HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEJADIAN MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI KELURAHAN TERANDAM PADANG TAHUN 2014.

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEJADIAN MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI KELURAHAN TERANDAM PADANG TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Jiwa

FEBRI RAHMI PUTRI BP. 07121026

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS


(2)

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS JULI 2014

Nama : Febri Rahmi Putri

No Bp : 07121026

Hubungan Konsep Diri Dengan Kejadian Merokok Pada Remaja Awal Di Kelurahan Terandam Padang Tahun 2014

ABSTRAK

Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah dianggap sebagai perilaku yang wajar dan telah berkembang hampir di setiap kalangan termasuk remaja, padahal rokok merupakan 85% penyebab kanker paru –paru. Pada tahun 2001 sampai 2010 terjadi peningkatanlebih dari 50% jumlah usia perokok usia 10 – 14 tahun. Merokok ini selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, seperti konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan konsep diri dengan kejadian merokok pada remaja SMP. Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Teknik yang digunakan adalah accidental sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 15 Juli 2014 di kelurahan Terandam dengan jumlah responden 50 orang. Data dianalisa univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan chi square. Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat hubunganbermakna anatara konsep diri dengan kejadian merokok p= 0,065 (p>005).Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan kegiatan ekstrakuliler sekolah.. Kepada pihak puskesmas agar lebih giat mengadakan penyuluhan – penyuluhan mengenai rokok.

Kata kunci : konsep diri, merokok, remaja Daftar Pustaka : 26 (1994 - 2014)


(3)

FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY JULI 2014

Name : Febri Rahmi Putri

Registered numbered : 07121026

Relationship between self concept with the incident of early adolescence smoker at Terandam Padang In 2014

ABSTRACT

Smoking for the majority of Indonesian society, regard as one of fine habit and already evolved in many group society include adolescent, but actually smoking is the main cause of lung cancer. Since 2001 until 2010, there are a huge increase of the early smokers about 50% in the age 10 to 14. Smoking habit is caused by various factor, beside of environment factors, the self factor also correlate to smoking habit. Example : self concept. The type of research is correlational with cross sectional design, and use an accidental sampling as a sampling technique. Data were collected using a questionnaire. Datas were collected on juli 16, 2014 at Terandam district area with the number of respondents were 50 people. Data were analyzed with univariat analysis, for frequencies distribution dan bivariate analysis with chi square test. The result analysis of chi square test, p = 0,065 (p<0,05). In other word, the zero hypothesis was accepted. Based on these finding, it can be conclude that there is no relationship between self concept and smoking for adolescent .Based on these, the school need to optimize the program or create an event for student to make them more active and for the clinic to give a more counseling in the future.

Keyword : self concept, smoking, adolescent Bibliography : 26 (1994 - 2014)


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap sebagai perilaku yang wajar dan menjadi bagian dari kehidupan sosial dan gaya hidup tanpa memahami risiko dan bahaya kesehatan terhadap dirinya serta masyarakat di sekitarnya. Para perokok tidak menyadari bahwa mereka terjerat dalam kondisi ketergantungan yang sangat sulit dilepaskan (Kemenkes RI, 2012). Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit antara lain penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskular, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan, impotensi, berbagai jenis kanker, dan gagguan lainnya (Satiti,2009).

Sejak tahun 1998 sampai 2007 Indonesia menempati urutan ke lima negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia, dibawah Cina, USA, Rusia, dan Jepang. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia dan China, dan penurunan di Amerika dan Jepang serta fluktuatif di Rusia. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat dari 182 milyar batang pada tahun 1998 menjadi 260.8 milyar batang pada tahun 2009, sehingga pada 2009 menjadikan Indonesia peringkat 4 di dunia (TCS IAKMI,2012). WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau akan menjadi masalah kesehatan utama di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahun dimana separuhnya terjadi di Asia. Kematian di Asia


(5)

akibat masalah tembakau akan meningkat hampir 4 kali lipat dari 1,1 juta tahun 1990 menjadi 4,2 juta tahun 2020. Setiap 10 detik di dunia terjadi satu kasus kematian akibat rokok Secara keseluruhan terdapat 4,9 juta kematian setiap tahunnya dimana 70 % dari jumlah itu terjadi di Negara berkembang (Depkes RI, 2006).

