ANALISIS SEMIOTIS KUMPULAN CERPEN BERHALA KARYA DANARTO : Sebuah Studi Deskriptif Sebagai Upaya Memilih Model Pengajaran Cerpen di LPTK.

ANALISIS SEMIOTIS

KUMPULAN CERPEN BERHALA KARYA DANARTO
(Sebuah Studi Deskriptif Sebagai Upaya Memilih
Model Pengajaran Cerpen di LPTK)
TESIS

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar
Magister Pendidikan Pengajaran Bahasa Indonesia
pada Program Pascasarjana IKIP Bandung

Oleh:

EKARINI SARASWATI
No. Induk: 9332024

Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

BANDUNG
1996

LEMBAR

PERSETUJUAN

Disetujui dan Disahkan untuk Menempuh
Ujian Tahap II

Pembimbing I

Prof.

Dr.

H.

Yus Rusyana


Pembimbing II

Prof. Dr. H.

G.

Tarigan

DAFTAR ISI

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah


8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

10

1.3.1 Tujuan Penelitian

10

1.3.2 Manfaat Penelitian

11

1.4 Asumsi dan Pertanyaan Penelitian

11

11


1.4.1 Asumsi Penelitian

1.4.2 Pertanyaan Penelitian

12

1.5 Definisi Operasional

13

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG SEMIOTIK, TRADISI DAN
PEMBARUAN, SERTA PENGAJARAN SASTRA

15
15

2.1 Pengantar

16


2.2 Teori Semiotik

17

2.2.1 Semiotik ala Peirce
2.2.2 Semiotik ala Saussure

20

25

2.3 Makna Karya Sastra

2.3.1 Makna dalam Pendekatan Semiotik

25

2.3.2 Makna Tasauf dalam Karya Danarto

30

33

2.4 Struktur Karya Sastra

35

2.4.1 Struktur Cerita

38

2.4.2 Tokoh
39

2.4.3 Ruang dan Waktu

vm

IX

2.4.4 Penguj aran


41

2.4.4.1 Kategori Modus

42

2.4.4.1.1 Pemfokusan

43

2.4.4.1.2 Jarak Pandangan

44

2.4.4.2 Kategori Tutur

47

2.5 Tradisi dan Pembaruan dalam Kesusastraan


49

2.6 Pendekatan Semiotik dalam Pengajaran Cerpen

51

2.6.1 Pengaj aran Cerpen

51

2.6.2 Pendekatan Semiotik dalam Pengajaran Cerpen

54

2.7 Model Pengajaran Cerpen

56

2.7.1 Pengertian Model Pengajaran


56

2.7.2 Pemilihan Model Mengajar

58

2.7.3 Model Mengaj ar Inquiri

61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

64

3.1 Pengantar

64

3.2 Objek Penelitian


64

3.3 Metode dan Teknik Penelitian

65

3.4 Instrumen Penelitian

67

3.5 Teknik Pengolahan Data

69

3.6 Model Analisis Cerpen

72

BAB IV PEMBAHASAN KUMPULAN CERPEN BERHALA


86

BERDASARKAN HASIL ANALISIS SEMIOTIK

86

4.1 Pengantar

86

4.2 Analisis Struktur Cerita

86

4.2.1 Urutan Tekstual Satuan Isi Cerita

86

4.2.2 Urutan Peristiwa Secara Kronologis

110

4.2.3 Urutan "Logis" Peristiwa

118

4.3 Analisis Tokoh

132

4.3.1 Pembahasan Nama

132

4.3.2 Gambaran Fisis Tokoh

137

4.3.3 Gambaran Lingkungan Sosial

141

4.4 Analisis Ruang dan Waktu

163

4.4.2 Waktu

176

4.5 Pengujaran

189

4.5.1 Kategori Modus

189

4.5.1.1 Pemusatan Pandangan

189

4.5.1.2 Kedalaman Pandangan

190

4.5.1.3 Jarak Pandangan

192

4.5.2 Kategori Tutur

192

4.5.2.1 Penceritaan

192

4.5.2.3 Kehadiran Pencerita

193

4.6 Makna

1 Q1

xr

BAB V DANARTO SEBAGAI PEMBARU TRADISI PENUISAN CERPEN
INDONESIA MUTAKHIR

5.1 Pengantar

205
205

5.2 Kedudukan Cerpen dalam Sejarah Kesusastraan Indonesia
5.3 Tradisi dan Pembaruan Cerpen Indonesia

210

5.3.1 Periode Sebelum Perang Dunia Kedua

212

5.3.2 Periode Pujangga Baru

215

5.3.3 Angkatan '45

217

5.3.4 Angkatan '66 dan Kontemporer

227

XI

5.3.5 Tinjauan atas Kedudukan Kumpulan Cerpen Berhala
248
karya Danarto dalam Kerangka Tradisi dan Pembaruan 248
Penulisan Cerpen Indonesia

