ANALISIS SEMIOTIS KUMPULAN CERPEN BERHALA KARYA DANARTO : Sebuah Studi Deskriptif Sebagai Upaya Memilih Model Pengajaran Cerpen di LPTK.
ANALISIS SEMIOTIS
KUMPULAN CERPEN BERHALA KARYA DANARTO
(Sebuah Studi Deskriptif Sebagai Upaya Memilih
Model Pengajaran Cerpen di LPTK)
TESIS
Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar
Magister Pendidikan Pengajaran Bahasa Indonesia
pada Program Pascasarjana IKIP Bandung
Oleh:
EKARINI SARASWATI
No. Induk: 9332024
Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
BANDUNG
1996
LEMBAR
PERSETUJUAN
Disetujui dan Disahkan untuk Menempuh
Ujian Tahap II
Pembimbing I
Prof.
Dr.
H.
Yus Rusyana
Pembimbing II
Prof. Dr. H.
G.
Tarigan
DAFTAR ISI
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
10
1.3.1 Tujuan Penelitian
10
1.3.2 Manfaat Penelitian
11
1.4 Asumsi dan Pertanyaan Penelitian
11
11
1.4.1 Asumsi Penelitian
1.4.2 Pertanyaan Penelitian
12
1.5 Definisi Operasional
13
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG SEMIOTIK, TRADISI DAN
PEMBARUAN, SERTA PENGAJARAN SASTRA
15
15
2.1 Pengantar
16
2.2 Teori Semiotik
17
2.2.1 Semiotik ala Peirce
2.2.2 Semiotik ala Saussure
20
25
2.3 Makna Karya Sastra
2.3.1 Makna dalam Pendekatan Semiotik
25
2.3.2 Makna Tasauf dalam Karya Danarto
30
33
2.4 Struktur Karya Sastra
35
2.4.1 Struktur Cerita
38
2.4.2 Tokoh
39
2.4.3 Ruang dan Waktu
vm
IX
2.4.4 Penguj aran
41
2.4.4.1 Kategori Modus
42
2.4.4.1.1 Pemfokusan
43
2.4.4.1.2 Jarak Pandangan
44
2.4.4.2 Kategori Tutur
47
2.5 Tradisi dan Pembaruan dalam Kesusastraan
49
2.6 Pendekatan Semiotik dalam Pengajaran Cerpen
51
2.6.1 Pengaj aran Cerpen
51
2.6.2 Pendekatan Semiotik dalam Pengajaran Cerpen
54
2.7 Model Pengajaran Cerpen
56
2.7.1 Pengertian Model Pengajaran
56
2.7.2 Pemilihan Model Mengajar
58
2.7.3 Model Mengaj ar Inquiri
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
64
3.1 Pengantar
64
3.2 Objek Penelitian
64
3.3 Metode dan Teknik Penelitian
65
3.4 Instrumen Penelitian
67
3.5 Teknik Pengolahan Data
69
3.6 Model Analisis Cerpen
72
BAB IV PEMBAHASAN KUMPULAN CERPEN BERHALA
86
BERDASARKAN HASIL ANALISIS SEMIOTIK
86
4.1 Pengantar
86
4.2 Analisis Struktur Cerita
86
4.2.1 Urutan Tekstual Satuan Isi Cerita
86
4.2.2 Urutan Peristiwa Secara Kronologis
110
4.2.3 Urutan "Logis" Peristiwa
118
4.3 Analisis Tokoh
132
4.3.1 Pembahasan Nama
132
4.3.2 Gambaran Fisis Tokoh
137
4.3.3 Gambaran Lingkungan Sosial
141
4.4 Analisis Ruang dan Waktu
163
4.4.2 Waktu
176
4.5 Pengujaran
189
4.5.1 Kategori Modus
189
4.5.1.1 Pemusatan Pandangan
189
4.5.1.2 Kedalaman Pandangan
190
4.5.1.3 Jarak Pandangan
192
4.5.2 Kategori Tutur
192
4.5.2.1 Penceritaan
192
4.5.2.3 Kehadiran Pencerita
193
4.6 Makna
1 Q1
xr
BAB V DANARTO SEBAGAI PEMBARU TRADISI PENUISAN CERPEN
INDONESIA MUTAKHIR
5.1 Pengantar
205
205
5.2 Kedudukan Cerpen dalam Sejarah Kesusastraan Indonesia
5.3 Tradisi dan Pembaruan Cerpen Indonesia
210
5.3.1 Periode Sebelum Perang Dunia Kedua
212
5.3.2 Periode Pujangga Baru
215
5.3.3 Angkatan '45
217
5.3.4 Angkatan '66 dan Kontemporer
227
XI
5.3.5 Tinjauan atas Kedudukan Kumpulan Cerpen Berhala
248
karya Danarto dalam Kerangka Tradisi dan Pembaruan 248
Penulisan Cerpen Indonesia
248
252
BAB VI MODEL PENGAJARAN
252
6.1 Dasar Pemikiran
255
6.2 Model Pengajaran Inquiri
263
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
263
7.1 Pengantar
264
7.2 Kesimpulan
268
7.3
Saran
271
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
Lampiran 1 Biografi Singkat Danarto
275
Lampiran 2 Lembaran Tes untuk Mahasiswa
278
Lampiran 3 Angket untuk Mahasiswa
297
Lampiran 4 Angket untuk Dosen
298
Lampiran 5 Hasil Penghitungan Uji Coba
299
Lampiran 6 Surat Tugas Penelitian
301
*esb*
DAFTAR TABEL
Tabel 1.3 Pedoman Analisis
68
TABEL 1.4 Urutan Logis
131
TABEL 2.4 Nama Tokoh
136
TABEL 3.4 Gambaran Fisik Tokoh
140
TABEL 5.4 Ruang
175
TABEL 5.4 Waktu
188
TABEL 6.4 Kedalaman Pandangan: Fokus Dalam
191
TABEL 7.4 Kedalaman Pandangan: Fokus Luar
191
TABEL 8.4 Makna
203
TABEL 1.6 Validitas Item Soal
253
*esb*
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cerpen merupakan jenis sastra yang berkembang luas
dalam masyarakat. Banyak kumpulan cerpen yang telah terbit.
Bahkan ada majalah yang khusus memuat cerpen atau sebagian
besar isinya berupa cerpen. Di samping itu, berbagai majalah
hiburan atau bahkan hampir tiap surat kabar yang terbit di
Indonesia pada waktu-waktu tertentu menyediakan rubrik
khusus untuk cerpen (Yassin, 1985:3; Rosidi, 1983:10; Damono, 1983:58; Sumarjo, 1983:27).
Ajip Rosidi (1959:3) mengatakan bahwa "di samping
puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam dunia kesusastraan Indonesia sesudah perang Dunia
Kedua." Bentuk cerpen tidak saja digemari oleh para penga-
rang, melainkan juga disukai oleh pembaca. Dalam waktu yang
relatif singkat seseorang dapat menikmati satu karya sastra
secara lengkap-utuh.
Kenyataan perkembangan sastra yang ada dalam masyarakat
ini seharusnya dijadikan salah satu faktor yang perlu diper-
timbangkan dalam menentukan materi pengajaran sastra di
sekolah. Dengan demikian, apa yang disajikan di sekolah
tidak terlalu jauh jaraknya dengan apa yang hidup dalam
lingkungan para siswa. Namun kenyataannya, apabila orang
berbicara tentang pengajaran sastra berbentuk prosa,
umumnya
arah pembicaraannya terpusat pada karya sastra berbentuk
novel, baik pengertiannya, sejarah perkembangannya dari satu
periode ke periode yang lain, maupun ulasan atau telaahnya
(Sarwadi,
1991:97).
Cerpen merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat
padat, yang unsur ceritanya berpusat pada satu peristiwa
pokok, sehingga jumlah tokoh dan pengembangan perilakunya
terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.
Karena bentuknya yang singkat itu, penyajian cerpen dalam
proses belajar-mengajar dimungkinkan berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat juga.
Selain itu, cerpen memiliki khazanah cerita yang bera-
gam. Sejak awal kemunculannya pada tahun 1930-an cerpen
mengalami perkembangan subur. Banyak pengarang yang muncul
memiliki -berbagai keragaman, baik asal daerahnya,
latar
sosial dan budaya serta profesinya, maupun pandangan hidup
dan keyakinan agamanya. Oleh karena itu, permasalahan yang
mengilhami atau menjadi topik penulisan cerpen beragam;
hampir semua sektor kehidupan menusia dalam masyarakat dapat
dicari pencerminannya dalam cerpen. Gambaran tentang kehi
dupan buruh, petani, nelayan, pedagang, guru, penganggur,
pejuang, pegawai, mahasiswa, pelajar, priyayi dan yang lain
dapat diperoleh dalam cerita pendek. Keanekaragaman cerita
itu dapat dimanfaatkan
sebagai usaha memperluas cakrawala
pandangan siswa terhadap berbagai permasalahan hidup dalam
masyarakat.
Dalam kaitan ini, di antara cerpen-cerpen yang penting
dipertimbangkan adalah cerpen-cerpen karya Danarto. Danarto
merupakan salah seorang cerpenis Indonesia yang memiliki
kedudukan yang baik dalam dunia kesusastraan Indonesia. Dari
segi kuantitas, Danarto sudah menulis banyak cerpen yang
dipublikasikan dalam berbagai koran dan majalah. Di antara
cerpen-cerpen tersebut ada yang sudah diterbitkan dalam
bentuk buku kumpulan cerpen: Godlob, Adam Ma'rifat, Berhala,
dan Gergasi. Walaupun dari segi kuantitas ini barangkali
Danarto tidak merupakan cerpenis yang terlalu produktif,
akan tetapi hal ini diimbanginya dengan kualitas cerpen-
cerpennya yang rata-rata menarik perhatian para pengamat dan
para ahli sastra Indonesia, baik dari dalam maupun dari luar
negeri.