Dalam survey GATS terhadap 16 negara (Global Adult Tobacco Survey) 2011, prevalensi perokok aktif pria di Indonesia lebih tinggi daripada India, Filipina, dan Vietnam. Prevalensi perokok di Indonesia pada pria yaitu 67,4% dan 2,7 % pada wanita atau seluruhnya 34,8 % atau 59,9 juta masyarakat Indonesia saat ini merokok. Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat terutama pada laki – laki mulai dari anak – anak, remaja dan dewasa. Secara nasional prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%, sedangkan prevalensi di provinsi Sumatera Barat sebesar 38,4% dan menempati urutan ke tujuh se Indonesia (Kemenkes RI,2012).

Jika dilihat data perbandingan dari SUSENAS tahun 2001 dan RISKESDAS tahun 2010 terjadi kecenderungan peningkatan usia awal merokok pada usia 10 – 14 tahun. Pada tahun 2001 (data SUSENAS) persentase mulai merokok usia 10-14 tahun sebesar 9,5% sedangkan pada tahun 2010 (data RISKESDAS) meningkat menjadi 17,5%. Peningkatan ini kurang lebih sebesar 50%. Pada tahun 2006 persentase perokok remaja usia 13 -15 tahun sebesar 2,3 % (remaja perempuan) dan 24,5% (remaja laki- laki- laki). Sedangkan pada tahun 2009 menjadi 3,5% pada remaja perempuan dan 41% pada remaja laki – laki


(6)

Kemenkes RI,2012). Berdasarkan data diatas terlihat adanya peningkatan perilaku merokok pada remaja baik remaja laki – laki maupun remaja perempuan.

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Lewin (dikutip dari Komalasari, 2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor – faktor dari lingkungan, juga disebabkan faktor – faktor dari dalam diri individu. Perilaku merokok pada remaja diduga terkait dengan karakter psikologis tertentu yang dimiliki yaitu konsep diri mereka sebagai remaja. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2009) terdapat korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku merokok, yang artinya semakin tinggi konsep diri maka perilaku merokok pada remaja akan semakin rendah. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Brigham 1991 salah satu yang mempengaruhi perilaku merokok dan sikap terhadap perilaku merokok pada remaja adalah konsep diri. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian seperti yang dikemukakan Hurlock (1973) bahwa konsep diri yang dimilki seseorang akan mempengaruhi perilakunya termasuk perilaku merokok.

Penelitian yang dilakukan Chassin (dikutip dari Hasanah) juga menguatkan adanya hubungan perilaku merokok dengan konsep diri. Dalam penelitian ini 175 remaja menilai dirinya sendiri, teman kencan yang ideal bagi mereka dan persepsi terhadap perokok. Chassin menyimpulkan bahwa remaja merokok percaya bahwa merokok itu sesuai dengan persepsi mereka menjadi tangguh,group oriented, dan disobedient. Berdasarkan penelitian Hasanah konsep


(7)

diri memberikan pengaruh sebesar 12 % pada sikap terhadap perilaku merokok dan sisanya adalah karena faktor – faktor lain.

Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan pola perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yang akan menjadi awal perilaku. Oleh sebab itu semakin remaja memiliki konsep diri positif yang tinggi maka remaja akan menjauhi perilaku merokok (Pratiwi,2009).

Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, yang merupakan gabungan dari keyakinan terhadap fisik, psikologisosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri terbentuk berdasarkan hubungan anak dengan orang lain, misalnya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya serta masyarakat di sekitar. Bagaimana mereka memperlakukan anak, apa yang mereka katakan mengenai anak dan bagaimana status anak dalam kelompok tempat ia mengidentifikasi diri, akan mempengaruhi perkembangan konsep diri anak (Hurlock,1979 dikutip dari Saam & Wahyuni , 2012)

Konsep diri terdiri dari konsep diri positif dan negatif. Konsep diri positif yang dimiliki remaja akan mendorong mereka melakukan sesuatu hal yang lebih positif dan terhindar dari pergaulan remaja yang salah seperti perilaku merokok, kecanduan alkohol dan tawuran. Berdasarkan penelitian Sahputra (2009) terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan prestasi akademik.

Sedangkan konsep diri yang negatif akan diikuti oleh perilaku – perilaku negatif seperti kecenderungan perilaku untuk merokok yang diikuti oleh persepsi positif terhadap rokok yang dianggap sebagai simbol kedewasaan, kepercayaan


(8)

diri dan wibawa serta mengurangi stres. Konsep diri negatif juga dapat menjurus kepada perilaku alkoholik dan konsumsi obat – obat terlarang.

Kelurahan Terandam merupakan cakupan wilayah kerja Puskesmas Andalas memilki wilayah kerja yang besar , Menurut PDA 2011 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling tinggi kepadatan penduduknya yaitu 9.562/km2, dan terletak di jalur perlintasan dan kawasan sibuk kota. Selain itu juga banyak ditemukan kasus kanker paru, dimana kanker paru tersebut 85% disebabkan oleh kebiasaan merokok. Dengan kondisi seperti ini kelurahan Terandam tersebut sangat terpapar dengan media, iklan dan perubahan gaya hidup. Sehingga kecenderungan terjadinya permasalahan kesehatan juga semakin tinggi ditambah juga fenomena pada remaja yang semakin hari usia perokok awal semakin banyak dan meningkat dan tidak terkecuali kelurahan Terandam, sering terlihat remaja – remaja pulang sekolah duduk di kedai – kedai kecil dengan sebuah rokok di tangannya.

Berdasarkan alasan dan fakta tersebut di atas peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Hubungan Konsep Diri dengan Kejadian Merokok Pada Remaja Awal Di Kelurahan Terandam Padang Tahun 2014.

B. Rumusaan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah Ada Hubungan Konsep Diri Dengan Kejadian Merokok Pada Remaja Awal Di Kelurahan Terandam Padang”


(9)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kejadian merokok pada remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi konsep diri remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian merokok pada remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

c. Mengetahui hubungan konsep diri dengan kejadian merokok remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk : 1. Institusi Pendidikan / sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah untuk dapat lebih meningkatkan kegiatan tambahan ekstrakulikuler baik berupa olahraga, seni ataupun kegiatan lainnya yang dapat membuat siswa lebih aktif dan megurangi adannya perilaku yang melanggar aturan


(10)

2. Bidang Keperawatan

a. Memberikan pengetahuan atau referensi terkait hubungan antara konsep diri dengan perilaku merokok

b. Sebagai masukan dan evaluasi yang berguna dalam melakukan tindakan khususnya menyangkut konsep diri dan perilaku merokok c. Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat untuk ikut berperan

serta dalam menanggulangi masalah merokok dan konsep diri remaja dengan berperan sebagai edukator, motivator, maupun konselor.

3. Peneliti Selanjutnya

Memberikan masukan untuk dapat mencermati faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja serta melihat bagaimana perilaku merokok dapat mempengaruhi atau memicu terjadinya perilaku – perilaku negatif lainnya.


(1)

akibat masalah tembakau akan meningkat hampir 4 kali lipat dari 1,1 juta tahun 1990 menjadi 4,2 juta tahun 2020. Setiap 10 detik di dunia terjadi satu kasus kematian akibat rokok Secara keseluruhan terdapat 4,9 juta kematian setiap tahunnya dimana 70 % dari jumlah itu terjadi di Negara berkembang (Depkes RI, 2006).