248
252

BAB VI MODEL PENGAJARAN

252

6.1 Dasar Pemikiran

255

6.2 Model Pengajaran Inquiri

263

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

263

7.1 Pengantar

264

7.2 Kesimpulan

268

7.3

Saran

271

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

Lampiran 1 Biografi Singkat Danarto

275

Lampiran 2 Lembaran Tes untuk Mahasiswa

278

Lampiran 3 Angket untuk Mahasiswa

297

Lampiran 4 Angket untuk Dosen

298

Lampiran 5 Hasil Penghitungan Uji Coba

299

Lampiran 6 Surat Tugas Penelitian

301

*esb*

DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Pedoman Analisis

68

TABEL 1.4 Urutan Logis

131

TABEL 2.4 Nama Tokoh

136

TABEL 3.4 Gambaran Fisik Tokoh

140

TABEL 5.4 Ruang

175

TABEL 5.4 Waktu

188

TABEL 6.4 Kedalaman Pandangan: Fokus Dalam

191

TABEL 7.4 Kedalaman Pandangan: Fokus Luar

191

TABEL 8.4 Makna

203

TABEL 1.6 Validitas Item Soal

253

*esb*

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cerpen merupakan jenis sastra yang berkembang luas

dalam masyarakat. Banyak kumpulan cerpen yang telah terbit.
Bahkan ada majalah yang khusus memuat cerpen atau sebagian

besar isinya berupa cerpen. Di samping itu, berbagai majalah
hiburan atau bahkan hampir tiap surat kabar yang terbit di

Indonesia pada waktu-waktu tertentu menyediakan rubrik
khusus untuk cerpen (Yassin, 1985:3; Rosidi, 1983:10; Damono, 1983:58; Sumarjo, 1983:27).

Ajip Rosidi (1959:3) mengatakan bahwa "di samping

puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam dunia kesusastraan Indonesia sesudah perang Dunia
Kedua." Bentuk cerpen tidak saja digemari oleh para penga-

rang, melainkan juga disukai oleh pembaca. Dalam waktu yang
relatif singkat seseorang dapat menikmati satu karya sastra
secara lengkap-utuh.

Kenyataan perkembangan sastra yang ada dalam masyarakat

ini seharusnya dijadikan salah satu faktor yang perlu diper-

timbangkan dalam menentukan materi pengajaran sastra di
sekolah. Dengan demikian, apa yang disajikan di sekolah
tidak terlalu jauh jaraknya dengan apa yang hidup dalam

lingkungan para siswa. Namun kenyataannya, apabila orang

berbicara tentang pengajaran sastra berbentuk prosa,

umumnya

arah pembicaraannya terpusat pada karya sastra berbentuk

novel, baik pengertiannya, sejarah perkembangannya dari satu
periode ke periode yang lain, maupun ulasan atau telaahnya
(Sarwadi,

1991:97).

Cerpen merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat

padat, yang unsur ceritanya berpusat pada satu peristiwa
pokok, sehingga jumlah tokoh dan pengembangan perilakunya
terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.

Karena bentuknya yang singkat itu, penyajian cerpen dalam

proses belajar-mengajar dimungkinkan berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat juga.
Selain itu, cerpen memiliki khazanah cerita yang bera-

gam. Sejak awal kemunculannya pada tahun 1930-an cerpen

mengalami perkembangan subur. Banyak pengarang yang muncul
memiliki -berbagai keragaman, baik asal daerahnya,

latar

sosial dan budaya serta profesinya, maupun pandangan hidup
dan keyakinan agamanya. Oleh karena itu, permasalahan yang
mengilhami atau menjadi topik penulisan cerpen beragam;

hampir semua sektor kehidupan menusia dalam masyarakat dapat

dicari pencerminannya dalam cerpen. Gambaran tentang kehi
dupan buruh, petani, nelayan, pedagang, guru, penganggur,

pejuang, pegawai, mahasiswa, pelajar, priyayi dan yang lain
dapat diperoleh dalam cerita pendek. Keanekaragaman cerita
itu dapat dimanfaatkan

sebagai usaha memperluas cakrawala

pandangan siswa terhadap berbagai permasalahan hidup dalam
masyarakat.

Dalam kaitan ini, di antara cerpen-cerpen yang penting
dipertimbangkan adalah cerpen-cerpen karya Danarto. Danarto

merupakan salah seorang cerpenis Indonesia yang memiliki
kedudukan yang baik dalam dunia kesusastraan Indonesia. Dari
segi kuantitas, Danarto sudah menulis banyak cerpen yang

dipublikasikan dalam berbagai koran dan majalah. Di antara
cerpen-cerpen tersebut ada yang sudah diterbitkan dalam
bentuk buku kumpulan cerpen: Godlob, Adam Ma'rifat, Berhala,

dan Gergasi. Walaupun dari segi kuantitas ini barangkali
Danarto tidak merupakan cerpenis yang terlalu produktif,

akan tetapi hal ini diimbanginya dengan kualitas cerpen-

cerpennya yang rata-rata menarik perhatian para pengamat dan

para ahli sastra Indonesia, baik dari dalam maupun dari luar
negeri.

Pengamat sastra dari Belanda,

Prof. A. Teeuw

(1984:199), menyejajarkan Danarto dengan Budi Darma, Putu

Wijaya dan Iwan Simatupang sebagai penulis fiksi yang paling
berhasil dalam usaha pembaruan khususnya dalam hal teknik
fiksi, di samping sedikit banyak juga dalam hal isi. Pemba
ruan itu berlaku baik dalam penggarapan tema

yang sudah

lebih mendalam mencapai relung gelap, lebih bebas dan lebih
menyentuh halus, maupun dalam bentuk.