Pengamat sastra dari Belanda,
Prof. A. Teeuw
(1984:199), menyejajarkan Danarto dengan Budi Darma, Putu
Wijaya dan Iwan Simatupang sebagai penulis fiksi yang paling
berhasil dalam usaha pembaruan khususnya dalam hal teknik
fiksi, di samping sedikit banyak juga dalam hal isi. Pemba
ruan itu berlaku baik dalam penggarapan tema
yang sudah
lebih mendalam mencapai relung gelap, lebih bebas dan lebih
menyentuh halus, maupun dalam bentuk.
Burton Raffel, pengamat kesusastraan Indonesia dari
Colorado, menyatakan dalam The Wall Street Journal yang
terbit di Hongkong, bahwa Danarto merupakan seorang ekspri-
mentari yang "karya-karyanya sangat modernistik, dipengaruhi
baik oleh psikologi abad 20, maupun oleh problem psiatriknya
sendiri sebagai pengarang."
Selanjutnya dikatakannya pula
bahwa cerpen-cerpen Danarto "merupakan cerpen yang paling
menarik di dunia. Kekuatan dan keistimewaannya bahkan mele-
bihi cerpen-cerpen terbaik yang dihasilkan pengarang Eropa
dan Amerika dewasa ini"
{Waspada,
20 April 1980).
Harry Aveling, pengamat kesusastraan Indonesia dari
Australia, memberikan perhatian khusus dengan menerjemahkan
karya-karya Danarto ke dalam bahasa Inggris; di antara karya
terjemahannya adalah From Surabaya to Armagedon dan Crossing
the Border: Five Indonesian Short Stories. Karya terjema
hannya yang kedua telah beredar di Amerika serikat. Menurut
katalog The Cellar Bookshop, Danarto termasuk penulis yang
kedudukannya setaraf dengan William Blake (1757-1827),
penyair Inggris yang memproklamasikan imajinasi untuk mengatasi rasionalisme, artifisialitas, hukum moral dan materialisme abad ke-18
(Kompas, 6 Mei 1987).
Selain pengamat asing, pengamat dalam negeri pun telah
memberikan sambutan yang positif, di antaranya Sapardi Djoko
Damono. Damono menilai karya Danarto sebagai "trend baru
yang bernilai," di samping mendudukkan Danarto sebagai pelopor Angkatan 70 (Berita Buana, 5 Juli 1988).
Sementara itu, sambutan yang negatif pun tidak sedikit.
Arief Budiman (Minggu Pagi, Juli 1986), misalnya, menyatakan
bahwa cerpen Danarto termasuk "cerpen orang yang kesurupan."
Karena itu, karya Danarto dianggapnya bukan karya sastra.
Pernyataan yang hampir senada dilontarkan juga oleh Korry
Layun Rampan (Pelita, 25 November 1980) , yang menulis bahwa
"Cerpen-cerpen Danarto telah gagal mencapai tujuannya,
apalagi untuk dikatakan sebuah karya yang mempunyai wawasan
sastra yang tinggi".
Kecaman kedua pengamat sastra di atas, ternyata,
tidak
menggoyahkan kedudukan Danarto sebagai cerpenis yang handal.
Hal tersebut terbukti dengan banyaknya penghargaan sastra
yang telah diterimanya. Cerpen "Rintrik" yang dimuat di
majalah Horison pada 1968 dikukuhkan sebagai cerpen terbaik
versi majalah itu untuk tahun tersebut. Tim penilai SEA
Write Award Indonesia telah memilih
Danarto sebagai peme-
nang sastra untuk tahun 1988 karena kreativitasnya pada lima
tahun terakhir. Di samping itu, kumpulan cerpen Danarto yang
ketiga, Berhala, dinilai sebagai karya sastra yang paling
menonjol dari segi pesan dan wawasan estetiknya. Terakhir,
kumpuan cerpen Berhala
dinyatakan sebagai buku terbaik 1990
versi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mengingat pentingnya kedudukan Danarto dalam khazanah
kesusastraan Indonesia, maka Cerpen-cerpen Danarto penting
untuk ditelaah. Beberapa ulasan tentang cerpen Danarto telah
dilakukan di antaranya oleh Rayani Sriwidodo (1985) yang
menelaah Godlob dengan menggunakan pendekatan semiotik
Lotman, yang dimuat dalam buku Cerpen Indonesia Mutakhir
yang disunting oleh Pamusuk Eneste. Sriwidodo mengungkapkan
bahwa cerpen karya Danarto memiliki gaya yang khas seperti
sebuah lukisan yang penuh warna. Selain itu, dia juga menin-
jau Godlob sebagai karya sastra yang penuh dengan simbolsimbol dari dunia mistik sehingga menimbulkan suasana yang
irasional dan abstrak.
Hal senada juga dikemukakan oleh pengamat lain. Y.B.
Mangunwijaya (1982), dalam bukunya Sastra dan Religiositas,
memandang Godlob sebagai sebuah karya sastra hasil pergolakan batin yang personal yang tidak setiap orang mampu untuk
memahaminya. Selanjutnya Prihatmi (1979) dalam makalahnya
yang disampaikan dalam seminar penelitian sastra menemukan
adanya keanehan-keanehan struktur yang terdapat di dalam
Godlob.
Sumardjo (1974)
dalam majalah Horison memberikan
tinjauan mengenai pengaruh mistik panteistik pada cerpencerpen Danarto. Keempat pengulas di atas pada dasarnya
mengemukakan adanya dunia alternatif dalam cerpen-cerpen
Danarto. Namun, ulasannya baru berupa suatu garis besar dan
belum sampai mendalam, barangkali karena keterbatasan media
penyampai.
Hasil penelitian yang lebih mendalam dilakukan oleh
Tjitrosubono dkk.
(1985) yang sudah dibukukan dengan judul
Memahami Cerpen-cerpen Danarto dan diterbitkan oleh P3B
Depdikbud. Tjitrosubono menelaah cerpen-cerpen Godlob dengan
menggunakan pendekatan struktur dan menggabungkannya dengan
pendekatan ekstrinsik. Hasil penelitian Tjitrosubono ini
bukan merupakan tesis. Penulis belum menemukan hasil peneli
tian tentang Danarto dalam bentuk tesis.
Penemuan ini dida-
sarkan pada hasil penelusuran pustaka yang dilakukan penulis
selama ini di perpustakaan IKIP bandung,
Pusat dokumentasi H.B. Yassin Jakarta,
dan Pengembangan Bahasa Jakarta.
UGM Yogyakarta,
dan Pusat Pembinaan
Melihat hasil penelusuran pustaka di atas, dapat dika-
takan bahwa penelitian cerpen Danarto hingga saat ini masih
sangat terbatas. Dari segi pendekatan pun, umumnya penelitian-penelitian yang ada baru sebatas penelitian struktur
atau dari sudut tinjauan tertentu. Padahal, secara ideal,
penelitian sastra harus mengindahkan keutuhan karya sastra
sebagai suatu sistem tanda yang utuh. Menurut Culler (Teeuw,
1984:143), ilmu sastra yang sejati haruslah bersifat semio
tik, yaitu harus menganggap sastra sebagai sistem tanda.
Tugas semiotik bukanlah deskripsi tanda-tanda tertentu,
melainkan "to describe those conventions that underlie even
the most 'natural' modes of behavior and representation
(memerikan konvensi-konvensi yang melandasi ragam perilaku
dan pembayangan). Hal ini karena seluruh pengalaman dan
kebudayaan manusia berdasarkan tanda dan mempunyai dimensi
simbolik yang dominan.
Pendekatan semiotik yang memberi perhatian kepada aspek
konvensi sastra ini ternyata sejalan dengan tujuan pengajar
an sastra di sekolah yang justeru hendak mengakrabkan siswa
dengan karya sastra (apresiasi sastra). Ini berarti bahwa
pengajaran sastra hendaknya mengantarkan siswa agar dapat
mengenali konvensi yang mendasari karya sastra dan dapat
mengantarkannya untuk memahami karya tersebut. Diharapkan
agar para siswa dibawa masuk menggauli karya sastra itu
sehingga tumbuh kepekaan dan perasaannya terhadap berbagai
unsur estetik yang terdapat di dalamnya (Sarwadi, 1991:98).
Hal ini sesuai dengan pendapat Rusyana (1991:118) yang
menekankan perlunya pemahaman yang integral dan total di
dalam membaca karya sastra.
Berdasarkan pertimbangan ini, kiranya dapat dikatakan
bahwa pendekatan yang sangat baik untuk memahami karya
sastra sekaligus yang sesuai dengan tuntunan kurikulum
adalah pendekatan semiotik. Sebagai suatu pendekatan yang
memandang karya sastra dalam kerangka komunikasi, pendekatan
semiotik kiranya akan memberi tahu kita unsur-unsur serta
dimensi-dimensi apakah dalam cerpen yang harus diperhatikan
agar makna yang terkandung di dalamnya dapat diungkapkan.
Ini penting agar apresiasi dapat lebih ditingkatkan.
1.2 Pembatasan dan Perwmisan Masalah
Permasalahan di atas masih terlalu luas karena belum
menunjukkan batas-batas yang jelas tentang jangkauan dan
kedalaman penelitian yang dilakukan. Agar lebih operasional,
maka masalah itu akan dibatasi dan kemudian dirumuskan
sehingga menjadi khusus dan operasional.
Masalah dikhususkan dengan beberapa pembatasn berikut.
Pertama, kumpulan cerpen karya Danarto yang dipilih adalah
kumpulan cerpen Berhala yang merupakan kumpulan cerpen
ketiga. Hal ini disebabkan kumpulan cerpen tersebut menandai
suatu tahap penting dalam konteks kesastrawanan Danarto yang
cukup berbeda dengan kumpulan cerpen sebelumnya. Dalam
kumpulan cerpen Berhala, Danarto telah meninggalkan dunia
panteisme Jawa dan mulai terjun ke dunia nyata. Sebagaimana
ditegaskan oleh Umar Kayam dalam "Kata Pengantar"-nya untuk
Berhala, "Pada kumpulan cerpen ini Danarto tidak lagi meng-
hadirkan melaekat, kadal,
kodok,
zat asam,
Bekakrakan,
Wewe,
Hamlet, Salome, Abimanyu, melainkan orang-orang dari kehidu
pan sehari-hari kita". Di samping itu, Berhala lebih banyak
menggambarkan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi pada
masyarakat.