Dalam survey GATS terhadap 16 negara (Global Adult Tobacco Survey) 2011, prevalensi perokok aktif pria di Indonesia lebih tinggi daripada India, Filipina, dan Vietnam. Prevalensi perokok di Indonesia pada pria yaitu 67,4% dan 2,7 % pada wanita atau seluruhnya 34,8 % atau 59,9 juta masyarakat Indonesia saat ini merokok. Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat terutama pada laki – laki mulai dari anak – anak, remaja dan dewasa. Secara nasional prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%, sedangkan prevalensi di provinsi Sumatera Barat sebesar 38,4% dan menempati urutan ke tujuh se Indonesia (Kemenkes RI,2012).

Jika dilihat data perbandingan dari SUSENAS tahun 2001 dan RISKESDAS tahun 2010 terjadi kecenderungan peningkatan usia awal merokok pada usia 10 – 14 tahun. Pada tahun 2001 (data SUSENAS) persentase mulai merokok usia 10-14 tahun sebesar 9,5% sedangkan pada tahun 2010 (data RISKESDAS) meningkat menjadi 17,5%. Peningkatan ini kurang lebih sebesar 50%. Pada tahun 2006 persentase perokok remaja usia 13 -15 tahun sebesar 2,3 % (remaja perempuan) dan 24,5% (remaja laki- laki- laki). Sedangkan pada tahun 2009 menjadi 3,5% pada remaja perempuan dan 41% pada remaja laki – laki


(2)

Kemenkes RI,2012). Berdasarkan data diatas terlihat adanya peningkatan perilaku merokok pada remaja baik remaja laki – laki maupun remaja perempuan.

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Lewin (dikutip dari Komalasari, 2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor – faktor dari lingkungan, juga disebabkan faktor – faktor dari dalam diri individu. Perilaku merokok pada remaja diduga terkait dengan karakter psikologis tertentu yang dimiliki yaitu konsep diri mereka sebagai remaja. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2009) terdapat korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku merokok, yang artinya semakin tinggi konsep diri maka perilaku merokok pada remaja akan semakin rendah. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Brigham 1991 salah satu yang mempengaruhi perilaku merokok dan sikap terhadap perilaku merokok pada remaja adalah konsep diri. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian seperti yang dikemukakan Hurlock (1973) bahwa konsep diri yang dimilki seseorang akan mempengaruhi perilakunya termasuk perilaku merokok.

Penelitian yang dilakukan Chassin (dikutip dari Hasanah) juga menguatkan adanya hubungan perilaku merokok dengan konsep diri. Dalam penelitian ini 175 remaja menilai dirinya sendiri, teman kencan yang ideal bagi mereka dan persepsi terhadap perokok. Chassin menyimpulkan bahwa remaja merokok percaya bahwa merokok itu sesuai dengan persepsi mereka menjadi tangguh,group oriented, dan disobedient. Berdasarkan penelitian Hasanah konsep


(3)

diri memberikan pengaruh sebesar 12 % pada sikap terhadap perilaku merokok dan sisanya adalah karena faktor – faktor lain.

Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan pola perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yang akan menjadi awal perilaku. Oleh sebab itu semakin remaja memiliki konsep diri positif yang tinggi maka remaja akan menjauhi perilaku merokok (Pratiwi,2009).

Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, yang merupakan gabungan dari keyakinan terhadap fisik, psikologisosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri terbentuk berdasarkan hubungan anak dengan orang lain, misalnya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya serta masyarakat di sekitar. Bagaimana mereka memperlakukan anak, apa yang mereka katakan mengenai anak dan bagaimana status anak dalam kelompok tempat ia mengidentifikasi diri, akan mempengaruhi perkembangan konsep diri anak (Hurlock,1979 dikutip dari Saam & Wahyuni , 2012)

Konsep diri terdiri dari konsep diri positif dan negatif. Konsep diri positif yang dimiliki remaja akan mendorong mereka melakukan sesuatu hal yang lebih positif dan terhindar dari pergaulan remaja yang salah seperti perilaku merokok, kecanduan alkohol dan tawuran. Berdasarkan penelitian Sahputra (2009) terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan prestasi akademik.