Burton Raffel, pengamat kesusastraan Indonesia dari
Colorado, menyatakan dalam The Wall Street Journal yang

terbit di Hongkong, bahwa Danarto merupakan seorang ekspri-

mentari yang "karya-karyanya sangat modernistik, dipengaruhi
baik oleh psikologi abad 20, maupun oleh problem psiatriknya

sendiri sebagai pengarang."

Selanjutnya dikatakannya pula

bahwa cerpen-cerpen Danarto "merupakan cerpen yang paling
menarik di dunia. Kekuatan dan keistimewaannya bahkan mele-

bihi cerpen-cerpen terbaik yang dihasilkan pengarang Eropa
dan Amerika dewasa ini"

{Waspada,

20 April 1980).

Harry Aveling, pengamat kesusastraan Indonesia dari
Australia, memberikan perhatian khusus dengan menerjemahkan

karya-karya Danarto ke dalam bahasa Inggris; di antara karya

terjemahannya adalah From Surabaya to Armagedon dan Crossing
the Border: Five Indonesian Short Stories. Karya terjema

hannya yang kedua telah beredar di Amerika serikat. Menurut

katalog The Cellar Bookshop, Danarto termasuk penulis yang
kedudukannya setaraf dengan William Blake (1757-1827),

penyair Inggris yang memproklamasikan imajinasi untuk mengatasi rasionalisme, artifisialitas, hukum moral dan materialisme abad ke-18

(Kompas, 6 Mei 1987).

Selain pengamat asing, pengamat dalam negeri pun telah
memberikan sambutan yang positif, di antaranya Sapardi Djoko
Damono. Damono menilai karya Danarto sebagai "trend baru

yang bernilai," di samping mendudukkan Danarto sebagai pelopor Angkatan 70 (Berita Buana, 5 Juli 1988).
Sementara itu, sambutan yang negatif pun tidak sedikit.

Arief Budiman (Minggu Pagi, Juli 1986), misalnya, menyatakan

bahwa cerpen Danarto termasuk "cerpen orang yang kesurupan."
Karena itu, karya Danarto dianggapnya bukan karya sastra.

Pernyataan yang hampir senada dilontarkan juga oleh Korry

Layun Rampan (Pelita, 25 November 1980) , yang menulis bahwa

"Cerpen-cerpen Danarto telah gagal mencapai tujuannya,

apalagi untuk dikatakan sebuah karya yang mempunyai wawasan
sastra yang tinggi".

Kecaman kedua pengamat sastra di atas, ternyata,

tidak

menggoyahkan kedudukan Danarto sebagai cerpenis yang handal.
Hal tersebut terbukti dengan banyaknya penghargaan sastra

yang telah diterimanya. Cerpen "Rintrik" yang dimuat di
majalah Horison pada 1968 dikukuhkan sebagai cerpen terbaik
versi majalah itu untuk tahun tersebut. Tim penilai SEA
Write Award Indonesia telah memilih

Danarto sebagai peme-

nang sastra untuk tahun 1988 karena kreativitasnya pada lima
tahun terakhir. Di samping itu, kumpulan cerpen Danarto yang

ketiga, Berhala, dinilai sebagai karya sastra yang paling
menonjol dari segi pesan dan wawasan estetiknya. Terakhir,

kumpuan cerpen Berhala

dinyatakan sebagai buku terbaik 1990

versi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Mengingat pentingnya kedudukan Danarto dalam khazanah
kesusastraan Indonesia, maka Cerpen-cerpen Danarto penting
untuk ditelaah. Beberapa ulasan tentang cerpen Danarto telah

dilakukan di antaranya oleh Rayani Sriwidodo (1985) yang

menelaah Godlob dengan menggunakan pendekatan semiotik

Lotman, yang dimuat dalam buku Cerpen Indonesia Mutakhir

yang disunting oleh Pamusuk Eneste. Sriwidodo mengungkapkan
bahwa cerpen karya Danarto memiliki gaya yang khas seperti
sebuah lukisan yang penuh warna. Selain itu, dia juga menin-

jau Godlob sebagai karya sastra yang penuh dengan simbolsimbol dari dunia mistik sehingga menimbulkan suasana yang

irasional dan abstrak.

Hal senada juga dikemukakan oleh pengamat lain. Y.B.
Mangunwijaya (1982), dalam bukunya Sastra dan Religiositas,
memandang Godlob sebagai sebuah karya sastra hasil pergolakan batin yang personal yang tidak setiap orang mampu untuk
memahaminya. Selanjutnya Prihatmi (1979) dalam makalahnya
yang disampaikan dalam seminar penelitian sastra menemukan
adanya keanehan-keanehan struktur yang terdapat di dalam
Godlob.

Sumardjo (1974)

dalam majalah Horison memberikan

tinjauan mengenai pengaruh mistik panteistik pada cerpencerpen Danarto. Keempat pengulas di atas pada dasarnya
mengemukakan adanya dunia alternatif dalam cerpen-cerpen
Danarto. Namun, ulasannya baru berupa suatu garis besar dan

belum sampai mendalam, barangkali karena keterbatasan media
penyampai.