Pembatasan kedua berkenaan dengan pendekatan. Dari
berbagai kemungkinan pendekatan, penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan semiotik. Hal ini dilakukan
karena pendekatan semiotik merupakan pendekatan yang paling
sesuai untuk memahami karya sastra (Teeuw, 1984:43). Berkait-
an dengan ini, berdasarkan pembatasan ketiga, titik pusat
perhatian penelitian ini adalah untuk mencari ciri-ciri
menonjol yang selalu muncul dalam cerpen-cerpen Danarto.
Dengan perkataan lain, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui konvensi-konvensi yang tergambar dalam cerpen-cerpen
Danarto untuk mengetahui pembaruan yang dilakukannya dalam
tradisi penulisan cerpen Indonesia.
Pembatasan keempat berkenaan dengan arah penelitian
ini.
Penelitian ini dilaksanakan dan diarahkan terutama
untuk kepentingan pengajaran sastra, bukan untuk kepentingan
teori sastra begitu saja. Secara khusus, penelitian ini
diarahkan untuk memilih sebuah model pengajaran sastra,
yaitu model pengajaran cerpen Danarto. Untuk tujuan ini,
analisis semiotik atas cerpen akan menentukan suatu model
pengajaran yang diajukan sebagai alternatif untuk pengajaran
sastra (cerpen) pada jenjang SI di LPTK.
Dengan pembatasan-pembatasan di atas permasalahan utama
10
yang ingin dicoba dijawab dalam penelitian ini adalah ciri-
ciri apakah yang terdapat dalam kumpulan cerpen Berhala yang
perlu diperhatikan agar pengapresiasian cerpen-cerpen terse
but dapat dilakukan dengan lebih baik. Secara khusus, perma
salahan utama itu dapat diuraikan menjadi tiga permasalahan
pokok berikut.
1) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la karya Danarto?
2) Bagaimanakah akibat ciri-ciri khusus itu terhadap tradisi
dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia?
3) Model pengajaran yang bagaimanakah yang paling sesuai
untuk mengajarkan cerpen-cerpen Berhala di Lembaga Pendi
dikan Tinggi Keguruan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri
khusus yang terdapat dalam kumpulan cerpen Berhala yang
kiranya sangat menentukan keberhasilan pembacaannya. Secara
khusus,
tujuan penelitian ini dapat dirinci menjadi tiga
tujuan berikut.
1) Untuk memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri yang menon
jol dalam cerpen-cerpen Berhala.
2) Untuk memperoleh deskripsi tentang akibat ciri-ciri
khusus itu terhadap tradisi dan pembaruan penulisan
cerpen Indonesia.
3) Untuk memperoleh model pengajaran cerpen-cerpen Berhala
yang paling sesuai di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependi-
11
dikan
(LPTK).
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dengan mencapai ketiga tujuan di atas, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengajaran sastra
(khususnya cerpen) pada jejang pendidikan SI. Kegunaan ini
dapat ditarik dari dua segi penelitian ini: dari segi hasil
dan dari segi proses. Dari segi hasil, penelitian ini dapat
memberikan manfaat berupa uraian semiotik cerpen-cerpen
Danarto berikut model pengajaran cerpen, sebagai bandingan
bagi uraian dan model yang lain. Dari segi proses, peneli
tian ini dapat memberikan manfaat berupa cara menguraikan
cerpen dengan pendekatan semiotik seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini, sebagai bandingan dengan cara mengu
raikan yang lain. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan alternatif yang dapat membuka kemungkinankemungkinan yang lebih baik untuk pengajaran cerpen pada
jenjang SI.
1.4 Asumsi dan Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Asumsi Penelitian
Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian di
atas didasarkan kepada beberapa asumsi berikut.
1) Cerpen merupakan suatu sistem tanda yang utuh, yang untuk
kepentingan teoretis, dapat dianalisis ke dalam berbagai
unsur dan aspek yang membangunnya.
2) Di antara berbagai unsur dan aspek yang membangun keutu-
han cerpen terdapat ciri-ciri yang menonjol yang akan
12
menentukan makna cerpen tersebut dan ikut mempengaruhi
tradisi dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia.
3) Ciri khusus/menonjol yang menentukan pemahaman itu meru
pakan kriteria utama untuk memilih model pengajaran
cerpen untuk perguruan tinggi (khususnya LPTK).
Asumsi-asumsi ini secara lebih luas berkenaan dengan
kerangka teori yang melandasi penelitian ini dan yang diuraikan pada Bab II (Kerangka Teori).
1.4.2 Pertanyaan Penelitian
Agar penelitian ini lebih jelas dan diketahui kedalaman
serta keluasan ruang lingkup penelitiannya, maka berdasarkan
asumsi di atas, masalah penelitian yang sudah diajukan perlu
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Hal ini
penting agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam menentu
kan hal-hal apa saja yang diteliti dan hal-hal apa saja yang
tidak diteliti.
Berkenaan dengan masalah pertama tentang ciri-ciri yang
menonjol dalam cerpen Danarto, pertanyaan penelitiannya
adalah sebagai berikut.
1) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan struktur cerita?
2) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan penokohan?
3) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan ruang dan waktu?
4) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan pengujaran?
13
5) Bagaimanakah gambaran makna yang muncul dari cerpencerpen Berhala?
Berkenaan dengan masalah kedua tentang pengaruh ciri-
ciri yang menonjol dalam cerpen Danarto terhadap tradisi dan
pembaruan penulisan cerpen Indonesia, pertanyaan penelitian
nya adalah sebagai berikut.
6) Bagaimanakah pengaruh ciri-ciri khusus itu terhadap
tradisi dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia?
7) Ciri-ciri manakah (aspek-aspek cerpen apakah) yang paling
berpengaruh terhadap pembaruan tradisi penulisan cerpen
Indonesia?
Berkenaan dengan masalah ketiga tentang model pengajar
an cerpen yang paling sesuai untuk mengajarkan cerpen-cerpen
Danarto, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut.
8) Bagaimanakah model pengajaran yang efektif untuk menga
jarkan cerpen-cerpen Danarto di perguruan tinggi (LPTK)
berdasarkan hasil uji coba tes yang telah dilakukan?
1.5 Definisi Operasional
Untuk lebih menjelaskan maksud penelitian ini, penulis
terlebih dulu perlu mendefinisikan beberapa istilah/kata
kunci seperti terdapat pada judul penelitian ini.
Analisis. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa
sebab-sebab dan duduk perkaranya. Penyelidikan itu dilakukan
dengan memecahkan atau menguraikan, paling tidak secara
parsial, setiap hal yang kompleks ke dalam berbagai unsurnya. Dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap
14
cerpen sebagai suatu karangan atau teks.
Semiotik. Semiotik merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan sistem
tanda dalam komunikasi. Sesuai dengan adanya tiga aspek
teks,
maka dapat dibedakan tiga ruang lingkup semiotik:
sintaksis semiotik,
tik.
semantik semiotik, dan pragmatik semio
Penelitian semiotik dalam tesis ini pertama-tama mela
kukan analisis sintaksis,
baru kemudian diikuti oleh anali
sis semantik dan pragmatis.
Cerpen. Cerpen adalah singkatan untuk cerita pendek.
Cerita pendek dibatasi sebagai suatu jenis sastra fiksi
prosa yang lebih kecil dari novel dan novelet, yang ditandai
oleh adanya konsentrasi pada gagasan tunggal. Adapun cerpen
yang diteliti dalam tesis ini adalah kumpulan cerpen Berha
la, kumpulan cerpen ketiga Danarto, yang diterbitkan oleh
Pustaka Firdaus,
tahun 1987.
Memilih. Yang dimaksudkan dengan kata ini adalah tindakan menentukan salah satu di antara berbagai pilihan. Dalam
tesis ini pemilihan dilakukan terhadap salah satu model
pengajaran di antara model pengajaran yang sudah ada. Pemil
ihan ini dilakukan dengan berpedoman pada tujuan pengajaran
sastra, hakikat pendekatan semiotik, dan ciri-ciri cerpen
Danarto.
Model Pengajaran. Model Pengajaran dalam tesis ini
diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh pengajar
dalam proses pembelajaran agar tercipta interaksi yang baik
antara pembelajar dan pembelajar dan antara pembelajar dan
BAB
III
METODOLOGI PENELITI
3.1 Pengantar
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka perlu metodologi penelitian yang tepat dan
sesuai. Untuk itu, pada bab ini akan diuraikan tentang objek
penelitian, metode dan teknik penelitian, instrumen peneli
tian, teknik pengolahan data, dan model analisis cerpen.
3.2 Objek Penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang sudah dike
mukakan pada Pendahuluan, objek khusus (formal) dari peneli
tian (atau subjek penelitian) ini berpusat pada ciri-ciri
yang menonjol pada cerpen-cerpen Danarto yang terkumpul pada
kumpulan cerpen Berhala. Objek utama ini akan dilihat pula
dari segi implikasinya terhadap tradisi dan pembaharuan
dalam cerpen Indonesia serta terhadap pembentukan model
pengajaran cerpen.