Sedangkan konsep diri yang negatif akan diikuti oleh perilaku – perilaku negatif seperti kecenderungan perilaku untuk merokok yang diikuti oleh persepsi positif terhadap rokok yang dianggap sebagai simbol kedewasaan, kepercayaan


(4)

diri dan wibawa serta mengurangi stres. Konsep diri negatif juga dapat menjurus kepada perilaku alkoholik dan konsumsi obat – obat terlarang.

Kelurahan Terandam merupakan cakupan wilayah kerja Puskesmas Andalas memilki wilayah kerja yang besar , Menurut PDA 2011 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling tinggi kepadatan penduduknya yaitu 9.562/km2, dan terletak di jalur perlintasan dan kawasan sibuk kota. Selain itu juga banyak ditemukan kasus kanker paru, dimana kanker paru tersebut 85% disebabkan oleh kebiasaan merokok. Dengan kondisi seperti ini kelurahan Terandam tersebut sangat terpapar dengan media, iklan dan perubahan gaya hidup. Sehingga kecenderungan terjadinya permasalahan kesehatan juga semakin tinggi ditambah juga fenomena pada remaja yang semakin hari usia perokok awal semakin banyak dan meningkat dan tidak terkecuali kelurahan Terandam, sering terlihat remaja – remaja pulang sekolah duduk di kedai – kedai kecil dengan sebuah rokok di tangannya.

Berdasarkan alasan dan fakta tersebut di atas peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Hubungan Konsep Diri dengan Kejadian Merokok Pada Remaja Awal Di Kelurahan Terandam Padang Tahun 2014.

B. Rumusaan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah Ada Hubungan Konsep Diri Dengan Kejadian Merokok Pada Remaja Awal Di Kelurahan Terandam Padang”


(5)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kejadian merokok pada remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi konsep diri remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian merokok pada remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

c. Mengetahui hubungan konsep diri dengan kejadian merokok remaja awal di Kelurahan Terandam Padang tahun 2014

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk : 1. Institusi Pendidikan / sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah untuk dapat lebih meningkatkan kegiatan tambahan ekstrakulikuler baik berupa olahraga, seni ataupun kegiatan lainnya yang dapat membuat siswa lebih aktif dan megurangi adannya perilaku yang melanggar aturan


(6)

2. Bidang Keperawatan

a. Memberikan pengetahuan atau referensi terkait hubungan antara konsep diri dengan perilaku merokok

b. Sebagai masukan dan evaluasi yang berguna dalam melakukan tindakan khususnya menyangkut konsep diri dan perilaku merokok c. Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat untuk ikut berperan

serta dalam menanggulangi masalah merokok dan konsep diri remaja dengan berperan sebagai edukator, motivator, maupun konselor.

3. Peneliti Selanjutnya

Memberikan masukan untuk dapat mencermati faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja serta melihat bagaimana perilaku merokok dapat mempengaruhi atau memicu terjadinya perilaku – perilaku negatif lainnya.


Dokumen yang terkait

Hubungan konsep diri dengan perilaku merokok remaja awal di pondok pesantren Riyadlul Jannah, Ciseeng-Bogor

1 6 99

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

1 9 18

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Juwiring.

0 3 17

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Juwiring.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Juwiring.

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MEROKOK DENGAN FREKUENSI MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Merokok Dengan Frekuensi Merokok Pada Remaja Awal Di Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

0 1 17

HUBUNGAN KEKERASAN EMOSIONAL DAN FISIK ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI SMP N 35 PADANG TAHUN 2014.

1 6 11

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEJADIAN MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI KELURAHAN TERANDAM PADANG TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEJADIAN MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI KELURAHAN TERANDAM PADANG TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 2

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEJADIAN MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI KELURAHAN TERANDAM PADANG TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 7