Hasil penelitian yang lebih mendalam dilakukan oleh
Tjitrosubono dkk.

(1985) yang sudah dibukukan dengan judul

Memahami Cerpen-cerpen Danarto dan diterbitkan oleh P3B
Depdikbud. Tjitrosubono menelaah cerpen-cerpen Godlob dengan
menggunakan pendekatan struktur dan menggabungkannya dengan

pendekatan ekstrinsik. Hasil penelitian Tjitrosubono ini
bukan merupakan tesis. Penulis belum menemukan hasil peneli
tian tentang Danarto dalam bentuk tesis.

Penemuan ini dida-

sarkan pada hasil penelusuran pustaka yang dilakukan penulis
selama ini di perpustakaan IKIP bandung,
Pusat dokumentasi H.B. Yassin Jakarta,

dan Pengembangan Bahasa Jakarta.

UGM Yogyakarta,

dan Pusat Pembinaan

Melihat hasil penelusuran pustaka di atas, dapat dika-

takan bahwa penelitian cerpen Danarto hingga saat ini masih

sangat terbatas. Dari segi pendekatan pun, umumnya penelitian-penelitian yang ada baru sebatas penelitian struktur
atau dari sudut tinjauan tertentu. Padahal, secara ideal,
penelitian sastra harus mengindahkan keutuhan karya sastra

sebagai suatu sistem tanda yang utuh. Menurut Culler (Teeuw,
1984:143), ilmu sastra yang sejati haruslah bersifat semio
tik, yaitu harus menganggap sastra sebagai sistem tanda.
Tugas semiotik bukanlah deskripsi tanda-tanda tertentu,
melainkan "to describe those conventions that underlie even

the most 'natural' modes of behavior and representation

(memerikan konvensi-konvensi yang melandasi ragam perilaku

dan pembayangan). Hal ini karena seluruh pengalaman dan

kebudayaan manusia berdasarkan tanda dan mempunyai dimensi
simbolik yang dominan.

Pendekatan semiotik yang memberi perhatian kepada aspek

konvensi sastra ini ternyata sejalan dengan tujuan pengajar
an sastra di sekolah yang justeru hendak mengakrabkan siswa

dengan karya sastra (apresiasi sastra). Ini berarti bahwa

pengajaran sastra hendaknya mengantarkan siswa agar dapat
mengenali konvensi yang mendasari karya sastra dan dapat

mengantarkannya untuk memahami karya tersebut. Diharapkan

agar para siswa dibawa masuk menggauli karya sastra itu

sehingga tumbuh kepekaan dan perasaannya terhadap berbagai
unsur estetik yang terdapat di dalamnya (Sarwadi, 1991:98).
Hal ini sesuai dengan pendapat Rusyana (1991:118) yang

menekankan perlunya pemahaman yang integral dan total di
dalam membaca karya sastra.

Berdasarkan pertimbangan ini, kiranya dapat dikatakan

bahwa pendekatan yang sangat baik untuk memahami karya
sastra sekaligus yang sesuai dengan tuntunan kurikulum
adalah pendekatan semiotik. Sebagai suatu pendekatan yang

memandang karya sastra dalam kerangka komunikasi, pendekatan
semiotik kiranya akan memberi tahu kita unsur-unsur serta

dimensi-dimensi apakah dalam cerpen yang harus diperhatikan

agar makna yang terkandung di dalamnya dapat diungkapkan.
Ini penting agar apresiasi dapat lebih ditingkatkan.
1.2 Pembatasan dan Perwmisan Masalah

Permasalahan di atas masih terlalu luas karena belum

menunjukkan batas-batas yang jelas tentang jangkauan dan

kedalaman penelitian yang dilakukan. Agar lebih operasional,
maka masalah itu akan dibatasi dan kemudian dirumuskan

sehingga menjadi khusus dan operasional.
Masalah dikhususkan dengan beberapa pembatasn berikut.

Pertama, kumpulan cerpen karya Danarto yang dipilih adalah
kumpulan cerpen Berhala yang merupakan kumpulan cerpen

ketiga. Hal ini disebabkan kumpulan cerpen tersebut menandai
suatu tahap penting dalam konteks kesastrawanan Danarto yang

cukup berbeda dengan kumpulan cerpen sebelumnya. Dalam

kumpulan cerpen Berhala, Danarto telah meninggalkan dunia

panteisme Jawa dan mulai terjun ke dunia nyata. Sebagaimana
ditegaskan oleh Umar Kayam dalam "Kata Pengantar"-nya untuk
Berhala, "Pada kumpulan cerpen ini Danarto tidak lagi meng-

hadirkan melaekat, kadal,

kodok,

zat asam,

Bekakrakan,

Wewe,

Hamlet, Salome, Abimanyu, melainkan orang-orang dari kehidu

pan sehari-hari kita". Di samping itu, Berhala lebih banyak
menggambarkan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi pada
masyarakat.

Pembatasan kedua berkenaan dengan pendekatan. Dari

berbagai kemungkinan pendekatan, penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan pendekatan semiotik. Hal ini dilakukan

karena pendekatan semiotik merupakan pendekatan yang paling
sesuai untuk memahami karya sastra (Teeuw, 1984:43). Berkait-

an dengan ini, berdasarkan pembatasan ketiga, titik pusat

perhatian penelitian ini adalah untuk mencari ciri-ciri
menonjol yang selalu muncul dalam cerpen-cerpen Danarto.