Adapun yang dijadikan objek penelitian sebagai sumber
data adalah kumpulan cerpen Danarto yang terkumpul dalam
Berhala, terbitan Fustaka Firdaus, cetakan pertama, tahun
1987. Kumpulan cerpen ini terdiri atas 13 cerpen, yaitu (1)
"!", (2) "Panggung", (3) "Pelajaran Pertama Seorang Warta-
wan", (4) "Memang Lidah Tak Bertulang", (5) "'Anakmu bukan
lah anakmu', Ujar Kahlil Gibran", (6) "Selamat Jalan, Nek",
(7) "Dinding Ibu", (8) "Pundak yang Begini Sempit",
64
65
(9) "Gameretak dan Serpihan-serpihan", (10) "Dinding Anak",
(11) "Pagebluk", (12) "Langit Menganga", dan
(13) "Cendera
Mata".
3.3 Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dua metode, yaitu metode penelitian deskriptif-analitis dan
metode eksperimen. Metode deskriptif analitis dipilih karena
penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang dianalisis (Webest,1982:119). Dalam peneli
tian semacam ini, peneliti menjadi partisipan; peneliti
memasuki dunia data yang ditelitinya, mencoba menganalisis
konsep-konsep yang ada di dalamnya, dan terus-menerus mem
buat sistematisasi objek yang ditelitinya, yaitu apa makna
yang terkandung di dalam kumpulan cerpen Berhala karya
Danarto.
Penelitian ini dikongkretkan lewat dua tahap pembacaan,
yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik
(Riffaterre, 1978:5-6). Pada pembacaan heuristik, yakni
tahap pembacaan tingkat pertama, yang memiliki peran penting
adalah kompetensi linguistik pembaca. Artinya pada tahap
ini, pembaca diharapkan dapat mengartikan setiap satuan
linguistik yang digunakan yang semuanya itu sesuai dengan
konvensi bahasa yang berlaku. Selanjutnya pada pembacaan
hermeneutik, yakni pembacaan tahap kedua, pembacanya diha
rapkan dapat mencari makna yang terkandung dalam teks yang
dibacanya. Kemampuan itu sangat ditentukan oleh kompetensi
linguistiknya. Apabila kompetensi linguistiknya kurang,
66
sulit baginya untuk dapat mencari makna teks tersebut. Pada
tahap pembacaan hermeneutik ini, pembaca diharapkan mampu
menafsirkan makna teks sesuai dengan konvensi sastra dan
budaya yang melatarbelakanginya.
Selanjutnya, digunakan metode eksperimen. Hal ini
dilakukan karena ingin mengetahui pengaruh variabel tertentu
terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang dikontrol secara
ketat (Nasution, 1991:47). Yang dijadikan variabel bebas
dalam penelitian ini adalah tes yang berisi analisis salah
satu cerpen Berhala dengan pendekatan semiotik dan variabel
tergantungnya adalah mahasiswa SI jurusan bahasa Indonesia
FKIP UNPAS angkatan 1993.
Adapun penelitian ini dilakukan melalui sejumlah tahapan sebagai berikut.
1) Menentukan fokus objek penelitiannya (menelaah ciri-ciri
yang menonjol pada kumpulan cerpen Berhala karya Danarto.
2) Menentukan naskah yang dipakai sebagai objek penelitian.
3) Melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan terhadap buku
dan terbitan yang ada kaitannya dengan objek penelitian,
baik berupa buku-buku tentang teori semiotik, sejarah
kesusastraan Indonesia dan kedudukan Danarto di dalamnya,
maupun komentar dan kupasan tentang karya-karya Danarto.
4) Menganalisis objek penelitian yakni menyelidiki ciri-ciri
yang menonjol pada kumpulan cerpen Berhala karya Danarto
secara semiotik. Analisis dimulai dari segi struktur
naratif yang diawali dengan analisis sintaksis naratif
yang menyangkut satuan cerita dan fungsinya; analisis
67
semantik yang menyangkut unsur cerita yang asosiasinya di
dalam pikiran pembaca (tokoh dan ruang dan waktu);
analisis pragmatik difokuskan pada aspek pengujaran atau
penceritaannya. Yang terakhir adalah analisis makna
tasauf yang isyarat-isyaratnya dapat dilihat pada
struktur naratif.
5) Menafsirkan hasil analisis dalam hubungannya dengan
pembaruan yang dilakukan Danrto dalam tradisi penulisan
cerpen Indonesia.
6) Menarik implikasi dari langkah (5) dan (6) di atas untuk
mengajukan model pengajaran cerpen.
7) Karena penelitian ini tidak semata-mata penelitian pusta
ka tetapi juga penelitian lapangan untuk mencari model
pengajaran cerpen, maka langkah selanjutnya membuat
instrumen tes untuk diujicobakan di kelas jurusan Bahasa
Indonesia FKIP UNPAS angkatan 1993.
8) Untuk mencari faktor-faktor penunjang, maka dilakukan
wawancara kepada pengajar mata kuliah serta memberikan
angket pendapat kepada mahasiswa.
8) Menyimpulkan dan
melaporkan.
3.4 Instrumen Penelitian
Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan instru
men penelitian yang terdiri dari jenis instrumen sebagai
berikut.
1)
Pedoman Analisis Teks
Pedoman analisis ini digunakan untuk menganalisis tiap-
68
tiap cerpen. Adapun pedoman itu adalah sebagai berikut
TABEL 1.3
No.
POKOK ANALISIS
1.
Aspek Struktur
a.
Struktur Cerita
c.
Penokohan
PEDOMAN ANALISIS
PENJELASAN
Peristiwa-peristiwa apa yg
terdapat dalam cerpen tsb?
Tokoh siapa yg penting?
Bagaimana gambaran fisik
tokoh?
Bagaimana peranan dalam
lingkungan sosialnya?
d.Ruang dan Waktu
e. Penguj aran
Aspek Makna
2.
Kapan dan di mana cerita
itu terjadi?
Bagaimana modus dan tutur
yang terdapat dalam kum
pulan cerpen Berhala?
Makna tasauf yang bagaima
nakah yang tercermin
di dalam kumpulan cerpen
Berhala?
2)
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara diberikan kepada pengajar yang meme-
gang mata kuliah apresiasi sastra. Tujuannya
untuk mengeta
hui jenis pendekatan mengajar yang selama ini digunakannya.
3)
Tes
Tes analisis semiotik salah satu cerpen Berhala karya
Danarto untuk diujicobakan kepada mahasiswa SI Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Gunanya untuk menge
tahui kemampuan mahasiswa tentang semiotik sehingga tes
tersebut dapat digunakan untuk menciptakan model pengajaran
yang sesuai.
69
3.5 Teknik Pengolahan Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu data kualitatif tentang ciri-ciri yang menonjol pada
cerpen Danarto dan data kuantitatif tentang hasil tes. Dalam
hal data kualitatif, pengolahan data dilakukan dengan peng-
klasifikasian dan penafsiran makna. Adapun untuk data kuan
titatif digunakan prosedur berikut ini.
Alat pengukur pada umumnya harus memenuhi syarat utama,
yaitu alat tersebut harus valid (sahih) dan reliabel (dapat
dipercaya). Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat terse
but mengukur apa yang ingin diukur olrh alat tersebut.
Untuk memperoleh instrumen (alat ukur) yang valid,
peneliti telah berusaha menyusun item-item dengan memperha
tikan topik yang akan diajarkan. Kemampuan yang akan diuji
mencakup aspek ingatan (CI), pemahaman (C2), aplikasi (C3),
dan analisis (C4) berdasarkan domain kognitif dari Bloom
(1971) .
Agar tes dapat dikerjakan oleh semua testi, maka sebelum dilakukan uji coba alat tes tersebut perlu dikoreksi
oleh para ahli. Item-item tes beserta penyelesaiannya diko
reksi dan ditimbang dengan teliti oleh pembimibng yang seka-
ligus sebagai orang yang ahli dalam bidangnya (Sastra Indo
nesia) . Dengan demikian secara logis dapat dikatakan bahwa
tes tersebut telah memiliki validitas isi dan siap untuk
diuj icobakan.
Setelah dilakukan proses penimbangan pada keseluruhan
butir tes, kemudian tes diujicobakan pada 46 orang mahasiswa
70
semester V (FKIP UNPAS) yang telah mempelajari mata kuliah
apresiasi sastra. Uji coba dilakukan pada tanggal 4 Januari
1995. Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas item,
daya pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitas tes.
Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan
yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan
skor total menjadi tinggi atau rendah (Suharsimi, 1993:72).
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah item mempu
nyai validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan
angka kasar:
N E XY
rXY
/
-
(E X) (E Y)
[(NEX2 - (EX)2][ NEY2 - (EY)2]
Jika harga r hitung < harga kitik dalam tabel, maka korelasi
tersebut tidak signifikan.
Sedangkan untuk menghitung daya pembeda soal (item),
digunakan tabel critical ratio determining significance of
statistic. Untuk menentukan daya pembeda soal berarti
(signifikan) atau tidak, dicari dulu derajat kebebasan (dk)
dengan rumus:
dk = (nt - 1) = (nr
nt= nr = 27% x N = n
- 1)
kemudian digunakan rumus:
Mt
T
P
=
EXh
/
n
dengan I
-
Mr
2 + EX„ 2
L_
(n - 1)
= Indeks pembeda soal
71
Mt
= rata-rata skor dari kelompok tinggi
M
= rata-rata skor dari kelompok rendah
E Xt 2 = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
E X
2 = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah
n
= 27% jumlah tester (N)
Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan),
jika I
hitung s I tabel (Pratiknyo, 1985:12).
Agar tes dapat digunakan, setiap soal harus diselidiki
tingkat kesukarannya. Soal-soal yang terlalu mudah atau
terlalu sukar harus direvisi atau diganti. Untuk menentukan
indeks kesukaran soal bentuk pilihan berganda digunakan
rumus:
o
Ik
= (St
K
n
+
S
)
2 n (o - 1 )
di mana:
Ik
= Indeks kesukaran soal
St = Banyaknya jawaban yang salah, dibuat oleh kelompok
tinggi
Sr = Banyaknya jawaban yang salah, dibuat oleh kelompok
rendah
o
= banyaknya pilihan (option)
n
= 27% dari populasi (N)
Soal dikatakan:
a. mudah sekali jika 0
KUMPULAN CERPEN BERHALA KARYA DANARTO
(Sebuah Studi Deskriptif Sebagai Upaya Memilih
Model Pengajaran Cerpen di LPTK)
TESIS
Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar
Magister Pendidikan Pengajaran Bahasa Indonesia
pada Program Pascasarjana IKIP Bandung
Oleh:
EKARINI SARASWATI
No. Induk: 9332024
Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
BANDUNG
1996
LEMBAR
PERSETUJUAN
Disetujui dan Disahkan untuk Menempuh
Ujian Tahap II
Pembimbing I
Prof.
