perlu

dilakukan

pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru.
(2) Pengenalan

lingkungan

sekolah

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. mengenali potensi diri siswa baru;
b. membantu siswa baru beradaptasi dengan
lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain
terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan
sarana prasarana sekolah;
c.

menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara
belajar efektif sebagai siswa baru;

d. mengembangkan interaksi positif antarsiswa dan
warga sekolah lainnya;
e.

menumbuhkan perilaku positif antara lain
kejujuran, kemandirian, sikap saling menghargai,
menghormati keanekaragaman dan persatuan,
kedisplinan, hidup bersih dan sehat untuk
mewujudkan siswa yang memiliki nilai integritas,
etos kerja, dan semangat gotong royong.

(3) Pengenalan lingkungan sekolah meliputi:
a. kegiatan wajib; dan
b. kegiatan pilihan.
(4) Kegiatan wajib dan kegiatan pilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan
silabus pengenalan lingkungan sekolah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(5) Sekolah dapat memilih salah satu atau lebih materi
kegiatan

pilihan

pengenalan

lingkungan

atau

melakukan kegiatan pilihan lainnya yang disesuaikan
dengan kondisi dan karakteristik lingkungan sekolah.

-5-

(6) Sekolah melakukan pendataan tentang keadaan diri
dan

sosial

siswa

melalui

formulir

pengenalan

lingkungan sekolah bagi siswa baru yang diisi oleh
orang tua/wali siswa yang minimal memuat:
a. profil siswa yang terdiri dari identitas siswa,
riwayat kesehatan, potensi/bakat siswa, serta
sifat/perilaku siswa; dan
b. profil orangtua/wali.
(7) Contoh formulir pengenalan lingkungan sekolah bagi
siswa baru sebagaimana dimaksud pada ayat

(6)

tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
(1) Pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
hari pada minggu pertama awal tahun pelajaran.
(2) Pengenalan

lingkungan

sekolah

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan hanya pada hari
sekolah dan jam pelajaran.
(3) Pengecualian terhadap jangka waktu pelaksanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
kepada sekolah berasrama dengan terlebih dahulu
melaporkan

kepada

dinas

provinsi/kabupaten/kota

pendidikan

sesuai

dengan

kewenangannya disertai dengan rincian kegiatan
pengenalan lingkungan sekolah.
Pasal 4
(1) Kepala sekolah bertanggung jawab penuh atas
perencanaan,

pelaksanaan,

dan

evaluasi

dalam

pengenalan lingkungan sekolah.
(2) Perencanaan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah
disampaikan oleh sekolah kepada orang tua/wali pada
saat lapor diri sebagai siswa baru.

-6-

(3) Pengenalan lingkungan sekolah wajib berisi kegiatan
yang bermanfaat, bersifat edukatif, kreatif, dan
menyenangkan.
(4) Evaluasi atas pelaksanaan pengenalan lingkungan
sekolah wajib disampaikan kepada orang tua/wali
baik secara tertulis maupun melalui pertemuan paling
lama 7 (tujuh)

hari

kerja

setelah

pengenalan

lingkungan sekolah berakhir.
Pasal 5
(1) Pengenalan lingkungan sekolah dilakukan dengan
memperhatikan hal sebagai berikut:
a.

perencanaan dan penyelenggaraan kegiatan
hanya menjadi hak guru;

b.

dilarang melibatkan siswa senior (kakak kelas)
dan/atau alumni sebagai penyelenggara;

c.

dilakukan di lingkungan sekolah kecuali sekolah
tidak memiliki fasilitas yang memadai;

d.

wajib melakukan kegiatan yang bersifat edukatif;

e.

dilarang bersifat perpeloncoan atau tindak
kekerasan lainnya;

f.

wajib menggunakan seragam dan atribut resmi
dari sekolah;

g.

dilarang memberikan tugas kepada siswa baru
berupa kegiatan maupun penggunaan atribut
yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran
siswa;

h.

dapat melibatkan tenaga kependidikan yang
relevan dengan materi kegiatan pengenalan
lingkungan sekolah; dan

i.

dilarang melakukan pungutan biaya maupun
bentuk pungutan lainnya.

-7-

(2) Contoh dari kegiatan dan atribut yang tidak relevan
dengan aktivitas pembelajaran siswa dan dilarang
digunakan dalam pelaksanaan pengenalan lingkungan
sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Penyelenggaraan kegiatan pengenalan lingkungan
sekolah oleh guru sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),

pada

sekolah

menengah

pertama,

sekolah

menengah atas, dan sekolah menengah kejuruan,
dapat

dibantu

oleh

siswa

apabila

terdapat

keterbatasan jumlah guru dan/atau untuk efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan pengenalan lingkungan
sekolah dengan syarat sebagai berikut:
a. siswa merupakan pengurus Organisasi Siswa
Intra

Sekolah (OSIS)

dan/atau

Majelis

Perwakilan Kelas (MPK) dengan jumlah paling
banyak

2

(dua)

orang

per

rombongan

belajar/kelas; dan
b. siswa tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat
buruk dan/atau riwayat sebagai pelaku tindak
kekerasan.
(4) Dalam hal sekolah belum memiliki pengurus OSIS
dan/atau MPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, sekolah dapat dibantu oleh siswa dengan
syarat sebagai berikut:
a. siswa

tidak

memiliki

kecenderungan

sifat

buruk dan riwayat sebagai pelaku tindak
kekerasan; dan
b. memiliki prestasi akademik dan nonakademik
yang baik dibuktikan dengan nilai rapor dan
penghargaan

nonakademik

atau

memiliki

kemampuan manajerial dan kepemimpinan
yang dibuktikan dengan keikutsertaan dalam
berbagai kegiatan positif di dalam dan di luar
sekolah.