Dengan perkataan lain, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui konvensi-konvensi yang tergambar dalam cerpen-cerpen

Danarto untuk mengetahui pembaruan yang dilakukannya dalam
tradisi penulisan cerpen Indonesia.

Pembatasan keempat berkenaan dengan arah penelitian
ini.

Penelitian ini dilaksanakan dan diarahkan terutama

untuk kepentingan pengajaran sastra, bukan untuk kepentingan
teori sastra begitu saja. Secara khusus, penelitian ini
diarahkan untuk memilih sebuah model pengajaran sastra,

yaitu model pengajaran cerpen Danarto. Untuk tujuan ini,
analisis semiotik atas cerpen akan menentukan suatu model

pengajaran yang diajukan sebagai alternatif untuk pengajaran
sastra (cerpen) pada jenjang SI di LPTK.

Dengan pembatasan-pembatasan di atas permasalahan utama

10

yang ingin dicoba dijawab dalam penelitian ini adalah ciri-

ciri apakah yang terdapat dalam kumpulan cerpen Berhala yang
perlu diperhatikan agar pengapresiasian cerpen-cerpen terse
but dapat dilakukan dengan lebih baik. Secara khusus, perma
salahan utama itu dapat diuraikan menjadi tiga permasalahan
pokok berikut.

1) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la karya Danarto?

2) Bagaimanakah akibat ciri-ciri khusus itu terhadap tradisi
dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia?

3) Model pengajaran yang bagaimanakah yang paling sesuai
untuk mengajarkan cerpen-cerpen Berhala di Lembaga Pendi
dikan Tinggi Keguruan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri
khusus yang terdapat dalam kumpulan cerpen Berhala yang

kiranya sangat menentukan keberhasilan pembacaannya. Secara
khusus,

tujuan penelitian ini dapat dirinci menjadi tiga

tujuan berikut.
1) Untuk memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri yang menon
jol dalam cerpen-cerpen Berhala.

2) Untuk memperoleh deskripsi tentang akibat ciri-ciri
khusus itu terhadap tradisi dan pembaruan penulisan

cerpen Indonesia.

3) Untuk memperoleh model pengajaran cerpen-cerpen Berhala
yang paling sesuai di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependi-

11

dikan

(LPTK).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dengan mencapai ketiga tujuan di atas, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengajaran sastra

(khususnya cerpen) pada jejang pendidikan SI. Kegunaan ini

dapat ditarik dari dua segi penelitian ini: dari segi hasil
dan dari segi proses. Dari segi hasil, penelitian ini dapat
memberikan manfaat berupa uraian semiotik cerpen-cerpen

Danarto berikut model pengajaran cerpen, sebagai bandingan

bagi uraian dan model yang lain. Dari segi proses, peneli
tian ini dapat memberikan manfaat berupa cara menguraikan

cerpen dengan pendekatan semiotik seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini, sebagai bandingan dengan cara mengu

raikan yang lain. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan alternatif yang dapat membuka kemungkinankemungkinan yang lebih baik untuk pengajaran cerpen pada
jenjang SI.

1.4 Asumsi dan Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Asumsi Penelitian

Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian di
atas didasarkan kepada beberapa asumsi berikut.

1) Cerpen merupakan suatu sistem tanda yang utuh, yang untuk

kepentingan teoretis, dapat dianalisis ke dalam berbagai
unsur dan aspek yang membangunnya.

2) Di antara berbagai unsur dan aspek yang membangun keutu-

han cerpen terdapat ciri-ciri yang menonjol yang akan

12

menentukan makna cerpen tersebut dan ikut mempengaruhi

tradisi dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia.
3) Ciri khusus/menonjol yang menentukan pemahaman itu meru

pakan kriteria utama untuk memilih model pengajaran
cerpen untuk perguruan tinggi (khususnya LPTK).
Asumsi-asumsi ini secara lebih luas berkenaan dengan

kerangka teori yang melandasi penelitian ini dan yang diuraikan pada Bab II (Kerangka Teori).
1.4.2 Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian ini lebih jelas dan diketahui kedalaman
serta keluasan ruang lingkup penelitiannya, maka berdasarkan
asumsi di atas, masalah penelitian yang sudah diajukan perlu

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Hal ini

penting agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam menentu
kan hal-hal apa saja yang diteliti dan hal-hal apa saja yang
tidak diteliti.

Berkenaan dengan masalah pertama tentang ciri-ciri yang

menonjol dalam cerpen Danarto, pertanyaan penelitiannya
adalah sebagai berikut.

1) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan struktur cerita?

2) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan penokohan?

3) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan ruang dan waktu?

4) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan pengujaran?

13

5) Bagaimanakah gambaran makna yang muncul dari cerpencerpen Berhala?

Berkenaan dengan masalah kedua tentang pengaruh ciri-

ciri yang menonjol dalam cerpen Danarto terhadap tradisi dan
pembaruan penulisan cerpen Indonesia, pertanyaan penelitian
nya adalah sebagai berikut.
6) Bagaimanakah pengaruh ciri-ciri khusus itu terhadap
tradisi dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia?