Dr.
H.
Yus Rusyana
Pembimbing II
Prof. Dr. H.
G.
Tarigan
DAFTAR ISI
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
10
1.3.1 Tujuan Penelitian
10
1.3.2 Manfaat Penelitian
11
1.4 Asumsi dan Pertanyaan Penelitian
11
11
1.4.1 Asumsi Penelitian
1.4.2 Pertanyaan Penelitian
12
1.5 Definisi Operasional
13
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG SEMIOTIK, TRADISI DAN
PEMBARUAN, SERTA PENGAJARAN SASTRA
15
15
2.1 Pengantar
16
2.2 Teori Semiotik
17
2.2.1 Semiotik ala Peirce
2.2.2 Semiotik ala Saussure
20
25
2.3 Makna Karya Sastra
2.3.1 Makna dalam Pendekatan Semiotik
25
2.3.2 Makna Tasauf dalam Karya Danarto
30
33
2.4 Struktur Karya Sastra
35
2.4.1 Struktur Cerita
38
2.4.2 Tokoh
39
2.4.3 Ruang dan Waktu
vm
IX
2.4.4 Penguj aran
41
2.4.4.1 Kategori Modus
42
2.4.4.1.1 Pemfokusan
43
2.4.4.1.2 Jarak Pandangan
44
2.4.4.2 Kategori Tutur
47
2.5 Tradisi dan Pembaruan dalam Kesusastraan
49
2.6 Pendekatan Semiotik dalam Pengajaran Cerpen
51
2.6.1 Pengaj aran Cerpen
51
2.6.2 Pendekatan Semiotik dalam Pengajaran Cerpen
54
2.7 Model Pengajaran Cerpen
56
2.7.1 Pengertian Model Pengajaran
56
2.7.2 Pemilihan Model Mengajar
58
2.7.3 Model Mengaj ar Inquiri
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
64
3.1 Pengantar
64
3.2 Objek Penelitian
64
3.3 Metode dan Teknik Penelitian
65
3.4 Instrumen Penelitian
67
3.5 Teknik Pengolahan Data
69
3.6 Model Analisis Cerpen
72
BAB IV PEMBAHASAN KUMPULAN CERPEN BERHALA
86
BERDASARKAN HASIL ANALISIS SEMIOTIK
86
4.1 Pengantar
86
4.2 Analisis Struktur Cerita
86
4.2.1 Urutan Tekstual Satuan Isi Cerita
86
4.2.2 Urutan Peristiwa Secara Kronologis
110
4.2.3 Urutan "Logis" Peristiwa
118
4.3 Analisis Tokoh
132
4.3.1 Pembahasan Nama
132
4.3.2 Gambaran Fisis Tokoh
137
4.3.3 Gambaran Lingkungan Sosial
141
4.4 Analisis Ruang dan Waktu
163
4.4.2 Waktu
176
4.5 Pengujaran
189
4.5.1 Kategori Modus
189
4.5.1.1 Pemusatan Pandangan
189
4.5.1.2 Kedalaman Pandangan
190
4.5.1.3 Jarak Pandangan
192
4.5.2 Kategori Tutur
192
4.5.2.1 Penceritaan
192
4.5.2.3 Kehadiran Pencerita
193
4.6 Makna
1 Q1
xr
BAB V DANARTO SEBAGAI PEMBARU TRADISI PENUISAN CERPEN
INDONESIA MUTAKHIR
5.1 Pengantar
205
205
5.2 Kedudukan Cerpen dalam Sejarah Kesusastraan Indonesia
5.3 Tradisi dan Pembaruan Cerpen Indonesia
210
5.3.1 Periode Sebelum Perang Dunia Kedua
212
5.3.2 Periode Pujangga Baru
215
5.3.3 Angkatan '45
217
5.3.4 Angkatan '66 dan Kontemporer
227
XI
5.3.5 Tinjauan atas Kedudukan Kumpulan Cerpen Berhala
248
karya Danarto dalam Kerangka Tradisi dan Pembaruan 248
Penulisan Cerpen Indonesia
248
252
BAB VI MODEL PENGAJARAN
252
6.1 Dasar Pemikiran
255
6.2 Model Pengajaran Inquiri
263
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
263
7.1 Pengantar
264
7.2 Kesimpulan
268
7.3
Saran
271
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
Lampiran 1 Biografi Singkat Danarto
275
Lampiran 2 Lembaran Tes untuk Mahasiswa
278
Lampiran 3 Angket untuk Mahasiswa
297
Lampiran 4 Angket untuk Dosen
298
Lampiran 5 Hasil Penghitungan Uji Coba
299
Lampiran 6 Surat Tugas Penelitian
301
*esb*
DAFTAR TABEL
Tabel 1.3 Pedoman Analisis
68
TABEL 1.4 Urutan Logis
131
TABEL 2.4 Nama Tokoh
136
TABEL 3.4 Gambaran Fisik Tokoh
140
TABEL 5.4 Ruang
175
TABEL 5.4 Waktu
188
TABEL 6.4 Kedalaman Pandangan: Fokus Dalam
191
TABEL 7.4 Kedalaman Pandangan: Fokus Luar
191
TABEL 8.4 Makna
203
TABEL 1.6 Validitas Item Soal
253
*esb*
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cerpen merupakan jenis sastra yang berkembang luas
dalam masyarakat. Banyak kumpulan cerpen yang telah terbit.
Bahkan ada majalah yang khusus memuat cerpen atau sebagian
besar isinya berupa cerpen. Di samping itu, berbagai majalah
hiburan atau bahkan hampir tiap surat kabar yang terbit di
Indonesia pada waktu-waktu tertentu menyediakan rubrik
khusus untuk cerpen (Yassin, 1985:3; Rosidi, 1983:10; Damono, 1983:58; Sumarjo, 1983:27).
Ajip Rosidi (1959:3) mengatakan bahwa "di samping
puisi, bentuk cerpen adalah bentuk yang paling banyak digemari dalam dunia kesusastraan Indonesia sesudah perang Dunia
Kedua." Bentuk cerpen tidak saja digemari oleh para penga-
rang, melainkan juga disukai oleh pembaca. Dalam waktu yang
relatif singkat seseorang dapat menikmati satu karya sastra
secara lengkap-utuh.
Kenyataan perkembangan sastra yang ada dalam masyarakat
ini seharusnya dijadikan salah satu faktor yang perlu diper-
timbangkan dalam menentukan materi pengajaran sastra di
sekolah. Dengan demikian, apa yang disajikan di sekolah
tidak terlalu jauh jaraknya dengan apa yang hidup dalam
lingkungan para siswa. Namun kenyataannya, apabila orang
berbicara tentang pengajaran sastra berbentuk prosa,
umumnya
arah pembicaraannya terpusat pada karya sastra berbentuk
novel, baik pengertiannya, sejarah perkembangannya dari satu
periode ke periode yang lain, maupun ulasan atau telaahnya
(Sarwadi,
1991:97).
Cerpen merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat
padat, yang unsur ceritanya berpusat pada satu peristiwa
pokok, sehingga jumlah tokoh dan pengembangan perilakunya
terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.
Karena bentuknya yang singkat itu, penyajian cerpen dalam
proses belajar-mengajar dimungkinkan berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat juga.
Selain itu, cerpen memiliki khazanah cerita yang bera-
gam. Sejak awal kemunculannya pada tahun 1930-an cerpen
mengalami perkembangan subur. Banyak pengarang yang muncul
memiliki -berbagai keragaman, baik asal daerahnya,
latar
sosial dan budaya serta profesinya, maupun pandangan hidup
dan keyakinan agamanya. Oleh karena itu, permasalahan yang
mengilhami atau menjadi topik penulisan cerpen beragam;
hampir semua sektor kehidupan menusia dalam masyarakat dapat
dicari pencerminannya dalam cerpen. Gambaran tentang kehi
dupan buruh, petani, nelayan, pedagang, guru, penganggur,
pejuang, pegawai, mahasiswa, pelajar, priyayi dan yang lain
dapat diperoleh dalam cerita pendek. Keanekaragaman cerita
itu dapat dimanfaatkan
sebagai usaha memperluas cakrawala
pandangan siswa terhadap berbagai permasalahan hidup dalam
masyarakat.
Dalam kaitan ini, di antara cerpen-cerpen yang penting
dipertimbangkan adalah cerpen-cerpen karya Danarto. Danarto
merupakan salah seorang cerpenis Indonesia yang memiliki
kedudukan yang baik dalam dunia kesusastraan Indonesia. Dari
segi kuantitas, Danarto sudah menulis banyak cerpen yang
dipublikasikan dalam berbagai koran dan majalah. Di antara
cerpen-cerpen tersebut ada yang sudah diterbitkan dalam
bentuk buku kumpulan cerpen: Godlob, Adam Ma'rifat, Berhala,
dan Gergasi. Walaupun dari segi kuantitas ini barangkali
Danarto tidak merupakan cerpenis yang terlalu produktif,
akan tetapi hal ini diimbanginya dengan kualitas cerpen-
cerpennya yang rata-rata menarik perhatian para pengamat dan
para ahli sastra Indonesia, baik dari dalam maupun dari luar
negeri.