-8-

Pasal 6
(1) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya wajib mengawasi kegiatan
pengenalan lingkungan sekolah.
(2) Apabila dalam pelaksanaan pengenalan lingkungan
sekolah terjadi pelanggaran, dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota
wajib

sesuai

menghentikan

kewenangannya

kegiatan

pengenalan

lingkungan sekolah.
Pasal 7
(1) Pemberian

sanksi

atas

pelanggaran

terhadap

Peraturan Menteri ini adalah sebagai berikut:
a.

sekolah memberikan sanksi kepada siswa dalam
rangka pembinaan berupa:
1) teguran tertulis; dan
2) tindakan lain yang bersifat edukatif.

b.

kepala

dinas

pendidikan

provinsi/kabupaten/kota atau pengurus yayasan
sesuai

kewenangannya

kepada

kepala/wakil

memberikan
kepala

sanksi

sekolah/guru

berupa:
1) teguran tertulis;
2) penundaan atau pengurangan hak;
3) pembebasan tugas; dan/atau
4) pemberhentian sementara/tetap dari jabatan.
c.

kepala

dinas

pendidikan

provinsi/kabupaten/kota sesuai kewenangannya
memberikan sanksi kepada sekolah berupa:
1) pemberhentian bantuan dari pemerintah
daerah; dan/atau
2)

penutupan sekolah yang diselenggarakan
oleh masyarakat.

d.

Menteri atau pejabat yang ditunjuk memberikan
sanksi kepada sekolah berupa:
1)

rekomendasi penurunan level akreditasi;

-9-

2)

pemberhentian bantuan dari pemerintah;
dan/atau

3)

rekomendasi kepada pemerintah daerah
untuk
berupa

melakukan

langkah-langkah

penggabungan,

relokasi,

tegas
atau

penutupan sekolah dalam hal terjadinya
pelanggaran yang berulang.
(2) Apabila terjadi perpeloncoan maupun kekerasan
lainnya dalam pengenalan lingkungan sekolah maka
pemberian sanksi mengacu kepada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan pada Satuan Pendidikan dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
Pasal 8
(1) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal

7

dilakukan

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan yang berlaku.
(2) Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
tidak menghapus jenis sanksi lainnya yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Sekolah wajib meminta izin secara tertulis dan
mendapatkan izin secara tertulis dari orangtua/wali
calon peserta kegiatan pengenalan anggota baru
ekstrakurikuler.
(2) Sekolah

wajib

menyertakan

rincian

kegiatan

pengenalan anggota baru ekstrakurikuler pada saat
meminta izin secara tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada orangtua/wali.
(3) Sekolah wajib menugaskan paling sedikit

2 (dua)

orang guru untuk mendampingi kegiatan pengenalan
anggota baru ekstrakurikuler.

- 10 -

(4) Apabila terdapat potensi risiko bagi siswa baru dalam
pengenalan

anggota

baru

pada

kegiatan

ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekolah wajib membuat pemetaan dan penanganan
risiko serta memberitahukan kepada orangtua/wali
untuk mendapat persetujuan.
(5) Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 berlaku juga untuk pengenalan anggota baru pada
kegiatan

ekstrakurikuler

bagi

siswa

baru

yang

bertentangan dengan Peraturan Menteri ini
Pasal 10
(1) Siswa,

orangtua/wali,

melaporkan

dugaan

dan

masyarakat

pelanggaran

atas

dapat
Peraturan

Menteri ini kepada Dinas Pendidikan setempat atau
Kementerian melalui laman
http://sekolahaman.kemdikbud.go.id, telepon ke 02157903020, 021-5703303, faksimile ke 021-5733125,
email

ke

laporkekerasan@kemdikbud.go.id

atau

layanan pesan singkat (SMS) ke 0811976929.
(2) Sekolah tidak dapat menuntut secara hukum atau
memberikan sanksi dalam bentuk apapun kepada
siswa,

orangtua/wali,

dan

masyarakat

yang

melaporkan pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat
(1) kecuali laporan tersebut terbukti tidak benar.
Pasal 11
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun
2014 tentang Masa Orientasi Siswa Baru di Sekolah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

- 11 -

Pasal 12
Peraturan

Menteri

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

diundangkan.
Agar setiap orang
pengundangan

mengetahuinya,

Peraturan

memerintahkan

Menteri

ini

dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Mei 2016
MENTERI

PENDIDIKAN

DAN

KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA
TTD.
ANIES BASWEDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Mei 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 839
Salinan sesuai dengan aslinya
plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,
TTD.
Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001