7) Ciri-ciri manakah (aspek-aspek cerpen apakah) yang paling

berpengaruh terhadap pembaruan tradisi penulisan cerpen
Indonesia?

Berkenaan dengan masalah ketiga tentang model pengajar
an cerpen yang paling sesuai untuk mengajarkan cerpen-cerpen

Danarto, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut.
8) Bagaimanakah model pengajaran yang efektif untuk menga

jarkan cerpen-cerpen Danarto di perguruan tinggi (LPTK)
berdasarkan hasil uji coba tes yang telah dilakukan?
1.5 Definisi Operasional

Untuk lebih menjelaskan maksud penelitian ini, penulis

terlebih dulu perlu mendefinisikan beberapa istilah/kata
kunci seperti terdapat pada judul penelitian ini.
Analisis. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa

(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa
sebab-sebab dan duduk perkaranya. Penyelidikan itu dilakukan

dengan memecahkan atau menguraikan, paling tidak secara

parsial, setiap hal yang kompleks ke dalam berbagai unsurnya. Dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap

14

cerpen sebagai suatu karangan atau teks.
Semiotik. Semiotik merupakan suatu pendekatan yang

digunakan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan sistem
tanda dalam komunikasi. Sesuai dengan adanya tiga aspek
teks,

maka dapat dibedakan tiga ruang lingkup semiotik:

sintaksis semiotik,
tik.

semantik semiotik, dan pragmatik semio

Penelitian semiotik dalam tesis ini pertama-tama mela

kukan analisis sintaksis,

baru kemudian diikuti oleh anali

sis semantik dan pragmatis.

Cerpen. Cerpen adalah singkatan untuk cerita pendek.

Cerita pendek dibatasi sebagai suatu jenis sastra fiksi

prosa yang lebih kecil dari novel dan novelet, yang ditandai
oleh adanya konsentrasi pada gagasan tunggal. Adapun cerpen

yang diteliti dalam tesis ini adalah kumpulan cerpen Berha

la, kumpulan cerpen ketiga Danarto, yang diterbitkan oleh
Pustaka Firdaus,

tahun 1987.

Memilih. Yang dimaksudkan dengan kata ini adalah tindakan menentukan salah satu di antara berbagai pilihan. Dalam

tesis ini pemilihan dilakukan terhadap salah satu model

pengajaran di antara model pengajaran yang sudah ada. Pemil
ihan ini dilakukan dengan berpedoman pada tujuan pengajaran

sastra, hakikat pendekatan semiotik, dan ciri-ciri cerpen
Danarto.

Model Pengajaran. Model Pengajaran dalam tesis ini

diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh pengajar

dalam proses pembelajaran agar tercipta interaksi yang baik
antara pembelajar dan pembelajar dan antara pembelajar dan

BAB

III

METODOLOGI PENELITI

3.1 Pengantar

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka perlu metodologi penelitian yang tepat dan

sesuai. Untuk itu, pada bab ini akan diuraikan tentang objek

penelitian, metode dan teknik penelitian, instrumen peneli
tian, teknik pengolahan data, dan model analisis cerpen.
3.2 Objek Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian yang sudah dike

mukakan pada Pendahuluan, objek khusus (formal) dari peneli
tian (atau subjek penelitian) ini berpusat pada ciri-ciri

yang menonjol pada cerpen-cerpen Danarto yang terkumpul pada
kumpulan cerpen Berhala. Objek utama ini akan dilihat pula
dari segi implikasinya terhadap tradisi dan pembaharuan

dalam cerpen Indonesia serta terhadap pembentukan model
pengajaran cerpen.

Adapun yang dijadikan objek penelitian sebagai sumber
data adalah kumpulan cerpen Danarto yang terkumpul dalam
Berhala, terbitan Fustaka Firdaus, cetakan pertama, tahun

1987. Kumpulan cerpen ini terdiri atas 13 cerpen, yaitu (1)
"!", (2) "Panggung", (3) "Pelajaran Pertama Seorang Warta-

wan", (4) "Memang Lidah Tak Bertulang", (5) "'Anakmu bukan
lah anakmu', Ujar Kahlil Gibran", (6) "Selamat Jalan, Nek",
(7) "Dinding Ibu", (8) "Pundak yang Begini Sempit",
64

65

(9) "Gameretak dan Serpihan-serpihan", (10) "Dinding Anak",

(11) "Pagebluk", (12) "Langit Menganga", dan

(13) "Cendera

Mata".

3.3 Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dua metode, yaitu metode penelitian deskriptif-analitis dan

metode eksperimen. Metode deskriptif analitis dipilih karena

penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang dianalisis (Webest,1982:119). Dalam peneli
tian semacam ini, peneliti menjadi partisipan; peneliti
memasuki dunia data yang ditelitinya, mencoba menganalisis
konsep-konsep yang ada di dalamnya, dan terus-menerus mem

buat sistematisasi objek yang ditelitinya, yaitu apa makna

yang terkandung di dalam kumpulan cerpen Berhala karya
Danarto.