Pengamat sastra dari Belanda,
Prof. A. Teeuw
(1984:199), menyejajarkan Danarto dengan Budi Darma, Putu
Wijaya dan Iwan Simatupang sebagai penulis fiksi yang paling
berhasil dalam usaha pembaruan khususnya dalam hal teknik
fiksi, di samping sedikit banyak juga dalam hal isi. Pemba
ruan itu berlaku baik dalam penggarapan tema
yang sudah
lebih mendalam mencapai relung gelap, lebih bebas dan lebih
menyentuh halus, maupun dalam bentuk.
Burton Raffel, pengamat kesusastraan Indonesia dari
Colorado, menyatakan dalam The Wall Street Journal yang
terbit di Hongkong, bahwa Danarto merupakan seorang ekspri-
mentari yang "karya-karyanya sangat modernistik, dipengaruhi
baik oleh psikologi abad 20, maupun oleh problem psiatriknya
sendiri sebagai pengarang."
Selanjutnya dikatakannya pula
bahwa cerpen-cerpen Danarto "merupakan cerpen yang paling
menarik di dunia. Kekuatan dan keistimewaannya bahkan mele-
bihi cerpen-cerpen terbaik yang dihasilkan pengarang Eropa
dan Amerika dewasa ini"
{Waspada,
20 April 1980).
Harry Aveling, pengamat kesusastraan Indonesia dari
Australia, memberikan perhatian khusus dengan menerjemahkan
karya-karya Danarto ke dalam bahasa Inggris; di antara karya
terjemahannya adalah From Surabaya to Armagedon dan Crossing
the Border: Five Indonesian Short Stories. Karya terjema
hannya yang kedua telah beredar di Amerika serikat. Menurut
katalog The Cellar Bookshop, Danarto termasuk penulis yang
kedudukannya setaraf dengan William Blake (1757-1827),
penyair Inggris yang memproklamasikan imajinasi untuk mengatasi rasionalisme, artifisialitas, hukum moral dan materialisme abad ke-18
(Kompas, 6 Mei 1987).
Selain pengamat asing, pengamat dalam negeri pun telah
memberikan sambutan yang positif, di antaranya Sapardi Djoko
Damono. Damono menilai karya Danarto sebagai "trend baru
yang bernilai," di samping mendudukkan Danarto sebagai pelopor Angkatan 70 (Berita Buana, 5 Juli 1988).
Sementara itu, sambutan yang negatif pun tidak sedikit.
Arief Budiman (Minggu Pagi, Juli 1986), misalnya, menyatakan
bahwa cerpen Danarto termasuk "cerpen orang yang kesurupan."
Karena itu, karya Danarto dianggapnya bukan karya sastra.
Pernyataan yang hampir senada dilontarkan juga oleh Korry
Layun Rampan (Pelita, 25 November 1980) , yang menulis bahwa
"Cerpen-cerpen Danarto telah gagal mencapai tujuannya,
apalagi untuk dikatakan sebuah karya yang mempunyai wawasan
sastra yang tinggi".
Kecaman kedua pengamat sastra di atas, ternyata,
tidak
menggoyahkan kedudukan Danarto sebagai cerpenis yang handal.
Hal tersebut terbukti dengan banyaknya penghargaan sastra
yang telah diterimanya. Cerpen "Rintrik" yang dimuat di
majalah Horison pada 1968 dikukuhkan sebagai cerpen terbaik
versi majalah itu untuk tahun tersebut. Tim penilai SEA
Write Award Indonesia telah memilih
Danarto sebagai peme-
nang sastra untuk tahun 1988 karena kreativitasnya pada lima
tahun terakhir. Di samping itu, kumpulan cerpen Danarto yang
ketiga, Berhala, dinilai sebagai karya sastra yang paling
menonjol dari segi pesan dan wawasan estetiknya. Terakhir,
kumpuan cerpen Berhala
dinyatakan sebagai buku terbaik 1990
versi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mengingat pentingnya kedudukan Danarto dalam khazanah
kesusastraan Indonesia, maka Cerpen-cerpen Danarto penting
untuk ditelaah. Beberapa ulasan tentang cerpen Danarto telah
dilakukan di antaranya oleh Rayani Sriwidodo (1985) yang
menelaah Godlob dengan menggunakan pendekatan semiotik
Lotman, yang dimuat dalam buku Cerpen Indonesia Mutakhir
yang disunting oleh Pamusuk Eneste. Sriwidodo mengungkapkan
bahwa cerpen karya Danarto memiliki gaya yang khas seperti
sebuah lukisan yang penuh warna. Selain itu, dia juga menin-
jau Godlob sebagai karya sastra yang penuh dengan simbolsimbol dari dunia mistik sehingga menimbulkan suasana yang
irasional dan abstrak.
Hal senada juga dikemukakan oleh pengamat lain. Y.B.
Mangunwijaya (1982), dalam bukunya Sastra dan Religiositas,
memandang Godlob sebagai sebuah karya sastra hasil pergolakan batin yang personal yang tidak setiap orang mampu untuk
memahaminya. Selanjutnya Prihatmi (1979) dalam makalahnya
yang disampaikan dalam seminar penelitian sastra menemukan
adanya keanehan-keanehan struktur yang terdapat di dalam
Godlob.
Sumardjo (1974)
dalam majalah Horison memberikan
tinjauan mengenai pengaruh mistik panteistik pada cerpencerpen Danarto. Keempat pengulas di atas pada dasarnya
mengemukakan adanya dunia alternatif dalam cerpen-cerpen
Danarto. Namun, ulasannya baru berupa suatu garis besar dan
belum sampai mendalam, barangkali karena keterbatasan media
penyampai.
Hasil penelitian yang lebih mendalam dilakukan oleh
Tjitrosubono dkk.
(1985) yang sudah dibukukan dengan judul
Memahami Cerpen-cerpen Danarto dan diterbitkan oleh P3B
Depdikbud. Tjitrosubono menelaah cerpen-cerpen Godlob dengan
menggunakan pendekatan struktur dan menggabungkannya dengan
pendekatan ekstrinsik. Hasil penelitian Tjitrosubono ini
bukan merupakan tesis. Penulis belum menemukan hasil peneli
tian tentang Danarto dalam bentuk tesis.
Penemuan ini dida-
sarkan pada hasil penelusuran pustaka yang dilakukan penulis
selama ini di perpustakaan IKIP bandung,
Pusat dokumentasi H.B. Yassin Jakarta,
dan Pengembangan Bahasa Jakarta.
UGM Yogyakarta,
dan Pusat Pembinaan
Melihat hasil penelusuran pustaka di atas, dapat dika-
takan bahwa penelitian cerpen Danarto hingga saat ini masih
sangat terbatas. Dari segi pendekatan pun, umumnya penelitian-penelitian yang ada baru sebatas penelitian struktur
atau dari sudut tinjauan tertentu. Padahal, secara ideal,
penelitian sastra harus mengindahkan keutuhan karya sastra
sebagai suatu sistem tanda yang utuh. Menurut Culler (Teeuw,
1984:143), ilmu sastra yang sejati haruslah bersifat semio
tik, yaitu harus menganggap sastra sebagai sistem tanda.
Tugas semiotik bukanlah deskripsi tanda-tanda tertentu,
melainkan "to describe those conventions that underlie even
the most 'natural' modes of behavior and representation
(memerikan konvensi-konvensi yang melandasi ragam perilaku
dan pembayangan). Hal ini karena seluruh pengalaman dan
kebudayaan manusia berdasarkan tanda dan mempunyai dimensi
simbolik yang dominan.
Pendekatan semiotik yang memberi perhatian kepada aspek
konvensi sastra ini ternyata sejalan dengan tujuan pengajar
an sastra di sekolah yang justeru hendak mengakrabkan siswa
dengan karya sastra (apresiasi sastra). Ini berarti bahwa
pengajaran sastra hendaknya mengantarkan siswa agar dapat
mengenali konvensi yang mendasari karya sastra dan dapat
mengantarkannya untuk memahami karya tersebut. Diharapkan
agar para siswa dibawa masuk menggauli karya sastra itu
sehingga tumbuh kepekaan dan perasaannya terhadap berbagai
unsur estetik yang terdapat di dalamnya (Sarwadi, 1991:98).
Hal ini sesuai dengan pendapat Rusyana (1991:118) yang
menekankan perlunya pemahaman yang integral dan total di
dalam membaca karya sastra.
Berdasarkan pertimbangan ini, kiranya dapat dikatakan
bahwa pendekatan yang sangat baik untuk memahami karya
sastra sekaligus yang sesuai dengan tuntunan kurikulum
adalah pendekatan semiotik. Sebagai suatu pendekatan yang
memandang karya sastra dalam kerangka komunikasi, pendekatan
semiotik kiranya akan memberi tahu kita unsur-unsur serta
dimensi-dimensi apakah dalam cerpen yang harus diperhatikan
agar makna yang terkandung di dalamnya dapat diungkapkan.
Ini penting agar apresiasi dapat lebih ditingkatkan.
1.2 Pembatasan dan Perwmisan Masalah
Permasalahan di atas masih terlalu luas karena belum
menunjukkan batas-batas yang jelas tentang jangkauan dan
kedalaman penelitian yang dilakukan. Agar lebih operasional,
maka masalah itu akan dibatasi dan kemudian dirumuskan
sehingga menjadi khusus dan operasional.
Masalah dikhususkan dengan beberapa pembatasn berikut.
Pertama, kumpulan cerpen karya Danarto yang dipilih adalah
kumpulan cerpen Berhala yang merupakan kumpulan cerpen
ketiga. Hal ini disebabkan kumpulan cerpen tersebut menandai
suatu tahap penting dalam konteks kesastrawanan Danarto yang
cukup berbeda dengan kumpulan cerpen sebelumnya. Dalam
kumpulan cerpen Berhala, Danarto telah meninggalkan dunia
panteisme Jawa dan mulai terjun ke dunia nyata. Sebagaimana
ditegaskan oleh Umar Kayam dalam "Kata Pengantar"-nya untuk
Berhala, "Pada kumpulan cerpen ini Danarto tidak lagi meng-
hadirkan melaekat, kadal,
kodok,
zat asam,
Bekakrakan,
Wewe,
Hamlet, Salome, Abimanyu, melainkan orang-orang dari kehidu
pan sehari-hari kita". Di samping itu, Berhala lebih banyak
menggambarkan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi pada
masyarakat.