Penelitian ini dikongkretkan lewat dua tahap pembacaan,

yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik
(Riffaterre, 1978:5-6). Pada pembacaan heuristik, yakni

tahap pembacaan tingkat pertama, yang memiliki peran penting
adalah kompetensi linguistik pembaca. Artinya pada tahap

ini, pembaca diharapkan dapat mengartikan setiap satuan

linguistik yang digunakan yang semuanya itu sesuai dengan
konvensi bahasa yang berlaku. Selanjutnya pada pembacaan

hermeneutik, yakni pembacaan tahap kedua, pembacanya diha

rapkan dapat mencari makna yang terkandung dalam teks yang

dibacanya. Kemampuan itu sangat ditentukan oleh kompetensi
linguistiknya. Apabila kompetensi linguistiknya kurang,

66

sulit baginya untuk dapat mencari makna teks tersebut. Pada
tahap pembacaan hermeneutik ini, pembaca diharapkan mampu
menafsirkan makna teks sesuai dengan konvensi sastra dan
budaya yang melatarbelakanginya.

Selanjutnya, digunakan metode eksperimen. Hal ini
dilakukan karena ingin mengetahui pengaruh variabel tertentu

terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang dikontrol secara
ketat (Nasution, 1991:47). Yang dijadikan variabel bebas

dalam penelitian ini adalah tes yang berisi analisis salah

satu cerpen Berhala dengan pendekatan semiotik dan variabel

tergantungnya adalah mahasiswa SI jurusan bahasa Indonesia
FKIP UNPAS angkatan 1993.

Adapun penelitian ini dilakukan melalui sejumlah tahapan sebagai berikut.

1) Menentukan fokus objek penelitiannya (menelaah ciri-ciri
yang menonjol pada kumpulan cerpen Berhala karya Danarto.

2) Menentukan naskah yang dipakai sebagai objek penelitian.
3) Melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan terhadap buku
dan terbitan yang ada kaitannya dengan objek penelitian,

baik berupa buku-buku tentang teori semiotik, sejarah
kesusastraan Indonesia dan kedudukan Danarto di dalamnya,

maupun komentar dan kupasan tentang karya-karya Danarto.

4) Menganalisis objek penelitian yakni menyelidiki ciri-ciri
yang menonjol pada kumpulan cerpen Berhala karya Danarto
secara semiotik. Analisis dimulai dari segi struktur

naratif yang diawali dengan analisis sintaksis naratif

yang menyangkut satuan cerita dan fungsinya; analisis

67

semantik yang menyangkut unsur cerita yang asosiasinya di
dalam pikiran pembaca (tokoh dan ruang dan waktu);
analisis pragmatik difokuskan pada aspek pengujaran atau

penceritaannya. Yang terakhir adalah analisis makna
tasauf yang isyarat-isyaratnya dapat dilihat pada
struktur naratif.

5) Menafsirkan hasil analisis dalam hubungannya dengan

pembaruan yang dilakukan Danrto dalam tradisi penulisan
cerpen Indonesia.

6) Menarik implikasi dari langkah (5) dan (6) di atas untuk
mengajukan model pengajaran cerpen.

7) Karena penelitian ini tidak semata-mata penelitian pusta

ka tetapi juga penelitian lapangan untuk mencari model
pengajaran cerpen, maka langkah selanjutnya membuat
instrumen tes untuk diujicobakan di kelas jurusan Bahasa
Indonesia FKIP UNPAS angkatan 1993.

8) Untuk mencari faktor-faktor penunjang, maka dilakukan

wawancara kepada pengajar mata kuliah serta memberikan
angket pendapat kepada mahasiswa.
8) Menyimpulkan dan

melaporkan.

3.4 Instrumen Penelitian

Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan instru

men penelitian yang terdiri dari jenis instrumen sebagai
berikut.

1)

Pedoman Analisis Teks

Pedoman analisis ini digunakan untuk menganalisis tiap-

68

tiap cerpen. Adapun pedoman itu adalah sebagai berikut
TABEL 1.3

No.

POKOK ANALISIS

1.

Aspek Struktur
a.

Struktur Cerita

c.

Penokohan

PEDOMAN ANALISIS

PENJELASAN

Peristiwa-peristiwa apa yg
terdapat dalam cerpen tsb?
Tokoh siapa yg penting?

Bagaimana gambaran fisik
tokoh?

Bagaimana peranan dalam
lingkungan sosialnya?
d.Ruang dan Waktu
e. Penguj aran

Aspek Makna

2.

Kapan dan di mana cerita
itu terjadi?
Bagaimana modus dan tutur
yang terdapat dalam kum
pulan cerpen Berhala?
Makna tasauf yang bagaima
nakah yang tercermin
di dalam kumpulan cerpen
Berhala?

2)

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara diberikan kepada pengajar yang meme-

gang mata kuliah apresiasi sastra. Tujuannya

untuk mengeta

hui jenis pendekatan mengajar yang selama ini digunakannya.
3)

Tes

Tes analisis semiotik salah satu cerpen Berhala karya

Danarto untuk diujicobakan kepada mahasiswa SI Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Gunanya untuk menge

tahui kemampuan mahasiswa tentang semiotik sehingga tes

tersebut dapat digunakan untuk menciptakan model pengajaran
yang sesuai.

69

3.5 Teknik Pengolahan Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu data kualitatif tentang ciri-ciri yang menonjol pada
cerpen Danarto dan data kuantitatif tentang hasil tes. Dalam
hal data kualitatif, pengolahan data dilakukan dengan peng-

klasifikasian dan penafsiran makna. Adapun untuk data kuan
titatif digunakan prosedur berikut ini.

Alat pengukur pada umumnya harus memenuhi syarat utama,

yaitu alat tersebut harus valid (sahih) dan reliabel (dapat
dipercaya). Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat terse
but mengukur apa yang ingin diukur olrh alat tersebut.

Untuk memperoleh instrumen (alat ukur) yang valid,

peneliti telah berusaha menyusun item-item dengan memperha

tikan topik yang akan diajarkan. Kemampuan yang akan diuji
mencakup aspek ingatan (CI), pemahaman (C2), aplikasi (C3),
dan analisis (C4) berdasarkan domain kognitif dari Bloom
(1971) .

Agar tes dapat dikerjakan oleh semua testi, maka sebelum dilakukan uji coba alat tes tersebut perlu dikoreksi

oleh para ahli. Item-item tes beserta penyelesaiannya diko
reksi dan ditimbang dengan teliti oleh pembimibng yang seka-

ligus sebagai orang yang ahli dalam bidangnya (Sastra Indo
nesia) . Dengan demikian secara logis dapat dikatakan bahwa
tes tersebut telah memiliki validitas isi dan siap untuk
diuj icobakan.

Setelah dilakukan proses penimbangan pada keseluruhan

butir tes, kemudian tes diujicobakan pada 46 orang mahasiswa

70

semester V (FKIP UNPAS) yang telah mempelajari mata kuliah

apresiasi sastra. Uji coba dilakukan pada tanggal 4 Januari
1995. Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas item,

daya pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitas tes.
Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan

yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan
skor total menjadi tinggi atau rendah (Suharsimi, 1993:72).

Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah item mempu

nyai validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan
angka kasar:
N E XY

rXY

/

-

(E X) (E Y)

[(NEX2 - (EX)2][ NEY2 - (EY)2]

Jika harga r hitung < harga kitik dalam tabel, maka korelasi
tersebut tidak signifikan.

Sedangkan untuk menghitung daya pembeda soal (item),

digunakan tabel critical ratio determining significance of
statistic. Untuk menentukan daya pembeda soal berarti

(signifikan) atau tidak, dicari dulu derajat kebebasan (dk)
dengan rumus:

dk = (nt - 1) = (nr
nt= nr = 27% x N = n

- 1)

kemudian digunakan rumus:

Mt
T

P

=

EXh

/
n

dengan I

-

Mr

2 + EX„ 2

L_

(n - 1)

= Indeks pembeda soal

71

Mt

= rata-rata skor dari kelompok tinggi

M

= rata-rata skor dari kelompok rendah

E Xt 2 = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
E X

2 = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah

n

= 27% jumlah tester (N)

Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan),
jika I

hitung s I tabel (Pratiknyo, 1985:12).

Agar tes dapat digunakan, setiap soal harus diselidiki
tingkat kesukarannya. Soal-soal yang terlalu mudah atau
terlalu sukar harus direvisi atau diganti. Untuk menentukan

indeks kesukaran soal bentuk pilihan berganda digunakan
rumus:

o

Ik

= (St

K

n

+

S

)

2 n (o - 1 )

di mana:

Ik

= Indeks kesukaran soal

St = Banyaknya jawaban yang salah, dibuat oleh kelompok
tinggi

Sr = Banyaknya jawaban yang salah, dibuat oleh kelompok
rendah

o

= banyaknya pilihan (option)

n

= 27% dari populasi (N)

Soal dikatakan:

a. mudah sekali jika 0

Dokumen yang terkait

Kekuatan Unsur Intrinsik Cerpen Dalam Kumpulan Cerpen Ah. . . Gerimis Itu Karya Hidayat Banjar: Analisis Struktural

20 397 100

Analisis Wacana kumpulan Cerpen BH Karya Emha Ainun Najib

3 33 75

Analisis Cerpen “Senyum” dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto (Sebuah Alternatif Materi Pembelajaran Sastra)

2 22 10

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 3 12

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 0 14

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN ”LINTAH” DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN ”LINTAH” DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU.

0 0 13

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KUMPULAN CERPEN AIR KALDERA KARYA JONI ARIADINATA SEBAGAI UPAYA PENYEDIAAN BAHAN AJAR APRESIASI CERPEN DI SMA.

4 21 26

“Mistik dalam Kumpulan Cerpen Godlob Karya Danarto”.

1 13 20

BAB II IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK TOKOH-TOKOH AKU DALAM CERPEN-CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN MAJIKANKU EMPU SENDOK - REPRESENTASI TKW DI HONG KONG DALAM CERPEN-CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN MAJIKANKU EMPU SENDOK KARYA DENOK K. ROKHMATIKA Repository - UNAIR RE

0 0 31

BAB III REPRESENTASI TKW DI HONG KONG DALAM CERPEN-CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN MAJIKANKU EMPU SENDOK - REPRESENTASI TKW DI HONG KONG DALAM CERPEN-CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN MAJIKANKU EMPU SENDOK KARYA DENOK K. ROKHMATIKA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 72