Pembatasan kedua berkenaan dengan pendekatan. Dari
berbagai kemungkinan pendekatan, penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan semiotik. Hal ini dilakukan
karena pendekatan semiotik merupakan pendekatan yang paling
sesuai untuk memahami karya sastra (Teeuw, 1984:43). Berkait-
an dengan ini, berdasarkan pembatasan ketiga, titik pusat
perhatian penelitian ini adalah untuk mencari ciri-ciri
menonjol yang selalu muncul dalam cerpen-cerpen Danarto.
Dengan perkataan lain, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui konvensi-konvensi yang tergambar dalam cerpen-cerpen
Danarto untuk mengetahui pembaruan yang dilakukannya dalam
tradisi penulisan cerpen Indonesia.
Pembatasan keempat berkenaan dengan arah penelitian
ini.
Penelitian ini dilaksanakan dan diarahkan terutama
untuk kepentingan pengajaran sastra, bukan untuk kepentingan
teori sastra begitu saja. Secara khusus, penelitian ini
diarahkan untuk memilih sebuah model pengajaran sastra,
yaitu model pengajaran cerpen Danarto. Untuk tujuan ini,
analisis semiotik atas cerpen akan menentukan suatu model
pengajaran yang diajukan sebagai alternatif untuk pengajaran
sastra (cerpen) pada jenjang SI di LPTK.
Dengan pembatasan-pembatasan di atas permasalahan utama
10
yang ingin dicoba dijawab dalam penelitian ini adalah ciri-
ciri apakah yang terdapat dalam kumpulan cerpen Berhala yang
perlu diperhatikan agar pengapresiasian cerpen-cerpen terse
but dapat dilakukan dengan lebih baik. Secara khusus, perma
salahan utama itu dapat diuraikan menjadi tiga permasalahan
pokok berikut.
1) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la karya Danarto?
2) Bagaimanakah akibat ciri-ciri khusus itu terhadap tradisi
dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia?
3) Model pengajaran yang bagaimanakah yang paling sesuai
untuk mengajarkan cerpen-cerpen Berhala di Lembaga Pendi
dikan Tinggi Keguruan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri
khusus yang terdapat dalam kumpulan cerpen Berhala yang
kiranya sangat menentukan keberhasilan pembacaannya. Secara
khusus,
tujuan penelitian ini dapat dirinci menjadi tiga
tujuan berikut.
1) Untuk memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri yang menon
jol dalam cerpen-cerpen Berhala.
2) Untuk memperoleh deskripsi tentang akibat ciri-ciri
khusus itu terhadap tradisi dan pembaruan penulisan
cerpen Indonesia.
3) Untuk memperoleh model pengajaran cerpen-cerpen Berhala
yang paling sesuai di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependi-
11
dikan
(LPTK).
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dengan mencapai ketiga tujuan di atas, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengajaran sastra
(khususnya cerpen) pada jejang pendidikan SI. Kegunaan ini
dapat ditarik dari dua segi penelitian ini: dari segi hasil
dan dari segi proses. Dari segi hasil, penelitian ini dapat
memberikan manfaat berupa uraian semiotik cerpen-cerpen
Danarto berikut model pengajaran cerpen, sebagai bandingan
bagi uraian dan model yang lain. Dari segi proses, peneli
tian ini dapat memberikan manfaat berupa cara menguraikan
cerpen dengan pendekatan semiotik seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini, sebagai bandingan dengan cara mengu
raikan yang lain. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan alternatif yang dapat membuka kemungkinankemungkinan yang lebih baik untuk pengajaran cerpen pada
jenjang SI.
1.4 Asumsi dan Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Asumsi Penelitian
Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian di
atas didasarkan kepada beberapa asumsi berikut.
1) Cerpen merupakan suatu sistem tanda yang utuh, yang untuk
kepentingan teoretis, dapat dianalisis ke dalam berbagai
unsur dan aspek yang membangunnya.
2) Di antara berbagai unsur dan aspek yang membangun keutu-
han cerpen terdapat ciri-ciri yang menonjol yang akan
12
menentukan makna cerpen tersebut dan ikut mempengaruhi
tradisi dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia.
3) Ciri khusus/menonjol yang menentukan pemahaman itu meru
pakan kriteria utama untuk memilih model pengajaran
cerpen untuk perguruan tinggi (khususnya LPTK).
Asumsi-asumsi ini secara lebih luas berkenaan dengan
kerangka teori yang melandasi penelitian ini dan yang diuraikan pada Bab II (Kerangka Teori).
1.4.2 Pertanyaan Penelitian
Agar penelitian ini lebih jelas dan diketahui kedalaman
serta keluasan ruang lingkup penelitiannya, maka berdasarkan
asumsi di atas, masalah penelitian yang sudah diajukan perlu
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Hal ini
penting agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam menentu
kan hal-hal apa saja yang diteliti dan hal-hal apa saja yang
tidak diteliti.
Berkenaan dengan masalah pertama tentang ciri-ciri yang
menonjol dalam cerpen Danarto, pertanyaan penelitiannya
adalah sebagai berikut.
1) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan struktur cerita?
2) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan penokohan?
3) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan ruang dan waktu?
4) Ciri-ciri apakah yang menonjol dalam cerpen-cerpen Berha
la berkenaan dengan penggarapan pengujaran?
13
5) Bagaimanakah gambaran makna yang muncul dari cerpencerpen Berhala?
Berkenaan dengan masalah kedua tentang pengaruh ciri-
ciri yang menonjol dalam cerpen Danarto terhadap tradisi dan
pembaruan penulisan cerpen Indonesia, pertanyaan penelitian
nya adalah sebagai berikut.
6) Bagaimanakah pengaruh ciri-ciri khusus itu terhadap
tradisi dan pembaruan penulisan cerpen Indonesia?
7) Ciri-ciri manakah (aspek-aspek cerpen apakah) yang paling
berpengaruh terhadap pembaruan tradisi penulisan cerpen
Indonesia?
Berkenaan dengan masalah ketiga tentang model pengajar
an cerpen yang paling sesuai untuk mengajarkan cerpen-cerpen
Danarto, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut.
8) Bagaimanakah model pengajaran yang efektif untuk menga
jarkan cerpen-cerpen Danarto di perguruan tinggi (LPTK)
berdasarkan hasil uji coba tes yang telah dilakukan?
1.5 Definisi Operasional
Untuk lebih menjelaskan maksud penelitian ini, penulis
terlebih dulu perlu mendefinisikan beberapa istilah/kata
kunci seperti terdapat pada judul penelitian ini.
Analisis. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa
sebab-sebab dan duduk perkaranya. Penyelidikan itu dilakukan
dengan memecahkan atau menguraikan, paling tidak secara
parsial, setiap hal yang kompleks ke dalam berbagai unsurnya. Dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap
14
cerpen sebagai suatu karangan atau teks.
Semiotik. Semiotik merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan sistem
tanda dalam komunikasi. Sesuai dengan adanya tiga aspek
teks,
maka dapat dibedakan tiga ruang lingkup semiotik:
sintaksis semiotik,
tik.
semantik semiotik, dan pragmatik semio
Penelitian semiotik dalam tesis ini pertama-tama mela
kukan analisis sintaksis,
baru kemudian diikuti oleh anali
sis semantik dan pragmatis.
Cerpen. Cerpen adalah singkatan untuk cerita pendek.
Cerita pendek dibatasi sebagai suatu jenis sastra fiksi
prosa yang lebih kecil dari novel dan novelet, yang ditandai
oleh adanya konsentrasi pada gagasan tunggal. Adapun cerpen
yang diteliti dalam tesis ini adalah kumpulan cerpen Berha
la, kumpulan cerpen ketiga Danarto, yang diterbitkan oleh
Pustaka Firdaus,
tahun 1987.
Memilih. Yang dimaksudkan dengan kata ini adalah tindakan menentukan salah satu di antara berbagai pilihan. Dalam
tesis ini pemilihan dilakukan terhadap salah satu model
pengajaran di antara model pengajaran yang sudah ada. Pemil
ihan ini dilakukan dengan berpedoman pada tujuan pengajaran
sastra, hakikat pendekatan semiotik, dan ciri-ciri cerpen
Danarto.
Model Pengajaran. Model Pengajaran dalam tesis ini
diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh pengajar
dalam proses pembelajaran agar tercipta interaksi yang baik
antara pembelajar dan pembelajar dan antara pembelajar dan
BAB
III
METODOLOGI PENELITI
3.1 Pengantar
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka perlu metodologi penelitian yang tepat dan
sesuai. Untuk itu, pada bab ini akan diuraikan tentang objek
penelitian, metode dan teknik penelitian, instrumen peneli
tian, teknik pengolahan data, dan model analisis cerpen.
3.2 Objek Penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang sudah dike
mukakan pada Pendahuluan, objek khusus (formal) dari peneli
tian (atau subjek penelitian) ini berpusat pada ciri-ciri
yang menonjol pada cerpen-cerpen Danarto yang terkumpul pada
kumpulan cerpen Berhala. Objek utama ini akan dilihat pula
dari segi implikasinya terhadap tradisi dan pembaharuan
dalam cerpen Indonesia serta terhadap pembentukan model
pengajaran cerpen.
Adapun yang dijadikan objek penelitian sebagai sumber
data adalah kumpulan cerpen Danarto yang terkumpul dalam
Berhala, terbitan Fustaka Firdaus, cetakan pertama, tahun
1987. Kumpulan cerpen ini terdiri atas 13 cerpen, yaitu (1)
"!", (2) "Panggung", (3) "Pelajaran Pertama Seorang Warta-
wan", (4) "Memang Lidah Tak Bertulang", (5) "'Anakmu bukan
lah anakmu', Ujar Kahlil Gibran", (6) "Selamat Jalan, Nek",
(7) "Dinding Ibu", (8) "Pundak yang Begini Sempit",
64
65
(9) "Gameretak dan Serpihan-serpihan", (10) "Dinding Anak",
(11) "Pagebluk", (12) "Langit Menganga", dan
(13) "Cendera
Mata".
3.3 Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dua metode, yaitu metode penelitian deskriptif-analitis dan
metode eksperimen. Metode deskriptif analitis dipilih karena
penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang dianalisis (Webest,1982:119). Dalam peneli
tian semacam ini, peneliti menjadi partisipan; peneliti
memasuki dunia data yang ditelitinya, mencoba menganalisis
konsep-konsep yang ada di dalamnya, dan terus-menerus mem
buat sistematisasi objek yang ditelitinya, yaitu apa makna
yang terkandung di dalam kumpulan cerpen Berhala karya
Danarto.
Penelitian ini dikongkretkan lewat dua tahap pembacaan,
yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik
(Riffaterre, 1978:5-6). Pada pembacaan heuristik, yakni
tahap pembacaan tingkat pertama, yang memiliki peran penting
adalah kompetensi linguistik pembaca. Artinya pada tahap
ini, pembaca diharapkan dapat mengartikan setiap satuan
linguistik yang digunakan yang semuanya itu sesuai dengan
konvensi bahasa yang berlaku. Selanjutnya pada pembacaan
hermeneutik, yakni pembacaan tahap kedua, pembacanya diha
rapkan dapat mencari makna yang terkandung dalam teks yang
dibacanya. Kemampuan itu sangat ditentukan oleh kompetensi
linguistiknya. Apabila kompetensi linguistiknya kurang,
66
sulit baginya untuk dapat mencari makna teks tersebut. Pada
tahap pembacaan hermeneutik ini, pembaca diharapkan mampu
menafsirkan makna teks sesuai dengan konvensi sastra dan
budaya yang melatarbelakanginya.
Selanjutnya, digunakan metode eksperimen. Hal ini
dilakukan karena ingin mengetahui pengaruh variabel tertentu
terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang dikontrol secara
ketat (Nasution, 1991:47). Yang dijadikan variabel bebas
dalam penelitian ini adalah tes yang berisi analisis salah
satu cerpen Berhala dengan pendekatan semiotik dan variabel
tergantungnya adalah mahasiswa SI jurusan bahasa Indonesia
FKIP UNPAS angkatan 1993.
Adapun penelitian ini dilakukan melalui sejumlah tahapan sebagai berikut.
1) Menentukan fokus objek penelitiannya (menelaah ciri-ciri
yang menonjol pada kumpulan cerpen Berhala karya Danarto.
2) Menentukan naskah yang dipakai sebagai objek penelitian.
3) Melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan terhadap buku
dan terbitan yang ada kaitannya dengan objek penelitian,
baik berupa buku-buku tentang teori semiotik, sejarah
kesusastraan Indonesia dan kedudukan Danarto di dalamnya,
maupun komentar dan kupasan tentang karya-karya Danarto.
4) Menganalisis objek penelitian yakni menyelidiki ciri-ciri
yang menonjol pada kumpulan cerpen Berhala karya Danarto
secara semiotik. Analisis dimulai dari segi struktur
naratif yang diawali dengan analisis sintaksis naratif
yang menyangkut satuan cerita dan fungsinya; analisis
67
semantik yang menyangkut unsur cerita yang asosiasinya di
dalam pikiran pembaca (tokoh dan ruang dan waktu);
analisis pragmatik difokuskan pada aspek pengujaran atau
penceritaannya. Yang terakhir adalah analisis makna
tasauf yang isyarat-isyaratnya dapat dilihat pada
struktur naratif.
5) Menafsirkan hasil analisis dalam hubungannya dengan
pembaruan yang dilakukan Danrto dalam tradisi penulisan
cerpen Indonesia.
6) Menarik implikasi dari langkah (5) dan (6) di atas untuk
mengajukan model pengajaran cerpen.
7) Karena penelitian ini tidak semata-mata penelitian pusta
ka tetapi juga penelitian lapangan untuk mencari model
pengajaran cerpen, maka langkah selanjutnya membuat
instrumen tes untuk diujicobakan di kelas jurusan Bahasa
Indonesia FKIP UNPAS angkatan 1993.
8) Untuk mencari faktor-faktor penunjang, maka dilakukan
wawancara kepada pengajar mata kuliah serta memberikan
angket pendapat kepada mahasiswa.
8) Menyimpulkan dan
melaporkan.
3.4 Instrumen Penelitian
Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan instru
men penelitian yang terdiri dari jenis instrumen sebagai
berikut.
1)
Pedoman Analisis Teks
Pedoman analisis ini digunakan untuk menganalisis tiap-
68
tiap cerpen. Adapun pedoman itu adalah sebagai berikut
TABEL 1.3
No.
POKOK ANALISIS
1.
Aspek Struktur
a.
Struktur Cerita
c.
Penokohan
PEDOMAN ANALISIS
PENJELASAN
Peristiwa-peristiwa apa yg
terdapat dalam cerpen tsb?
Tokoh siapa yg penting?
Bagaimana gambaran fisik
tokoh?
Bagaimana peranan dalam
lingkungan sosialnya?
d.Ruang dan Waktu
e. Penguj aran
Aspek Makna
2.
Kapan dan di mana cerita
itu terjadi?
Bagaimana modus dan tutur
yang terdapat dalam kum
pulan cerpen Berhala?
Makna tasauf yang bagaima
nakah yang tercermin
di dalam kumpulan cerpen
Berhala?
2)
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara diberikan kepada pengajar yang meme-
gang mata kuliah apresiasi sastra. Tujuannya
untuk mengeta
hui jenis pendekatan mengajar yang selama ini digunakannya.
3)
Tes
Tes analisis semiotik salah satu cerpen Berhala karya
Danarto untuk diujicobakan kepada mahasiswa SI Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Gunanya untuk menge
tahui kemampuan mahasiswa tentang semiotik sehingga tes
tersebut dapat digunakan untuk menciptakan model pengajaran
yang sesuai.
69
3.5 Teknik Pengolahan Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu data kualitatif tentang ciri-ciri yang menonjol pada
cerpen Danarto dan data kuantitatif tentang hasil tes. Dalam
hal data kualitatif, pengolahan data dilakukan dengan peng-
klasifikasian dan penafsiran makna. Adapun untuk data kuan
titatif digunakan prosedur berikut ini.
Alat pengukur pada umumnya harus memenuhi syarat utama,
yaitu alat tersebut harus valid (sahih) dan reliabel (dapat
dipercaya). Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat terse
but mengukur apa yang ingin diukur olrh alat tersebut.
Untuk memperoleh instrumen (alat ukur) yang valid,
peneliti telah berusaha menyusun item-item dengan memperha
tikan topik yang akan diajarkan. Kemampuan yang akan diuji
mencakup aspek ingatan (CI), pemahaman (C2), aplikasi (C3),
dan analisis (C4) berdasarkan domain kognitif dari Bloom
(1971) .
Agar tes dapat dikerjakan oleh semua testi, maka sebelum dilakukan uji coba alat tes tersebut perlu dikoreksi
oleh para ahli. Item-item tes beserta penyelesaiannya diko
reksi dan ditimbang dengan teliti oleh pembimibng yang seka-
ligus sebagai orang yang ahli dalam bidangnya (Sastra Indo
nesia) . Dengan demikian secara logis dapat dikatakan bahwa
tes tersebut telah memiliki validitas isi dan siap untuk
diuj icobakan.
Setelah dilakukan proses penimbangan pada keseluruhan
butir tes, kemudian tes diujicobakan pada 46 orang mahasiswa
70
semester V (FKIP UNPAS) yang telah mempelajari mata kuliah
apresiasi sastra. Uji coba dilakukan pada tanggal 4 Januari
1995. Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas item,
daya pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitas tes.
Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan
yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan
skor total menjadi tinggi atau rendah (Suharsimi, 1993:72).
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah item mempu
nyai validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan
angka kasar:
N E XY
rXY
/
-
(E X) (E Y)
[(NEX2 - (EX)2][ NEY2 - (EY)2]
Jika harga r hitung < harga kitik dalam tabel, maka korelasi
tersebut tidak signifikan.
Sedangkan untuk menghitung daya pembeda soal (item),
digunakan tabel critical ratio determining significance of
statistic. Untuk menentukan daya pembeda soal berarti
(signifikan) atau tidak, dicari dulu derajat kebebasan (dk)
dengan rumus:
dk = (nt - 1) = (nr
nt= nr = 27% x N = n
- 1)
kemudian digunakan rumus:
Mt
T
P
=
EXh
/
n
dengan I
-
Mr
2 + EX„ 2
L_
(n - 1)
= Indeks pembeda soal
71
Mt
= rata-rata skor dari kelompok tinggi
M
= rata-rata skor dari kelompok rendah
E Xt 2 = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
E X
2 = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah
n
= 27% jumlah tester (N)
Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan),
jika I
hitung s I tabel (Pratiknyo, 1985:12).
Agar tes dapat digunakan, setiap soal harus diselidiki
tingkat kesukarannya. Soal-soal yang terlalu mudah atau
terlalu sukar harus direvisi atau diganti. Untuk menentukan
indeks kesukaran soal bentuk pilihan berganda digunakan
rumus:
o
Ik
= (St
K
n
+
S
)
2 n (o - 1 )
di mana:
Ik
= Indeks kesukaran soal
St = Banyaknya jawaban yang salah, dibuat oleh kelompok
tinggi
Sr = Banyaknya jawaban yang salah, dibuat oleh kelompok
rendah
o
= banyaknya pilihan (option)
n
= 27% dari populasi (N)
Soal dikatakan:
a. mudah sekali jika 0